Anda di halaman 1dari 8

RUMAH IMPIAN PEJUANG SANITASI (RUMPIAN ANGSA) : SOLUSI

EFEKTIVITAS AKSES SANITASI DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DESA-


KOTA DI INDONESIA

Karya Ini Disusun Untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional

“Pembangunan Berkelanjutan (SDG)”

Penulis :
Desy Permata Sari
1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan Sumber kehidupan yang paling penting bagi penduduk bumi.
Ketika terjadi kekurangan air, maka akan memicu manusia lebih cepat meninggal
daripada kekurangan makanan. Sebab pada tubuh manusia sebagian besar terdiri dari
air, dimana pada tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, dan
anak-anak sekitar 65% sedangkan bayi 80%. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 172)
Kebutuhan manusia akan air begitu kompleks seiring dengan urbanisasi pesat
yang membawa tantangan untuk memenuhi kebutuhan sanitasi dan kesediaan air bersih
bagi setiap penduduk di Indonesia. Kebutuhan tersebut antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan dari WHO dalam Soekidjo
Notoatmodjo (2007:173), dinegara-negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-
120 liter per hari sedangkan di negara berkembang, termasuk negara Indonesia, setiap
orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Namun bagaimana ketika justru hal
yang ditakutkan oleh sebagian besark manusia akan kekurangan dan kebutuhan manusia
akan air menjadi terisolir? tentunya ini menuai persoalan yang hingga kini menjadi
perdebatan setiap orang tentang kebutuhannya akan air bersih dan sanitasi yang layak
untuk melancarkan aktivitas kehidupan mereka sehari-hari. sudah menjadi
pemandangan sehari-hari bagi masyarakat akan Sanitasi yang tidak terfasilitasi dengan
dan sumber air yang semakin lama menjadi semakin buruk kualitasnya hingga mereka
sudah tebiasa untuk melakukan hal-hal mudah yang diinginkan dan praktis menurut
mereka, padahal lebih dari itu dampak yang ditimbulkan jauh lebih buruk.
Perlu menjadi perhatian, banyak hal yang kelihatannya kecil dampaknya besar
namun tidak disadari oleh manusia, dampak besar yang ditimbulkan. manusia
cenderung malas bahkan tidak peduli. Satu produk yang kita pakai sehari-hari
katakanlah produk sabun yang berlabelkan unilever kali ini yang dibahas bukan
mereknya milik siapa, tapi lebih kepada pernahkah kita memikirkan sabun yang kita
pakai tersebut air buangannya kita alirkan ke sungai.
Hal ini merupakan awal dari sebuah bencana! Ikan yang berada didalamnya
mabuk. ini menjadi suau bentuk konservasi tanpa disadari. lebih parah lagi adalah
limbah yang dibuang oleh pabrik penyamak kulit yang memakai gambir dan zat kimia
yang kemungkinanan ialah sianida ketika dibuang ke suangai, disinilah mulai terlihat
1
adanya kepunahan makhluk air. Pun air tersebut tidak dapat digunakan makhluk hidup
termasuklah manusia dan akibatnya air yang menjadi kebutuhan menjadi berkurang.
Ditambah pula dengan penebangan pohon secara liar pantai mulai kehabisan hutan
mangrove abrasi pantai mulai terasa diikuti sedimentasi .pantai berpasir putih berganti
dengan pantai berlumpur, oksigen terlarut semakin lama semakin menurun kadarnya.
kematian kehidupan air Sudah siapkah kita menyaksikan hal yang lebih besar terjadi,
masih tidak sadarkah kita? Memahami ekosistem dengan baik sangat diperlukan kalau
kita ingin membangun negeri dengan asas pembangunan berkelanjutan (Wahyu Budi
Setyawan dkk 2004:21-22)

