Anda di halaman 1dari 69

Pipin Supenah, M.

Si

MIKOTOKSIN
BAHAN PANGAN
ASPERGILLUS,
PENICILLIUM, FUSARIUM,
DAN KAPANG LAINNYA

1
MIKOTOKSIN
Mikotoksin merupakan senyawa organik
hasil metabolisme sekunder jamur
(kapang).

2
COMMON MYCOTOXIN, COMMODITY AFFECTED, AND HEALTH EFFECTS

Mycotoxin Commodity Fungal source (s) Effects of ingestion

maizena, Aflatoxin B1, dan secara alami terjadi


jagung, Aspergillus campuran aflatoxins, merupakan
Aflatoxin B1, penyebab kanker pada manusia. Efek
kacang flavus
kurang baik juga dapat terjadi pada
B2 tanah dan A.Parasiticus binatang contohnya ayam apabila
komoditi A.Nomious mengkonsumsi ransum yang
lainnya terkontaminasi jamur tersebut.
Fusarium
graminearum Toksik pada manusia terutama
Deoxynivaleno Gandum,
Fusarium pada orang cina, india, jepang dan
l/ maizena,
crookwellense korea. Pada binatang babi dapat
nivalenol jewawut
Fusarium ber sifat toksik
culmorum
Fumonisin B1 maizena Fusarium Dicurigai sebagai penyebab segala
moniliforme macam kanker manusia. Toksik
plus several pada babi dan unggas serta kuda
less common
species
COMMON MYCOTOXIN, COMMODITY AFFECTED, AND HEALTH EFFECTS

Fungal
Mycotoxin Commodity Effects of ingestion
source (s)
Ochratoxin A Jewawut, Aspergillus Penyebab kangker pd manusia.
gandum dan ochraceus Toksik pada binatang dan babi
komoditi
lainnya Penicillium
verrucosum

Patulin apel A. clavatus, P. Immunotoxic, neurotoxic


expansum, P.
patulum, P.
aspergillus, P.
Byssochlamys

4
COMMON MYCOTOXIN, COMMODITY AFFECTED, AND HEALTH EFFECTS

Fungal
Mycotoxin Commodity Effects of ingestion
source (s)

Zearalenone Maizena dan F. sebagai segala penyebab kanker


gandum graminear pada manusia. Mempengaruhi sistem
um reproduktif babi betina

F. culmorum

F.
crookwellen
se

5
AFLATOKSIN

6
AFLATOKSIN
• Aspergilus flavus toksin
• Kristalin aflatoksin stabil pada
kondisi tanpa cahaya dan pada
suhu sampai lebih dari 100oC,
• termotoleran sampai 250oC
• peka terhadap basa (NaOH,
NH3).

7
AFLATOKSIN

• Keefektifan proses penurunan konsentrasi


aflatoksin pada bahan pangan dipengaruhi :
protein
pH
Suhu
lamanya pengolahan

9
AFLATOKSIN
• Terdapat pada:
 jagung dan produk olahannya
kacang dan produk kacang-kacangan
biji kapas, susu, dan tree nuts seperti
kacang brasil, kacang pistachio dan
walnut
sereal dan produk sereal seperti
pasta, dan mi instan

10
SITUASI KONTAMINASI AFLATOKSIN DI
INDONESIA
Tahun 1990
• 17% makanan jajanan menggunakan kacang
tanah (sebagai bumbu)
• di Bogor, Jakarta, Karawang, Sukabumi dan
Rangkasbitung

mengandung :
aflatoksin B1 3.0-60 ppb
aflatoksin B2 1.3-30.0 ppb

11
AFLATOKSIN
Situasi kontaminasi di Indonesia
Syarief (1983) melaporkan :
gabah yang disimpan pada kadar air tinggi (18% bb)

memproduksi aflatoksin B1
hingga 562 ppb setelah 50 hari penyimpanan

setelah gabah tersebut diberaskan


kadar aflatoksin B1 pada beras sangat kecil
yaitu dibawah 5 ppb.

