Anda di halaman 1dari 47

PROMOSI KESEHATAN

TAHAPAN PROSES PEMBELAJARAN

Oleh :
Kelompok 10
D-IV Keperawatan Tingkat 1 Semester II

1; Ni Luh Suci Novi Ariani


2; Pande Putu Setianingsih
3; I Gede Suyadnya Putra

(P07120214021)
(P07120214022)
(P07120214023)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB

A; PENDAHULUAN
1; KONSEP-KONSEP KUNCI
2; PETUNJUK
3; TUJUAN PEMBELAJARAN
a; Tujuan Pembelajaran Umum
b; Tujuan Pembelajaran Khusus

B; PENYAJIAN MATERI

C; TUGAS DAN LATIHAN

D; PENUTUP

1; RANGKUMAN
2; TES AKHIR BAB

Soal

Kunci Jawaban
E; DAFTAR PUSTAKA

A; PENDAHULUAN

Promosi Kesehatan menurut (WHO,1984) Pendidikan Kesehatan diartikan


sebagai upaya perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang
memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Ottawa Charter (1986) the process
of enabling people to control over and improve their health. (Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya).
Promosi Kesehatan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan
kegiatan terdepan yang harus terpadu dengan program-program kesehatan
lainnya. Pentingnya pendekatan Promosi Kesehatan untuk setiap upaya kesehatan
yang akan menjaga keberlangsungan proses pemberdayaan sehingga masyarkat
dapatmenerima dan meneruskan kegiatan dengan sumberdaya yang dimiliki".
Sekarang promosi kesehatan ditafsirkan dan digunakan dalam berbagai macam
cara. Bisa saja didiskripsikan sebagai proses bagi individual maupun kelompok
yang terdorong untuk menggunakan gaya hidup sehat, yang sasaran utamanya
adalah perubahan perilaku.
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun
banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan
didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh
pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang
tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang
harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi
kesehatan. Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus
memiliki prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan
ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam
prilaku kesehatan.
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan masyarakat, dituntut harus
mampu memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat dalam
lingkup kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas

tentang Promosi kesehatan pada masyarakat ,agar nantinya dapat mengemban


tugas secara professional dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat.
1; Konsep-konsep Kunci
a; Konsep belajar
b; Tahapan proses belajar
1; Pengkajian Kebutuhan Belajar
2; Penegakkan Diagnose Keperawatan
3; Perencanaan Pendidikan Kesehatan
2; Petunjuk
a; Pelajari materi Bab I dengan tekun dan disiplin !
b; Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci,

c;

d;
e;
f;
g;

petunjuk,kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran


khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab
yang disertai dengan kunci jawabn dan umpan balik untuk megetahui sejauh
mana anda anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber
pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat
menjadi tuntutan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi
bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca
bagan yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan
disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan
wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!

3; Tujuan Pembelajaran
a; Tujuan Pembelajaran Umum

Mahasiswa

mampu

memahami

Pembelajaran.
b; Tujuan Pembelajaran Khusus

materi

tentang

Tahapan

Proses

Mahasiswa mampu memahami :


a; Menjelaskan Pengkajian Kebutuhan Belajar
b; Menjelaskan Penegakkan Diagnose Keperawatan
c; Menjelaskan Perencanaan Pendidikan Kesehata
B; PENYAJIAN MATERI
1; Konsep Proses Belajar dalam Promosi Kesehatan
a; Pendidikan Kesehatan
1; Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang

2;

3;

4;

5;

mendukung kebiasaan,sikap dan pengetahuan yang berhubungan


dengan kesatuan individu, masyrakat, dan ras. (Wood, 1926)
Pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan
kedokteran yang terdiri dari upaya terancang untuk mengubah
perilaku individu, kelompok maupun masyrakat yang merupakan
perubahan cara berfikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan
membantu pengobatan renovilitasi, pencegahan penyakit dan
promosi hidup sehat. (stuart, 1968).
Suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya
dengan tujian kesehatan baik perorangan maupun masyrakat
(Nyswander, 1947).
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan
materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam individu atau atau masyrakat sendiri. Pendidikan kesehatan
adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan
secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi
beberapa kombinasi dan kesempatan pembelajaran (Lawrence
Green, 1972).
Menurut Committee President on Heath Education, 1997 yang
dikutip Soekidjo Notoadmojo, 1997 pendidikan pendidikan
kesehatan adalah proses yang menjembatani kesenjaan antara
informasi kesehatan dan praktik kesehatan, yang memotivasi
seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu
sehingga dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan
menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasan yang
menguntungkan kesehatan.

b; Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai


berbagai dimensi, antara lain dimensi sasran pendidikan, dimensi
tempat pelaksanaan atau aplikasinya dan dimensi tingkat pelayanan
kesehatan. Dilihat dari dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1; Pertama, pendidikan kesehatan individualdengan sasaran individu.
2; Kedua, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3; Ketiga, pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasaran masyrakat
luas.
a; Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya
berbeda pula, misalnya:

Pendidikan kesehatan disekolah, dilakukan diekolah dengan


sasaran murid.

Pendidikan kesehatan dirumah sakit, dilakukan di rumahrumah sakit dengan sasaran pasien, atau keluarga pasien, di
puskesmas dan lain sebagainya.

Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasran


buruh atau karyawan yang bersangkutan.

b; Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat


dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five levela of prevention)
menurut Leavel dan Clark sebagai berikut:
1; Health Promotion atau peningkatan kesehatan, yaitu peningkatan

status kesehatan masyarakat, dengan melalui beberapa kegiatan.

Pendidikan kesehatan (Health Education)

Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti: penyuluhan


tentang masalah gizi.

Pengamatan tumbuh kembang anak (Growth and Development


Monitoring).

Pengadaan rumah sehat

Konsultasi perkawinan (Marriage Counseling)

Pendidikan sex (Sex Education)

Pengendalian lingkungan

Program P2M (pemberantasan Penyakit Menular) melalui


kegiatan imunisasi dan pemberantasan vector.

Stimulasi dan bimbingan dini atau awal dalam kesehatan


keluarga dan asuhan keperawatan pada anak atau balita serta
penyuluhan pencegahan terhadap kecelakaan.

Program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga


lingkungan hidup manusia agar aman dari bibit penyakit seperti
bakteri, virus dan jamur serta mencegah kemungkinan
berkembangnya vector.

Asuhan keperawatan pre natal dan pelayanan keluarga


berencana (KB)

Perlindungan gigi (Dntail prophylaxis)

Penyuluhan untuk pencegahan keracunan.

Masalah kesehatan yang dicegah bukan hanya penyakit infeksi


yang menular tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya
kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja dan kesehatan lainnya.
a; General and specific protection (pelindungan umum dan khusus),
merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara
khusus dan umum kepada sesorang atau masyarakat. Hal ini karena
kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan umum dan
khusus sebagai pelindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun
pada anak-anaknya lebih rendah. Bentuk perlindungan tersebut dapat
berupa:

Immuninasi dan hygiene perseorangan (Personal Hygiene)

Perlindungn diri dari kecelakaan (Accidental Safety)

Perlindungan diri dari lingkungan (Protectif Self Environment)

Kesehatan kerja (Occupational Health)

Perlindungan diri dari carcinogen, toxin, dan allergen.

Pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

2; Early diagnosis and prompt treatment (diagnosa dini dan pengobatan

segera atau adekuat). Usaha ini dilakukan karena rendahnya


pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan terhadap kesehatan dan
penyakit, maka sering sulit menditeksi penyakit-penyakit yang terjadi
di masyarakat. Bentuk usaha tersebut dapat dapat dilakukan melalui:

Penemuan kasus secara dini (Early Case Finding)

Pemeriksaan umum lengkap (Ganeral Check Up)

Pemeriksaan massal (Mass Screening)

Survey terhadap kontak, sekolah, dan rumah ( Contact Suevey,


School survey, Household)

Penanganan kasus (Case Holding) dan pengobatan adekuat


(Adekuate Treatment).