Urgensi Permasalahan
Pola kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaaan dan perkotaan sangat
mempengaruhi perilaku, Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di beberapa
pedesaan, lebih sering melakukan cucian disungai, nyuci dikali, Buang air besar tidak
pada tempatnya, mandi di sungai juga menjadi kebiasaan yang berkepanjangan.
hingganya sungai menjadi tempat segala macam kotoran, pun dengan masyarakat yang
punya wc disuatu pedesaan mengalirkan kotoran ke sungai. Masyarakat yang jauh dari
sungai pun biasanya membuat jamban cemplung yang biasa dibuat diatas lubang galian
dan tak jarang mereka melakukannya di kebun. Penyebabnya apa mereka tidak punya
WC? penyebabnya ialah factor ekonomi masyarakat setempat. jika ditanya mereka
menjawan ingin punya tapi tidak ada uang cukup untuk membuat wc dan sebagainya.

Tujuan Penulisan
Penulisan Ini dibuat untuk memberikan suatu solusi bagi akses sanitasi yang
layak dan pengelolan Air Bersih melalui program yang produktif dan terintegrasi
dengan baik dalam rangka pembangunan berkelanjutan

2. ISI

Tinjauan Pustaka

Sanitasi merupakan Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan


mencegah manusia untuk bersentuhan dengan kotoran-kotoran dengan usaha menjaga
dan meningkatkan kesehatan manusia. Secara umum definisi sanitasi menurut WHO

2
adalah tindakan pencegahan penyakit dengan memutus atau mengendalikan faktor
lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit ( AR. Soemini, 1999 ) ,
Dengan melihat pengertian diatas maka sanitasi ini berkaitan langsung dengan
lingkungan hidup manusia di dalamnya dan mempengaruhi pola prilaku dan
kegiatannya sehari-hari
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus
bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat
mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup
dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro,
1981). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 41 6/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak.

Fenomena Sanitasi dan Air Bersih Di Indonesia


Sebagian besar pnduduk di Indonesia dalam kegiatan sehari-hari belum
sepenuhnya menggunakan air bersih. Persentase penduduk yang memiliki akses ke
sumber air yang baik baru mencapai 69 %. Secara status kemiskinan, hanya 56 %
penduduk miskin yang memiliki akses terhadap air bersih. Bahkan, penduduk yang
berada di atas garis kemiskinan pun masih belum sepenuhnya menggunakan air bersih.
Hanya 71,4 % penduduk tidak miskin yang dapat mengakses air bersih.( Katadata News
and Research,2016). Hal ini dapat dilahat pada survei berikut:

3
Selain itu, Sungai yang tercemar oleh limbah rumahtangga membuat produksi
air bersih terkontaminasi sehingga diprlukan upaya yang lebih besar dan pada
kenyataannya. Pengelolaan sanitasi yang buruk telah meningkatkan biaya pengelolaan
air sebanyak 25%. Aktivitas penggunaan air sehari-hari masyarakat pedesaan dan
perkotaan menjadi suatu hal yang memprihatikan sebab masyarakat tidak mengetahui
bahwa air yang digunakan tercemar oleh bakteri limbah yang mengandung racun yang
kebersihannya tidak aman dan berefk pada kesehatan hidup penduduk disetiap wilayah
tertentu.
Berdasarkan laporan join monitoring Program WHO/UNICEF 2015, sekitar 51
juta orang Indonesia Buang Air Besar Sembarangan. ini merupakan perilaku buruk yang
telah menjadi kebiasaan tertanam sejak kecil sehingga mnjadi sulit untuk dihilangkan
saat dewasa. 12,9 % penduduk Indonesia belum memiliki toilet dan ada 46 % penduduk
tidak mendapat akses sanitasi layak. akibatnya terdapat 121000 kasus diare dan lebih
dari 50000 kematian akibat akses dan perilaku buruk sanitasi. Selain perilaku kebiasaan,
akses sarana sanitasi yang layak bagi masyarakat desa maupun kota juga belum dikelola
dengan baik sebab 95% lumpur tinja belum diolah dan lingkungan menjadi tercemar.
Akibat sanitasi yang buruk ini, indonesia mengalami kerugian ekonomi sebsesar 56,7
trilyun per tahun. Padahal dengan kerugian sebesar itu seharusnya bisa membantu
memberikan sarana sanitasi yang layak dan menyediakan air bersih bagi masyarakat
desa dan perkotaan.

