Anda di halaman 1dari 20

Judul Buku

: HAM POLITIK ( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA )

Penulis

: Prof. Dr. Yohanes Usfunan, Drs., SH., MH.

Penerbit

: Udayana University Press, Kampus Universitas Udayana Denpasar Jl.


P.B. Sudirman, Denpasar-Bali

Cetakan

: Pertama

ISBN

: 978-602-9042-35-1

Tebal Buku

: 334 halaman

Tahun

: 2011

PENDAHULUAN
Buku HAM POLITIK ( Kebebasan Berpendapat di Indonesia ) merupakan salah satu hasil
penelitian Prof. Dr. Yohanes Usfunan, Drs., SH., MH., berupa Disertasi yang telah
dipertahankan dalam tahapan ujian proposal, seminar, ujian kelayakan, ujian tertutup dan
ujian terbuka dalam rapat Senat Universitas Airlangga pada hari Selasa, 3 November 1998
dengan Promotor Prof. Abdoel Gani, SH., MS., dan Prof. Dr. Philipus M Hadjon, SH.,.
Buku ini merupakan salah satu literature yang dipergunakan untuk mengkaji permasalah
Hukum Tata Negara (HTN), mengingat bahan-bahan pustaka hukum yang berkaitan dengan
kebebasan pers dan forum ilmiah dalam peraturan perundang-undangan masih bias. Di
samping itu untuk melakukan pengkajian terhadap kebebasan berpendapat yang merupakan
hak asasi manusia adalah sangat penting dari sudut hokum dogmatic maupun filsafat hokum,
mengingat hak asasi manusia bersifat mendasar dan actual dalam dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pembahasan materi hak asasi dalam filsafat hukum merupakan salah satu persoalan yang
mendasar dan juga menjadi kajian yang sangat penting dalam hukum internasional. Kajian
dalam hukum tata Negara dan hokum internasional diantaranya mengenai hakekat asal usul
hak asasi manusia dan bagaimana caranya agar orang itu dapat mengetahui bahwa ia
mempunyai hak tersebut serta bagaimana implementasi pelaksanaan kebebasan berpendapat
di Indonesia yang dijamin dalam UUD 1945.
Kebebasan berpendapat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagai alat
partisipasi dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran yang obyektif, edukatif maupun dalam
penyampaian kritik. Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak yang dapat
dipergunakan dalam melakukan control social terhadap kebijaksanaan maupun keputusan
yang diambil pemerintah ataupun dalam rangka membela kepentingan rakyat dari tindakantindakan penguasa yang melanggar hak asasi manusia. Dengan demikian bagaimana
pengaturan dan penggunaan kebebasan berpendapat melakui pers maupun forum ilmiah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dijamin secara konstitusional berdasarkan
UUD 1945.

PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG KEBEBASAN BERPENDAPAT


1

Untuk mengkaji lebih mendalam agar kita mendapatkan suatu pengertian yang tepat tentang
kebebasan dan kemerdekaan, maka perlu kiranya membahas terlebih dahulu mengenai
istilah-istilah : liberty, freedom, independence, licence dan privilege.
1. Liberty
Istilah liberty mulai popular pada saat rakyat berusaha melawan kekuasaan absolut
raja-raja pada abad ke XVII dan XVIII yang merupakan pemikiran dari para filsuf
yang berpengaruh di bidang Negara dan hokum diantaranya adalah Thomas Hobbes,
John Locke, J.J. Rousseau dan Montesquieu. Istilah Liberty semakin dikenal dalam
konteks perjuangan hak asasi manusia.
Thomas Hobbes melihat bahwa hak asasi manusia merupakan jalan pintas untuk
menyelesaikan situasi hommo homini lupus bellumomnium contra omnes yaitu situasi
yang mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat dengan cara menyerahkan hakhaknya kepada penguasa untuk mengakhiri rasa permusuhan dan peperangan yang
berprinsip siapa yang kuat dia yang menang. Teori Thomas Hobbes ini disebut
sebagai teori yang mengarah kepada pembentukan monarchi absolut.
John Locke berpendapat sebaliknya bahwa tidak secara absolut manusia harus
menyerahkan hak-hak individualnya, yang diserahkan hanya yang berkaitan dengan
perjanjian dengan Negara sedangkan sisanya harus tetap dipegang oleh individu.
Bahwa penggunaan istilah liberty ditemukan dalam perjanjian antar individu untuk
membentuk Negara menurut John Locke disebut Pactum Unionis dan dalam tahap
berikutnya disebut Pactum Subjectionis yang menentukan bahwa pada dasarnya setiap
persetujuan antar individu (pactum unionis) terbentuk atas dasar suara mayoritas, dan
setiap individu selalu memiliki hak-hak yang tidak dipisahkan yaitu life, liberty dan
estate. Berdasarkan perjanjian tersebut maka tugas Negara adalah untuk melindungi
masing-masing individu.
Penggunaan istilah Liberty oleh John Locke dapat dilihat dalam rumusan berikut :
Men being born, as has been proved, with a title to perfect freedom an uncontrolled
enjoyment of all the rights and privileges of the law nature equally with any other
man or number of men in the world, has by nature a power not only to preserve his
property that is. His life, liberty and estate- against the injuries.dst
Berdasarkan atas kutipan tersebut jelaslah bahwa manusia dalam keadaan alamiah
(sejak dilahirkan) telah dikaruniai hak-hak alamiah (fundamental) yaitu hak untuk
hidup, kemerdekaan, dan hak milik. Dengan demikian penggunaan istilah liberty
secara historis diperkenalkan oleh John Locke dalam konteks pemikiran tentang
Negara dan hokum, khususnya dalam menghadapi kekuasaan raja yang absolut.
Dasar pemikiran John Locke inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan terhadap Liberty.
Pada hakekatnya penggunaan istilah liberty oleh para pemikir kenegaraan dan hokum
dalam rangka melaan kekuasaan absolut raja-raja pada zaman dahulu dapat dipahami
bahwa istilah liberty pada hakekatnya berkaitan dengan penindasan, penjajahan,
maupun dalam kaitannya dengan perbudakan.
Kemerdekaan secara konstitusional tercantum dalam tiga Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia yang pernah berlaku yaitu dalam konstitusi RIS 1949 pada bagian
2

mukadimah alinea pertama istilah kemerdekaan seperti dalam rumusan


memperjuangkan kemerdekaan. Dalam alinea ketiga UUD 1945 tercantum istilah
kemerdekaan dalam rumusan menyusun kemerdekaan.. dan istilah yang sama
dalam alinea keempat seperti dalam rumusan untuk mewujudkan .. kebahagiaan,
kesejahteraan, kemerdekaan dan seterusnya. Demikian pula dalam Pembukaan UUD
1945 pada alinea pertama sampai dengan alinea keempat tersurat sebagai berikut :
pada alinea pertama dinyatakan kemerdekaan itu ilah hak segala bangsadst;
alinea kedua dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia dst serta
dalam pasal 28 dinyatakan kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan
pendapat dst.
Bahwa penggunaan istilah kemerdekaan dan kebebasan dalam UUD 1945 dan UUDS
1950 serta Konstitusi RIS terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaannya baik
dalam UUD 1945, UUDS 1950 maupun Konstitusi RIS mempergunakan istilah
kemerdekaan pada bagian pembukaan. Perbedaannya dalam UUD 1945 hanya
menggunakan istilah kemerdekaan baik dalam pembukaan maupun dalam batang
tubuhnya, sedangkan dalam konstitusi RIS dan UUDS 1950 menggunakan dua istilah
yaitu kemerdekaan dan kebebasan. Kebebasan dipergunakan dalam batang tubuh baik
UUDS 1950 maupun Konstitusi RIS.
Menurut kamus bahasa Indonesia kemerdekaan diartikan sebagai suatu kebebasan
dari perhambaan, penjajah, penindasan. Pada dasarnya kemerdekaan berkaitan dengan
kehidupan suatu bangsa untuk membebaskan diri dari penjajah, atau suatu gerakan
untuk membebaskan diri dari perbudakan atau penindasan. Salah satu contoh
penggunaan istilah kemerdekaan adalah tekad bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan dari belenggu penjajahan Belanda.
Dengan demikian jelaslah bahwa istilah liberty secara hakiki lebih luas jika
dibandingkan dengan istilah freedom, karena melalui suatu kemerdekaan baru
kemudian orang dapat menikmati kebebasan-kebebasannya. Kemerdekaan bangsa
Indonesia dari kekejaman kekuasaan pemerintahan Belanda merupakan jaminan untuk
menikmati kebebasan-kebebasannya serta termasuk pula kebebasan mengeluarkan
pendapat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa istilah liberty lebih tepat diterjemahkan
sebagai kemerdekaan bukan sebagai kebebasan. Hal ini didukung pendapatnya John
Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia liberty artinya suatu
kemerdekaan. Di samping itu Louis O Kattsoff juga mengemukakan bahwa liberty
artinya kemerdekaan yang merupakan genus sedangkan feedom sebagai species.
Demikian pula dalam Blacks Law Dictionary liberty adalah suatu kemerdekaan,
kebebasan yang dijamin secara konstitusional dalam UUD suatu Negara.
2. Independence
Bahwa istilah independence perpegang pada pemikiran Imanuel Kant dan Blacks
Law Dictionary. Imanuel Kant mengatakan the independence of each member of
commonwealth as a citizen. Independence diartikan ketidak tergantungan suatu
pihak kepada pihak yang lainnya. Dalam Blacks Law Dictionary dinyatakan The
state or condition of being free from dependence, subjection, or control. Political
dependence is the attribute of a nation or state which is entirely autonomous, and not
3