3; Disability limitation atau pembatasan kecacatan. Kurangnya


pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, maka sering massyarakat tidak melanjutkan pengobatan
sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan

yang

mengakibatkan

tidak

orang

lengkap
yang

dan

sempurna

bersagkutan

cacat

dapat
atau

ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga


diperlukan pada tahap ini, dan dapat berupa:

Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan.

Pencegahan komplikasi.

Perbaikan fasilitas kesehatan.

Penurunan beban social penderita, dan lain-lain.

4; Rehabilitation atau rehabilisasi. Setelah sembuh dari suatu penyakit


tertentu,kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh
karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak
atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping
itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang
malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula tidak mau
menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh
sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk
orang yang cacat tersebut, tetapi perlu juga pendidikan kesehatan
kepada masyarakat. (wahit, dan kawan-kawan 2006:138-141).
c; Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu:

Sasaran

primer(Primary

Target),

sasaran

langsung

kepada

masyarakat segala upaya pendididkan/ promosi kesehatan.

Sasaran sekunder (Secondary Target), sasaran kepada para tokoh


masyarakat adat, diharapkan kelompok ini pada umumnya
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat sekitarnya.

Sasaran tersier (Tersiery Target), sasaran pada pembuatan


keputuan/ penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah, diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan
berdampak kepada perilaku kelompok sasran sekunder yang
kemudian pada kelompok primer.

c; Arti Belajar

Kadang-kadang bahan pengajaran disamakan dengan pendidikan.


Kedua pengertian tersebut memang identik, karena proses belajar
bearada dalam arangka mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain,
pendidikan dilihat secara makro sedangkan pengajaran (proses belajar)
dilihat secara mikro.
Menurut konsep Amerika, pengajaran diperlukan untuk
memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup
bermasyarakat. Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan
potensi atau kemampuan pada organism biologis dan psikis yang
diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup
bermasyarakat.
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna
untuk hidup, akan tetapi konsep Eropa , arti belajar itu agak sempit
hanya mencakup menghapal, mengingat mereproduksi sesuatu yang
dipelajari.
d; Proses Belajar

Keluaran
outmelalui
put
Prosesatau
terjadi
proses belajar mengaj
Input atau masukan dalam hal ini adalah subjek belajar (siswa)
atau
individu,
kelompok,
dan masy
Adanya perilaku baru dalam keluarga
bentuk kemampua

PBM (Proses Belajar Mengajar) a


Latar belakang pendidikan
Materi kurikulum yang tepat
Bagaimana factor social dan ekonominya
Sumber daya (biaya dan fasilitas
Kesiapan fisik (status kesehatannya)
Lingkungan belajar yang kondus
Kesiapan psikologis/ kejiwaan
SDM (Sumber Daya Manusia : Do
Subyek belajar berperan aktif de

Promosi kesehatan tidak lepas dari adanya proses belajar. Beberapa


hal yang mencakup proses belajar:
1; Latihan
Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada
dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu. Latihan adalah suatu
perbuatan pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengaan
pembiasaan. Baik latihan maupun pembiasaan terutama terjadi
dalam taraf biologis, tetapi apabila selanjutnya berkembang dalam
taraf psikis, maka kedua gejala itu akan menjadikan proses
kesadaran seabgai proses ketidaksadaran yang bersifat
biologisvyang disebut proses otomatisme. Proses tersebut
menghasil;kan tindakan yang tanpa sadari, cepat, dan tepat.
2; Menambah/Memperoleh tingkah laku baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh halhal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan,
keterampilan, dan nilai nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri.
Siafat khas dari proses belajar ialah memperoleh sesuatu yang
baru, yang dahulu belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula
belum diketahui, sekarang diketahui, yang dahulu belum mengerti,
sekarang dimengerti.
2; Tahapan Proses Pembelajaran dalam Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar


mampu

memelihara

dan

meningkatkan

kesehatannya.

Proses

pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama


masyarakat; artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui
kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen
masyarakat. Kegiatan promosi kesehatan diselenggarakan melalui proses :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dimana disetiap
proses tersebut menentukan berjalannya suatu promosi kesehatan.
1; Pengkajian Kebutuhan Belajar

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah


pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk
menjadi sehat. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik


individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup dua
langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman,
1995). Pengkajian bertujuan untuk menetapkan dasar data tentang
kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait, praktik
kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien.
Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk
menetapkan proses asuhan keperawatan selanjutnya.
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya
untuk dapat mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra
dan berkontribusi terhadap keseluruhan proses. Tujuan keperawatan
dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik
positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga
masyarakat agar dapat mengembangkan startegi promosi kesehatan.
Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan bahwa bagi profesional
kesehatan yang peduli tentang membangun masyarakat yang sehat, ada
dua alasan dalam melakukan pengkajian kesehatan komunitas, yaitu
sebagai informasi yang dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai
pemberdayaan.
a; Menentukan Kebutuhan Manusia

Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu


menentukan prioritas. Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan
merupakan metode yang sangat berguna untuk menetukan
prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur kebutuhan
dasar dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau tingkat paling dasar
mencakup kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat
kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan. Tingkat
ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat
keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat

kelima

adalah

kebutuhan

untuk

aktualisasi

diri.

Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun


mengunakan suatu taksonomi yang membedakan kebutuhan
kesehatan dan sosial menjadi empat tipe, yaitu:
1; Normative needs

Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang


ahli atau kelompok profesional. Contohnya perencanaan karir,
keuangan, asuransi, dan liburan.
2; Felt needs

Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini


dapat diidentifikasi oleh masing-masing klien yang dapat
dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi.
3; Expressed needs
Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang
membedakannya adalah expressed needs dibuat berdasarkan
keinginan klien.
4; Comparative needs
Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan
situasi tertentu. Yang dapat dibandingkan dengan kelompok
yang sama atau individual.
Hirarki Kebutuhan Maslow
Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan
sebagai fasilitator self-care dibandingkan pemberi asuhan
keperawatan. Proses pengkajian ditujukan untuk mengkaji
klien, termasuk individual client, keluarga atau komunitas dan
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan serta sesuai
dengan hasil (Roberta Hunt, 2005). Adapun beberapa tahap
dalam pengkajian yaitu:
a; Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri
dari:
1; Melakukan Konsultasi
2; Mengumpulkan data
3; Membuat penyajian penemuan
4; Menentukan prioritas masalah

Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari:


