Anda di halaman 1dari 28

MIKOTOKSIN

ADITHYA ANANDA PUTRA


DINDA SAFIRA MUSTAQILLA
KURNIA ENITA
MUHAMMAD AJI AFDILLAH
PRETY KHADISTY
PUTRI NURMAZELLA
RIRIN ROSANTI
SUTIA MARTILLA
PILIHAN
SUB JUDUL
A PENGERTIAN
MIKOTOKSIN

PILIHAN
SUB JUDUL
JENIS-JENIS
MIKOTOKSIN
B
PILIHAN

SUB JUDUL
C EFEK PADA MANUSIA
DAN HEWAN

PILIHAN
SUB JUDUL
PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN
D
 Salah satu toksin alami yang bisa terkandung dalam makanan
adalah mikotoksin.

 Mikotoksin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk


pada toksin yang dihasilkan oleh jamur Lebih lengkapnya,
mikotoksin didefinisikan sebagai racun atau toksin hasil dari
proses metabolisme sekunder jamur yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologis abnormal atau pathologis
pada manusia dan hewan. Mikotoksikosis adalah peristiwa
keracunan yang disebabkan oleh makanan atau pakan yang
telah tercemar mikotoksin.

 Mikotoksikosis adalah peristiwa keracunan yang disebabkan


oleh makanan atau pakan yang telah tercemar mikotoksin.
 Mikotoksin atau racun jamur akan sangat
mudah ditemukan saat kondisi lingkungan
lembab, terutama saat musim penghujan.

 Selainitu ransum atau bahan baku ransum


dengan kadar air yang tinggi akan memicu
tumbuhnya jamur yang menghasilkan racun
atau toksin.
 Berbedadg toksin yg diproduksi oleh bakteri,
mikotoksin kadang-kadang tidak
menimbulkan gejala yang bersifat akut,

 Tetapitimbulnya gejala sakit biasanya


disebabkan oleh konsumsi mikotoksin secara
berulang-ulang dlm suatu periode waktu
tertentu.
JENIS-JENIS MIKOTOKSIN

 AFLATOKSIN

Aflatoksin berasal dari singkatan Aspergillus Flavus Toxin. Toksin ini


pertama kali diketahui berasal dari jamur Aspergillus Flavus yang berhasil
diisolasi pada tahun 1960. Aspergillus Flavus sebagai penghasil utama
aflatoksin umumnya hanya memproduksi aflatoksin B1 dan B2 (AFB1 dan
AFB2) Sedangkan Aspergillus Parasiticus memproduksi AFB1, AFB2,
AFG1, dan AFG2. Dimana dibedakan berdasarkan penampakan
fluoresensinya pada lempeng kromatografi lapisan tipis dibawah sinar UV,
yang memberikan warna biru (blue) untuk B, sedangkan warna hijau (green)
untuk yang G. Aspergillus Flavus dan Aspergillus Parasiticus ini tumbuh
pada kisaran suhu yang jauh, yaitu berkisar dari 10-120C sampai 42-430C
dengan suhu optimum 320-330C dan ph optimum 6.
Aspergillus flavus Aspergillus parasiticus

Aspergillus Flavus merupakan spesies yang dikenal


sebagai penghasil aflatoksin yang cukup besar, sedangkan
Aspergillus Parasiticus yang biasanya diisolasi dari
serangga patogen juga mampu memproduksi aflatoksin
dengan jumlah yang hampir sama dengan Aspergillus
Flavus.
 CITRININ
Citrinin pertama kali diisolasi dari
Penicillium Citrinum oleh Thom pada
tahun 1931. Mikotoksin ini ditemukan
sebagai kontaminan alami pada jagung,
beras, gandum, barley, dan gandum
hitam (rye). Citrinin juga diketahui dapat
dihasilkan oleh berbagai spesies
Monascus dan hal ini menjadi perhatian
terutama oleh masyarakat Asia yang
menggunakan Monascus sebagai sumber
zat pangan tambahan. Monascus banyak
dimanfaatkan untuk diekstraksi
pigmennya (terutama yang berwarna
merah) dan dalam proses
pertumbuhannya, pembentukan toksin
citrinin oleh Monascus perlu dicegah.
 FUMONISIN
Fumonisin termasuk kelompok toksin
fusarium yang dihasilkan oleh jamur
Fusarium spp., terutama Fusarium
Moniliforme dan Fusarium
Proliferatum. Mikotoksin ini relatif
baru diketahui dan pertama kali
diisolasi dari Fusarium Moniliforme .
Selain Fusarium Moniliforme dan
Fusarium Proliferatum, terdapat pula
jamur lain yang juga mampu
memproduksi fumonisin, yaitu
Fusarium Nygamai, Fusarium
Anthophilum, Fusarium Diamini dan
Fusarium Napiforme.
• Konsentrasi fumonisin biasanya meningkat pada musim
panas dan kering dan pada periode dimana kelembaban
tinggi. Pada jagung yang disimpan, jika kelembabannya
berkisar antara 18 % - 23 % biasanya produksi jamur
meningkat sebanding dengan konsentrasi fumonisinnya.

