Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SOCIAL STRES

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan


Dosen Pengampu : Dr. Asih Kuswardinah, M.Pd

Oleh :

NITA SOFIA RAKHMAWATI (NIM. 0613519012)


ANGGUN DESSITA W (NIM. 0613519014)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................ 2
BAB II ISI/ PEMBAHASAN
A. Definisi Sosial Stres ............................................................................ 3
B. Lingkungan Sosial .............................................................................. 3
C. Stressor, Tingkatan Stres dan Koping ................................................. 4
D. Isu atau Kejadian/ Contoh Kasus Sosial Stres dan Pembahasan ........ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
DAFTAR RUJUKAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stres adalah suatu keadaan yang tertekan, baik fisik maupun
psikologis. Keadaan yang tercipta ini merupakan suatu keadaan yang sangat
mengganjal dalam diri individu karena adanya perbedaan antara yang
diharapkan dengan yang ada. Stres sebagai sejenis frustasi di mana adanya
gangguan-gangguan dalam aktivitas yang dilakukan individu untuk mencapai
tujuannya sehingga individu tersebut merasa cemas, was-was, dan khawatir.
Stres adalah keadaan dimana beban yang dirasakannya terlalu berat dan tidak
sepadan dengan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi beban yang
dialaminya (Handono dan Bahori, 2013). Sedangkan sosial stres merupakan
istilah yang mengacu pada ketegangan yang terbentuk sebagai akibat dari
hubungan seseorang dan lingkungan sosialnya. Sosial stres merupakan
perasaan tidak nyaman atau kecemasan yang mungkin dialami individu dalam
situasi sosial, dan kecenderungan terkait untuk menghindari situasi sosial
yang berpotensi menimbulkan stres (Wadman dkk, 2011).
Sosial stres atau yang dapat disebut dengan tekanan sosial dapat
terjadi pada siapapun dan hampir selalu mempengaruhi disetiap keputusan.
Sosial stres terjadi karena adanya suatu tekanan yang kemudian membuat
individu mengikuti (conform) dengan pendapat orang lebih banyak meski
awalnya tidak sejalan/ tidak setuju (Wijaya, 2018). Akibat/ dampak yang
ditimbulkan dari sosial stres yaitu akan menimbulkan suatu gangguan,
keadaan yang tidak menyenangkan, atau perasaan terancam yang
mengharuskan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri untuk mengurangi
ancaman itu (Islamia, 2012).
Makalah ini akan memaparkan mengenai sosial stres dan aspek-aspek
terkait dengan diikuti isu-isu, kejadian-kejadian atau contoh kasus terkait
sosial stres yang kemudian akan dijadikan bahan diskusi kelas. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu sosial dan perilaku kesehatan
Program Pascasarjana, Magister Kesehatan Mayarakat, Unniversitas
Semarang 2019. Apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak

1
2

kekurangan, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
B. Rumusan Masalah
Pendapat-pendapat yang dapat dikemukakan terkait permasalahan
sosial stres sehingga diketahui penyebab terjadinya sosial stres ataupun
aspek-aspek terkait dengan permasalahan sosial stres.
C. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan umum
Mengetahui pendapat-pendapat yang dapat dikemukakan terkait sosial
stres sehingga dapat diketahui berbagai pendapat yang kemudian dapat
disimpulkan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi sosial stres sehingga memberikan pengetahuan
mengenai definisi sosial stres sebagai bahan diskusi untuk aspek
terkait selanjutnya.
b. Mengetahui definisi lingkungan sosial
c. Stressor, tingkatan stres dan koping
d. Isu atau kejadian/ contoh kasus terkait sosial stres diikuti dengan
pembahasan terkait isu atau kejadian/ contoh kasus mengenai sosial
stres.
e. Mengetahui kesimpulan dari pendapat-pendapat yang dikemukakan
terkait sosial stres.
BAB II
ISI/ PEMBAHASAN

