Anda di halaman 1dari 26

ETIKA KEPERAWATAN

DILEMA ETIK PADA KASUS ABORSI

Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Oleh Kelompok 7 :
1.Nurhayati (213118045)

2. Deva Apriliyana (213118050)

3. Dea Dwi Kartika (213118055)

4. Retna Ningsih (213118077)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya,makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi para pembaca untuk bidang ilmu pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan dalam penulisan makalah ini,penulis berusaha menyajikan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya,
penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang senantiasa membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini, dan untuk rekan-rekan yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.Amin.

Cimahi, 12 Desember 2018


` DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Prinsip dan Asas Etik Keperawatan
2.1.2 Aborsi
2.1.3 Resiko Kesehatan Mental
2.1.4 Kasus Aborsi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja dan


saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Pengertian aborsi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1996) abortus (aborsi) didefinisikan sebagai terjadi keguguran
janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat


adalah tidak direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi
pada remaja, wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang
berpenghasilan rendah. Hampir setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan
berakhir dengan aborsi.

Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau
majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia
tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan
oleh para remaja.

Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif


bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum
dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang
negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu
hamil yang lebih baik.
Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi kehamilan
yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan mengalami
perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa bersalah.

Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor
atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip dan asas
etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi pilihan yang telah
dipilih (aborsi).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip dan asas etik keperawatan?


2. Apa definisi aborsi?
3. Apa saja jenis-jenis aborsi?
4. Apa penyebab yang mendorong terjadinya aborsi?
5. Bagaimana dampak aborsi?
6. Apa contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia?
7. Bagaimana menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prinsip dan asas etik keperawatan


2. Mengetahui definisi aborsi
3. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
4. Mengetahui dampak aborsi
5. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia
6. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori

Etika bagi perawat adalah suatu pedoman yang digunakan dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan etis baik dalam area praktek, pendidikan,
administrasi maupun penelitian. Etika keperawatan menghasilkan informasi tentang
moral, perawat yang peka terhadap masalah yang dihadapi, perawat yang
bertanggung-gugat dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan etis
dalam praktik keperawatan (Kiera, 2007). Kemampuan untuk membuat suatu
keputusan yang merupakan sesuatu yang esensial dalam praktik keperawatan
profesional (Fry, 2002). Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan
pasien yang beraneka ragam dengan status kesehatan dan permasalahan yang
berbeda-beda. Perawat juga kadangkala terlibat dalam sebuah permasalahan yang
membingungkan untuk mengambil keputusan disebut dengan masalah etika atau
dilema etik dimana dalam pembuatan keputusan tidak ada yang benar dan salah
sehingga membuat perawat menjadi bingung. Beberapa dilema etik yang sering
dialami perawat salah satunya adalah aborsi (Suhaemi, 2003).

Abortus telah menjadi salah satu masalah etika. Berbagai pendapat baik yang
pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartiakan sebagai penghentian
kehamilan secara spontan. Pihak yang pro mengatakan bahwa aborsi adalah
mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, sedangkan pihak
antiaborsi cenderung mengartikan aborsi sebagai membunuh manusia yang tidak
bersalah (Harman, 2000). Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi
atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus
Provocatus Criminalis” . Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi
dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja
mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena
itu abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan
seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus
yang disengaja” dan “abortus spontan” (Suhaemi, 2003)..

Aborsi masih menjadi masalah yang kontroversial pada masyarakat Indonesia


saat ini. Data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional menunjukkan bahwa terdapat 2000.000 kasus aborsi terjadi tiap tahun
(Suhaemi, 2003). Lebih dari 185.000 aborsi terjadi di England pada tahun 2004. Aborsi
menjadi hal yang kontroversial. Meski di England aborsi di legalkan,bebarapa
pendapat disisi lain aborsi menimbulkan perdarahan. Hal mendasar dari etik
dihubungkan dengan abortus yaitu nilai moral dan kehidupan bayi yang belum
dilahirkan. Pemerintah melarang tenaga kesehatan profesional memimpin atau
melakukan perhentian kehamilan (aborsi) baik saat adminitrasi, pemberian obat
maupun sampai terminasi kehamilan (Kiera, 2007). Di Brazil, aborsi adalah peringkat
ketiga penyebab kematian maternal (12,5% dati total kematian, dengan perkiraan
529.000 kematian setiap tahunnya,. Menurut catatan 350,000 post-abortion mengalami
komplikasi yang menghasilkan di urutan ke tiga besar karena prosedur obstetri .
Sebagai bahan pertimbangan masalah kesehatan publik, bahwa aborsi memiliki
bermacam-macam konsekuensi untuk wanita , seperti: perdarahan, septicemia,
peritonitis, trauma organ repoduksi kewanitaan. Disinilah peran perawat sangat penting
seharusnya peduli terhadap kemanusiaan, etik, dan melihat yang dibutuhkan wanita,
menjujung kehidupan, martabat, orang yang tepat di sepanjang hidupnya, tanpa
diskriminasi. Terutama kerena issu reproduktif membuat mereka di posisi yang sulit,
ketidakcukupan kondisi menghasilkan pengangguran, pendidikkan yang rendah,
ditandai oleh ketidakstabilan hubungan kasih sayang dan konflik di lingkungan yang
keras(Pitilin, 2016)
2.1.1 Prinsip dan Asas Etik Keperawatan

A. Pengertian Prinsip Etika Keperawatan

Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran yang jadi pokok dasar atau
patokan seorang perawat untuk berpikir, bertindak membuat keputusan yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip etika
keperawatan sehingga kejadian pelanggaran etika dapat dihindarkan.

B. Prinsip-Prinsip Asas Etik Keperawatan

Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman pada
nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan.
Prinsip utamanya adalah moral dan etika keperawatan. Untuk menghindari kesalahan
dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik
keperawatan yang meliputi:

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik dan setiap tindakan yang
diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari kecacatan.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

f. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.

g. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang
klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. Jadi, apa yang dilaksanakan oleh
perawat harus didasarkan pada tanggung-jawab moral dan profesi dan merahasiakan
apapun tentang pasien kecuali jika sebagai saksi dalam kasus hukum ().

h. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

i. Respek

a) Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak –


hak pasien,penerapan inforned consent

b) Perilaku perawat menghormati sejawat


c) Tindakan eksplisit maupun implisit

d) Simpatik, empati kepada orang lain.

C. Teori Etik Keperawatan

1) Teleologik

Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan fenomena dan akibatnya,
dimana seseorang yang melakukan pendekatan terhadap etika dihadapkan pada
konsekuensi dan keputusan – keputusan etis. Secara singkat, pendekatan tersebut
mengemukakan tentang hal – hal yang berkaitan dengan the end justifies the ineans
(pada akhirnya, yang membenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang
diambil untuk kepentingan medis). Contoh : seorang perawat yang harus menghadapi
kasus kebidanan karena tidak ada bidan dan jarak untuk rujukan terlalu jauh, dapat
memberikan pertolongan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya demi keselamatan pasien.

2) Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan
kedua dilarang’.

Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.

Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.


Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi :

a) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban

b) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik

c) Niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum
moral universal

Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat (imperatif
kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi
dan tempat.

a) Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang menghendaki


akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu merupakan hal yang diinginkan dan
dikehendaki oleh orang tersebut.

b) Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan begitu saja tanpa syarat
apapun, yaitu tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah
akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tsb atau tidak.

2.1.2 Aborsi

1. Pengertian Aborsi

Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah terpencarnya


embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan).
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia adalah
: 1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu); 2) Pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang
dari 20 minggu).

Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15 (1) UU
Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya
untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu, yaitu aborsi.

Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan berhenti
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin
lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, disebut kelahiran
prematur.

Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan biasanya
mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi berbeda-beda, termasuk
mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau ketika mengetahui janin memiliki
kelainan (Perry&Potter,2010).

2. Jenis Aborsi

Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:

1. Abortus spontanea

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Aborsi ini
dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan
dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta leher rahim
belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
2. Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens, yakni pada
kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana janin masih
didalam rahim, dan ikuti dengan melebarnya leher rahim(dengan dilatasi
serviks)
3. Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia sebelum
20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim
4. Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di keluarkan
5. Abortus provokatus

Berbeda dengan abortus spontanea yang prosesnya tiba-tiba dan tidak diharapkan tapi
tindakan abortus harus dilakukan. Maka pengertian aborsi atau abortus jenis
provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan, yakni dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu atau kira-kira
sebelum berat janin mencapai setengah kilogram.

Abortus provakatus dibagi menjadi 2 jenis:

a) Abortus provokatus medisinalis/artificialis/therapeuticus. Abortus yang


dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di indinesia yang dimaksud dengan indikasi
medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Indikasi medis yang dimaksud
misalnya: calon ibu yang sedang hamil tapi punya penyakit yang berbahaya seperti
penyakit jantung, bila kehamilan diteruskan akan membahayakan nyawa ibu serta
janin, sekali lagi keputusan menggugurkan akan sangat dipikirkan secara matang.

b) Abortus provokatus kriminalis, istilah ini adalah kebalikan dari abortus


provokatus medisinalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal). Dalam proses menggugurkan janin pun kurang mempertimbangkan srgala
kemungkinan apa yang akan terjadi kepada wanita / calon ibu yang melakukan tindakan
aborsi ilegal. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat
atau obat-obat tertentu.

1. Abortus habitualis

Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit ( kebiasaan) yang terjadi
berturut-turut tiga kali atau lebih.

1. Missed abortion

Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus dikeluarkan. Missed
abortion digolongkan kepada abortus imminens.

1. Abortus septik

Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang disengaja (dilakukan


dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan infeksi. Perlu diwaspadai adalah tindakan
abortus yang semacam bisa membahayakan hidup dan kehidupan

3. Penyebab Aborsi

Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa penyebab


aborsi dilakukan :

1. Umur
Umur menjadi pertimbangan seseorang wanita memilih abortus. Apalagi untuk calon
ibu yang merasa masih terlalu muda secara emosional,fisik belum matang, tingkat
pendidikan rendah dan masih terlalu tergantung pada orang lain masalah umur yang
terlalu tua untuk mengandungpun menjadi penyebab abortus

1. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Jarak kehamilan yang terlalu rapat menjadi alasan abortus, karena jika tidak dilakukan
abortus akan menyebabkan pertumbuhan janin kurang baik, bahkan menimbulkan
pendarahan hal itu disebabkan karena keadaan rahim yang belum pulih benar

1. Paritas ibu

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup (anak) yang dimiliki wanita. Resiko paritas
tinggi , banyak wanita melakukan abortus.

1. Riwayat kehamilan yang lalu

Wanita yang sebelumnya pernah abortus, kemungkinan besar akan dilakukan abortus
lagi . penyebabnya yang lainnya masih banyak, seperti calon ibu yang memiliki
penyakit berat hingga takut bila ia melahirkan anaknya, anaknya akan tertular penyak
it pula, ada juga masalah ekonomi banyak anak banyak pengeluaran dan lain
sebagainya.

Selain penyebab di atas, aborsi juga dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada


kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah :

1. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi


2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, firus, obat-obatan, tembakaou dan alkohol

b) Kelainan pada plasenta, misalnya enderteritis vili korialis karena hipotensi


menahun.

c) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,


toksoplasmosis.

d) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, dan kelainan bawaan uterus.

4. Resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena
tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:


1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

2. Resiko gangguan psikologis

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang
akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang
ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2.1.3 Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat
hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom
Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions
Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa
bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitustres yang
disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).

2.1.4 Penyelesaian kasus menurut Thompson & Thompson (1985)

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan sebanding. Dalam
dilemma etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang
etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.

2.1.5 Contoh Kasus

Seorang anak gadis berusia 18 tahun datang ke IGD dengan perdarahan. Hasil
wawacara wanita tersebut berusaha menggugurkan kehamilannya karena hamil diluar
nikah, karena takut diketahui oleh orangtuanya. Orangtuanya pasti akan marah
terhadap perbuatan yang dilakukannya karena telah melakukan tindakan yang
mempermalukan orangtua. Akibatnya wanita tersebut melakukan segala cara untuk
menggugurkan kehamilannya. Perdarahan hebat yang terjadi pada wanita sangat
beresiko bagi ibu dan janin yaitu kematian. Disisi lain dokter dan perawat mengalami
dilema dalam mengalami kasus ini. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan kuret atau mengeluarkan janin tersebut yang tidak bisa
dipertahankan dan menyelamatkan ibu dari perdarahan hebat. Sebagai perawat yang
bertugas diruang persalinan tersebut tindakan yang dapat dilakukan agar disuatu hari
anda sebagai perawat tidak tanggung gugat oleh keluarga ataupun hukum .

1) Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,keputusan yang


diperlukan.
 Pasien mengalami pendarahan hebat, jika tidak segera melakukan
tindakan kuret itu akan akan membahayakan kondisi ibu.
 Rasa malu dan takut terhadap keluarganya akan marah besar membuat
si pasien berniat menyembunyikan kehamilannya dan melakukan
segala cara untuk menggugurkan kandungan dan terjadi pendarahan
hebat.
 Dokter dan perawat merasa bingung dan dilemma dihadapkan dengan
dua pilihan dimana harus memenuhi hak pasien, tapi disisi lain juga
harus memikirkan kondisi medis.
2) Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.
 Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
kuret atau mengeluarkan janin tersebut yang tidak bisa dipertahankan
dan menyelamatkan ibu dari perdarahan hebat
 Mengidentifikasi issue etik.
Hal ini sangat bertentangan. Menggugurkan kandungan sama dengan
membunuh jiwa. Secara umum pun pengguguran kandungan tersebut
dinyatakan dalam konteks pembunuhan atau penyerangan terhadap janin.
3) Menentukan posisi moral pribadi dan profeesioanl
 Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien. Namun dalam kasus ini pasien tidak
memberitahukan orang tua nya, sebelum dilakukan tindakan harus
memerlukan informed consent dari pihak keluarga. Meskipun disisi
lain keluarga akan marah besar dan merasa malu.
4) Mengidetifikasi posisi moral dari petunjuk individu yang terkait.
 Aborsi boleh dilakukan jika membahayakan keselamatan ibu. Yang
dinyatakan dalam UU No.36 tahun 2009 tentang aborsi, bahwa tenaga
medis diperbolehkan untuk melakukan aborsi legal pada perempuan
hamil karena alsan medis dengan persetujuan perempuan yang
bersangkutan disertai suami dan keluarganya,
 Dokter dan perawat tetap harus mempertimbangkan kondisi pasien
yang akan sangat beresiko bagi ibu dan janin, dan perawat juga
diperlukan pemikiran yang rasional.
5) Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.
 Tindakan tersebut perlu adanya pemikiran yang rasional bukan
menitikberatkan pada emosional menurut Thompson.
 Ketika jalannya proses sebelum diputusukan untuk memberitahu
kepada pasien tentang informed consent dari pihak keluarga, maka
perawat tersebut bisa bisa memberikan informasi yang tidak sesuai,
meskipun kelemahannya perawaat tidak jujur dalam
menginformasikan namun pada akhirnya perawat akan
menginformasikan yang sebenarnya jika sudah tepat.
 Dan setelah mendepat persetujuan Dokter dan perawat akan
melakukan tindak yang bertujuan untuk menyelamat kondisi Ibu
meskipun harus mengeluarkan janin.
2.1.6 Pembahasan

Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas dasar malu
atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena janin memiliki
kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu, proses aborsi yang dilakukan
pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan meminum pil sakit kepala bercampur
minuman bersoda.

Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang telah disebutkan di atas
diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang dimiliki pelaku
aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk melakukan aborsi tanpa
paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia. Tetapi, melanggar asas beneficience
(berbuat baik / manfaat). Karena kasus di atas bukanlah merupakan tindakan yang baik
dan tidak memberikan manfaat apa pun, sekalipun alasannya karena takut atau malu
atas janin yang dikandungnya pada keluarga dan orang lain.

Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi kehamilan yang
tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan mengalami perasaan
kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa bersalah (Perry&Potter, 2010).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja dan


saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Klasifikasi abortus atau aborsi
berdasarkan dunia kedokteran, yaitu: abortus spontanea, abortus provokatus, abortus
habitualis, missed abortion dan abortus septik. aborsi dapat terjadi karena beberapa
sebab,yaitu: kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, faktor
maternal, kelainan traktus genitalia dan malu (aborsi ilegal).

Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil pada


kasus aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi, pada kasus
aborsi ilegal seperti contoh, hal tersebut melanggar asas beneficience (asas manfaat /
berbuat baik) sebab, aborsi ilegal bukan perbuatan baik dan dapat membahayakan
kesehatan pelaku aborsi tersebut.
3.2 Saran

Saran penulis, seorang perawat yang sedang merawat klien yang akan
melakukan aborsi, hendaknya ciptakan suasana yang membuat klien dapat berdiskusi
secara terbuka tentang aborsi, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap asas-asas yang
ada.

DAFTAR PUSTAKA

o Hidayat, A.A. Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta:Salemba Medika.

o Ismani, Nila. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta:Widya Medika.

o Magnis, Franz Dr. Suseno. 1989. Etika Dasar/ Masalah-masalah pokok filsafat
moral, Yogyakarta : Pustaka Filsafat.
o Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.
Jakarta:Media Aesculapius.

o Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.


Jakarta:Media Aesculapius.

o Mohammad, Kartono. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi.


Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

o Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku


2. Jakarta:Salemba Medika.

Sumber Online:

o Aborsi.org. 2004. Resiko Aborsi. Alamat : http://www.aborsi.org/resiko.htm.


o Kompas.com.2012. Mahasiswa Aborsi Pakai Pil Sakit Kepala. Alamat :
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/03/15561555/Mahasiswi.Aborsi
.Pakai.Pil.Sakit.Kepala.4syamm. 2010. Etika Keperawatan. Alamat :
http://4syamm.wordpress.com/2010/12/01/etika-keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai