Oleh :
19010000053
FAKULTAS HUKUM
2023
i
IMPLEMENTASI HAK ANAK KORBAN TINDAK PIDANA
PENCABULAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 35 TAHUN 2014
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
(STUDI KASUS DI UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK)
SKRIPSI
Oleh :
19010000053
FAKULTAS HUKUM
2023
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Enny Ristanti, S.H., M.S Dr. Nahdiya Sabrina, S.H., M.H., M.Kn.
Mengetahui
Ketua
Program Studi Ilmu Hukum S-1
iii
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terhadap anak.
1
2
Ini berarti bahwa anak harus dapat berkembang dan hidup secara
normal, tidak hanya dari segi fisik tetapi juga dari segi jiwa atau
psikisnya.
dalam kandungan.
kawin.
belas ) tahun.
tindak pidana.
Pasal 4, 5,7, 8, 10, 11, 13, 16,17 dan 18 bahwa hak-hak anak
3
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
5
rupiah).
korbannya.4
pencabulan adalah :5
bernafsu.
dalam hal ini pencabulan yang terkait di masyarakat itu bisa terjadi
anak.7
berikut :
8
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
9
Moerti Hadiati Soeroso.2010.Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Jakarta: Sinar
Grafika. Hlm.115
11
Malang Kota)”
B. Rumusan Masalah
malang kota?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
terhadap pelaku.
13
c. Bagi Mahasiswa
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. MetodePendekatan
10
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm, 43.
14
dalam penelitian.
bahan yaitu :
a) Data Primer
11
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang Selatan: UNPAM
Press, 2018), Hlm. 61-65
15
b) Data Sekunder
a) Wawancara (interview)
b) Observasi (pengamatan)
pencabulan anak.
c) Dokumentasi
12Ishad, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis Serta Disertasi,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017), hlm. 115
17
5. Analisa Data
dipahami.13
F. Sistematika Penulisan
mudah untuk memahami penulisan dalam skripsi ini, maka dari itu
13
Arikunto, 2009, Manajemen Penelitian, Jakarta: Ineka Cipta, hlm 72
18
BAB I: Pendahuluan
pencabulan.
1. Pengertian implementasi
19
20
mengenai tindak pidana itu sendiri. Perkataan feit dalam bahasa Belanda
a) Peristiwa pidana
b) Perbuatan pidana
c) Pelanggaran pidana
banyak, diantaranya:
pidana adalah perbuatan yang diatur oleh aturan hukum dilarang dan
14P.A.F. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm.181.
21
diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk
e) Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam
b) Kualitas si pelaku.
17
Ibid, hlm.190.
23
tidak dinyatakan secara tegas sebagai salah satu unsur dari delik yang
yaitu aliran monoistis dan aliran dualistis. Menurut aliran monoistis semua
syarat untuk menjatuhkan pidana sebagai unsur tindak pidana, aliran ini
pidana. Syarat untuk adanya pidana dalam aliran ini adalah semuanya
terhadap tindak pidana bahwa kalau satu konstitusi atau unsur-unsur tidak
terbukti maka terdakwa harus dibebaskan dari segala tuntutan hukum, dan
18
Ibid, hlm.193-194.
24
Seseorang baru dapat dipidana jika ada kesalahan pada dirinya dan
pada umumnya. Oleh karena itu, selalu diusahakan berbagai upaya untuk
perkembangan masyarakat.
tindak pidana. Salah satu bentuk tindak pidana yang terjadi di dalam
tidak berdaya seperti anak, baik pria maupun wanita, dengan kekerasan
seksual dengan orang yang tidak berdaya seperti anak, baik pria maupun
sebagai berikut, pencabulan adalah kata dasar dari cabul, yaitu kotor dan
keji sifatnya tidak sesuai dengan sopan santun (tidak senonoh), tidak
kesopanan).20
kelamin.22
pria yang memaksa pada seorang wanita bukan istrinya untuk melakukan
sembilan tahun”.
Perlindungan Anak :
Perlindungan Anak:
a) Unsur “barang siapa” Unsur “barang siapa” dalam Pasal ini adalah
adalah benar-benar pelaku atau bukan. Hal ini untuk antara lain
dilakukan perbuatan cabul. Jadi unsur ini tertulis kata atau yang berarti
a) Unsur-Unsur objektif
perbuatan cabul;
30
kesusilaan
masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin.
seorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Pengertian anak seperti
kawin.
yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk
Pasal 59A
Perlindungan Khusus bagi Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59 ayat (1) dilakukan melalui upaya:
a. penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau
rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial, serta pencegahan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya;
b. pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai
pemulihan;
c. pemberian bantuan sosial bagi Anak yang berasal dari
Keluarga tidak mampu;
d. pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap
proses peradilan.
PASAL 69
Perlindungan Khusus bagi Anak korban Kekerasan fisik dan/atau
psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf i
dilakukan melalui upaya:
a. penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang melindungi Anak korban tindak
Kekerasan;
b. pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi.
34
3. Hak Restitusi
Restitusi.
Anak
Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (Unit PPA). Kemudian
dan anak. Dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik,
masuk atau melintasi sebuah negara secara ilegal, serta melibatkan para
1) Unsur kecurangan
2) Unsur penipuan
3) Unsur pemaksaan.
Yakni tindak pidana atas kehormatan yang diatur dalam Pasal 285
korban.
tidak.
adalah substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat commit to
Anak;
h) Adopsi illegal;
PEMBAHASAN
ayat (3) dan (4) dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
peradaban bangsa, dan oleh karena itu, perlu ditekankan sesuai dengan
39
40
hukum tersebut.24
ini. Selain itu, Pasal 3 dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
peraturan perundang-undangan.
peradilan pidana. Hal ini mencakup seluruh prosedur hukum pidana, mulai
tua, wali, atau pihak yang bertanggung jawab atas pengasuhan memiliki
24
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan,
PT Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm.97.
41
Jika orang tua, wali, atau pengasuh melakukan perlakuan semacam itu,
Indonesia.
diinginkan.
mereka terhindar dari ancaman yang dapat datang dari tersangka atau
Tujuan dari tindakan ini adalah agar korban dapat memberikan kesaksian
dengan ketentuan hukum yang berlaku, dan oleh karena itu, penerapan ini
anak.
pengawasan.
aktif dari lembaga dan perangkat hukum yang telah disediakan khusus
44
bagi anak yang menjadi korban tindak pidana, terutama pencabulan. Hal
ini dilakukan karena anak, yang memiliki kedudukan yang lemah sebagai
orang dewasa.
dengan terbuka kepada penyidik. Hal ini bertujuan agar pelaku dapat
45
penegak hukum.
Malang.
gangguan.
10. Tempat Kediaman Baru. Hak anak sebagai korban tindak pidana
sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik bagi Anak. Oleh karena itu,
terjadi pelanggaran hukum. Dengan kata lain, tujuan hukum acara pidana
ditegakkan.
3. Faktor Sarana
4. Faktor Masyarakat
5. Faktor Kebudayaan
1. Faktor Keluarga
27
Ibid, hlm. 10
51
anak.
2. Faktor Masyarakat
masalah ini.
3. Faktor Kebudayaaan
orang tua yang sering memarahi mereka. Hal ini membuat korban
Malang, yang diwakili oleh Unit PPA Kota Malang dalam menegakkan
hukum terhadap anak yang menjadi korban kejahatan seksual, hal ini tidak
Soekanto.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam memberikan perlindungan khusus terhadap anak korban
yang diberikan.
54
55
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis memberikan saran
berikut :
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-
undang no 23 tentang Perlindungan Anak
WEBSITE