A. Definisi Sosial Stres


Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stress merupakan
persepsi terhadap situasi atau kondisi didalam suatu lingkungan (National
Safety Counsil, 2004). Stres adalah suatu keadaan yang tertekan, baik fisik
maupun psikologis. Keadaan yang tercipta ini merupakan suatu keadaan yang
sangat mengganjal dalam diri individu karena adanya perbedaan antara yang
diharapkan dengan yang ada. Stres sebagai sejenis frustasi di mana adanya
gangguan-gangguan dalam aktivitas yang dilakukan individu untuk mencapai
tujuannya sehingga individu tersebut merasa cemas, was-was, dan khawatir.
Stres adalah keadaan dimana beban yang dirasakannya terlalu berat dan tidak
sepadan dengan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi beban yang
dialaminya (Handono dan Bahori, 2013). Sedangkan sosial stres merupakan
istilah yang mengacu pada ketegangan yang terbentuk sebagai akibat dari
hubungan seseorang dan lingkungan sosialnya. Sosial stres merupakan
perasaan tidak nyaman atau kecemasan yang mungkin dialami individu dalam
situasi sosial, dan kecenderungan terkait untuk menghindari situasi sosial
yang berpotensi menimbulkan stres (Wadman dkk, 2011).
B. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu
tindakan serta perubahan-perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan
sosial yang kita kenal antara lain lingkungan keluarga, lingkungan teman
sebaya, dan lingkungan tetangga. Lingkungan sosial merupakan semua
kondisi-kondisi dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkahlaku seseorang, termasuk pertumbuhan dan perkembangan atau life
processe, yang dapat pula dipandang sebagai penyiapan lingkungan (to
provide environment) bagi generasi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa lingkungan sosial merupakan segala sesuatu yang terdapat di sekitar

3
4

manusia yang dapat memberikan pengaruh pada manusia tersebut, serta


manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya, seperti tetangga-tetangga,
teman-teman, bahkan juga orang lain di sekitarnya yang belum dikenal
sekalipun (Resmana, 2012).
C. Stressor, Tingkatan Stres dan Koping
1. Stressor
Stressor diartikan sebagai penyebab timbulnya stres, datangnya
stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan. Sedangkan
sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh, sumber stres
dapat berupa biologik/ fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spiritual
(Rasmun, 2004).
a. Stressor biologik dapat berupa mikroba, bakteri, virus dan jasad renik
lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup
lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Stressor fisik dapat berupa perubahan iklim, alam, suhu, cuaca,
geografi yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi
berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan
penduduk, imigrasi, kebisingan dan lain sebagainya.
c. Stressor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan
glukosa sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan,
pemakaian alkohol dan lain sebagainya.
d. Stressor sosial psikologik yaitu labeling (penamaan) dan prasangka,
ketidakpuasan terhadap diri-sendiri, kekejaman konflik peran, percaya
diri yang rendah dan lain sebagainya.
e. Stres spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-
Tuhanan.
2. Tingkatan stres
Tingkatan stres menurut Rasmun (2004) diuraikan sebagai berikut :
a. Stres ringan, biasanya tidak merusak aspek fisiologis contohnya
ketiduran, kemacetan, dikritik dan lain sebagainya.
5

b. Stres sedang, terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari,
contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih,
mengharapkan pekerjaan baru dan lain sebagainya.
c. Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.
3. Koping
Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam
menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut merupakan respon
individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun
psikologik. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping
yang efektif menghasilkan adaptasi menetap yang merupakan kebiasaan
baru dan perbaikan diri situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak
efektif berakhir dengan maladaftif yaitu perilaku yang menyimpang dari
keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain
atau lingkungan. Setiap individu dalam melakukan koping tidak sendiri
dan tidak hanya menggunakan suatu strategi tetapi dapat melakukannya
variasi, hal tersebut tergantung dari kemampuan dan kondisi individu
(Rasmun, 2014). Adapun 2 strategi koping menurut Lazarus dan Folkman
(1984) yaitu :
a. Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon
emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan
secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman
mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Emotional-
Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor
yang ada tidak dapat diubah atau diatasi. Berikut adalah aspek-
aspeknya :
1) Self Control,merupakan suatu bentukdalam penyelesaian masalah
dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan,
6

maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil


tindakan.
2) Seeking Social Support (For Emotional Reason) adalah suatu cara
yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan
cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan
sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
3) Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara
merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau
mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah
(hikmah).
4) Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi
padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang
bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
5) Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan
berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-
masalah yang ada pada dirinya
b. Problem-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau
memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres.
Lazarus dan Folkman mengemukakan bahwa individu cenderung
menggunakan Problem Focused Coping ketika individu memiliki
persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah. Aspek-aspek yang
digunakan individu, yaitu :
1) Distancing adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui
yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya
dengan pandangan yang positif, dan seperti menganggap
remeh/lelucon suatu masalah .
2) Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk
suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi
stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati,
bertahap dan analitis.
7