• Fumonisin diperkirakan bersifat toksik karena


mempengaruhi sintesi sphingolipid. Klop; Perubahan rasio
dasar sphingolipid terjadi karena fumonisin menghambat
enzim eramide sythetase. Efek fumonisin pada hewan target
setelah mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi yaitu
hilang nafsu makan, lesu dan mengalami gangguan saraf.
 DEOKSINIVALENOL
Deoksinivalenol (DON, vomitoksin)
adalah mikotoksin jenis trikotesena tipe
B yang paling polar dan stabil. Jenis
mikotoksin ini diproduksi oleh jamur
Fusarium Graminearium (Gibberella
zeae) dan Fusarium Culmorum, dimana
keduanya merupakan patogen pada
tanaman. DON merupakan suatu epoksi-
sesquiter-penoid yang mempunyai 1
gugus hidroksil primer dan 2 gugus
hidroksil sekunder serta gugus karbonil
berkonjugasi yang membedakannya
dengan trikotesena tipe lain.
• Karena senyawa ini stabil, DON dapat pula ditemukan pada
produk sereal seperti sereal untuk sarapan, roti, mi instan,
makanan bayi, malt dan bir. Transfer DON dari pakan ternak
ke dalam daging dan produk hewan lainnya sangat rendah.
Selain itu produk dari hewan ini tidak mempunyai kontribusi
yang nyata terhadap manusia.

• Toksisitas akut DON diperlihatkan pada babi dengan gejala


keracunan seperti muntah-muntah, tidak mau makan,
penurunan berat badan dan diare. Intoksikasi akut
menyebabkan nekrosis pada beberapa jaringan seperti
saluran pencernaan, jaringan limfoid dan sumsum tulang.
 PATULIN
Patulin dihasilkan oleh Penicillium,
Aspergillus, Byssochlamys, dan
spesies yang paling utama dalam
memproduksi senyawa ini adalah
Penicillium expansum. Toksin ini
menyebabkan kontaminasi pada buah,
sayuran, sereal, dan terutama adalah
apel dan produk-produk olahan apel
sehingga untuk diperlukan perlakuan
tertentu untuk menyingkirkan patulin
dari jaringan-jaringan tumbuhan
Contohnya adalah pencucian apel
dengan cairan ozon untuk mengontrol
pencemaran patulin.
 OCHRATOXIN
Ochratoxin dihasilkan oleh jamur
dari genus Aspergillus, Fusarium,
and Penicillium dan banyak
terdapat di berbagai macam
makanan, mulai dari serealia, babi,
ayam, kopi, bir, wine, jus anggur,
dan susu. Secara umum, terdapat
tiga macam ochratoxin yang
disebut ochratoxin A, B, dan C,
namun yang paling banyak
dipelajari adalah ochratoxin A
karena bersifat paling toksik
diantara yang lainnya.
 TRICHOTHECENES

Terdapat 37 macam sesquiterpenoid alami yang termasuk


ke dalam golongan trichothecene dan biasanya
dihasilkan oleh Fusarium, Stachybotrys, Myrothecium,
Trichodemza, dan CephalosporiumA.Toksin ini
ditemukan pada berbagai serealia dan biji-bijian di
Amerika, Asia, dan Eropa Toksin ini stabil dan tahan
terhadapa pemanasan maupun proses pengolahan
makanan dengan autoclave.Selain itu, apabila masuk ke
dalam pencernaan manusia, toksin akan sulit dihidrolisis
karena stabil pada pH asam dan netral.
• ERGOT ALKALOID

Ergot alkaloid diproduksi oleh berbagai jenis


cendawan, namun yang utama adalah golongan
Clavicipitaceae. Dulunya kontaminasi
senyawa ini pada makanan dapat menyebabkan
epidemik keracunan ergot (ergotisme) yang
dapat ditemui dalam dua bentuk, yaitu bentuk
gangren (gangrenous) dan kejang (convulsive).
• GRISEOFULVIN

Ditemukan oleh oxford pada tahun 1939 dari


miselia. Dihasilkan oleh spesies jamur
Penicillium Griseofulvum dan spesies lainnya
yang meliputi spesies Penicillium Patulum,
Penicillium albidum, Penicillium Raistrickii,
Penicillium Brefeldianum, dan Penicillium
Viridi-cyclopium.
• RUBRATOXIN

Hasil metabolit Penicillium Rubrum diisolasi dari


tanah, bahan pangan ,pakan dihasilkan oleh dua spesies
yaitu Penicillium Rumrum dan Penicillium
Purpurogenum

• BUTENOLIDE
Merupakan mikotoksin yang diisolasi dari jamur
Fusarium Equiseti dan spesies lainnya adalah Fusarium
Tricinotum, Fusarium Nivale, Fusarium Roseum,
Fusarium Semitectum, Fusarium Lateritium.
EFEK MIKOTOSIS PADA
HEWAN DAN MANUSIA
EFEK PADA MANUSIA

