Anak pada
Tahap Pemasyarakatan
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 3
16
A. Kesimpulan ................................................................
...................................................................................16
B. Saran .........................................................................
...................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
....................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penerus harus dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang menyediakan
berbagai gangguan atau marabahaya yang dapat mengancam masa depan dapat
juga pada proses perkembangan anak. Diperlukan sebuah kecermatan dan perhatian
yang ekstra terhadap posisi dan eksistensi anak agar perkembangan anak tetap dalam
koridor yang diharapkan dan dapat dihindarkan dari pengaruh negatif pertumbuhan,
perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini. Fenomena yang terjadi
pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan
reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan. Usaha ini dilaksanakan secara
terpadu antara pembina, yang dibina, dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan
kualitas warga binaan pemasyarakatan. Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga
binaan menyadari kesalahan, dapat memperbaiki diri, dan juga tidak mengulangi
B. Rumusan Masalah
pemasyarakatan ?
C. Tujuan Penulisan
pemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak
Apabila ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian anak dimata hukum
positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa (minderjaring
atau person under age), orang yang di bawah umur atau keadaan di bawah umur
(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut sebagai anak yang di
anak antara satu negara dengan negara lain cukup beraneka ragam yaitu :
umur antara 8-17 tahun, ada pula negara bagian lain yang menentukan
batas umur antara 8-16. Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16
tahun. Negara Asia antara lain : Srilanka menentukan batas umur antara
8-16 tahun, Iran 6-18 tahun, Jepang dan Korea menentukan batas umur
Negara Asean antara lain Filipina menentukan batasan umur antara 7-16
tahun.
Maka bertitik tolak dari aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia (ius
constitutum) tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku
universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak 2, hal tersebut
dapat dilihat dalam berbagai peraturan ataupun hukum yang berlaku, yaitu :
Anak.
Pada Pasal 1 (3) merumuskan, bahwa anak adalah anak yang telah berumur 12
(dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana. Jadi anak dibatasi syarat dengan umur antara 12 tahun
sampai 18 tahun 3.
Pada Pasal 1 angka (2) merumuskan Anak adalah seseorang yang belum mencapai
umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan umur ini juga digunakan Kitab
Hukum Pidana tidak mengenal istilah anak, yang digunakan istilah dewasa yaitu
telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun akan tetapi sudah atau
pernah kawin, sedangkan belum dewasa adalah seseorang yang umurnya belum
Tahun 1948) memberikan pengertian anak adalah orang laki-laki atau perempuan
Pasal 45 KUHP, memberikan definisi anak yang belum dewasa apabila belum
berumur 16 (enam belas) tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam
47 KUHP ini sudah dihapus dengan lahirnya Undang-undang No.3 Tahun 1997.
Pada Pasal 47 ayat (1) dan pasal 50 ayat (1) undang-undang Pokok Perkawinan
Pada Pasal 330 KUH Perdata memeberikan penjelasan bahwa orang belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)
Dalam hukum adat Indonesia maka batasan untuk disebut anak bersifat pluralistik.
Dalam artian kriteria untuk menyebut seseorang tidak lagi disebut anak dan telah
dewasa beraneka ragam istilahnya. Misalnya : telah kuat gawe, akil baliq,
berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.
dalam status hukum sehingga anak tersebut akan beralih status menjadi usia dewasa
itu.
bahwa seseorang telah dikatakan telah dewasa adalah bahwa ia dapat melakukan
perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang lain baik orang tua maupun wali.
maka dapat dilihat bahwa pengertian anak adalah bervariatif dimana hal tersebut
dilihat dari pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak
tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari
Namun meskipun demikian pada prinsipnya anak dibawah umur adalah seseorang
Pidana Anak, anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah mencapai
usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun yang
1) Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak
pidana;
2) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar sendiri
Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak
pelanggaran hukum.