3) Positive Reapraisal yaitu usaha untuk mencari makna positif dari


permasalahan dengan pengembangan diri dan stategi ini terkadang
melibatkan hal-hal religi.
4) Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah
dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu
teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
5) Escape, usaha untuk menghilangkan stres dengan melarikan diri
dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok,
narkoba, makan banyak dan lainnya.
Jenis coping mana yang akan digunakan dan bagaimana
dampaknya, sangat tergantung pada jenis stres atau masalah yang
dihadapi. Keberhasilan atau kegagalan dari coping tersebut akan
menentukan apakah reaksi terhadap stres akan menurun dan terpenuhinya
berbagai tuntutan yang diharapkan.
D. Isu atau Kejadian/ Contoh Kasus terkait Sosial Stres diikuti dengan
pembahasan
1. Lingkungan keluarga
Dikutip dari Jurnal Psikoislamedia mengenai “stres keluarga, model dan
pengukurannya” Maryam (2016) dapat diketahui bahwa penyebab stres
dapat digolongkan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penyebab dan Tingkat Stres menurut Metode Holmes dan Rahe
dalam Jurnal Psikoislamedia, Maryam (2016).
No Penyebab stres
1 Kematian pasangan
2 Perceraian
3 Perpisahan perkawinan
4 Masuk penjara
5 Kematian anggota keluarga
6 Luka atau sakit parah
7 Perkawinan
8 Dipecat dari pekerjaan/ kehilangan aset
9 Pensiun
10 Rekonsilisasi perkawinan
11 Perubahan kesehatan atau perilaku anggota keluarga
12 Kehamilan
13 Masalah seksual
14 Memperoleh anggota keluarga baru lewat kelahiran
8

15 Penyesuaian bisnis secara besar-besaran


16 Perubahan kondisi keuangan
17 Kematian teman dekat
18 Perubahan jenis pekerjaan
19 Perubahan banyaknya argumen dengan rekan
20 Mengambil hipotek baru/ pinjaman keuangan
21 Penyitaan hipotek atau pinjaman
22 Perubahan tanggung jawab
23 Anak meninggalkan rumah
24 Masalah dengan mertua
25 Prestasi individu yang luar biasa
26 Rekan mulai/ berhenti bekerja
27 Mulai atau tamat sekolah
28 Perubahan kondisi kehidupan
29 Revisi kebiasaan individu
30 Masalah dengan pimpinan
31 Perubahan jam atau kondisi kerja
32 Perubahan tempat tinggal
33 Perubahan sekolah
34 Perubahan kebiasaan tamasya
35 Perubahan aktivitas gereja
36 Perubahan aktivitas sosial
37 Pembelian besar seperti mobil baru
38 Perubahan kebiasaan tidur
39 Perubahan pertemuan keluarga
40 Perubahan kebiasaan makan
41 Ketaatan terhadap natal atau liburan
42 Pelanggaran kecil pada hukum.

Penyebab stres diatas merupakan hasil dari pengukuran “Social


Readjusment Rating Scale” yang mengkategorikan tingkat stres dari yang
paling berat hingga ringan.
9

a. Studi kasus sosial stres dalam lingkungan keluarga


Contoh kasus perceraian.
1) Dikutip dari Badan Pusat Statistik

Gambar 2.1 Perkembangan Angka Perceraian di Indonesia (Badan


Pusat Statistik)
Berdasarkan gambar 2.1 diatas dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan secara terus-menerus terhadap kasus
perceraian masyarakat Indonesia, dimana data menunjukan angka
terahir kasus perceraian 2016 menunjukan angka yang paling
tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, baik di jawa
tengah maupun daerah sekitarnya.
2) Dikutip dari Republika.co.id