subject to the government, control, or dictation of any exrtior power. Artinya Negara
atau suatu keadaan yang bebas dari ketergantungan, penundukan dan pengawasan.
Ketidak tergantungan Negara atau bangsa yang otonom sepenuhnya, tidak tunduk
pada pemerintah, tidak dalam pengawasan atau didikte dari kekuasaan luar.
Menurut Blacks Law Dictionary istilah independence diartikan suatu kondisi yang
bebas dari ketergantungan, dengan kata lain berhubungan dengan kemandirian atau
otonomi untuk bertindak. J.C.T. Simorangkir menyatakan otonomi sebagai hak dari
suatu daerah untuk mengurus sendiri rumah tangganya dalam batas-batas tertentu.
Istilah independence ini dipergunakan dalam kepustaan hokum tata Negara dan ilmu
politik maupun dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Keputusan Presiden
Nomr 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
pada pasal 3 dinyatakan Komnas HAM bersifat mandiri atau independence.
Berdasarkan atas pemikiran dan pendapat para ahli tersebut mengenai istilah
independence pada dasarnya mengandung makna yang berhubungan dengan
pengaruh, campur tangan atau bantuan pihak lain. Bahwa istilah independence tidak
tepat dipergunakan dalam hubungannya dengan kebebasan berpendapat.
3. Licence dan Privilige
Istilah licence dan privilege penggunaanya lebih banyak ditemukan dalam buku-buku
kepustakaan hokum administrasi, hokum pidana maupun hokum perdata. Dalam
ketentuan hokum positif penggunaan istilah licence atau izin ditemukan dalam UU
Nomor 5 PNPS Tahun 1963 tentang Kegiatan Politik. Izin penyelenggaraan kegiatan
politik seperti izin keramaian, pawai, pesta dan sebagainya. Salah satu contoh
Keputusan bersama antara Menhankam dan Mendagri Nomor 153 Tahun 1995 Nomor
Kep./12/XII/1995 mengatur perizinan penyelenggaraan kegiatan politik, keramaian,
pesta, pawai dan sebagainya.
Menurut Lili Rasjidi (1993: 69) menyatakan Salah satu hak dalam arti luas dikenal
dengan istilah licence (lisensi) atau hak istimewa (privilege). Kebebasan ini
merupakan suatu keistimewaan yang bersumber dari tidak diperlukannya suatu
perbuatan untuk memenuhi kewajiban tertentu terhadap pemegang hak.
Dalam Blacks Law Dictionary ditegaskan bahwa licence merupakan suatu hak
perorangan untuk melakukan suatu kegiatan. Pada dasarnya licence atau izin
dikeluarkan oleh penguasa yang berwenang untuk melakukan perbuatan tidak sah
menurut hokum yang dapat dianggap sebagai pelanggaran. Izin ditandai dengan
adanya pemberian sertifikat atau dokumen.
Dalam kamus hokum Licence diartikan sebagai izin untuk mendapatkan sesuatu,
membeli sesuatu atau sebagai hak untuk berbuat sesuatu. Menurut bahasa Belanda
licence diartikan surat izin, izin dalam dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah
vergunning.
Privilege merupakan hak istimewa yang diberikan kepada seseorang atau badan
hokum untuk menikmati suatu keuntungan atau hak tertentu. Privilege merupakan

suatu hak yang memberikan keuntungan, pembebasan, hak monopoli (franchice) yang
diberikan kepada seseorang atau kepada suatu lembaga.
Dengan demikian istilah licence dan privilege secara hakiki berbeda dengan istilah
kebebasan (freedom) maupun dengan istilah kemerdekaan (liberty). Licence berkaitan
dengan suatu permohonan serta privilege berkaitan dengan hak istimewa seseorang
atau badan hukum, sehingga tidak tepat penggunaannya dalam kaitan dengan
kebebasan berpendapat.
4. Freedom
Istilah freedom dipergunakan oleh para filsuf tentang Negara dan hokum seperti John
Locke, Thomas Hobbes, Montesquieu dan J.J. Rousseau. Di samping para filsuf
tersebut Imanuel Kant dan Franklin Delano Resevelt juga dipergunakan sebagai
pegangan dalam perumusan menurut konstitusi dan hukumhokumtif.
Konteks freedom sebagai hak asasi manusia yang harus dilindungi presiden Amerika
Serikat Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) dalam pidatonya di depan konggres
mengemukakan gagasan-gagasan sebuah doktrin yang terkenal dengan nama The
Four Freedom sebagai empat kebebasan pokok manusia.
Doktrin The Four Freedom merupakan suatu ajaran yang kemudian menjadi popular
dan mempengaruhi pimpinan berbagai Negara di dunia. Istilah Freedom ini
dicantumkan dalam konstitusi dalam suatu Negara dan dipergunakan juga sebagai
bahan acuan dalam pembahasan tentang hak asasi manusia, sehingga istilah freedom
semakin popular. Freedom yang diterjemahkan sebagai kebebasan dipergunakan
dalam kepustakaan hokum tata Negara, filsafat hokum, ilmu politik dan hokum
internasional. Istilah freedom secara konstitusional dapat ditemukan dalam konstitusi
sejumlah Negara. Misalnya Amarika Serikat, Jepang, Singapura, Swis dsb.
Dalam ketentuan hokum positif istilah kebebasan ditemukan dalam beberapa
peraturan perundang-undangan antara lain :
1. Undang-Undang PNPS Nomor 5 Tahun 1963 tentang Kegiatan Politik, pada
konsideran menimbang dinyatakan untuk mengamankan jalannya revolusi
Indonesia dalam menuju susunan masyarakat yang adil makmur, perlu adanya
bimbingan terhadap kebebasan demokrasi dst.
2. Keputusan Menteri bersama antara Menhankam dan Mendagri Nomor 153 Tahun
1995 dan Nomor Kep/XII/1995 tentang Juklak Perizinan. Dalam penjelasan pasal
3 menggunakan istilah kebebasan.
3. Undang-Undang Poko Pers Nomor 21 Tahun 1982 pasal 2 ayat (2) huruf c
menyebutkan pers nasional bertugas memperjuangkan kebenaran dan keadilan
atas dasarkebebasan pers yang bertanggungjawab.
4. Dalam konstitusi RIS 1949 dinyatakan : setiap orang berhak atas kebebasan dan
mengeluarkan pendapat.
Pandangan yang dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff sebelumnya bahwa
kemerdekaan itu adalah genusnya dan kebebasan itu adalah speciesnya. Kiranya hal
ini sangat tepat istilah kemerdekaan digunakan dalam konstitusi, karena lebih luas
artinya sedangkan kebebasan (freedom) lebih sempit.
Dengan demikian dapat disipulkan bahwa kebebasan merupakan suatu hak (sarana)
partisipasi setiap warga Negara dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah
5