12
Tabel kandungan Deoksinivalenol (DON) pada jagung
di dataran tinggi Jawa Tengah tahun 1986
(dalam ppm) 

Kandungan DON (ppm)


%
Jumlah Kondisi
No sampel
sampel sampel Kisar Rata-
Rata-
positif rata
an rata
yang
(+) total
1 29 Baik 0% - - -

2 29 Jelek* 31% 0.8-3.0 1.42 0.44

Keterangan :
 
* sampel jagung yang dikoleksi sengaja dipilih yang keadaannya jelek
(seperti diskolorasi,dsb)
Deoksinivalenol
(DON)

14
Deoksinivalenol (DON)
• mikotoksin jenis trikotesena tipe B
yang paling polar dan stabil
• suatu epoksi-sesquiter-penoid yang
mempunyai :
1 gugus hidroksil primer
2 gugus hidroksil sekunder
gugus karbonil berkonjugasi yang membedakannya
dengan trikotesena tipe lain.

15
Deoksinivalenol (DON)
• diproduksi oleh kapang
 Fusarium graminearium (Gibberella zeae)
 F.culmorum

patogen pada tanaman.

• Keberadaan DON kadang disertai oleh mikotoksin


lain yang dihasilkan oleh
 Fusarium seperti zearalenon
 nivalenol
 fumonisin

17
Deoksinivalenol (DON)

• Banyak terdapat pada kelompok gandum seperti


gandum, jewawut, oat, gandum hitam, tepung
jagung, sorgum, tritikalus dan beras

• Pembentukan pada tanaman pertanian :


tergantung pada iklim
sangat bervariasi antar daerah dengan geografi tertentu

18
Deoksinivalenol (DON)

Konsentrasi yang pernah di deteksi


pada bahan pangan:
– barley 0.004-9 mg/kg
– jagung 0.003-3.7 mg/kg
– oat 0.004-0.76 mg/kg
– beras 0.006-5 mg/kg
– gandum hitam 0.013-0.240 mg/kg
– wheat 0.001-6 mg/kg  

19
Tabel kandungan DON pada jagung komersial
di Jawa Tengah (Ali et al, 1998)

Kandungan DON (ppb)


Jumlah % sampel
sampel positif
Rata-rata
Kisaran Rata-rata total
yang positif

16 12% 27-32 29.5 3.69

20
Pencegahan dan pengendalian DON
Pemeriksaan sebelum panen
mereduksi inokulum Fusarium pada debris host dan
pada sumber lainnya

rotasi tanaman pangan


Misal : rotasi pada wheat dan jagung dengan tanaman
non host
penggunaan kapangsida
Praktek pertanian yang baik
mengeringkan tanaman secepatnya setelah panen
dan disimpan di tempat yang baik

21
Pencegahan dan pengendalian DON
Penggilingan pada pangan yang
terkontaminasi :
Selama proses penggilingan  DON akan
terpecah-pecah
konsentrasi tertinggi terdapat di lapisan kulit
terluar
konsentrasi yang lebih rendah terdapat pada
tepungnya
Keberhasilan metode ini bergantung oleh
banyaknya penetrasi kapang kedalam
endosperma sereal tersebut.

22
Pencegahan dan pengendalian DON
mencuci bahan pangan yang tercemar 
DON larut dalam air
 secara komersial kurang praktis
menyebabkan limbah
 tahapan proses yang lebih lama.
 dapat diaplikasikan pada wheat dan
maize.

23
Pencegahan dan pengendalian DON
menggunakan reaksi enzimatis  adanya
pertukaran antar molekul ataupun prekursor
yang saling berkaitan.

Detoksifikasi DON :
1 Perlakuan fisik
2 Perlakuan kimia
3 Perlakuan biologi

24
FUMONISIN

25
FUMONISIN
Hidrokarbon panjang yang dihidroksilasi
mengandung gugus metal dan amino
Bubuk hidroskopik berwarna putih
larut dalam air, methanol dan asetonitril-air
Stabil dan tahan panas sampai 25oC
Sering terdapat bersamaan dengan
mikotoksin lain (Aflatoksin, DON dan
Zearalenon)

26
FUMONISIN
• Toksin dihasilkan oleh
 Fusarium moniliforme (F. verticillioides)
 F. proliferatum
 F. nygamai
 F. anthopilum
 F. dlamini
 F. napiforme

