Anda di halaman 1dari 11

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAJAR KORBAN

PENGANIAYAAN OLEH PETUGAS DISHUB


(STUDI KASUS SINJAI TENGAH)

Draf Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum pada
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
Nurul Hikmah
NIM: 10400118024
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................
Daftar isi.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.................................................... 8
C. Rumusan Masalah................................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian.................................................................................... 9
E. Manfaat penelitian................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.................................................... 11


1. Fungsi dan Tugas Pokok Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi....... 11
B. Tenaga Kerja........................................................................................... 13
1. Pekerja................................................................................................ 14
2. Macam-Macam Pekerja/Buruh........................................................... 17
3. Hak-Hak Pekerja/Buruh..................................................................... 26
4. Kewajiban Pekerja/Buruh................................................................... 27
5. Perlindungan Hukum Pekerja /Buruh................................................. 29
C. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)........................................................ 31
1. Definisi PHK...................................................................................... 31
2. Jenis-Jenis PHK.................................................................................. 32
3. Hak-Hak Tenaga Kerja yang di PHK................................................. 36
4. Penyebab PHK.................................................................................... 38
5. Dampak PHK...................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian........................................................................................ 42
B. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 42
C. Jenis Data Penelitian............................................................................... 42
D. Lokasi Penelitian..................................................................................... 43
E. Analisi data.............................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Anak dan Hak Asasi Anak

Menurut pengetahuan umum yang dimaksud anak adalah seseorang yang

lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak

atau juvenale adalah seseorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum

dewasa serta belum kawin. Pengertian dimaksud merupakan pengertian yang

sering kali dijadikan pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak7.

Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal ini

adalah agama Islam, anak merupakan makhluk yang Dhaif dan mulia, yang

keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT, dengan melalui

proses penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam

pandangan agama Islam maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti

diberi nafkah, baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak tersebut tumbuh

menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab dalam

mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa

mendatang8.

Pengertian anak menurut hukum pidana lebih diutamakan pada

pemahaman terhadap hak-hak anak yang harus dilindungi, karena secara kodrat

memiliki substansi yang lemah dan di dalam sistem hukum dipandang sebagai

subjek hukum yang dicangkokkan dari bentuk pertanggung jawaban sebagaimana

2
layaknya seseorang subjek hukum yang normal. Pengertian anak dalam aspek

hukum pidana menimbulkan aspek hukum positif terhadap proses normalisasi

anak dari perilaku menyimpang untuk membentuk kepribadian dan tanggung

jawab yang pada akhirnya menjadikan anak tersebut berhak atas kesejahteraan

yang layak dan masa depan yang baik9.

Berbicara mengenai anak, tidak bisa lepas dari Hak Asasi Manusia dan

Hak Anak. Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM Pasal 1

ayat (lima) “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas)

tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila

hal tersebut adalah demi kepentingannya”10. Menurut Undang-Undang Dasar

Tahun 199(lima) Pasal 28B ayat (2) “ Setiap anak berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Pasal 34 ayat (2) “Fakir miskin dan anak terlantar

dipelihara oleh negara. “Hak-hak anak secara eksplisit diatur dalam Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal (lima)2 ayat (2)

mengatur bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingan hak

anak itu, diakui dan dilindungi oleh hukum bahwa sejak dalam kandungan11.

Berbicara mengenai anak tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah

kehidupan karena anak merupakan generasi penerus bangsa, dialah yang berperan

dalam menentukan sejarah bangsa, subjek pelaksana pembangunan sekaligus

cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang.

3
Secara yuridis, pengertian anak didasarkan pada batas usia tertentu.

Namun perumusan seorang anak dalam berbagai Undang-undang sama sekali

tidak sama. Bahkan terkadang tidak memiliki kolerasi antara satu Undang-undang

dengan Undang-undang yang lain menyangkut apa yang dimaksud dengan anak.

Hak ini dipengaruhi batasan usia anak mengacu kepada pertimbangan kepentingan

tertentu dan tujuan tertentu12.

Dalam konvensi tentang Hak-hak anak, secara tegas dinyatakan bahwa:

“for the purpose of the convention, a child means every human being below the

age of 18 years unless, under the law applicable to the child, majority is attained

earlier” (yang dimaksud dengan anak menurut konvensi ini adalah setiap orang

yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-undang yang

berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal). Sedangkan

menurut Standard Minimum Rules dinyatakan bahwa: Juvenale is a child or

young person who under the resvektive legal system, may be dealt with for an

offence in a manner whice is different from an adult. (Anak-anak adalah seorang

anak atau remaja yang menurut sistem hukum masing-masing dapat diperlakukan

sebagai pelaku suatu pelanggaran dengan cara yang berbeda dari seorang

dewasa)13.

Hak anak yang diatur konvensi hak anak dapat di golongkan menjadi

empat kategori yaitu:

1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights), yaitu hak anak dalam

konvensi hak anak yang meliputi hak untuk melestarikan dan mempertahankan

4
hidup (the rights of life) dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi

dan perawatan yang sebaik-baiknya.

2. Hak terhadap perlindungan (protection rights), yaitu hak anak dalam konvensi

hak anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan

keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak

pengungsi.

3. Hak untuk tumbuh kembang (development rights), yaitu hak anak dalam

konvensi hak anak yang meliputi segala bentuk pendidikan (formal dan non

formal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan

fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak.