dicapai. Artinya kemerdekaan dicapai hanya satu kali seperti halnya bangsa Indonesia
meraih kemerdekaannya dari pemerintah penjajah Belanda pada tanggal 17 Agustus
1945. Untuk mengisi kemerdekaan itulah bangsa Indonesia melaksanakan berbagai
aktivitas termasuk kebebasab berpendapat.

KEBEBASAN BERPENDAPAT
Kebebasan berpendapat merupakan suatu hak dasar akan tetapi penggunaannya perlu
pembatasan melalui ketentuan hokum positif, sehingga tidak menimbulkan gangguan
terhadap keamanan maupun ketertiban masyarakat.
Berdasarkan UUD 1945 pada pasal 28 bahwa mengeluarkan pikiran pada prinsipnya
sama dengan menyatakan pendapat atau menyampaikan pandangan. Pandangan
berarti suatu pendapat, pertimbangan, pikiran, hasil pemikiran. Berpendapat artinya
mengeluarkan pendapat atau pikiran (yang dapat dilakuka secara lisan maupun dalam
bentuk tulisan). Kebebasan berpendapat dalam bahasa Inggris sering disebut freedom
of expression dan freedom of speech. Kebebasan berpendapat yang disampaikan
melalui mass media (pers) sering disebut dengan istilah freedom of the press.
Menurut Imanuel Kant dan Theo Huijbers bahwa salah satu prinsip yang harus
dipegang dan dilaksanakan dalam penggunaan kebebasan berpendapat melalui pers
maupun forum ilmiah yaitu kebebasan yang bertanggungjawab.hal ini dinyatakan
dalam Undang-Undang Pokok Pers Nomor 21 Tahun 1982 bahwa tugas dan
kewajiban pers nasional yaitu memperjuangkan kebenaran, keadilan atas dasar
kebebasan pers yang bertanggungjawab.
PEMIKIRAN TENTANG KEBEBASAN BERPENDAPAT
Konsep kebebasan berpendapat merupakan hak asasi manusi secara historis dapat
ditelusuri perkembangannya dari Negara-negara barat, karena dalam kenyataannya
menunjukkan bahwa yang memulai mempersoalkan hak-hak asasi manusia termasuk
kebebasan berpendapat adalah pemikir-pemikir barat.
1. Konsep pemikiran tentang kebebasan berpendapat di dunia barat
Kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia menjadi issu yang dibicarakan
hampir seluruh dunia, mulai dari zaman Yunani Kuno, Romawi Kuno, Zaman
Pertengahan, Zaman Renaisance dan Zaman perkembangan teori hokum alam
abad ke XVI. Adapun pemikir-pemikirnya adalah John Locke, John Rousseau,
Montesquieu dan Thomas Hobbes. Pengkajian secara historis tentang pengajuan
dan perlindungan kebebasan berpendapat berdasarkan pengkategorian
perkembangan pemikiran tentang Negara dan hokum, dimaksudkan untuk mencari
dasar pembenar teoritik. Adapun alasan melakukan pengkajian eksistensi
kebebasan berpendapat sebagai berikut :
a. Semenjak zaman Yunani Kuno sampai dengan abad ke XVII, hokum alam
dijadikan sebagai dasar dalam pemikiran Negara dan hokum hokum alam
bersumber pada prinsip absolut yaitu prinsip hak asasi manusia.
b. Secara historis pengakuan dan perlindungan terhadap kebebasan berpendapat
mulai berkembang sejak Yunani Kuno pada saat terbentuknyanegara kota yang
disebut polis atau City State. Aristoteles memiliki cita-cita untuk menciptakan
hokum yang adil dalam melindungi kebebasan dan hak asasi. Dengan
6

memperkenalkan konsep Zoon Politikon (manusia sebagai makhluk social),


manusia sebagai makhluk social berhak ikut serta secara aktif mengambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan politik. Hal ini menunjukkan adanya
pengakuan terhadap kebebasan berpendapat, walaupun sangat terbatas adanya
kekuasaan raja yang absolut.
c. Zaman Romawi Kuno perkembangan hokum mengalami kemajuan karena
mulai dipisahkannya antara hokum privat dengan hokum public, yang
berdampak langsung terhadap pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi
manusia.
d. Pada zaman Renaissance, muncul aliran Monarchomaken yang berjuang
menentang kekuasaan dan hak asasi manusia. Di samping itu aliran
Calvinisme juga muncul yang memperjuangakan kebebasan-kebebasan politik
dalam menegakkan demokrasi.
2.