Gambar 2.2 Publikasi Kasus terkait Perceraian


10

Gambar 2.3 Publikasi Kasus terkait Perceraian


Gambar diatas menunjukan publikasi banyaknya kasus perceraian
pada masyarakat Indonesia diberbagai daerah.
b. Pembahasan
Jurnal Psikoislamedia mengenai “stres keluarga, model dan
pengukurannya” Maryam (2016) menjelaskan bahwa keluarga
menjadi unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang memiliki
pengaruh yang sangat kuat terhadap suatu kondisi. Keluarga
merupakan kesatuan yang utuh yang akan menciptakan dinamisasi
dalam berinteraksi, memberikan keputusan, dan pemecahan masalah.
Jika dalam satu keluarga mengalami stres keluarga maka akan
mempengaruhi sistem yang terdapat dalam keluarga tersebut.
Jurnal Psikologi, Khumas (2015) mengenai model penjelasan
intensi cerai perempuan muslim di Sulawesi Selatan menjabarkan
bahwa banyak faktor yang menjadi penyebab suatu perceraian terjadi
dan membawa dampak negatif pada kesejahteraan fisik dan psikologis
seluruh anggota keluarga. Perceraian terjadi karena perselingkuhan,
ketidak cocokan, masalah kepribadian, komunikasi dan lain
sebagainya. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa kecemasan tinggi
serta perubahan perilaku pada anggota keluarga. Perceraian
merupakan peristiwa yang sangat menekan. Selain membawa dampak
buruk pada anggota keluarga lainnya, perceraian berdampak besar
pada kelangsungan hidup suami istri yang mengalaminya. Pasangan
11

yang bercerai cukup banyak yang mengunjungi klinik psikiatri dan


rumah sakit dari pada pasangan dari keluarga utuh. Pasangan bercerai
lebih banyak yang mengalami kecemasan, depresi, perasaan marah,
perasaan tidak kompeten, penolakan, dan kesepian. Berakhirnya
perkawinan juga membawa beberapa dampak sosial, misalnya
mempersempit jaringan sosial yang berdampak pada kurangnya
dukungan sosial, menyebabkan pengalaman hidup negatif dan
penderitaan psikologis, serta menyebabkan kesulitan ekonomi bagi
perempuan.
12

2. Lingkungan teman sebaya


a. Contoh kasus kejadian bullying pada anak usia sekolah
1) Dikutip dari berita Liputan 6.com (2015)
13

Dari artikel diatas dapat diketahui bahwa maraknya kasus


bullying dikalangan anak usia sekolah, dimana hasil riset yang
dilakukan LSM Plan International dan International Center for
Research on Women (ICRW) yang dirilis awal Maret 2015
menunjukkan fakta mencengangkan terkait kekerasan anak di
sekolah. Terdapat 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di
sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dari tren di kawasan Asia
yakni 70%.
2) Dikutip dari berita Tempo.com (2018)
14

Artikel diatas menjelaskan pula bahwa data dari bidang


pendidikan diperoleh bahwa dari 161 kasus, 41 kasus di
antaranya adalah kasus anak pelaku kekerasan dan bullying.
Menurut data KPAI, jumlah kasus pendidikan per tanggal 30 Mei
2018, berjumlah 161 kasus, adapun rinciannya; anak korban
tawuran sebanyak 23 kasus atau 14,3 persen, anak pelaku
tawuran sebanyak 31 kasus atau 19,3 persen, anak korban
kekerasan dan bullying sebanyak 36 kasus atau 22,4 persen, anak
pelaku kekerasan dan bullying sebanyak 41 kasus atau 25,5
persen, dan anak korban kebijakan (pungli, dikeluarkan dari
sekolah, tidak boleh ikut ujian, dan putus sekolah) sebanyak 30
kasus atau 18,7 persen.
b. Pembahasan
Dikutip dari Jurnal Penelitian dan PPM, Zakiyah dkk (2017)
dijelaskan bahwa bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan
untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal,
fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma,
dan tak berdaya. Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko
mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun
mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang
menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah
mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin
akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit
kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di
lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi
akademis. Dijelaskan pula bahwa faktor penyebab terjadinya bullying
antara lain karena faktor keluarga yang bermasalah, sekolah yang
mengabaikan, faktor kelompok sebaya yang terkadang mendorong
untuk untuk melakukan bullying, kondisi lingkungan sosial
(kemiskinan) dan tayangan televisi dan media cetak yang membentuk
perilaku bullying. Sufriani dan Sari (2017) dalam Idea Nursing
Journal diperoleh pula bahwa faktor penyebab bullying diantaranya
15