1; Membuat tinjauan pustaka( literature review)
2; Mengambarkan group yang akan di berikan promosi
kesehatan
3; Mengeksplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan
4; Menganalisa
faktor-faktor
eksternal
yang
mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan
b; Tujuan pengkajian keperawatan dalam promosi kesehatan
1; Untuk membantu intervesi langsung dengan sewajarnya
2; Untuk mengidentifikasi respon tentang kebutuhan spesifik dari
grup minoritas, komunitas, atau populasi yang membutuhkan
promosi kesehatan. Misalnya promosi kesehatan yang
dilakukan pada komunitas mantan penderita kusta tentu
berbeda dengan promosi yang dilakukan pada orang normal.
3; Untuk menentukan risiko dari suatu komunitas, apa yang akan
terjadi jika komunitas tersebut diberi promosi kesehatan dan
apa yang akan terjadi jika kelompok tersebut tidak diberi
promosi kesehatan.
4; Alokasi sumber dana, prioritas dana dinas kesehatan
diharapkan digunakan untuk proses pencegahan penyakit
melalui promosi kesehatan bukan untuk biaya pengobatan.
c; Proses pengkajian dalam promosi kesehatan
Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah
kesehatan, masalah perilaku, faktor penyebab, sampai keadaan
internal dan eksternal. Output pengkajian ini adalah pemetaan
masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-lain.
a; Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data
sekunder (Strata keluarga) informasi ini hanya berfungsi
sebagai latar belakang masalah saja.
b; Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari kunjungan
rumah atau di Pos Yandu
c; Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing, enabling dan
reenforcing factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi
(Rapid etnography assesment) yang dilakukan oleh tingkatan
kabupaten atau kota.
b;

d; Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi

kesehatan) dan eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit)


diperoleh dari lapangan/tempat.
Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan
memberikan beberapa pertanyaan, yaitu tentang:
1; Apa yang ingin saya ketahui?
2; Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?
3; Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?
4; Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?
5; Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan
informasi ini?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna untuk mengetahui secara lebih
detail tentang:
a; Kebutuhan individu
Untuk seorang perawat pemberi promosi kesehatan yang bekerja
dengan klien individu, ini sangat penting untuk diketahui agar dapat
meningkatkan partisipasi klien dalam proses keperawatan.
b; Riwayat komunitas
Perawat komunitas selauntuk mengidentifikasi kebutuhan
mereka.lu bekerja dengan kelompok atau komunitas pengetahuan
tentang profil komunitas dapat menjadikan pengkajian lebih sistematik
daripadanmelakukan pengamatan subjektif.
c; Pandangan masyarakat
Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan
pandangan masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena
pertama, perawat perlu mendorong masyarakat lokal untuk terlibat
secara langsung dalam proses. Kedua, perawat perlu memeberi
keyakinan bahwa perawat menyediakan informasi yang berguna dalam
memenuhi kebutuhan dalam aktivitas masyarakat. Proses ini dapat
dikatakan tida berhasil jika masyarakat psif dalam penyediaan
informasi dan tidak berpartisipasi secara langsung dalam proses
promosi kesehatan. Untuk membuat masyarakat mau berpartisipasi
dalam proses promosi kesehatan, perawat dapat meminta bantuan
dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat,
seperti:
1; Tokoh yang memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam
mayarakat, misalnya guru.

2; Pemuka agama

Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki


peranan dalam local communication seperti shopkeepers dan
bookmakers.
Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang
bertujuan untuk mengumpulkan data yang terdiri dari
a; Survey Langsung, dengan survey langsung kita dapat melihat
karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah
dan lingkungan rumah.
b; Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari informan
adalah kunci melalui wawncara atau focus group discussion
sangat menolong dalam mengatasi masalah
c; Participant Observation, kita dapat mengkaji dat objektif
berdasarkan orang, tempat dan social system yang ada di
komunitas. Informasi ini dapat membantu mengidentifikasi
tren, kestabilan dan perubahan yang member dampak kesehatan
individu di komunitas.
d; Menggunakan media seperti telephone
e; Diskusi panel pada komunitas promotor berdiskusi bersama
masyarakat mengenai maslah yang sedang terjadi.
d; Menentukan tindak lanjut dalam pengjkajian promosi kesehatan lokal,
seperti:
1; National targets, misalnya Indonesia sehat 2010
a; a national theme, misalnya Hari AIDS Se-Dunia
b; a major determinant of health in the area, misalnya umur
c; Pragmatism on the basis of available skills and intercest
d; Cost and staffing
e; Longer-term strategy
f; Existing activity
g; Cost- effectiveness and what is amenable to change and evaluation
h; Client choice
i; Professionals views
Tahap pengkajian kebutuhan belajar
1; Pengkajian factor predisposisi
a; Pengkajian Riwayat Keperawatan

Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai


status perkembangan seseorang, sehingga dapat memberi arah
mengenai pendidikan kesehatan dan pendekatan yang
digunakan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya sederhana.
Pada klien lansia, pertanyaan diajukan perlahan dan diulang.
Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji
melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau
bermain, sehingga perawat mendapatdata tentang kemampuan
motoric dan perkembangan intelektual.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat
ini dan bagaimana mereka menaruh perhatiannya terhadap
masalahnya dapat memberikan informasi kepada perawat
tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai
masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas
sehari-hari
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan agama
yang dianut, dan peran gender merupakan factor penting dalam
mengembangkan rencana pendidikan kesehatan. Kepercayaan
yang penting digali pada klien, seperti adanya kepercayaan
tidak boleh menerina tranfusi darah, tidak boleh menjdi donor
organ tubuh dan tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktikpraktik tersendiri. Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat
berhubungan
dengan
kebiasaan
makan,
kebiasaan
mempertahankan kesehatan, kebiasaan mengenai keadaan sakit,
serta gaya hidup. Oleh karena itu perawat harus mengetahui hal
tersebut.
Keadaan ekonomi pasien dapat berpengaruhi terhadap
proses keadaan klien. Bagaimanapun, perawat harus mengkaji
hal ini dengan baik, karena perencanaan pendidikan dirancang
sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar tujuan
tercapai jika tidak rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk
dilaksanakan.
Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang sangat
penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap
individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar

mungkin dengan melihat dan menonton untuk memahami


sesuatu dengan baik.
b; Pengkajian fisik
Pengkjian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk
terhadap kebutuhan klien. Contohnya: status mental, kekuatan
fisik, dan status nutrisi. Hal yang mencakup pengkajian fisik
adalah penyataan klien tentang kapasitas fisik untuk belajar dan
untuk aktivitas keperawatan diri sendiri. Kemampuan melihat
dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan
subtansi dan pendekatan dalam mengajar.
c; Pengkajian kesiapan pasien untuk belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan
dengan klien yang tidak siap belajar. Seorang klien yang siap
belajar mungkin mencari informasi, misalnya melalui bertanya,
membaca buku dan artikel, tukar pendapat dengan sesama
klien, yang pada umumnya menunjukan ketertarikan. Dilain
pihak, klien yang tidak siap biasanya lebih suka untuk
menghindari masalah atau situasi.
d; Pengkajian motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seorang harus
mempunyai keinginan belajar demi keefektifan pembelajaran.
Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan untuk belajar
merupakan factor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan
dalam

mendidik

klien

dan

berhubungan

erat

dengan

pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat di


pengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan terhadap status
kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
peningkatan terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan, rasa
malu atau adanya konsep diri yang negative.
e; Pengkajian kemampuan membaca

Ketidakmampuan baca dan menulis dapat terjadi pada siapa


saja. Hal ini dapat kita jumpai pada individu yang berbeda
dimasyarakat penampilan seseorang pengunaan bahasa bisa
menggambarkan kemampuan dalam membaca dengan baik,
meskipun meskipun tidak selalu sebab jadi factor pergaulan
juga dapat menjadikan seseorang dapat berkomunikasi dengan
baik. Berikut ini dijelaskan cara mengkaji tingkat kemampuan
membaca klien.
1; Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; berikan
sesuatu untuk dibaca kemudian minta klien untuk
menjelaskan apa yang dibacanya dengan menggunakan
bahasanya dia sendiri. Jika memungkinkan, tawarkan
kepada klien beberapa pilihan cara belajar (membaca,
menonton/ melihat atau mendengarkan).jika ragu-ragu,
gunakan materi bacaan yang mudah dan jika seseorang
dalam

keadaan

stress

sebaiknya

dimulai

dengan

materisederhana, baru kemudian ditmbahkan yang lebih


kompleks.
2; Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat
kemampuan membaca klien terhadap materi pendidikan
kesehatan sehingga dapat ditentukan kesesuain materi
untuk populasi yang akan membaca. Berikut ini disajikan
cara menentukan tingkap kesiapan dari pada materi tertulis
degan menggunakan indeks SMOG; untuk menentukan
tingkat materi bacaan, untuk belajar klien, pilihlah 30
kalimat dalam bacaan. Ambilah 10 kalimat dari bagian
awal, 10 kalimat dari tengah dan 10 kalimat dari akhir
bacaan. Hitunglah semua kata yang mengandung 3 atau
lebih suku kata, kemudian jumblahkan. Kemudian temukan
jumblah tersebut didalam daftar dibawah ini dan baca

menyilang untuk menentukan tingkat/ grade bacaan/ materi


belajar
Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan
materi pendidikan kesehatan untuk klien, maka lakukanlah:

Gunakan kata-kata yang lebih pendek

Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata

Tulis kalimat-kalimat pendek

Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan

Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan.

2; Pengkajian factor pemungkinan

Factor pemungkinan mencakup keterampilan serta sumber daya


yang penting untuk menampilkan perilaku sehat. Sumber daya
yang dimaksud meliputi fasilitas yang ada, personalia yang
tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa.
Factor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh
klien; apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana
keterampilan klien untuk melakukan perubahan perilaku-perilaku
diketahui, sejauhman klien memiliki keterampilan pemungkinan,
wawasan yang bernilai bagi perencana pendidikan kesehatan dapat
diperoleh.
INDEKS SMOG
Jumblah kata-kata yang mengandung 3 atau

Tingkat bacaan:

lebih satu suku kata


0-2

3-6

7-12

13-20

21-30

31-42

43-56

10

57-72

11

73-90

12

3; Pengkajian factor penguat


Factor penguat adalah factor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat
tersebut bergantung pada tujuan dan jenis program. Didalam
pendidikan kesehatan klien dirumah sakit, misalnya, penguat
diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan
keluarga. Didalam pendidikan kesehatan disekolah penguat
mungkin berasal dari guru, teman sebaya, pimpinan sekolah dan
keluarga.
2; Penegakkan Diagnose Keperawatan

Diagnosa inilah yang kadang membuat kita bingung dalam aplikasi seharihari.Diagnosakeperawatan harus kita lihat dari hasil pengkajian jangan sampai
muncul diagnosa siluman yaitudiagnosa dimana tidak ada data objektif
maupun subyektif namun muncul diagnosanya. Inilahhal yang sering saya
temui saat praktek mahasiswa dulu bahkan yang paling parah adalah saatada
yang membuat diagnosa dulu baru mencari datanya (dipas-paske jawanyared).
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah
analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap
masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Pada beberapa negara
( mis., Kansas, New york ) mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan
Praktik Keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat
profesional. Diagnosa keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk
memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung jawab di
dalamnya ( Kim et al, 1984).

Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga


direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan
satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak
manusia yang menerima asuhan keperawatan ( ANA, 1980).
Diagnosa keperawatan tidak dapat lebih lama diakui sebagai bagian dari
masa depan keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah saat ini. Hal ini
memberikan suatu tantangan bagi para pendidik dan administrator
keperawatan untuk mendukung tidak hanya peserta didik keperawatan saat ini
tapi juga perawat-perawat terdaftar saat ini merupakan staf dalam badan-badan
keperawatan yang tidak pernah diperkenalkan kepada diagnosa keperawatan
dalam program-program pendidikan dasar mereka.
Diagnosa keperawatan, konsep diagnosa dirancang untuk pola
penghargaan. Diagnosa keperawatan untuk situasi perawatan kesehatan
pasien/ keluarga meliputi nama diagnosa dan faktor-faktor berhubungan yang
mempengaruhi awal gejala/ pemeliharaan dari suatu diagnosa aktual atau
nama diagnosa dan faktor-faktor resiko tinggi. Diagnosa keperawatan,
kemudian menjadi titik fokal untuk pengembangan tujuan, hasil yang
diharapkan, intervensi dan evaluasi.
a; Kategori Diagnosis Keperawatan
1; Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang
menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan
karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis keperawatan
mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan karakteristik,
dan faktor yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan
karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat
untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang
mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini
juga mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu
pada diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan
minor. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor
penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen :
patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, dan
maturasional. Contoh diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen, sekunder

terhadap tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi


nafas 30 x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
2; Diagnosis Keperawatan Resiko
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang
individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama
atau hampir sama. Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah
faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan
meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan
batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE
(problem & etiologi).
Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang resiko penularan TB Paru, ditandai
dengan keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan
tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari resiko penularan
(membiarkan klien batuk dihadapannya tanpa menutup mulut dan
hidung).
3; Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih
memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk
memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri
berhubungan dengan tindakan mastektomi.
4; Diagnosis Keperawatan Sejahtera
Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai
individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat
kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara
pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan
fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai
alat pengkajian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis
keperawatan sejahtera, menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi
kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua
telah melaporkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat
dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan
dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola
hubungan yang efektif.

Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan


kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
5; Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan
yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau resiko,
yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik.
b; Komponen diagnosis keperawatan
Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan
yang telah dirujuk sebagai bentuk PES ( Gordon, 1987 ). P
diidendtifikasi sebagai masalah/ problem kesehatan, E menunjukan
etiologi/ penyebab dari problem, dan S menggambarkan sekelompok
tanda dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai batasan karakteristik
ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan
yang berhubungan dengan. Kemudian diagnosa-diagnosa tersebut
dituliskan dengan cara berikut : Problem yang berhubungan dengan
etiologi dibuktikan oleh tanda-tanda dan gejala-gejala (batasan
karakteristik).
1; Problem (P/masalah)
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan
dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis
keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah
disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a; Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti
secara umum
b; Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c; Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah
keperawatan dengan masalah medis
d; Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan
diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan,
sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2; Etiologi (E/penyebab),

Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah


kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan.
Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku
dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a; Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau
kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b; Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi
sosial, dll)
c; Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu
memberikan perawatan.
d; Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3; Sign & symptom (S/tanda & gejala),
Adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang
diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.Jadi rumus
diagnosis keperawatan adalah : PE / PES. Persyaratan Penyusunan
Diagnosis Keperawatan Perumusan harus jelas dan singkat dari respon
klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi.
1; Spesifi dan akurat (pasti)
2; Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
3; Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
4; Dapat dilaksanakan oleh perawat
5; Mencerminan keadaan kesehatan klien.
Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan
mencakup hal-hal berikut:
a; Defenisi. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada

diagnosa diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.


b; Kemungkinan Etiologi (yang berhubungan dengan). Bagian ini
menyatakan penyebab-penyebab yang mungkin untuk masalah yang
telah diidentifikasi. Yang tidak dinyakatakan oleh NANDA diberi

c;

d;

e;

f;

g;

h;

tanda kurung. Faktor yang berhubungan/ Risiko diberikan untuk


diagnosa yang beresiko tinggi.
Batasan karakteristik (dibuktikan oleh). Bagian ini mencakup
tanda dan gejala yang cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan
suatu masalah. Sekali lagi seperti pada defenisi dan etiologi. Yang
tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung.
Sasaran / Tujuan. Pernyataan pernyataan ini ditulis sesuai dengan
objektif perilaku pasien. Sasaran/ tujuan ini harus dapat diukur,
merupakan tujuan jangka panjang dan pendek, untuk digunakan
dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan dalam
mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih
dari satu tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan batu
loncatan untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi
yang sesuai untuk bagian diagnosa yang ditampilkan Rasionalrasional yang digunakan untuk intervensi mencakup memberikan
klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu
dalam menseleksi intervensi-intervensi yang sesuai untuk diri pasien.
Hasil Pasien yang Diharapkan/ Kriteria Pulang. Perubahan perilaku
sesuai dengan kesiapan pasien untuk pulang yang mungkin untuk
dievaluasi.
Informasi Obat obatan. Informasi ini mencakup implikasi
keperawatan, menyertai bab-bab yang mana tiap klarifikasinya
sesuai.
Faktor-faktor dan Penentuan Resiko/ Sifat Diagnosa Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerja sama antara pasien dengan perawat,
keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. ( Carpenito, 1989, dikutip oleh keliat, 1991).
Ada beberapa masalah yang nyata atau resiko yang mungkin
terjadi akibat komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau
akibat pengobatan, yang mana masalah tersebut hanya bisa
dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan keperawatan yang
bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial
Komplikasi (PK). Dibawah ini merupakan contoh Faktor-faktor
disertai dengan penentuan resiko/ sifat diagnosa keperawatan:
1; Gangguan mobilitas fisik

Suatu keadaan dimana individu mengalami keterbatasan


kemampuan dalam ketidak tergantungan pergerakan fisik.
Faktor-faktor yang berhubungan antara lain : Intoleransi
aktivitas ; menurunnya kekuatan dan ketahanan, Nyeri dan rasa
tidak nyaman, gangguan perseptual atau kognitif, gangguan
neuromuskular, gangguan muskuloskeletal dan Defresi;
kecemasan berat.
Penentuan sifat/ karakteristik, ketidakmampuan untuk
bergerak dengan bertujuan dalam lingkungan fisik, termasuk
pergerakan ditempat tidur, berpindah dan ambulansi, segan
untuk mencoba bergerak, keterbatasan rentang gerak range of
motion, menurunnya kekuatan otot, kontrol dan atau massa
otot, dibebani pembatasan pergerakan ; mencakup mekanik,
protokol medis, gangguan koordinasi
2; Gangguan Perlindungan
Suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan
dalam kemampuannya untuk melindungi diri dari ancaman
internal atau eksternal seperti penyakit atau cidera.
Faktor-faktor yang berhubungan Usia lanjut, tidak
adekuatnya nutrisi, penyalah gunaan alkohol, abnormalitas
gambaran darah, penanganan / pengobatan ( operasi, radiasi ),
penyakit seperti kanker dan kelainan daya kekebalan.
Penentuan sifat/ karakteristik, defisiensi kekebalan/ daya imun,
gangguan penyembuhan, gangguan dalam proses pembekuan,
respon maladatif terhadap stres, perubahan neurosensoris,
ketakutan, berkeringat, dispnea, batuk, gatal-gatal, gelisah, sulit
tidur, letih, anoreksia, lemah, imobilitas, disorientasi dan nyeri
tekan.
3; Gangguan harga diri rendah situsional
Evaluasi/ perasaan negatif tentang diri yang berkembang
sebagai respon terhadap kehilangan atau perubahan pada
individu yang dulunya memiliki evaluasi diri yang positif.
Faktor-faktor
yang
berhubungan,
akan
menjadi
berkembang. Penentuan sifat/ karakteristik, kejadian secara
episodik tentang penampilan diri yang negatif dalam merespon
dengan kejadian hidup sehari-hari pada orang yang dulunya
mempuanyai evaluasi diri yang positif, mengatakan perasaan

negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak berguna, mengatakan


dirinya negatif, mengekspresikan rasa malu/ bersalah dan
kesulitan dalam membuat keputusan.
i; Proses Penyusunan Diagnosis Keperawatan
1; Klasifikasi & Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data
klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami
permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria
permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun
berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA)
dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982);
a) Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
1; Pertukaran
2; Komunikasi
3; Berhubungan
4; Nilai-nilai
5; Pilihan
6; Bergerak
7; Penafsiran
8; Pengetahuan
9; Perasaan
b; Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
a. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
b. Nutrisi : pola metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Aktivitas : pola latihan
e. Tidur : pola istirahat
f. Kognitif : pola perseptual
g. Persepsi diri : pola konsep diri
h. Peran : pola hubungan
i. Seksualitas : pola reproduktif
j. Koping : pola toleransi stress
k. Nilai : pola keyakinan
c; Mengindentifikasi masalah klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu
bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status
kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan

oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang


dimilikinya
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak
bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien
yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar
mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
a. Menentukan kelebihan klien.
b. Menentukan masalah klien.
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
d. Penentuan keputusan
d; Memvalidasi diagnosis keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tandatanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan
data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan
klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan
data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat,
yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi
tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau
pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan
interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus
dilakukan validasi.
e; Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan
memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada
tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa
keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan
wellness.
Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut
kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk kasus
kegawat daruratan menggunakan prioritas berdasarkan yang
mengancam jiwa) :
a; Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyamankeselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan
aktualisasi diri

b; Griffith-Kenney

Christensen : ancaman kehidupan dan


kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta
klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.
3; Tahap Perencanaan
a; Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi
kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai
dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada
klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Perencanaan
promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,
penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi
kesehatan, perencanaan harus terdiri dari masyarakat, professional
kesehatan dan promoter kesehatan. Kelompok ini harus bekerja bersama
sama dalam proses perencanaan promosi kesehatan, sehingga dihasilkan
program yang sesuai, efektif dalam biaya (cost effective) dan
berkesinambungan. Di samping itu, dengan melibatkan orang orang
yang terkaitmaka akan menciptakan rasa memiliki, sehinggu timbul rasa
tanggung jawab dan komitmen.
Perencanaan sebagai bagian dari siklus administrasi. Perencanaan
merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri daritiga fase yaitu,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi, di mana ketiga fase tersebut
akan mempengaruhi hasil. Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu
fase di mana secara rinci direncanakan jawaban atas pertanyaan
pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu waktu di
mana perencanaan dilaksanakan. Kesalahan kesalahan sewaktu membuat
perencanaan akan terlihat selama proses implementasi, demikian pula
halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul selama periode
implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan.
Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena
perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga
keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau
option harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program
komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning
model) memberika pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang
mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

Perencanaan memeiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai


jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan:
1; Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
2; Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
3; Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus
SMART; Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
4; Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian
tujuan
5; Evaluasi hasil
Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun ada
juga model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular
(melingkar), yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan
feedback (umpan balik) pada tahap perencanaan berikutnya. Fase evaluasi
adalah suatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome) dari
promosi kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan
implementasi yang telah dilakukan dapat dilanjutkan. Selain itu, evaluasi
diperlukan untuk pemantauan efficacy dari promosi kesehatan dan sebagai
alat bantu untuk membuat perencanaan. Contoh bentuk model perencanaan
bentuk circular adalah sebagai berikut:
a; Perencanaan Strategis Promosi Kesehatan
Strategis menjelaskan hasil yang diinginkan dan cara dalam
pencapaian tujuan yang akan dicapai pada hasil pelaksanaan tetapi
tidak selalu masuk ke detail tentang metode atau mengukur hasil.
Perencanaan strategis mengacu pada perencanaan sebuah kegiatan
berskala besar yang melibatkan berbagai intervensi pada patner yang
berbeda dan bertahap. Pada English white paper on Public Health
disebutkan bahwa perencanaan strategis mengacu pada kebutuhan
yang telah digabungkan dan kebijakan yang terkait. Simnett (1995)
menggambarkan beberapa tingkat/taraf dalam pengembangan strategi
meliputi:
1; Identifikasi kegemaran patner
2; Diagnose, yaitu identifikasi kemana dan bagaimana kita
menginginkan sesuatu yang berbeda
3; Visi, yaitu terkait dengan hasil yang diharapkan
4; Pembangunan, kebutuhan untuk merubah permintaan sesuai
dengan apa yang dicitakan dan apakah program yang ada
sejalan dengan harapan

5; Rencana pelaksanaan, yaitu rencana mengenai apa yang akan

dilakukan selanjutnya.
b; Model Perencanaan Promosi Kesehatan
Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja perencanaan
promosi kesehatan dapat meliputi:
1) Stage 1: Identifikasi kebutuhan dan prioritas
Identifikasi kebutuhan dan prioritas memerlukan penelitian
dan penyelidikan, atau mungkin dengan menyeleksi sebagian
klien dilihat dari kasus yang menjadi problem. Identifikasi
kebutuhan
dapat
dilakukan
dengan
melakukan
penyelidikan/penelitian secara berurutan terhadap keadaan
klien, bertanya langsung kepada klien tentang topik terkait
informasi dan nasehat yang mereka perlukan. Selain itu,
identifikasi dapat juga melihat pada cataan kasus untuk dapat
mengidentifikasi topik yang bersifat umum. Contoh: tim
kesehatan mungkin mengetahui bahwa banyak orangtua
bermasalah dengan pola tidurnya, oleh karena itu pimpin atau
beri arahkan kepada mereka untuk melakukan set up di klinik
masalah tidur. Model perencanaan lainnya dimulai dari
perbedaan pint, contoh: pada Model perencanaan Tones
(Tones, 1974) memulai dengan menetapkan tujuan promosi
kesehatan yang kemudian dianalisa untuk menetukan intervensi
pendidikan/promosi kesehatan yang tepat. Intervensi yang
dilakukan dimodifikasi dengan merujuk karakteristik pada
kelompok target, dan detail rencana program prendidikan.
Model perencanaan Tones fokus pada intervensi pendidikan,
keberlangsungan dari strategi nasional pada promosi kesehatan
melengkapi tujuan promosi kesehatan dalam pelaksanaan.
Menurut Berry (1986) model perencanaan dimulai dengan
menyusun atau mengatur sebuah kelompok kerja untuk
mengkaji ulang (review) masalah dan identifikasi proyek
promosi kesehatan yang sesuai dengan kasus/masalah yang
ada.
4; Stage 2: Mementukan tujuan dan target
Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan
di beberapa area, contoh: mengurangi konsumsi alcohol karena
berhubungan dengan terjadinya gangguan kesehatan. Objek

atau sasaran membuhkan pernyataan spesifik dan harus


merupakan pernyataan yang mengaktifkan objek bekerjasama
dalam pencapaina tujuan yang dicita-citakan bersama. Objek
atau sasaran kemudian diarahkan untuk diberi pendidikan,
menciptakan kebiasaan yang sehat, mengacu pada kebijakan
yang terkait, dan menganalisa proses serta hasil kelingkunga.
Pendidikan objek/sasaran mungkin memutuskan beberapa
kategori meliputi:
a; Level pengetahuan klien (objek) bertambah, terkait dengan
masalah yang dibahas dalam promosi kesehatan
b; Affektif klien (objek) mengalami perubahan menuju pola
hidup lebih sehat, yang dapat dilihat pada perubahan
tingkah laku dan kepercayaan
c; Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin
mahir pada kompetensi dan ketrampilan baru
Target promosi kesehatan dapat meliputi tambaha sebagai
berikut:
1; Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup
dan peningkatan pelayanan. Contoh: mengurangi
kebiasaan merokok
2; Perubahan pada kebijakan kesehatan klien
3; Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan
kemampuan
untuk
bekerjasama.
Contoh:
meningkatkan/menggerakkan komunitas (partisipan) da
sector dalam guna mendukung program Indonesia sehat
2010
4; Perubahan lingkungan menjadi lebih sehat, contoh
membudayakan membuang sampah pada tempatnya.
5; Stage 3: Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian
tujuan
Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi
kesehatan yang akan dicapai dan memperhatikan segi objek,
artinya metode yang digunakan mampu memberi reflek pada
objek/target yang dituju. Berikut adalah contoh dari pemilihan
metode promosi kesehatan:
Tujuan: untuk menugari resiko bunuh diri pada klien ganguan
jiwa

Objek :
1; untuk menjamin bahwa dalam jangka waktu 2tahun pasien
dengan schizopherinia mampu mengatur diri dalam
komunitas yang dimonitor setiap bulan sekali
2; untuk membangun konsep koping addaptif terhadap stress
pada masa muda dengan mengadakan konseling bersama.
Metode tertentu terkadang tidak cukup efektif digunakan
pada objek tertentu. Misalnya, pada promosi kesehatan yang
diadakan pada sekelompok kecil akan lebih efektif dalam
memberikan pendidikan dan melihat terjadinya perubahan
perilaku pada objek sebagai hasil dari pelaksanaan sehingga
metode pengajaran dapat dilakukan oleh individu atau
sekelompok kecil tim kesehatan. Sedangkan, pada taraf
komunitas, metode promosi keehatan akan lebih efektif apabila
dilakukan dengan cara beerjasama dengan pemerindah daerah
yang terkait guna mendukung pelaksanaan promosi kesehatan
yang akan dijalankan. Media massa juga dapat menjadi metode
promosi kesehatan pada cakupan objek yang lebih kompleks
lagi. Melalui media massa akan lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan terhadap topic kesehatan, akan
tetapi kurang efektif untuk mengukur atau menilai terjadinya
perubahan perilaku dari objek sasaran. Oleh karena itu, dalam
pemilihan metode promosi kesehatan harus selalu
menghubungkan antara tujuan, objek yang menjadi sasaran,
pengetahuan dan juga ketrampilan dari tim kesehatan sehingga
topic kesehatan tidak hanya dimengerti tetapi mampu
diterapkan dalam kehidupan sehingga diperoleh perubahan
perilaku menuju kearah kebiasaan pola hidup sehat.
6; Satge 4: Identifikasi sumber yang terkait
Ketika objek dan metode telah diputuskan, tingkat
perencanaan selanjutnya adalah mempertimbangkan mengenai
sumber spesifik yang dibutuhakan dalam mengimplementasi
strategi pelaksanaan. Sumber dapat berupa dana, ketrampilan
dan keahlian, bahan seperti selebaran atau kotak pembelajaran,
kebijakan yang menarik, rencana, fasilitas dan pelayanan.
7; Stage 5: Menyusun metode rencana evaluasi

Evaluasi harus berhubungan tujuan/sasaran yang telah


disusun sebelumnya tetapi dapat diusahakan lebih dari tujuan
yang telah ditapkan atau kurang dari yang dicita-citakan.
Evaluasi dapat kita lakukan dengan menanyakan pada
partisipan mengenai pemahaman informasi pada akhir sesi atau
dapat juga dalam bentuk lebih formal seperti dengan
menbagikan kuisioner kepeda peserta/partisipan untuk diisi
sesuai apa yang dipahami atau dimengerti setelah pelaksanaan
promosi keehatan.
8; Stage 6: Menyusun rencana pelaksanaan
Penyusunan rencana pelaksanaan merupakan tindakan yang
meliputi penulisan detail rencana pelaksanaan, seperti
identifikasi topik/masalah, orang yang akan menyampaikan
informasi terkait dengan topic, sumber yang akan digunakan,
rentang waktu hingga tahap rencana evaluasi.
9; Stage 7: Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan
Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan
mengenai hal yang harus dan tidak harus dilakukan, sehingga
tidak terjadi masalah yang tidak diharapkan. Pelaksanaan atau
implementasi promosi kesehatan perlu direncanakan supaya
dalam kenyataannya partisipan diharapkan mampu menyerap
atau menerima, mengerti, memahami dan mau serta mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh
perubahan perilaku menjadi lebig sehat. hasil atau out-put yang
ditunujukkan oleh partisipan setelah dilaksanakan promosi
keehatan menjadi bahan dalam penusunan evaluasi.
c; Langkah langkah dalam perencanaan promosi kesehatan
1; Menentukan kebutuhan promosi kesehatan
a; Diagnosis masalah/ identifikasi kebutuhan promosi
kesehatan.
Dalam mengidentifikasi masalah perlu adanya kajian
sehingga masalah tersebut sesuai dengan kebutuhan. Untuk
itu kebutuhan perlu dibedakan menjadi 4 yaitu;
1; kebutuhan Normatif, yaitu kebutuhan yang ditetapkan
oleh professional