Pemikiran tentang kebebasan berpendapat di Negara Sosialis


Bahwa pemikiran sosialisme yang bersumber pada ajaran Karl Marx dan Engels
menekankan pada masyarakat atau kelompok sedangkan individu merupakan
subordinat terhadap masyarakat maupun kelompok. Sebaliknya pemikiran
sosialisme eropa barat merupakan pendukung terhadap kebebasan. Menurut
konsep barat hak asasi pada hakekatnya merupakan suatu pembatasan terhadap
pemerintah dan meletakkan kewajiban dari masyarakat terhadap individu. Bahwa
kebebasan berpendapat tidak diakui di Negara-negara yang menganut konsep
sosialisme Karl Marx.
Secara konstitusional Negara-negara sosialis yang berdasarkan konsep Karl Marx
dalam UUD juga mengatur kebebasan berpendapat tetapi kebebasan yang
diarahkan untuk kemajuan ekonomi. Contoh konstitusi Bulgaria tahun 1971 pada
pasal 54 menyebutkan : warga Negara memiliki kebebasan berbicara, pertemuan
rapat, perserikatan, dan demikrasi; kebebasan ini dijamin dengan menempatkan
kondisi-kondisi bahan kebutuhan untuk melayani warga Negara.

3. Pemikiran tentang kebebasan berpendapat di Negara berkembang


Pada hakekatnya di Negara-negara berkembang juga mengakui keberadaan
kebebasan berpendapat sebagai salah satu hak dasar yang harus dilindungi oleh
pemerintah. Hal ini dapat dilihat dalam konstitusi Singapura tahun 1979 pasal 14
ayat (1) sub a menentukan : setiap warga Negara singapura mempunyai hak
kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat.
4. Pemikiran tentang Kebebasan Berpendapat di Indonesia
Pengkajian hal ini berdasarkan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional yang
menjamin hak-hak dasar warga Negara termasuk kebebasan berpendapat. Konsep
pengakuan HAM di Indonesia merupakan pikiran asli bangsa Indonesia, dalam
pembukaan UUD 1945 secara tegas menyebutkan tentang jaminan hak-hak asasi
manusia termasuk kebebasan berpendapat. Hal ini tersirat dan tersurat dalam
Alinea pertama sampai dengan alinea keempat dinyatakan bahwa kebebasan yang
harus dijamin dan dilindungi merupakan salah satu bentuk pengakuan dan
perlindungan hak-hak asasi manusia.

Bahwa pemikiran mengenai jaminan dan perlindungan kebebasan berpendapat


dan hak-hak dasar lainnya merupakan pemikiran asli bangsa Indonesia yang
tercermin dalam Pancasila dan UUD 1945. Maka itu pemerintah wajib untuk
melindungi dan memberikan hak-hak dasar yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku khususnya dalam perlindungan penggunaan
kebebasan berpendapat baik melalui mass Media (pers) maupun forum ilmiah.
KAJIAN TENTANG KEBEBASAN DAN KEMERDEKAAN
Berdasarkan atas pemikiran-pemikiran para filsuf

John Locke, Thomas

Hobbes, Montesquieu dan J.J. Rousseau bahwa penggunaan kemerdekaan (Liberty)


oleh John Locke dapat dilihat dalam rumusan berikut :
Men being born, as has been proved, with a title to perfect freedom an uncontrolled
enjoyment of all the rights and privileges of the law nature equally with any other
man or number of men in the world, has by nature a power not only to preserve his
property that is. His life, liberty and estate- against the injuries.dst
Berdasarkan atas kutipan tersebut jelaslah bahwa manusia dalam keadaan
alamiah (sejak dilahirkan) telah dikaruniai hak-hak alamiah (fundamental) yaitu hak
untuk hidup, kemerdekaan, dan hak milik. Dengan demikian penggunaan istilah
liberty secara historis diperkenalkan oleh John Locke dalam konteks pemikiran
tentang Negara dan hokum, khususnya dalam menghadapi kekuasaan raja yang
absolut.
Dasar pemikiran John Locke inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan terhadap Liberty.
Bahwa penggunaan istilah kemerdekaan dan kebebasan dalam UUD 1945 dan
UUDS 1950 serta Konstitusi RIS terdapat perbedaan dan persamaan. Persamaannya
baik dalam UUD 1945, UUDS 1950 maupun Konstitusi RIS mempergunakan istilah
kemerdekaan pada bagian pembukaan. Perbedaannya