• Jenis yang paling dikenal yaitu


– fumonisin B1 (FB1)
– fumonisin B2 (FB2)
– fumonisin B3 (FB3)

28
FUMONISIN
• Ditemukan terutama pada
jagung
komoditi lain (beras dan sorgum)

• Pada produk jadi ditemukan pada :


sereal sarapan berbahan dasar jagung
bir
makanan ringan

29
Tabel kontaminasi fumonisin pada jagung
di daerah kasus kanker esofagus

Konsentrasi rata-rata
Tahun Area % (maksimum), ppm Total
FB1 FB2 FB3
0.72 0.30
Tinggi 48.1 - -
(2.96) (0.55)
1989
0.89 0.45
Rendah 25.0 - -
(1.73) (0.45)
2.73 0.70 0.38 3.46
Tinggi 79.4
(21.0) (4.35) (1.66) (27.01)
1995
2.70 0.59 0.31 3.39
Rendah 50.0
(8.47) (1.22) (0.58) (10.27)
2.03 0.59 0.28 2.74
Tinggi 73.3
(8.29) (2.19) (1.03) (22.51)
1997
2.08 0.26 0.24 2.75
Rendah 46.7
(5.33) (1.21) (0.62) (7.16)
Sumber: Yoshizawa et al., (1994) 30
Tabel kontaminasi fumonisin pada jagung
di daerah kasus kanker esofagus
(Transkei, Afrika Selatan)

Konsentrasi fumonisin (ppm)


Lokasi Total
FB1 FB2

Daerah
tingkat
rendah 0-0.550 0-0.150 0-0.700
- good corn
- moldy corn 0.450-18.900 0.150-6.750 0.600-25.650

Daerah
tingkat tinggi 0.50-7.900 0-2.250 0.050-10.150
- good corn
- moldy corn 3.450-46.900 0.900-16.300 4.350-63.200

31
Tabel kontaminasi fumonisin
pada produk pangan berbasis jagung
Jumlah
Macam Asal Kandungan rata-rata
dan % Pustaka
sampel (n) sampel dan kisaran (ppb)
positif
Jawa Maryam
Jagung (8) 8 (100) 514.25 (64-1672)
Timur (2000)
Maryam
Jagung (12) Idem 7 (58.3) 50-1800
(1999)
Maryam
Jagung (11) Bandung 8 (73) 11540 (470-35000)
(2000)
Maryam
Jagung (6) Cianjur 6 (100) 8150 (240-24220)
(2000)
Maryam
Jagung (7) Sukabumi 7 (100) 28380 (1240-54540)
(2000)
Maryam
Jagung (8) Bogor 8 (100) 3540 (2120-5750)
(2000)
Jawa Ali et al
Jagung (16) 16 (100) 895 (tertinggi 2970)
Tengah (1998)
32
Tabel kontaminasi fumonisin
pada produk pangan berbasis jagung
Jumlah
Macam Asal Kandungan rata-rata
dan % Pustaka
sampel (n) sampel dan kisaran (ppb)
positif
Brisbane- 850 (FB1) Maryam
Pop corn -
Ausralia (1999)
Jagung Amerika Castelo et
- 75-5916
olahan Serikat al (1998)
Briden et
Jagung Australia - 1000-40000
al (1995)
Jagung Australia - 10000 (FB1) Idem
Jagung 21500 (FB1)
Australia - Idem
olahan
Jagung(EL New 164000 (FB1)
- Idem
EM) South W
33
Pencegahan dan Pengendalian
FUMONISIN
• budidaya yang baik
• perlakuan :
menggunakan bahan kimia sebelum penyimpanan
secara fisik
menurunkan suhu
memodifikasi atmosfir
• pemilihan atau skrining jagung sebelum
diproses
• pasca panen
mengeringkan bahan pangan secepatnya
34
OKRATOKSIN A
(OTA)

35
OKRATOKSIN A (OTA)
• senyawa kristalin tidak berwarna
• titik leleh 168oC
• larut dalam kloroform, metanol, asetonitril,
natrium bikarbonat cair
• molekulnya cukup stabil, dan dapat bertahan pada
produk olahan bahan pangan.
• diproduksi oleh kapang :
 Aspergillus ochraceus.
 Penicillium verrucosum,
 P. viridicatum
 A. carbonarius