2; kebutuhan yang dirasakan, yaitu kebutuhan yang

diidentifikasi oleh orang-orang terhadap keinginan


mereka.
3; Kebutuhan yang dinyatakan, yaitu kebutuhan yang
dirasakan oleh masyarakat yang dinyatakan oleh
demand/permintaan.
4; Kebutuhan komparatif yaitu, dengan membandingkan
kelompok yang sama, dimana kelompok yang belum
mendapat promosi kesehatan ditetapkan sebagai
kelompok yang memiliki kebutuhan.
Green dan krekter ( 1991) pada tahun 1980, merupakan
model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan
evaluasi promosi kesehatan, yang dekenal dengan model
PROCEDE ( predisposing, renforcing, and enablingcauses in
educational diagnosis and evaluation). PRECEDE merupakan
kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah,
mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan
program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi
model PRECEDE-PROCEED. PROCEED
merupakan
singkatan dari policy, regulatory and organizational contructs in
educational and environtmental development. Dalam
aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Precede digunakan dalam fase diagnosis masalah,
penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED
digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan,
pelasanaan, dan evaluasi. Menurut Schmit dkk. (1990), model
ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam
perencanaan, serta model ini dianggap lebih berorientasi
praktis.
b; Menetapkan Prioritas Masalah

Terbatasnya sumber daya dan kemampuan organisasi


,serta kompleksnya permasalahan yang dihadapi,
mengharuskan manajer untuk menetapkan prioritas
masalah yang perlu dipecahkan.
2; Mengembangkan komponen promosi Kesehatan

a; Menentukan tujuan promosi kesehatan


b; Menetukan sasaran promosi kesehatan
c; Menentukan isi promosi kesehatan
d; Menetukan metode yangakan digunakan
e; Menetukan media yang akan digunakan

Menyusun rencana evaluasi


g; Menyusun jadwal pelaksanaan
Langkah langkah PRECEDE-PROCEED:
Fase 1. Diagnosis social
Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat
terhadap kebutuhannya atau kualitas hidupnya dan aspirasi
masyarakat untuk meingkatkan kualitas hidupnya melalui
partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang dirancang
sebelumnya. Untuk mengetahui masalah sosial digunakan indikator
sosial seperti yang tertera pada gambar di atas. penilaian dapat
dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang adda,
maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari
masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat,
maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara:
wawancara dengan informan kunci, forum yang ada dimasyarakat,
Focus group Discussion (FGD), nominal group precess, dan
survey.
f;

Fase 2. Diagnosis epidemiologi


Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkannya dapat
secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh premature
heart disease, langsung memprngaruhi kualitashidup seseorang,
sedangkan malnutrisi memeberikan efek tidak langsung terhadap
kualitas hidup karena hanya akan menurunkan produktivitas kerja
seseorang.
Pada fase ini dicari factor kesehatan yang memengaruhi
kualitas hidup seseorang ataupun masyarakat. Oleh sebab itu,
masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci berdasarkan
data yanga da, baik yang berasal dari data local, regional, maupun

nasional.

Pada

fase

ini

harus

diidentifikasi

siapa

atau

kelompokmana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis


kelamin, lokasi, suku, dan lain lain), bagaimana pengaruh atau
akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, mordibitas,
disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan) dan bagaimana cara
untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut (imunisasi,
perawatan/pengobatan, perubahan lingkungan maupun perubahan
perilaku). Informasi ini sangat diperlukan untuk menetapkan
perioritas maswalh, yang biasanya didasarkan atas pertimbangan
besarnya

masalah

dan

akibat

yang

ditimbulkannya

serta

kemungkinan untuk diubah.


Prioritas masalah kesehatan harus tergambar pada tujuan
program dengan ciri who will benefit how much of what outcome
by when.
Fase 3. Diagnosis perilaku dan lingkungan
Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang
mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasi
masalah lingkungan (fisik dan social) yang mempengaruhi perilaku
dan

status

kesehatan

ataumasyarakat.

Di

maupun

sini

kualitas

seorang

hidup

perencana

seseorang

harus

dapat

membedakan anatara masalah perilaku yang dapat dikontrol secara


individual maupun yang harus dikontrol melalui institusi. Misalnya
pada kasus malnutrisi yang disebabkan karena ketidakmampuan
untuk membeli bahan makanan maka intervensi pendidikan tidak
akan

bermanfaat,

jadi

health

promotor

perlu

melakukan

pendekatan perubahan social (behavioral change) untuk mengatasi


masalah masalah lingkungan.
Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi
status kesehatan seseorang, digunakan indicator perilaku seperti:
pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan

(preventive action), pola konsumsi makanan (consumption


pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan kesehatan
sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah:
realiness, quality, persistence, frequency dan range. Indicator
lingkungan yang digunakan meliputi: keadaan social, ekonomi,
fisik dan pelayaan kesehatan, dengan dimensinya yang terdiri dari
keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan.
Langkah-langkah diagnosis dan perilaku lingkungan :
1; Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab
masalah kesehatan
2; Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya
masaah

kesehatan,

perawatan,

dan

pengobatan.

Faktor

lingkungan: mengeliminasi faktor yang tidak dapat dirubah =


genetic dan demografis
3; Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya
pengaruh terhadap masalah kesehatan
4; Urutkan faktor perilaku dan lingkungan yang berdasarkan
kemungkinan untuk dirubah
5; Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran
program
6; Tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin
dicapai
Fase 4. Diagnosis pendidikan dan organisasional
Determinan perilaku yang mempengaruhi perilaku kesehatan
sesorang atau masyarakat dapat dilihat dari factor:
1; Faktor

predisposisi

pengetahuan,

sikap,

persepsi,

kepercayaan, norma, nilai


2; Faktor enabling : faktor lingkungan yang memfasilitasi
perilaku seseorang

3; Faktor reinforcing (pendorong) : perilaku orang lain yang


berpengaruh (tokoh masyarakata, guru, petugas kesehatan,
orang tua, pemegang keputusan) yang dapat mendorong orang
untuk berperilaku.
Pada fase ini setelah diidentifikasi factor pendidikan dan
organisasional, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan factor
predisposisi yangh telah diidentifikasi. Selain itu, berdasarkan
factor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi ditetapkan
tujuan organmisasionaal yang akan dicapai melalui upaya
pengembangan organisasi dan sumber daya.
Fase 5. Diagnosis Administratif kebijakan
Analisis kebijakan, sumber dayam peraturan yang berlaku yang
dapat memfasilitasi atau mengambat pengembangan program
promosi kesehatan.
kebijakan yang dimaksud adalah seperangkat peraturan yang
digunakan sebagain petuntuk untuk melaksanakan suatu kegiatan.
peraturan adalah penerapan kebijakan dan penguatan hokum
serta perundang undangan dan organisasional adalah kegiatan
memimpin atau mengkoordanisasi sumber daya yang dibutuhkan
untuk pelaksanakan program.
3 penilaian dalam diagnosis administrative :
1; Sumber daya yang dibutuhkan melaksanakan program
2; Sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat
3; Hambatan pelaksanaan program
Penilaian dalam diagnosis kebijakan : Dukungan dan hambatan
politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program,
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan
masyarakat.