dalam UUD 1945 hanya

menggunakan istilah kemerdekaan baik dalam pembukaan maupun dalam batang


tubuhnya, sedangkan dalam konstitusi RIS dan UUDS 1950 menggunakan dua istilah
yaitu kemerdekaan dan kebebasan. Kebebasan dipergunakan dalam batang tubuh baik
UUDS 1950 maupun Konstitusi RIS.
Menurut kamus bahasa Indonesia kemerdekaan diartikan sebagai suatu
kebebasan dari perhambaan, penjajah, penindasan. Pada dasarnya kemerdekaan
berkaitan dengan kehidupan suatu bangsa untuk membebaskan diri dari penjajah, atau
suatu gerakan untuk membebaskan diri dari perbudakan atau penindasan. Salah satu

contoh penggunaan istilah kemerdekaan adalah tekad bangsa Indonesia untuk


mencapai kemerdekaan dari belenggu penjajahan Belanda.
Dengan demikian jelaslah bahwa istilah liberty secara hakiki lebih luas jika
dibandingkan dengan istilah freedom, karena melalui suatu kemerdekaan baru
kemudian orang dapat menikmati kebebasan-kebebasannya. Kemerdekaan bangsa
Indonesia dari kekejaman kekuasaan pemerintahan Belanda merupakan jaminan untuk
menikmati kebebasan-kebebasannya serta termasuk pula kebebasan mengeluarkan
pendapat.
Istilah freedom dipergunakan oleh para filsuf tentang Negara dan hokum
seperti John Locke, Thomas Hobbes, Montesquieu dan J.J. Rousseau. Di samping
para filsuf tersebut Imanuel Kant dan Franklin Delano Resevelt juga dipergunakan
sebagai pegangan dalam perumusan menurut konstitusi dan hukumhokumtif.
Konteks freedom sebagai hak asasi manusia yang harus dilindungi presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) dalam pidatonya di depan
konggres mengemukakan gagasan-gagasan sebuah doktrin yang terkenal dengan
nama The Four Freedom sebagai empat kebebasan pokok manusia. Doktrin The
Four Freedom merupakan suatu ajaran yang kemudian menjadi popular dan
mempengaruhi pimpinan berbagai Negara di dunia. Istilah Freedom ini dicantumkan
dalam konstitusi dalam suatu Negara dan dipergunakan juga sebagai bahan acuan
dalam pembahasan tentang hak asasi manusia, sehingga istilah freedom semakin
popular. Freedom yang diterjemahkan sebagai kebebasan dipergunakan dalam
kepustakaan hokum tata Negara, filsafat hokum, ilmu politik dan hokum
internasional. Istilah freedom secara konstitusional dapat ditemukan dalam konstitusi
sejumlah Negara. Misalnya Amarika Serikat, Jepang, Singapura, Swis dsb.
Dalam ketentuan hukum positif istilah kebebasan ditemukan dalam beberapa
peraturan perundang-undangan antara lain :
1. Undang-Undang PNPS Nomor 5 Tahun 1963 tentang Kegiatan Politik, pada
konsideran menimbang dinyatakan untuk mengamankan jalannya revolusi
Indonesia dalam menuju susunan masyarakat yang adil makmur, perlu adanya
bimbingan terhadap kebebasan demokrasi dst.
2. Keputusan Menteri bersama antara Menhankam dan Mendagri Nomor 153
Tahun 1995 dan Nomor Kep/XII/1995 tentang Juklak Perizinan. Dalam
penjelasan pasal 3 menggunakan istilah kebebasan.
3. Undang-Undang Poko Pers Nomor 21 Tahun 1982 pasal 2 ayat (2) huruf c
menyebutkan pers nasional bertugas memperjuangkan kebenaran dan keadilan
atas dasarkebebasan pers yang bertanggungjawab.
9