36
OKRATOKSIN A (OTA)
• terdapat pada produk
 kopi
 bir
 buah kering
 wine
 kakao
 kacang-kacangan
• ditemukan pula selama proses pembuatan bir, roti,
sereal sarapan dan pengolahan kopi, pakan dan
daging.
38
Pencegahan dan pengendalian OTA
• aktivitas air (aw) bahan pangan dibawah 0.8.
• sebelum disimpan harus dikeringkan
• Pada tempat penyimpanan dilakukan
 fumigasi
 aerasi
 pendinginan
 kontrol atmosfir
• menerapkan GAP, GHP dan GMP
 pengeringan
 penyimpanan
 sortasi agar biji kopi yang rusak tidak diproses
• pendidihan, pemanggangan, pembakaran ataupun
fermentasi
39
Penanggulangan/detoksifikasi OTA

• Perlakuan secara fisik


didetoksifikasi dengan karbon aktif 
menyerap OTA rata-rata diatas 99%

• Perlakuan secara biologi


dekontaminasi dan detoksifikasi
memakai mikroorganisme berupa jamur, kapang,
khamir atau bakteri

40
PATULIN

41
PATULIN
• kristal tidak berwarna
• titik leleh 110oC
• larut dalam air, metanol, etanol, aseton,
etil asetat, amil asetat, dietil eter, dan
benzen
• stabil pada kondisi asam dan pada
pemanasan sampai 100oC.
• dapat terdekomposisi pada air destilasi.

42
PATULIN
• dihasilkan oleh Penicillium dan Aspergillus
– A. clavatus, mengkontaminasi :
– P. expansum,  apel,
 anggur,
– P. patulum,  pir,
– P. aspergillus  sayuran,
– P. Byssochlamys  sereal dan
 makanan ternak yang
disimpan dalam gudang

• P. expansum terdapat pada jus apel


• apel merupakan sumber utama dari patulin.

43
Pencegahan dan pengendalian PATULIN

• tidak menggunakan buah apel


yang sudah terlalu matang
atau busuk dan berjamur
• menyimpan bahan baku lebih
baik

44
JUSTIFIKASI DALAM MENETAPKAN REGULASI MIKOTOKSIN
DALAM PANGAN

1.Latar belakang
– Kondisi Indonesia yang lembab dan beriklim tropis,
menyebabkan bahan pangan/pakan dan produk olahannya
mudah terserang oleh kapang penghasil toksin.
2.Toksisitas dan keamanan kontaminasi/cemaran :
– Karsinogenik, teratogenik, mutagenik, hepatotoksik, nefrotoksik,
estrogenik, haemorhagic, diuretik, nausea, vomiting.
– Umumnya berefek kronis
– Resisten : termotoleran

45
Pertimbangan dalam menetapkan batas
maksimum mikotoksin dalam pangan
1. Mikotoksin yang menyebabkan
dampak kesehatan terbesar bagi
manusia
2. Komoditas tertentu yang cenderung
terkontaminasi oleh mikotoksin,
misalnya:
 jagung lebih mudah terkontaminasi
oleh aflatoksin dan fumonisin,
 gandum/terigu lebih mudah
terkontaminasi oleh DON,

46
 kacang tanah lebih mudah terkontaminasi
oleh aflatoksin
 produk olahan apel lebih mudah
terkontaminasi oleh patulin.

3. Komoditas yang digunakan dalam produk


pangan khusus bayi, balita, bumil, dan
busui.