faktor individu, keluarga, sekolah, teman sebaya dan media


merupakan faktor yang sangat erat hubungannya dengan tindakan
bullying.
3. Lingkungan tetangga
a. Contoh kasus terjadinya konflik sosial desa Manis Lor Kabupaten
Kuningan. Dikutip dari Jurnal Penelitian Komunikasi, Sumartias dan
Rahmat (2013).
b. Pembahasan
Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa terjadinya konflik sosial
dilatarbelakangi oleh faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
terjadinya permasalahan. Dampak dari konflik sosial dapat
mengakibatkan retaknya persatuan, dominasi pihak yang kuat,
menimbulkan kerugian harta, jiwa, dan mental serta munculnya
ketidakteraturan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosial stres merupakan istilah yang mengacu pada ketegangan yang
terbentuk sebagai akibat dari hubungan seseorang dan lingkungan sosialnya.
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta
perubahan-perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan sosial yang kita
kenal antara lain lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan
lingkungan tetangga. Dari beberapa contoh kasus terkait sosial stres diatas
dapat disimpulkan bahwa terjadinya suatu kasus didasari dengan adanya suatu
penyebab dan dari masing-masing kasus yang ada akan menimbulkan
dampak, baik dampak positif maupun negatif.

16
DAFTAR RUJUKAN

Badan Pusat Statistik. Nikah, Talak dan Cerai, serta Rujuk, 2007–2016
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/893. Dikutip 17
September 2019.
Handono dan Bashori. 2013. Hubungan Antara Penyesuaian Diri dan Dukungan
Sosial terhadap Stres Lingkungan pada Santri Baru. Jurnal Fakultas
Ppsikologi. Vol 1 (2). ISSN : 2303-114X.
Islamia, I. 2012. Tekanan Sosial, Tekanan Psikologis dan Kesejahteraan Subjektif
Keluarga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan. Publikasi Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor.
Khumas, A. 2015. Model Penjelasan Intensi Cerai Perempuan Muslim di
Sulawesi Selatan. Jurnal Psikologi. Vol 42 (3).
Lazarus, R.S & Folkman, S. 1984. Stress, appraisal, and coping. New York :
McGraw-Hill, Inc.
Liputan 6.com. https://www.liputan6.com/news/read/2191106/survei-icrw-84-
anak-indonesia-alami-kekerasan-di-sekolah. Dikutip 17 September 2019.
Maryam, S. 2016. Stres Keluarga : Model dan Ppengukurannya. Jurnal
Psikoislamedia. Vol 1 (2). ISSN : 2503-3611, 2548-4044.
Nasional Safety Counsil. 2004. Managemen Stres. Jakarta : EGC.
Republika.co.id. https://www.republika.co.id/tag/kasus-perceraian. Dikutip 17
September 2019.
Rasmun. 2004. Stress, Koping dan Adaptasi Tteori dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : Agung Seto. pp : 10-11
Resmana, A. 2012. Pengaruh Lingkungan Keluarga, Teman Sebaya dan Tetangga
terhadap Perilaku Menyimpang Anak Usia Sekolah Dasar yang Bekerja
sebagai Pemulung. Publikasi Skripsi. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Lampung.
Sufriani dan Sari. 2017. Faktor yang Mempengaruhi Bullying pada Anak Usia
Sekolah di Ssekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Idea
Nursing Journal. Vol 8 (3). ISSN : 2087-2879. e-ISSN : 2580-2445.
Sumartias dan Rahmat. 2013. Faktor-faktor yang Menyebabkan Konflik Sosial.
Jurnal Penelitian Komunikasi. Vol 16 (1).
Tempo.com https://nasional.tempo.co/read/1109584/hari-anak-nasional-kpai-
catat-kasus-bullying-paling-banyak. Dikutip 17 September 2019.
Wadman dkk. 2011. Stres Sosial pada Orang Muda dengan Gangguan Bahasa
Tertentu. Jurnal Remaja. Vol 34 (3) : 421-431.
18

Wijaya. 2018. https://edukasi.kompas.com/read/2018/08/20/15553111/tekanan-


sosial-hampir-selalu-mempengaruhi-setiap-keputusan-kita?page=all.
Dikutip 17 September 2019.
Zakiyah dkk. 2017. Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan
Bullying. Jurnal Penelitian dan PPM. Vol 4 (2). ISSN : 2442-448X.

Anda mungkin juga menyukai