Banyak mikotoksin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada


manusia melalui makanan, salah satunya adalah kontaminasi citrinin
pada produk keju karena proses fermentasi keju yang melibatkan P.
Citrinum dan P. expansum penghasil citrinin. Pada manusia dan hewan,
citrinin dapat menyebabkan penyakit kronis, di antaranya dapat terjadi
akibat toksisitas pada ginjal dan terhambatnya kerja enzim yang
berperan dalam respirasi. Aflatoksin merupakan senyawa karsinogenik
yang dapat memicu timbulnya kanker liver pada manusia karena
konsumsi susu, daging, atau telur yang terkontaminasi dalam jumlah
tertentu. Kehilangan tanaman pangan akibat kontaminasi aflatoksin
juga sangat merugikan manusia, baik petani maupun kalangan industri
hasil pertanian di dunia. Pada laki-laki, kandungan ocharatoxin A yang
terlalu tinggi di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kanker testis.
EFEK PADA HEWAN

Aflatoksin dapat menyebabkan penyakit liver pada hewan (terutama


aflatoksin B1) yang ditandai dengan produksi telur, susu, dan bobot
tubuh yang menurun. Untuk mereduksi atau mengeliminasi efek
aflatoksin pada hewan, dapat digunakan amoniasi dan beberapa
molekul penyerap. Pada ayam petelur, babi, sapi, tikus, dan mencit,
toksin fumonisin sulit siserap namun penyebarannya sangat cepat dan
ditemukan dapat tertimbun di hati dan ginjal hewan hingga
menyebabkan kerusakan oksidatif. Senyawa ochratoxin A bersifat
karsinogenik, mutagenik, teratogenik, dan mampu menimbulkan gejala
imunosupresif pada berbagai hewan. Pada ternak babi, senyawa
zearalenone dapat menyebabkan kelainan reproduksi yang disebut
vulvovaginitis.
PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN MIKOTOKSIN
• Kontrol Kadar Air
Kandungan air dalam pakan menjadi
salah satu faktor utama akan
berkembang nya jamur. Air yang
terkandung didalam pakan didapat
dari 3 sumber yaitu :
1. Kandungan pakannya.
2. Proses pakan di pabrik
3. Tempat dimana pakan disimpan
• Kontrol Kondisi Lingkungan Tempat
Menyimpan Pakan
Untuk mengontrol pertumbuhan jamur, sumber
timbulnya air dari tempat penampungan pakan
dan peralatan penyimpanan perlu dihindari.
Sumber air ini dapat timbul karena kebocoran
tempat penyimpanan, bagian atap gudang atau
atap tempat pengilingan. Timbulnya air pada
pakan seringkali dilewatkan. Pada sistem
perkandangan close house banyak dilakukan
dengan memberikan rasa dingin yang
menyebabkan kondisi lingkungan lebih lembab.
Kelembaban pada sistem perkandangan ini harus
dikontrol dengan sistem ventilasi yang cukup.
• Kontrol Agar pakan Tetap Segar
Sebaiknya pakan yang diberikan ke ternak masih dalam
keadaan segar. Pakan seharusnya dikonsumsi habis
maksimal dalam waktu 10 hari setelah pengiriman. Hal
yang perlu dilakukan adalah mengatur sistem pengiriman
pakan untuk memastikan bahwa pakan tersebut harus
habis. Selain itu pemberian pakan sebaiknya diberikan
secara bertahap. Ternak umumnya akan memakan pakan
yang ada dibagian atas sedangkan pakan yang ada
dibagian bawah telewatkan sehingga kemungkinan jamur
bisa tumbuh. Untuk mencegah masalah ini, seharusnya
pakan ditempat pakan dihabiskan sebelum datang pakan
yang baru.Prinsip pengeluaran dari gudang juga sama
yang biasa disebut dengan “all in all aut”
• Kebersihan Peralatan

Saat pakan dikirim ke farm, dimungkinkan terjadi


kontak dengan pakan yang lama yang masih
tertinggal pada saat penyimpanan pakan atau
pengiriman pakan.pakan lama tersebut seringkali
terdapat jamurnya dan jika kontak dengan pakan
baru maka kesempatan jamur untuk tumbuh dan
membentuk mikotoksin akan meningkat. Untuk
mencegahnya, sisa pakan lama sebaiknya
dibersihkan dahulu dari peralatan tersebut.
• Penggunaan Bahan Penghambat Tumbuhnya jamur
(Mold inhibitor)
Penggunaan bahan kimia penghambat tumbuhnya jamur
merupakan salah satu cara yang baik digunakan dalam industri
pakan.
Tipe mold inhibitor utama antara lain adalah :
a. Asam organik atau kombinasi beberapa asam-asam organik
(Propionat, sorbat, benzoat, dan asam asetat)
b. Garam dari asam organik (contohnya : kalsium Propionat
dan potasium sorbat)
c. Tembaga sulfat . Bahan-bahan kimia ini baik bentuk padat
ataupun cair cara kerjanya sama dan menyebar rata
keseluruh paka. Umumnya bentuk asam lebih efektif
dibanding bentuk yang lainnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai