Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

KEPERAWATAN BENCANA
“Penyakit dan Askep Pasca Bencana”

Di Susun Oleh:
Kelompok 1
Muh iswan
Irnayanti
Rita anryani
Suriani
Wulandari
Meri

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Keperawatan Bencana dengan judul “Penyakit dan Askep Pasca Bencana”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Gowa, 2 Desember 2019

Penulis
LAPORAN

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Umum tentang Bencana


1. Definisi Bencana
Dalam UU No. 24 tahun 2007, bencana didefinisikan
sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis”.
Menurut Harjadi et al (2005), bencana adalah suatu
peristiwa yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia yang dapat terjadi secara tiba-tiba serta perlahan-
lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan
harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan
sumber daya masyarakat untuk menanggulanginya.
Definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga
aspek dasar, yaitu:
a. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam
dan merusak (hazard).
b. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam
kehidupan, penghidupan dan fungsi dari masyarakat.
c. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan
melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi
sumber daya mereka.
2. Klasifikasi Bencana
Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis
yaitu:

1) Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami


seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai,
kekeringan, wabah dan lainnya.
2) Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-
kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat
udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase,
ledakan, gangguan listrik, gangguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.

B. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Pasca Bencana


Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang
mendalam. Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung
meletus, ataupun tsunami. Banyak korban nyawa, fisik, dan harta
akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan korban yang
selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal.
Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah
kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan
patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban
bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam
penyakit jika upaya antisipasinya tidak memadai.
1. Masalah Kesehatan Pasca Bencana
Pada umumnya masalah kesehatan pasca benca dapat dibagi
dalam 3 fase:
1) Penyakit akut pasca bencana
Penyakit akut pasca bencana yaitu penyakit yang
berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya,
kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009,
penyakit yang berhubungan langsung dengan gempa adalah
cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan
patah tulang.
2) Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana
a. Malaria
Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat
berada di pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk
anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.
b. DBD
Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan
bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian
menginfeksi korban-korban bencana.
c. Diare
Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena
sanitasi yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab
diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada
genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih
karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak.
d. ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
ISPA terjadi karena masuknya kuman atau
mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.Leptospirosis
e. Thypoid
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan
faktor daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk
mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus
menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi
dan jangan sampai kelelahan.
f. Leptospriosis
Penyakit yang disebabkan karena terkontaminasi oleh
urine hewan yang membawa bakteri, seperti tikus, sapi,
anjing dan hewan pengerat. Beberapa gejala yang sering
muncul yaitu hipertermi, sakit kepala, nyeri dan muntah.

3) Masalah kesehatan mental akibat bencana


Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat
reaksi stres akut saat bencana bisa menetap menjadi
kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah,
kehilangan anggota keluarga atau bisa juga trauma karena
ketakutan yang mendalam.

2. Penyebaran Penyakit Pasca Bencana


Penyebaran penyakit pasca bencana dapat disebabkan oleh:
a. penyakit sebelum bencana
b. Adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian,
kepadatan penduduk di tempat pengungsian dan rusaknya
fasilitas publik.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,
jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
Biasanya pada pasien dengan diare didapatkan keluhan
seringnya bab lebih dari 3 kali dalam sehari dan merasa lemas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan diare biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa
berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita
penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma,
asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi
pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-
obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena
keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi,
selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya karena merasa nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak
tenang karena suasananya yang berbeda dengan
lingkungan di rumah.
6) Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran.
Baik peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Contohnya: karena sakit pasien tidak lagi bisa mengurus
anak dan suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien
yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas,
nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit
berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin
akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks
akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien
berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui
proses penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya
pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses
penyakit.
2. DIAGNOSA
a. gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.
b. Hipertermi b.d proses infeksi.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
d. Cemas / takut berhubungan dengan perubahan kesehatan
Intervensi
3. Intervensi
a. gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak adekuat.
Intervensi :

 Kaji pola nutrisi klien
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan,
keteraturan waktu makan.
 Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan
menghindari pemberian makan yang tidak disukai.
 Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase
akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
 Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan
berat badan.
 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan
makan.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan
dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

b. Hipertermi b.d proses infeksi.


Intervensi :

 Observasi suhu tubuh klien
Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
 Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah
axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
 Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat seperti katun
Rasional : menjaga kebersihan badan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat.

c. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit


Intervensi
 Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Rasional: Memberikan informasi yang diperlukan untuk
merencanakan asuhan
 Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi,
biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
Rasional: Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai
atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi
 Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton
TV (distraksi)
Rasional: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan
mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
 Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik
relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan
sentuhan therapeutik
Rasional: Meningkatkan kontrol diri atas efek samping
dengan menurunkan stress dan ansietas
 Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter
Rasional: Agar terapi yang diberikan tepat sasaran

d. Cemas / takut berhubungan dengan perubahan kesehatan


Intervensi:
 Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap
penyakit yang dideritanya
Raional: Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan
dan menghindari adanya duplikasi
 Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
Rasional: Pemberian informasi dapat membantu klien
dalam memahami proses penyakitnya
 Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa
marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi
wajar dan ekspresi yang sesuai.
Rasional: Dapat menurunkan kecemasan klien
 Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu
klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
Rasional: Membantu klien dalam memahami kebutuhan
untuk pengobatan dan efek sampingnya
 Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi
sosial, ketidak berdayaan dll.
Rasional: Mengetahui dan menggali pola koping klien
serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya
meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan
 Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan
support system
Rasional: Agar klien memperoleh dukungan dari orang
yang terdekat/keluarga
 Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

BBC Indonesia. (2016). Jumlah Bencana di Indonesia Mencapai Rekor pada 2016.
Jakarta: British Broadcasting Corporation Indonesia. Retrieved 1 Oktober,
2017, from http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38456759.

Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2013). Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Tahun 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

PPK-LIPI. (2015). Dampak Bencana Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Pusat Penelitian Kependudukan - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Retrieved 1 Oktober, 2017, from http://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-
kependudukan/kesehatan-masyarakat/222-dampak-bencana-terhadap-
kesehatan-masyarakat.

UNICEF. (2016). One is too many : Ending child deaths from pneumonia and
diarrhea. New York : United Nations Children’s Fund.

USAID, UNICEF, & WHO. (2005). Diarrhoea treatment guidelines including new
recommendations for the use of ORS and zinc supplementation.

WHO. 2016. Diarrhoeal Disease. Geneva : World Health Organization. Retrieved 10


Desember, 2016, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en

Anda mungkin juga menyukai