Anda di halaman 1dari 24

TOKSIKOLOGI

Disusun Oleh :
Debby Wijayanti : 2017. 030. 1180
Lisa Nur Azizah : 2017. 030. 1120
Nabila Putri Ananda : 2017. 030. 1175
Salsabila Arsya Fajri : 2017. 030. 1080
PEMBAHASAN

 Hepatotoksikan
 Neurotoksikan
 Toksisitas Mata
HEPATOTOKSIKAN
Fungsi Hati

Tiga Fungsi dasar Hepar adalah


 Membentuk dan mengsekresikan empedu kedalam
saluran intestinal
 Berperan pada berbagai metabolisme yang berhubungan

dengan karbohidrat, lipid, protein yang berfungi untuk


menyaring darah
 Menyingkirkan bakteri dan benda asing yang masuk
kedalam darah
Hepatotoksikan mampu menyebabkan proses
kemunduran dan gangguan sistem sirkulasi yang
dapat dicirikan dengan adanya:
 Inflamasi

 Nekrosis

 Kongesti

 Hemoragi

 Steatosis
Hepatotoksikan di Industri
Salah satu zat toksikan yang ada di industri adalah karbon
tetraklorida (ccl4). Karbon tetraklorida banyak digunakan sebagai
pelarut dalam industri. Karbon tetraklorida merusak hampir
semua sel dalam tubuh, termasuk sistem saraf pusat, hati, ginjal,
dan pembuluh darah.Karbon tetraklorida masuk kedalam tubuh
melalui beberapa cara, antara lain: inhalasi, ingesti, kontak
langsung dengan kulit atau pemberian secara parenteral yang
menyebabkan pembentukan radikal bebas, preoksidasi lipid dan
penurunan aktivitas enzim-enzimantioksidan. Manifestasi
kerusakan hepar secara histologi terlihat berupa steatosis, nekrosis
sentrilobuler, dan akhirnya sirosis.
Karbon tetraklorida bersifat toksik karena dapat berperan sebagai
pelarut lipid, sehingga dapat menyeberangi membran sel dengan
mudah dan terdistribusi ke semua organ. Sifat toksik CCl4 telah
terbukti dari beberapa penelitian, bahwa dosis yang kecil
sekalipun dapat menimbulkan efek pada berbagai organ tubuh
termasuk susunan saraf pusat, hepar, ginjal dan peredaran darah
(Lesage, 1999).
NEUROTOKSISITAS
Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun atas 2 sel utama :

• neuron
• sel-sel pendukung.

Secara fungsional, terdapat 3 golongan neuron:

 Neuron sensoris (sensory neuron)


 Interneuron
 Neuron motoris
Mekanisme Transmisi Impuls Syaraf
Impuls dapat dikatakan sebagai “aliran listrik” yang merambat pada
serabut saraf. Jika sebuah serabut saraf tidak menghantarkan impuls,
dikatakan bahwa serabut saraf tersebut dalam keadaan istirahat.
Impuls dapat dihantarkan melalui sel saraf dan sinapsis.
Impuls melalui sel saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena mempunyai perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat sel saraf istirahat,
bagian dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira -60 mV, sedangkan bagian
luarnya bermuatan positif. Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial
istirahat, sedangkan membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah
impuls bergerak (merambat) melalui sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di
sebelah dalam impuls menjadi positif, kira-kira +60 mV, dan muatan sebelah luarnya
akan menjadi negatif. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan
impuls disebut potensial kerja. Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput
membran akson. Proses depolarisasi merambat sepanjang serabut saraf bersamaan
dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di sebelah luar membran
merambat sepanjang serabut saraf. Apabila impuls telah lewat, maka sementara
waktu serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls karena terjadi potensial kerja
menjadi potensial istirahat.
Impuls melalui sinapsis
Sinapsis adalah titik temu antara ujung neurit (akson) dari satu
neuron dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit
membengkak membentuk bonggol yang sidebut bonggol sinapsis (synaptic
knob). Pada bonggol sinapsis terdapat mitokondria dan gelembung-
gelembung sinapsis. Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel
saraf berikutnya terdapat celah sinapsis yang dibatasi oleh membran
prasinapsis (membran dari bonggol sinapsis) dan membran postsinapsis
(membran dendrit dari sel saraf selanjutnya atau membran efektor).
Apabila impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-
gelembung sinapsis akan mendekati membran prasinaps, kemudian
melepaskan isinya, yaitu neurotransmitter, ke celah sinapsis.
Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju membran
postsinapsis.