Solusi yang Pernah Ada


Pemerintah mengatasi dengan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
atau yang disingkat dengan STBM dengan programnya sejak tahun 2010 yaitu: Stop
BAB Sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan air minum dan makanan
rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, Pengamanan limbah cair rumah
tangga.
Penanaman seribu pohon juga pernah dilakukan secara umum namun tidak
dilakukan secara berkala namun yang harus diprhatikan adalah bagaimana kegiatan ini
bisa melibati anak-anak muda dan melatih mereka untuk turut berkontribusi dalam
pengadaan air bersih salah satunya dngan menanam pohon dan ada banyak solusi
lainnya. Namun, belum dilakukan secara berlanjut sehingga hasilnya belum terlalu
dirasakan masyarakat.
4
Gagasan Penulis
Menilik dari data sebelumnya diperlukan sebuah program yang tepat agar solusi-
solusi yang telah ada dapat dilakukan lebih efektiv dan efisien sebab ini bukanlah
perkara biasa karena dampak buruk yang ditimbulkan akan lebih besar jika tidak
diperhatikan, Oleh karena itu penulis mencetuskan sebuah gagasan berupa program
RUMPIAN ANGSA atau Rumah Impian Pejuang Sanitasi yang mrupakan sebuah
program pengefektivan adanya penyediaan sanitasi dan air bersih yang layak bagi
masyarakat yang terintegrasi.
RUMPIAN ANGSA ini ditempatkan pada stiap kecamatan dengan membuat
suatu tempat implementasi dari tujuan dan ada hubungan interpersonal antar masyarakat
dan pemerintah. RUMPIAN ANGSA ini diperuntukan bagi seluruh masyarakat yang
mmiliki identitas jelas. Program ini memberikan solusi kepada Pemerintah dan
masyarakat agar dapat saling mendukung dan kerjasama dalam mewujudkan
penyediaan sanitasi dan air bersih yang layak digunakan. Adapun Subprogram dalam
Rumah Impian Pejuang sanitasi ini yaitu
No RUMAH IMPIAN PEJUANG SANITASI
1 Gebetan (Gerakan Bertanam tanaman) :
Kegiatan ini merupakan suatu gerakan menghimbau dan mengajak kepada
seluruh masyarakat untuk menanam Kaktus didepan rumah setiap warga yang
dapat mengolah air kotor menjadi bersih ketika kemarau, menanam Beringin
secara bergotong royong yang memiliki manajemen pengairan yang baik,
menyimpan cadangan air pada musim hujan dengan baik dan mengeluarkan pada
musim kemarau secara teratur. dan bambu sebagai penghias di taman desa atau
pun kota yang dapat menahan air hingga 500 liter, menghasilkan oksigen.
Sebatang bambu menghasilkan oksigen untuk dua orang bernafas jadi serumpun
bambu mampu menampung oksigen untuk 200 orang bernafas. memang
dampaknya dapat diraskan dalam jangka panjang namun sangat bermanfaat
sebab memiliki daya serap air yang tinggi.
2 Sanitation education for Humanity
- Mengadakan kegiatan sanitation parenting bagi pembelajaran orang tua
yang akan mendidik anak-anaknya mengenai pola hidup sehat dengan
sanitasi dan air bersih yang layak dengan pengajaran yang baik
- Kegiatan One Day in The School dimana Guru berperan sebagai