4. Kemampuan produsen dan importasi


produk pangan
47
Alasan komoditas pertanian sebagai bahan
baku industri pangan diatur dalam draft
RSNI ini berdasarkan:
1. Komoditas tersebut merupakan
komoditas prioritas berdasarkan
program revitalisasi
2. Komoditas tersebut potensial
terkontaminasi mikotoksin
3. Komoditas tersebut merupakan
bahan baku strategis untuk industri
pangan
4. Komoditas tersebut memiliki nilai
ekspor/impor
TAHAP PENYUSUNAN

1. PENGUMPULAN MATERI
– REGULASI DIBERBAGAI NEGARA
– KAJIAN KEAMANAN
2. PEMBAHASAN KAJIAN KEAMANAN
3. PENETAPAN JENIS MIKOTOKSIN YANG AKAN
DIATUR
4. PEMBAHASAN BATAS MAKSIMUM MIKOTOKSIN
DALAM PANGAN
5. PENYUSUNAN DRAFT RSNI

49
Mikotoksin yang diatur antara lain :

1. aflatoksin
2. deoksinivalenol (DON)
3. fumonisin
4. okratoksin A
5. patulin

50
Batas maksimum kandungan aflatoksin dalam pangan
Batas
maksi
No. Pangan Jenis
mum
(ppb)
1 Susu dan M1 0,5 24 negara mengatur 0,5
Minuman ppb (termasuk CAC 2003);
Berbasis Susu 34 negara mengatur 0,05

2 Susu Fermentasi M1 0,5 ppb


dan Produk Susu
Hasil Hidrolisa
Enzim Renin
(Tawar)
3 Susu Kental dan M1 0,5
Analognya
(Tawar)
4 Krim (Tawar) dan M1 0,5
Sejenisnya
Batas maksimum kandungan aflatoksin dalam pangan
Batas
No. Pangan Jenis maksimu
m (ppb)
5 Susu Bubuk dan M1 5 Argentina, Brazil, Mauritius,
Krim Bubuk dan Paraguay, Taiwan, Uruguay,
Bubuk Analog Venezuela 5 ppb;
(Tawar) Bulgaria 0,4 ppb;
Iran, Maroko, Turki, Ukraina
0,5 ppb;
Siria 0,05 ppb

6 Keju dan Keju M1 0,5 Argentina, Brazil, Mauritius,


Analog Paraguay, Taiwan, Uruguay,
Venezuela 5 ppb;
Iran, Maroco, Turki, Ukraina
0,5 ppb;
Bulgaria 0,4 ppb;
Siria 0,05 ppb.

52
Lanjutan ....

Batas
Jeni
No. Pangan maksimu
s
m (ppb)
7 Makanan Pencuci M1 0,5 24 negara mengatur
Mulut Berbahan 0,5 ppb (termasuk
Dasar Susu CAC 2003);
(Misalnya Puding, 34 negara mengatur
Yogurt Berperisa 0,05 ppb
atau Yogurt
dengan Buah)
8 Whey dan Produk M1 0,5
Whey, Kecuali Keju
Whey

53
Lanjutan ....
Batas
No. Pangan Jenis maksimu
m (ppb)
9 Kacang tanah dan B1 20 15 negara mengatur 5
produk olahan ppb;
4 negara mengatur 10
ppb; Jordania 15 ppb;
Cina, Hongkong 20 ppb.
Data penelitian di
Jabotabek tahun 1990 :
17% sampel
mengandung 3.0-60 ppb
aflatoksin B1.
Total 35 Malaysia 35 ppb;
14 negara mengatur 20
ppb;
10 negara mengatur 15
ppb (termasuk CAC
2003, Australia);
Jordania, Srilanka 30
54
ppb
Lanjutan ....

Batas
maksim
No. Pangan Jenis
um
(ppb)
10 Jagung dan B1 20 27 negara mengatur
produk olahan 5 ppb;
Egypt 10 ppb;
Cina 20 ppb,
Jordania 15 ppb

Total 35 Malaysia, Costa Rica


35 ppb

55
Batas maksimum kandungan deoksinivalenol
dalam pangan
Batas
maksimu
No. Pangan
m
(ppb)
1 Gandum 2000 Canada 2000 ppb;
Ukraina 500 ppb;
EU 2005 : 1750 ppb

2 Jagung 1000 Bulgaria,Cina, Iran 1000 ppb;


Rep. Czech 2000 ppb;
EU 2005 : 1750 ppb.
Data penelitian pada jagung
komersial di Jawa Tengan tahun
1998 : 12% sampel positif
mengandung DON rata-rata 29,5
ppb

56
Batas maksimum kandungan deoksinivalenol
dalam pangan

Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)