4. Dalam konstitusi RIS 1949 dinyatakan : setiap orang berhak atas kebebasan
dan mengeluarkan pendapat.
Pandangan yang dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff sebelumnya bahwa
kemerdekaan itu adalah genusnya dan kebebasan itu adalah speciesnya. Kiranya hal
ini sangat tepat istilah kemerdekaan digunakan dalam konstitusi, karena lebih luas
artinya sedangkan kebebasan (freedom) lebih sempit. Pada hakekatnya penggunaan
istilah liberty oleh para pemikir kenegaraan dan hokum dalam rangka melaan
kekuasaan absolut raja-raja pada zaman dahulu dapat dipahami bahwa istilah liberty
pada hakekatnya berkaitan dengan penindasan, penjajahan, maupun dalam kaitannya
dengan perbudakan.
Menurut Imanuel Kant dan Theo Huijbers bahwa salah satu prinsip yang harus
dipegang dan dilaksanakan dalam penggunaan kebebasan berpendapat melalui pers
maupun forum ilmiah yaitu kebebasan yang bertanggungjawab.hal ini dinyatakan
dalam Undang-Undang Pokok Pers Nomor 21 Tahun 1982 bahwa tugas dan
kewajiban pers nasional yaitu memperjuangkan kebenaran, keadilan atas dasar
kebebasan pers yang bertanggungjawab. Konsep kebebasan berpendapat merupakan
hak asasi manusi secara historis dapat ditelusuri perkembangannya dari Negaranegara barat, karena dalam kenyataannya menunjukkan bahwa yang memulai
mempersoalkan hak-hak asasi manusia termasuk kebebasan berpendapat adalah
pemikir-pemikir barat.
Konteks freedom sebagai hak asasi manusia yang harus dilindungi Presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) dalam pidatonya di depan
Konggres mengemukakan gagasan-gagasan sebuah doktrin yang terkenal dengan
nama The Four Freedom sebagai empat kebebasan pokok manusia.
Doktrin The Four Freedom merupakan suatu ajaran yang kemudian menjadi
popular dan mempengaruhi pimpinan berbagai Negara di dunia. Istilah Freedom ini
dicantumkan dalam konstitusi dalam suatu Negara dan dipergunakan juga sebagai
bahan acuan dalam pembahasan tentang hak asasi manusia, sehingga istilah freedom
semakin popular. Freedom yang diterjemahkan sebagai kebebasan dipergunakan
dalam kepustakaan hokum tata Negara, filsafat hokum, ilmu politik dan hokum
internasional. Istilah freedom secara konstitusional dapat ditemukan dalam konstitusi
sejumlah Negara. Misalnya Amarika Serikat, Jepang, Singapura, Swis dsb.
10

Bahwa

kebebasan merupakan suatu hak (sarana) partisipasi setiap warga

Negara dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah dicapai. Artinya kemerdekaan
dicapai hanya satu kali seperti halnya bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya dari
pemerintah penjajah Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk mengisi
kemerdekaan itulah bangsa Indonesia melaksanakan berbagai aktivitas termasuk
kebebasan berpendapat.
Dengan demikian dapat ditarik simpulan bahwa untuk memdapatkan kebebasan baik
itu kebebasan berpendapat maupun kebebasan berserikat tentunya harus memperoleh
kemerdekaan terlebih dahulu. Jika kemerdekaan sudah didapatkan, maka tugas
selanjutnya adalah tugas untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai aktifitas sesuai
dengan amanat yang diberikan oleh Negara serta berdasarkan peraturan perundangundangan yang berluku. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemerdekaan lebih
dahulu diwujudkan baru kemudian kebebasan dilaksanakan guna mengisi
kemerdekaan yang telah didapatkannya.
PEMBENARAN TEORITIK TENTANG PERLUNYA HAK ASASI MANUSIA
Hak

asasi

Manusia adalah

hak-hak

yang

telah

dipunyai

seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal.


Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika
Serikat

(Declaration

of

Independence

of

USA)

dan

tercantum

dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat


1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1 dan pasal 31 ayat 1.
Di samping itu dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum
Unionis dan Pactum Subjectionis. Pactum Unionis adalah perjanjian
antara

individu-individu

membentuik

suatu

atau

negara,

kelompok-kelompok

sedangkan

pactum

masyarakat

unionis

adalah

perjanjian antara warga negara dengan penguasa yang dipiliah di


antara warga negara tersebut (Pactum Unionis). Thomas Hobbes
mengakui adanya Pactum Subjectionis saja. John Lock mengakui
adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis dan JJ Roessaeu
mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga paham ini berpenbdapat
demikian. Namun pada intinya teori perjanjian ini meng-amanahkan
adanya perlindungan Hak Asasi Warga Negara yang harus dijamin oleh
11

penguasa, bentuk jaminan itu mustilah tertuang dalam konstitusi


(Perjanjian Bernegara).
Hak Asasi Manusia adalah hak fundamental yang tak dapat
dicabut yang mana karena ia adalah seorang manusia. , contohnya
dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi Perancis. HAM
yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang dikembangkan
oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak mengenal
berbagai

batasan-batasan

kenegaraan.

Sebagai

konsekuensinya,

negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang


bukan warga negaranya.
Dengan demikian

selama menyangkut persoalan

Hak Asasi

Manusia (HAM) setiap negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu


memiliki tanggung jawab, utamanya terkait pemenuhan HAM pribadipribadi yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk orang asing
sekalipun. Maka itu pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah
untuk mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak
yang dimiliki warga negara. Hak Asasi Manusia dimiliki oleh siapa saja
tanpa terkecuali, sepanjang yang bersangkutan masih disebut sebagai
manusia.
TEORI HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Hak asasi manusia (Human Rights) adalah hak dasar atau hak
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. Hak asasi manusia (Human Rights) dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang. Hak asasi manusia (Human Rights) bersifat universal dan abadi.
Selain gerakan hak asasi, ada beberapa teori dari para ahli yang
mendukung perkembangan hak asasi manusia. Teori hak asasi manusia
(theory of human rights) adalah sebagai berikut.
1) Teori