4. Hak untuk berpartisipasi (participation rights) yaitu hak anak dalam konvensi

hak anak yang meliputi hak anak untuk menyatakan berpendapat di dalam segala

hal yang akan memengaruhi kehidupan anak-anak, sehingga anak dapat

berpartisipasi tanpa ada halangan dari orang lain14.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Perlindungan

Anak, Perlindungan Anak adalah segala kegiatan anak untuk menjamin

melindungi anak dan hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat manusia serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (footnote:lima belas).

2. Pengertian dan Bentuk Kekerasan terhadap Anak

5
Kekerasan, sebagai salah satu bentuk agresi, memiliki definisi yang

beragam. Meski setiap orang sering mendengar dan memahaminya. Abuse adalah

kata yang biasa diterjemahkan menjadi “kekerasan”, “penganiayaan”,

“penyiksaan”, atau “perlakuan salah”. Dengan demikian, kekerasan adalah

perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik,

psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu atau kelompok.

Mengutip apa yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 82 Tahun 201(lima belas) tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Pendidikan,

yang dimaksud tindak kekerasan adalah: Tindak kekerasan adalah perilaku yang

dilakukan secara fisik, psikis, seksual, dalam jaringan (daring), atau melalui buku

ajar yang mencerminkan tindakan agresif dan penyerangan yang terjadi di

lingkungan satuan pendidikan dan mengakibatkan ketakutan, trauma, kerusakan

barang, luka/cedera, cacat, dan atau kematian (Permendikbud, 201limabelas).

Senada dengan pengertian di atas, menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 3(lima) Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, Kekerasan

adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan

atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan atau penelantaran, termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan

secara melawan hukum.

6
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat dipahami bahwa pada

dasarnya tindak kekerasana merupakan sebuah tindakan yang dapat merugikan

orang lain seperti perlakuan diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun

seksual, penelantaran, kekejaman, penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan

salah lainnya. Selanjutnya menurut Jack D. Douglas dan Frances Chalut Waksler,

sebagaimana yang dikutip Assegaf, istilah kekerasan (violence) digunakan untuk

menggambarkan perilaku yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain,

secara terbuka (overt) maupun tertutup (covert), baik yang bersifat menyerang

(offensive) maupun bertahan (defensive). Dari definisi ini, ada beberapa indikator

kekerasan yang dapat dilihat atau diamati secara langsung, seperti perkelahian,

tawuran, atau yang berkaitan dengan fisik. Kedua, kekerasan yang bersifat

tertutup, yakni kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan secara langsung,

seperti mengancam, intimidasi atau simbol-simbol lain yang menyebabkan pihak-

pihak tertentu merasa takut atau tertekan. Ketiga, kekerasan yang bersifat agresif,

yakni kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, seperti perampasan,

pencurian, pemerkosaan atau bahkan pembunuhan. Kemudian terakhir keempat,

kekerasan yang bersifat defensif, yakni kekerasan yang dilakukan sebagai

tindakan perlindungan16.

Kekerasan dan salah perlakuan dipahami sebagai suatu bentuk perilaku

yang ditujukan untuk mempertahankan kuasa dan kontrol terhadap individu.

Menurut Sinha (2013), akar dari semua bentuk kekerasan terkait dengan berbagai

jenis ketidakadilan yang muncul dan tumbuh di masyarakat. Kekerasan terhadap

7
anak merupakan cerminan dari ketidakseimbangan pengaruh/kuasa antara korban

dan pelaku. Kekerasan terhadap anak mungkin terjadi hanya sekali tetapi mungkin

melibatkan berbagai dampak yang secara tidak langsung dirasakan dalam jangka,

atau mungkin juga bisa terjadi berkali-kali dan semakin sering selama berbulan-

bulan atau bertahun-tahun.

Definisi kekerasan terhadap anak menurut WHO mencakup semua bentuk

perlakuan yang salah baik secara fisik dan/atau emosional, seksual, penelantaran,

dan eksploitasi yang berdampak atau berpotensi membahayakan kesehatan anak,

perkembangan anak, atau harga diri anak dalam konteks hubungan tanggung

jawab. Berdasarkan definisi tersebut, kekerasan anak dapat berupa kekerasan

fisik, kekerasan seksual dan kekerasan emosional atau psikis. Kekerasan fisik

terhadap anak merupakan kekerasan yang kemungkinan besar terjadi. Termasuk

dalam kekerasan fisik adalah ketika seseorang menggunakan anggota tubuhnya

atau obyek yang bisa membahayakan seorang anak atau mengontrol

kegiatan/tindakan anak. Kekerasan fisik dapat berupa mendorong, menarik

rambut, menendang, menggigit, menonjok, membakar, melukai dengan benda,

dan jenis kekerasan fisik lain termasuk membunuh.

Kekerasan terhadap anak juga dapat dipandang dari sisi perlindungan

anak. UNICEF mendefinisikan ‘perlindungan anak’ sebagai cara yang terukur

untuk mencegah dan memerangi kekerasan, eksploitasi, memperlakukan tidak

semestinya terhadap anak termasuk eksploitasi seksual untuk tujuan komersial.

8
Jenis kekerasan terhadap anak berikutnya adalah kekerasan seksual dan psikis.

Beberapa jenis kekerasan lain terhadap anak mencakup kekerasan verbal,

kekerasan bersifat budaya, ekonomi dan penelantaran.

Anda mungkin juga menyukai