3 Produk olahan 1000


jagung sebagai regulasi EU 2005 : 750 ppb
bahan baku
4 Produk olahan 1000 Canada 1200 ppb (untuk
terigu sebagai terigu)
bahan baku regulasi EU 2005 : 750 ppb

57
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
5 Produk olahan 500 regulasi EU 2005 dan Ukraina :
terigu siap 500 ppb
konsumsi (pastri, Jepang 1100 ppb
roti, biskuit, China, Iran, Ukraina, USA,
snack)
Uruguay : 1000 ppb
Armenia, Belarus, Estonia,
Moldova, Rusia : 700 ppb.
Pasta dan mie 750 regulasi EU 2005 : 750 ppb
6 serta produk produk ini perlu pengolahan lebih
sejenisnya lanjut
7 MP-ASI berbasis 200 regulasi EU 2005 dan Ukraina 200
terigu ppb;
Canada 600 ppb
Belarusia tidak mengizinkan
harus lebih rendah dari kategori
pangan lainnya karena dikonsumsi 58
oleh balita.
Batas maksimum kandungan fumonisin B1+B2
dalam pangan
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
1 Jagung 2000 Cuba 1000 ppb (FB1);
Amerika Serikat mengatur 2000-4000
ppb (FB1+ B2 + B3);
Iran, Swiss, Bulgaria 1000 ppb (FB1 +
FB2);
EU 2005 : 2000 ppb (FB1+B2).
Data penelitian tahun 2000 pada
jagung di Jawa Timur menunjukkan
100% positif mengandung fumonisin
rata-rata 514,25 ppb; di Bandung 73%
mengandung fumonisin rata-rata
11540 ppb; di Cianjur 100%
mengandung fum rata-rata 8150 ppb;
di Sukabumi 100% mengandung fum
rata-rata 28380 ppb; di Bogor 100% 59
mengandung fum rata-rata 3540 ppb;
Lanjutan ....
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
2 Produk olahan 2000 regulasi EU 2005 (FB1+B2) 1000
jagung sebagai ppb
bahan baku Perancis mengatur 1000-3000 ppb
(FB1)
Amerika Serikat mengatur 2000-
4000 ppb (FB1+ B2 + B3)
3 Produk olahan 1000 Cuba 1000 ppb (FB1)
jagung siap Iran, Swiss, Bulgaria 1000 ppb
konsumsi (corn (FB1 + FB2)
flakes, regulasi EU 2005 400 ppb(FB1 +
popcorn, corn FB2)
chips)
Perancis mengatur 1000-3000 ppb
(FB1)
Amerika Serikat mengatur 2000-
4000 ppb (FB1+ B2 + B3) 60
Batas maksimum kandungan
okratoksin A dalam pangan

No Batas
. Pangan maksimum
(ppb)
1 Serealia 5 Eropa, Turki, Slovenia, Spanyol,
(padi, Swedia, Portugal, Polandia,
jagung, Norwegia, Nederland, Liechtenstein,
sorgum, Lithuania, Luxembourg, Italia,
gandum) Islandia, Irlandia, Hungaria,
Finlandia, Francis, Jerman, Yunani,
Denmark, Bulgaria, Belgia, Austria
(24 negara yang mengatur OTA pada
serealia sebagai bahan baku sebesar
5 ppb).
Data penelitian tahun 2000 pada
61
jagung menunjukkan 60,6% positif
Batas maksimum kandungan
okratoksin A dalam pangan

Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
2 Produk olahan 5 Eropa, Turki, Slovenia, Spanyol, Swedia,
serealia Portugal, Polandia, Norwegia, Nederland,
sebagai bahan Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg,
baku Italia, Islandia, Irlandia, Hungaria,
Finlandia, Francis, Jerman, Yunani,
Denmark, Bulgaria, Belgia, Austria (24
negara yang mengatur OTA pada serealia
sebagai bahan baku sebesar 5 ppb)

62
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
3 Produk olahan serealia 3 EU 2005, Turki, Slovenia,
siap konsumsi Spanyol, Swedia, Portugal,
Polandia, Norwegia, Nederland,
Liechtenstein, Lithuania,
Luxembourg, Italia, Islandia,
Irlandia, Hungaria, Finlandia,
Francis, Jerman, Yunani,
Denmark, Republik Czech,
Bulgaria, Belgia, Austria (25
negara dari 33 negara yang
mengatur OTA pada produk
serealia siap konsumsi)