Perjanjian

Masyarakat

Theory

Society

Agreement (1632-1704)
12

Teori ini dikemukakan oleh John Locke. Teori ini menyebutkan


bahwa ketika manusia berkeinginan membentuk negara maka
semua hak yang ada pada manusia harus dijamin dalam undangundang (Masyhur Effendi: 2005).
2) Teori Trias Politika / Theory Trias Politica (1688-1755)
Teori ini dikemukakan oleh Montesquieu. Teori ini menyatakan
bahwa

kekuasaan

negara

dipisahkan

menjadi

tiga,

yaitu

legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Pemisahan ini dilakukan untuk


melindungi

hak

asasi

dan

kekuasaan

penguasa

(Masyhur

Effendi : 2005).
3) Teori Kedaulatan Rakyat / Theory of Sovereignty of the
People (1712-1778)
Teori ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau. Teori ini menyatakan
bahwa

penguasa

diangkat

oleh

rakyat

untuk

melindungi

kepentingan rakyat, termasuk hak asasi (Masyhur Effendi :


2005).
4) Teori Negara Hukum / Theory State of Law (1724-1904)
Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant. Teori ini menyatakan
bahwa negara bertujuan untuk melindungi hak asasi dan
kewajiban warga negara (M. Tahir Azhary : 1992).

5) John Locke dapat dilihat dalam rumusan berikut :


Men being born, as has been proved, with a title to perfect freedom an
uncontrolled enjoyment of all the rights and privileges of the law nature
equally with any other man or number of men in the world, has by nature a
power not only to preserve his property that is. His life, liberty and estateagainst the injuries.dst
Berdasarkan atas kutipan tersebut jelaslah bahwa manusia dalam
keadaan alamiah (sejak dilahirkan) telah dikaruniai hak-hak alamiah
(fundamental) yaitu hak untuk hidup, kemerdekaan, dan hak milik. Dengan
demikian penggunaan istilah liberty secara historis diperkenalkan oleh John
13

Locke dalam konteks pemikiran tentang Negara dan hukum, khususnya dalam
menghadapi kekuasaan raja yang absolut. Dasar pemikiran John Locke inilah
yang kemudian dijadikan landasan bagi pengakuan terhadap Liberty.
Ciri khas Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sebagai berikut :
1. Hakiki : bahwa Hak Asasi Manusia itu bersifat hakiki artinya hak itu
telah ada sejak manusia lahir.
2. Tidak dapat dibagi : bahwa

semua manusia berhak memperoleh

hak, baik hak politik, sosial, ekonomi, sipil, dan budaya.


3. Tidak dapat dicabut : bahwa Hak Asasi Manusia tidak dapat dicabut
atau diserahkan kepada orang lain.
4. Universal : bahwa Hak Asasi Manusia berlaku untuk semua manusia
tanpa kecuali.
Bahwa dasar pemikiran

tersebut di atas yang

menyebabkan

Hak Asasi Manusia ( HAM) merupakan bagian integral dari kajian dalam
disiplin ilmu hukum internasional. Maka dari itu bukan sesuatu yang
kontroversial bila komunitas internasional memiliki kepedulian serius
dan nyata terhadap issu terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat
domestik. Justru peran komunitas internasional sangat pokok dalam
perlindungan Hak Asasi Manusia ( HAM) karena sifat dan watak dari
HAM

itu

sendiri

yang

merupakan

mekanisme

pertahanan

dan

perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang sangat rentan


untuk disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan
sejarah kehidupan

dalam

umat manusia. Hal ini dapat kita lihat sebuah

contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia sebagai berikut :


1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan
sewenang-wenang.
2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan
berkumpul bagi hak rakyat dan oposisi.
3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak
manusiawi.

14

4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan


penguasa dan partai tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan
oposisi.
5. Penegak

hukum

dan/atau

petugas

keamanan

melakukan

kekerasan/anarkis terhadap rakyat dan oposisi di manapun.


Dengan melihat contoh pelanggaran hak asasi manusia tersebut
bahwa

secara

teoritik

pelaksanaan HAM belum


disebabkan

oleh

sangat

bagus

namun

dalam

praktiknya

dapat dilaksanakan secara mutlak, yang

beberapa

factor

yang

dapat

menimbulkan

pelanggaran HAM itu sendiri ataupun hak asasi orang lain. Maka dari
itu diharapan kepada pemerintah khususnya dan semua komponen
bangsa ini untuk menjunjung tinggi dan melindungi Hak Asasi Manusia
(HAM).

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)

OLEH
I GEDE PURWATA, S.H.
NIM : 19.02.012305.1640

15

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)

OLEH
I KETUT GEDE SUGIANTO, S.H.
NIM: 19.02.012305.1634

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
16

OLEH
I WAYAN SUMEKERTA, S.H.
NIM: 19.02.012305.1641

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)

OLEH
I PUTU MEIANTARA PRANATA, S.H.
NIM: 19.02.012305.1639

17

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)

OLEH
A.A.KETUT WIRATAMA, S.H.
NIM: 19.02.012305.1635

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
18

OLEH
AGUS APRIANTO, S.E.
NIM: 19.02.012305.1636

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)

OLEH
IDA BAGUS KETUT RENDI PRAMUDHITA, S. Kom.
NIM: 19.02.012305.1637

19

PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MAHENDRADATA
DENPASAR
2016

20

Anda mungkin juga menyukai