Langkah selanjutnya dari perencanaan dengan Precede ke


implementasi dan evaluasi dengan proceed. Precede digunakan
untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan individu dan masyarakat sasaran. Proceed untuk
meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat
diterima, dan dapat dipertanggunjawabkan.
Penilaian sumber daya -> keberadaan program.
Perubahan organisasi -> program dapat dijangkau
Perubahan politis dan peraturan ->program dapat diterima
masyarakat
Evaluasi ->program dapat dipertanggungjawabkan
C; TUGAS DAN LATIHAN
1; Bradshaw membagi kebutuhan kesehatan dan social menjadi beberapa

bagian, kecuali ?
a; Normative needs
b; Felt needs
c; Expressed needs
d; Comparative needs
e; Felt needs and Expressed needs
2; Promosi kesehatan dilakukan dengan beberapa proses, kecuali ?
a; Pengkajian
b; Diagnose
c; Perencanaan
d; Implementasi
e; Evaluasi
3; Arti belajar itu agak sempit hanya mencakup menghapal, mengingat
mereproduksi sesuatu yang dipelajari merupakan definisi belajar menurut
konsep?
a; Konsep Amerika
b; Konsep Eropa
c; Konsep Indonesia
d; Konsep India
e; Konsep WHO

4; Dalam tahap perencanaan promosi kesehatan, diperlukan beberapa hal yaitu,

5;

6;

7;

8;

9;

kecuali ?
a; Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b; Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c; Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil
d; Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian
tujuan
e; Diagnose yang sesuai
Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan merupakan bagian kinerja
promosi kesehatan pada stage ke?
a; Stage 7
b; Stage 6
c; Stage 4
d; Stage 5
e; Stage 3
Langkah langkah dalam pelaksanaan PRECEDE-PROCEED, kecuali?
a; Diagnosis Social
b; Diagnosis Epidemilogi
c; Diagnosis Perilaku Dan Lingkungan
d; Diagnosis Pendidikan Dan Organisasional
e; Diagnosis Individu
Status mental,status nutrisi merupakan contohb dari pengkajian?
a; Pengkajian fisik
b; Pengkajiann Riwayat keperawatan
c; Pengkajian kesiapan pasien untuk belajar
d; Pengkajian motivasi
e; Pengkajian kemampuan membaca
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan
atau tidak merupakan bagian pengkajian?
a; Pengkajian fisik
b; Pengkajiann Riwayat keperawatan
c; Pengkajian kesiapan pasien untuk belajar
d; Pengkajian motivasi
e; Pengkajian factor penguat
Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan di beberapa area
merupakan bagian kinerja promosi kesehatan pada stage ke?
a; Stage 2

Stage 6
c; Stage 4
d; Stage 5
e; Stage 3
10; Focus group Discussion (FGD) merupakan salah satu fase dalam melakukan
langkah langkah perencanaan PRECEDE-PROCEED yaitu fase ke?
a; Fase 1
b; Fase 3
c; Fase 4
d; Fase 2
e; Fase 5
b;

D; PENUTUP
1; RANGKUMAN

Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk
hidup. Proses belajar bearada dalam arangka mencapai tujuan pendidikan
Dengan kata lain pendidikan dilihat secara makro sedangkan pengajaran
(proses belajar) dilihat secara mikro. Proses belajar merupakan suatu hal yang
dilalui oleh setiap orang dalam melakukan segala sesuatu. Hal hal yang
mencakup proses belajar seperti latihan serta menambah / memperoleh
tingkah laku.
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan juga
merupakan suatu proses belajar dalam meningkatkan serta memberdayakan
masyarakatuntuk meningkatkan tingkat kesehatan. Ada beberapa tahapan
dalam proses belajar seperti, pengkajian, diagnose serta perencanaan.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu maupun
komunitas. Fase keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan
data, dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan
(Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan untuk menetapkan
dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait,
praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien.
Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan
proses asuhan keperawatan selanjutnya. Ada beberapa proses pengkajian

pengkajian factor predisposisi, pengkajian factor pemungkinan, dan


penhgkajian factor penguat .
Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan
yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan
tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien
meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Perencanaan promosi
kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan
prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
2; TES AKHIR BAB
A; Soal
1; Bradshaw membagi kebutuhan kesehatan dan social menjadi beberapa

bagian, kecuali ?
a; Normative needs
b; Felt needs
c; Expressed needs
d; Comparative needs
e; Felt needs and Expressed needs
2; Promosi kesehatan dilakukan dengan beberapa proses, kecuali ?
a; Pengkajian
b; Diagnose
c; Perencanaan
d; Implementasi
e; Evaluasi
3; Arti belajar itu agak sempit hanya mencakup menghapal, mengingat
mereproduksi sesuatu yang dipelajari merupakan definisi belajar menurut
konsep?
a; Konsep Amerika
b; Konsep Eropa
c; Konsep Indonesia
d; Konsep India
e; Konsep WHO
4; Dalam tahap perencanaan promosi kesehatan, diperlukan beberapa hal yaitu,
kecuali ?
a; Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
b; Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
c; Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil

d; Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian

5;

6;

7;

8;

9;

tujuan
e; Diagnose yang sesuai
Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan merupakan bagian kinerja
promosi kesehatan pada stage ke?
a; Stage 7
b; Stage 6
c; Stage 4
d; Stage 5
e; Stage 3
Langkah langkah dalam pelaksanaan PRECEDE-PROCEED, kecuali?
a; Diagnosis Social
b; Diagnosis Epidemilogi
c; Diagnosis Perilaku Dan Lingkungan
d; Diagnosis Pendidikan Dan Organisasional
e; Diagnosis Individu
Status mental,status nutrisi merupakan contohb dari pengkajian?
a; Pengkajian fisik
b; Pengkajiann Riwayat keperawatan
c; Pengkajian kesiapan pasien untuk belajar
d; Pengkajian motivasi
e; Pengkajian kemampuan membaca
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan
atau tidak merupakan bagian pengkajian?
a; Pengkajian fisik
b; Pengkajiann Riwayat keperawatan
c; Pengkajian kesiapan pasien untuk belajar
d; Pengkajian motivasi
e; Pengkajian factor penguat
Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan di beberapa area
merupakan bagian kinerja promosi kesehatan pada stage ke?
a; Stage 2
b; Stage 6
c; Stage 4
d; Stage 5
e; Stage 3

10; Focus group Discussion (FGD) merupakan salah satu fase dalam melakukan

langkah langkah perencanaan PRECEDE-PROCEED yaitu fase ke?


a; Fase 1
b; Fase 3
c; Fase 4
d; Fase 2
e; Fase 5
B; Kunci Jawaban
1; E
2; B
3; B
4; E
5; A
6; E
7; A
8; E
9; A
10; A

DAFTAR PUSTAKA
Wahit,dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Edisi Revisi 2010. Jakarata:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta
Endah Nurhidayah, Rika. 2009. Pendidikan Keperawatan. (online). Available :
http://usupress.usu.ac.id/files/Pendidikan
%20Keperawatan_Final_Normal_Web.pdf (diakses pada tanggal 28 April
2015 pukul 20.25 WITA)
Ginanjar , Agung. 2014. Tahapan Promkes. (available):
http://www.scribd.com/doc/168820226/BAB-II-Tahapan-Promkes#scribd
(Diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul 17.00 WITA)

Anda mungkin juga menyukai