63
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)

4 MP-ASI berbasis 0.5 regulasi EU 2005, Italia,


serealia Switzerland 0,5 ppb
Cekoslovakia, Iran, Slovakia 1
ppb
Romania 5 ppb

5 Rempah-rempah 20 Switzerland 20 ppb; Bulgaria 10


ppb

64
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
6 Buah anggur 10 EU 2005, Turki, Swedia, Spanyol,
kering Slovenia, Portugal, Polandia,
termasuk Norwegia, Netherland, Lixembourg,
kismis Lithuania, Liechtenstein, Italia, Irlandia,
Iran, Islandia, Hungaria, Yunani,
Jerman, Francis, Finlandia, Denmark,
Belgia, Austria 10 ppb (24 negara dari
26 negara yang mengatur OTA pada
buah kering)
7 Sari buah 2 regulasi EU 2005 2 ppb; Bulgaria 3
anggur ppb; Italia 50 ppb
8 Kopi sangrai 5 regulasi EU 2005 dan Cuba 5 ppb;
termasuk kopi Bulgaria, Italia 4 ppb; Yunani 20 ppb;
bubuk Hungaria 10 ppb; Singapura 2,5 ppb;
Uruguay 50 ppb.
9 Kopi instant 10 regulasi EU 2005 10 ppb
65
10 Bir 0.2 Italia, Bulgaria 0.2 ppb
Batas maksimum kandungan patulin
dalam pangan
Batas
No Pangan maksimum
(ppb)
1 Buah apel segar 50 Singapura 50 ppb
2 Buah apel 50 Ukraina, Slovakia, Singapura,
dalam kaleng Rusia, Hungaria, Estonia, Cuba,
Belarus.
(8 negara yang mengatur PAT pada
buah apel dalam kaleng sebesar 50
ppb)
3 Puree apel 25 Eropa, UK, Swedia, Spanyol,
Slovenia, Portugal, Norwegia,
Netherland, Lixembourg,
Liechtenstein, Italia, Irlandia,
Islandia, Yunani, Jerman, Francis,
Finlandia, Denmark, Belgia, Austria.
(20 negara yang mengatur PAT
pada puree apel sebesar 25 ppb)
66
Lanjutan ...
Batas
No Pangan maksimum
(ppb)
4 Sari buah apel 50 Codex, Eropa, Uruguay, USA,
5 nektar apel 50 UK, Turki, Switzerland,
Spanyol, Swedia, Slovenia,
Singapura,
Serbia&Montenegro, Rusia,
Rumania, Portugal, Polandia,
Norwegia, Netherland,
Maroko, Moldova,
Lixembourg, Liechtenstein,
Latvia, Korea, Jepang, Italia,
Israel, Irlandia, Iran, Islandia,
Yunani, Jerman, Francis,
Finlandia, Denmark, Cuba,
Kroasia, Cina, Bulgaria,
Belgia, Austria : 50 ppb
(41 negara dari 44 negara
yang mengatur PAT pada sari
67
buah dan nectar apel)
Lanjutan ...
Batas
No Pangan maksimum
(ppb)
6 MP-ASI 10 Eropa, UK, Swedia, Spanyol, Slovenia,
berbasis apel Portugal, Norwegia, Netherland,
Lixembourg, Liechtenstein, Italia,
Irlandia, Islandia, Yunani, Jerman,
Francis, Finlandia, Denmark, Belgia,
Austria.(20 negara dari 21 negara yang
mengatur PAT pada MP-ASI berbasis
apel sebesar 10 ppb)
7 Minuman 50 Eropa, UK, Swedia, Spanyol, Slovenia,
beralkohol Portugal, Norwegia, Netherland,
berbasis apel Lixembourg, Liechtenstein, Italia,
Irlandia, Islandia, Yunani, Jerman,
Francis, Finlandia, Denmark, Belgia,
Austria.(20 negara yang mengatur PAT
pada minuman beralkohol berbasis
apel sebesar 50 ppb)
68
Terima
Kasih

69

Anda mungkin juga menyukai