5
pengajar para siswa siswi dalam satu hari belajar lapangan untuk
membiasakan diri berperilaku baik dalam hal sanitasi dan bergerak
mmberi solusi dan menjadi pejuang sanitasi
- Sosialisasi masyarakat dengan memberi penyuluhan mengenai sanitasi
layak dan penyediaan air bersih
3 Diskusi Publik
Kgiatan berupa talkshow antara masyarakat dan Pemerintah yang dilaksanakan
dua kali sebulan untuk Tanya hawab, mengemukakan pendapat, memberi
tanggapan, menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat serta membahas
mengenai rancangan maupun evaluasi program ataupun perwujudan sanitasi dan
air bersih yang layak.
4 Aksi Kreatif Sanitasi
- Penyediaan Road Map Sanitasi dan Air bersih yang layak di tempat-
tempat Umum melalui gerakan masyarakat dan pemuda baik di desa
maupun di kota dalam rangka sebagai alarm bersama dalam sanitasi
layak dan pengelolaan air bersih.
- Pemanfaatan Greywater yang merupakan air bekas cucian dsb sebagai
air siram WC dan air siram tanaman di Rumah Tangga
- Gerakan Gotong royong Masyarakat Rutin SetiapMinggu dengan
memperbaiki akses sanitasi dan persediaan air bersih
- Gerakan Masyarakat Menulis dan Solutif : masyarakat memberi Ide-ide
untuk perbaikan sanitasi layak dan pengelolaan air bersih

Pihak-pihak yang terkait dalam mengimplementasikan RUKO PETISI


Guna memudahkan jalannya program, maka harus ada pihak-pihak yang ikut
andil dan memiliki wewenang dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Pihak-pihak
tersebut antara lain:
 Pemerintahan Kecamatan dan Kabupaten, berkewajiban menyediakan sarana sosial
dan umum yang layak serta menerapkan berbagai peraturan perundang-undangan
yang sesuai dengan kewenangannya.
 Lembaga non Pemerintah, memberdaya pemuda dan masyarakat untuk berperan
aktif dalam pelaksanaan Program dalam Rumah Impian Pejuang Sanitasi
 Lembaga yang berkaitan dengan Sanitasi dan penyediaan air bersih melalui
koordinasi dengan STBM Indonesia (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) untuk
6
membantu dalam memberikan pendidikan ataupun praktek dari sanitasi dan
penyediaan air bersih

Langkah-langkah strategis dalam mengimplementasikan RUKO PETISI


Sebelum program ini benar-benar diterapkan, diperlukan langkah-langkah
strategis agar program berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Adapun alur
strategis dalam pengimplementasian program yaitu;

Melakukan Observasi Merumuskan Desain dan Berkoordinasi dengan


lokasi Rumpian Angsa mekanisme program. pihak yang terkait.

Melaksanakan program Pembangunan Rumpian Penetapan kebijakan


Rumpian Angsa (uji Angsa dan peraturan.
coba)

Memantau dan
mengevaluasi program.

Gambar 3. Strategi Penerapan RUMPIAN ANGSA

3. PENUTUP
Rumah Impian Pejuang Sanitasi atau RUMPIAN ANGSA menjadi suatu
program yang dan solutif dalam penggerakan sanitasi layak dan air bersih dengan
mengintgrasikan Sub programnya baik program yang sudah pernah ada maupun yang
baru digagas. Rumpian Angsa ini dibuat dengan sebuah tempat yang dilokasikan pada
setiap kecamatan yang mana dapat dipergunakan oleh seluruh masyarakat dalam
merealisasikan tujuan untuk sanitasi yang layak dan pengelolaan air bersih. Kondisi ini
akan memberikan kesadaran dan mengubah perilaku bagi masyarakat akan kebiasan
menggunakan air yang tidak bersih dan masih cenderung merusak Lingkungan.
Kerjasama yang solid antar pihak terkait sangat diperlukan dan berpengaruh bagi
berlangsungnya program ini dalam upaya lembaga pemerintahan setiap kabupaten, , dan
masyarakat untuk mensukseskan program Rumah Impian Pejuang Sanitasi (Rumpian
Angsa) sebagai solusi dari permasalahan sanitasi dan air bersih di Indonesia. sehingga
kebiasaan buruk masyarakat dapat direvolusi.

Anda mungkin juga menyukai