Zat kimia neurotransmitter ini akan mengakibatkan terjadinya


depolarisasi pada membran postsinapsis dan terjadilah potensial kerja. Ini
berarti impuls telah diberikan ke serabut saraf berikutnya. Dengan
demikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara
perpindahan zat-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sel saraf
berikutnya dengan cara rambatan potensial kerja. Apabila
neurotransimitter sudah melakukan tugasnya, maka ia akan diuraikan oleh
enzim yang dihasilkan oleh membran postsinapsis. Misalnya apabila
neurotransmitter berupa asetilkolin maka enzim yang akan
menguraikannya adalah enzim asetilkolinesterase.
Toksikan Penghambat Transmisi Impuls
Zat yang dapat mengganggu transmisi impuls pada saraf dapat dikelompokkan ke
dalam banyak kategori sebagai berikut;

•Agent yang menghentikan transmisi a.l. seperti:


1) toksin botulinum yang menghambat dikeluarkannya asetilkolin, sehingga transmisi
sistem saraf pada sambungan (junctions) dan pada saraf parasimpatik tidak dapat
berjalan, dan
2) tetrodotoksin dari ikan dan saksitoksin dari dinoflagelata yang memblokir masuknya
ion Na ke dalam sel, yang merupakan fase awal impuls transmisi.

•Agent yang menyebabkan depolarisasi. Sel-sel terpolarisasi sehingga gradien elektro-


kimia yang biasanya ada menjadi hilang. Racun sedemikian a.I.
1) Batrakhotoksin dari katak yang meningkatkan permeabilitas terhadap ion Na,
merusak gradien Na dan potensial elektrik,
2) DDT yang mendepolarisasi ujung saraf presinaptik berulang-ulang dengan
meningkatkan permeabilitas terhadap Na. Setiap impuls yang datang menjadi
diperbesar dan impuls awal terjadi berulang-ulang sehingga tampak penderita
kejang-kejang.
3) Piretrin yang mempunyai mekanisme yang sama dengan DDT.
• Agent yang tergolong stimulan. Stimulan akan meningkatkan eksitabilitas neuron
atau sel saraf. Zat sedemikian a.I adalah:

1) triknine yang meningkatkan eksitabilitas SSP dengan mencegah terjadinya aktivitas


sel-sel inhibitor. Striknin ini berfungsi sebagai kompetitor antagonis dari inhibitor
transmisi (glisin) pada ujung post sinaptik saraf.
2) picrotoksin dari biji Anamarita cocculus, yang memblokir ujung saraf neuron
inhibitor pada bagian presinaptik dan postsinaptik dengan berfungsi sebagai antagonis
terhadap inhibitor transmitor, yakni asam Yaminobutirik atau terkenal sebagai inhibitor
transmitter GABA.
3) xantine, seperti kafein, teofilin, dan teobromin, yang mencegah cAMP (adenosine
3':5'-siklik fosfat). Siklik AMP bertindak sebagai kurir (messenger) dalam sel saraf
untuk mengubah sistem transpor aktif yang memelihara diferensial konsentrasi Na/K.

•Agent yang tergolong depresan (sebaliknya dari stimulan), yakni, a.l.


1) zat organik yang mudah menguap seperti halotan, metil klorida, karbon tetraklorida,
butan, dll. Mekanisme kerjanya belum jelas, mungkin berhubungan dengan koefisien
partisi, lipofilisitas, dan mengurangi influks dari ion Na, K, dan Ca.
2) alkohol memblokir konduksi impuls dengan mengurangi konduktivitas Na, dan K.
3) barbiturat yang mendepresi metabolisme, respirasi, dan konsumsi oksigen,
mengurangi keluarnya neurotransmiter pada sinap.
•Agent yang tergolong antagonis reseptor mengikat reseptor
postsinaptik tanpa menimbulkan aktivitas, sehingga mencegah
neurotransmiter untuk mengaktivasi reseptor dan memulai impuls. Di
dalam kelompok a.I.:
1) zat antikolinergik seperti atropin, skopolamin, dan lain-lain alkaloid
belladona. Zat ini secara kompetitif mengikat reseptor saraf kolinergik,
yakni saraf yang mempunyai asetilkolin sebagai neurotransmiter.
2) senyawa antiadrenergik seperti fenoksibenzamin, fentolamin, tolazolin,
propanolol, dll. Zat-zat ini mengikat reseptor saraf adrenergik dan
mencegah kerja neurotransmiter epinefrin/adrenalin, dan norepinefrin.

•Agent antikolinesterase. Zat ini secara spesifik bekerja menghambat


saraf kolinergik, sehingga stimulasi terhadap saraf menjadi semakin
besar karena enzim asetilkolinesterase tidak dapat menghentikan
asetilkolin dengan menghidrolisanya menjadi zat yang tidak aktif.
Toksikan Perusak Fisik Syaraf
•Perusak lapisan mielin. Mielin adalah lapisan yang menutupi neuron sebagai
insulator pada bagian saraf tertentu, sehingga konduksi impuls dapat berjalan cepat.
Perusak lapisan myelin a.l. adalah sianat, toksin diphtheri, Pb, dan CN (kronis),
heksaklorofen, isoniazid (obat terhadap TBC), lyolecitin, pyritamin, salisilanilinda,
tellurium, tallium, trietitin, dll. Kerusakan mielin di otak akan menimbulkan gejala
seperti rasa lamban, rasa tidak tenang, tremor, kejang, hilang memori, bodoh (idiot),
gejala epilepsi, dan kerusakan pada saraf perifer akan menimbulkan neuritis,
kelumpuhan atau kelemahan otot, rambut rontok, dan kelainan rasa.

•Agen perusak saraf motorik perifer. Zat perusak saraf perifer terdapat banyak sekali
dan termasuk yang merusak penglihatan dan pendengaran. Yang telah dipastikan adalah
acrylamida, arsen, azida, bromofenilasetiluria, karbondisulfida, klorodinitrobenzena,
sianoasetat, diisopropilfluorofosfat, dinitrobenzena, disulfram, dinotrotoluena,
etambutol, etilenglikol, heksan dan 2,5-hexanedione, iodoform, metanol, metil-merkuri,
fosfor, tetraetil lead (TEL), triortokresilfosfat, vincristin.

•Neurotoksin penyebab kerusakan otak yang permanen, a.l. DDT, Hg, Mn,
asetilpiridin dengan memberikan gejala menyerupai penyakit Parkinson.
Toksikan Kanker Otak
Penyakit kanker adalah sebuah penyakit tumor ganas yang dapat menyerang organ
ataupun jaringan tubuh. Kanker otak adalah pertumbuhan sel-sel otak yang
tidak normal dan tidak terkendali sehingga fungsinya juga akan terganggu. Pada
aktifitas pekerjaan di industri juga berkontribusi terhadap occupational cancer.
Occupational cancer adalah kanker yang disebabkan sebagian atau keseluruhan dari
pajanan karsinogen di tempat kerja.

Zat kimia yang menyebabkan penyakit kanker otak adalah Vinyl Chlorida. Vinyl
chloride adalah gas yang tidak berwarna, sangat mudah terbakar, tidak stabil pada suhu
kamar. Vinyl chloride adalah produk buatan manusia, dan tidak terjadi secara alamiah.
Vinyl chloride dibentuk dari bahan trichloroethane, trichloroethylen, dan
tetrachloroethylen. Vinyl chloride adalah bahan dasar untuk membuat produk polyvinyl
chloride ( PVC ).
Evaluasi
Melihat berbagai fakta di atas, maka hirarki kontrol dari engineering,
administratif dan alat perlindungan diri (APD) menjadi strategi untuk
mencegah paparan karsinogen di tempat kerja, karena mencegah lebih baik
dari pada mengobati. Melihat MSDS (Material Safety Data Sheets) dari
bahan kimia yang digunakan sebagai informasi tentang hazard dan
precaution yang diperlukan saat bekerja, mengenali rute masuknya
karsinogen sangat membantu mencegah paparannya. Ada tiga rute yaitu
inhalasi (pernafasan), kontak kulit dan melalui sistem pencernaan.
Diperlukan surveilance lingkungan kerja dengan pengukuran dan
bagaimana pengaturan lama dan seberapa banyak paparan di tempat kerja.
TOKSISITAS MATA
ANATOMI MATA
 Organ dalam :
 Retina  Cornea
 Ciliary BodyCiliary  Lens
Body atau badan siliar  Sclera
 Conjunctiva  Choroid
 IrisIris  Macula
 Pupil  Optic Nerve
 Organ luar :
 Bulu mata
 Kelopak mata
 Alis mata
FISIOLOGI MATA

 Mata adalah organ fotosensitif yang sangat


berkembang dan rumit, yang memungkinkan
analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya,
dan warna yang dipantulkan objek.
TOKSIKAN pada MATA

 Efek keracunan ditentukan oleh struktur yang


terkena racun beserta fungsinya. Tentunya juga
tergantung pada konsentrasi racun, lamanya
paparan, dan kepekaan organ.
 salah satu contoh toksikan yaitu Metanil yang dapat
menyebabkan kebutaan karena dapat merusak sel saraf dan
serabut saraf pada pekerja yang beresiko tinggi terkena
paparan logam berat seperti timbal dan merkuri.
EVALUASI

1. Optical coherence tomography (OCT) –


merupakan alat khusus yang akan memfoto
lapisan retina Anda. Kondisi dapat dideteksi
lebih awal dengan alat ini, bahkan sebelum
perubahan di dalam mata terlihat.
2. Tes buta warna – pemeriksaan menggunakan
buku khusus (ishihara) untuk mendeteksi buta
warna. Ishihara terdiri dari huruf, angka, atau
garis dengan berbagai macam warna sesuai
dengan masing-masing warna yang sedang diuji.
3. MRI – pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit
lain, terutama tumor otak, seperti meningioma,
yang juga dapat menyebabkan penurunan
penglihatan sebagian (skotoma).
4. Pemeriksaan darah dan urin untuk mendeteksi zat
yang diperkirakan menjadi penyebab.

Anda mungkin juga menyukai