Dilihat ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat
dibagi menjadi :
yang (dalam bahasa Inggris) dalam bahasa Indonesia berarti anak-anak; anak muda,
menjadi jahat, kriminal, pelanggar peraturan dan lain-lain. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, delikuensi diartikan sebagai tingkah laku yang menyalahi secara ringan
bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu
perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.
anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu
atau tingkah laku seseorang anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang
Delinquency, sebagai :
1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi
5
Supramono, Gatot. Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2
007. Hal .9
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial
tindakan anti sosial yang melanggar hukum pidana, kesusilaan dan ketertiban umum
bila dilakukan oleh seseorang yang berusia diatas 21 tahun disebut dengan kejahatan
(crime), namun jika yang melakukan perbuatan tersebut adalah seseorang yang
merupakan landasan yuridis yang menetapkan bahwa terhadap anak pelaku tindak
pidana atau anak nakal yang telah diputus dikenai sanksi, berupa pidana penjara,
Penempatan secara khusus dalam Lapas Anak berarti pembinaan NAPI anak
Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa Anak didik
pemasyarakatan ditempatkan di Lapas yang terpisah dari NAPI dewasa. Anak yang
ditempatkan di Lapas Anak, berhak memperoleh pendidikan dan latihan baik formal
maupun informal sesuai bakat dan kemampuan, serta memperoleh hak lain.
dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk
dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak pada Bab VI
a. Anak Didik Pemasyarakatan ditempatkan di Lapas Anak harus terpisah dari orang
dewasa.
b. Anak yang ditempatkan di lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhak
memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta
yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau
perkembangan pembinaan.
pendekatan yang tepat dan terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental anak
tersebut.
yaitu :
a. Anak Pidana.
Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana
b. Anak Negara.
Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada
negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur
c. Anak Sipil.
Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh
penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai berumur
ayat (1), Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan, masing-masing jenis Anak Didik Pemasyarakatan
e. Menyampaikan keluhan;
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak
dilarang;
1) Pembebasan bersyarat;
1) Pembebasan bersyarat;
mengenai hak anak yang ditempatkan di Lapas, meliputi hak untuk memperoleh
pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta hak lain
kemudian dicantumkan secara lebih jelas mengenai hak-hak Anak Pidana, Anak
Negara, serta Anak Sipil dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. Dengan menempatkan anak didik
pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan
kode perilaku dan dirumuskan dalam bentuk Etos Kerja, yang berisi petugas
Pemasyarakatan adalah abdi hukum, pembina narapidana atau anak didik dan
pembinaan terhadap terpidana anak telah diupayakan memenuhi dan sesuai dengan
terpidana dan didasarkan dengan asas-asas pembinaan yang tepat dan terbaik bagi
kepentingan anak, namun dalam kenyataannya tetap akan memberikan citra negatif
bagi anak, terutama bagi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak,
remidium atau sebagai upaya terakhir apabila cara-cara lain memang sudah tidak ada
Mengingat anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu
sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,
perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.
Dalam pembinaan itu, yang perlu dibina adalah pribadi narapidana dengan
membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat
sehingga setelah mereka keluar dari Lapas bisa menjadi manusia yang berpribadi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik
pembatasan batas umur yang diberikan kepada seorang anak apakah anak
tersebut dibawah umur atau belum dewasa dan hal tersebut dapat dilihat dari
pengertian masing-masing peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Pidana Anak, anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang telah
mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan
tindak pidana;
dilakukan oleh suatu lembaga, yaitu Lapas yang merupakan tempat untuk
Pemasyarakatan, yaitu :
a. Anak Pidana.
b. Anak Negara.
c. Anak Sipil.
22 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) serta Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
e. Menyampaikan keluhan;
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya
lainnya;
keluarga;
berlaku.
yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban
B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka kami selaku penulis dapat memberikan saran,
yakni :
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unand.ac.id/17030/1/RESOSIALISASI_NARAPIDANA_ANAK
BERKAITAN_DENGAN_EFEKTIVITAS_POLA_PEMBINAAN_NARAPIDA
NA.pdf
http://www.kumham-jogja.karya-ilmiah-lainnya.perlindungan-hak-hak-anak-
pelaku-kejahatan-dalam-proses-peradilan-pidana
http://aminhamid09.wordpress.com/2012/11/15/perlindungan-hukum-terhadap-
anak-pada-tahap-penyidikan/
Publishing Company