Penulis
Penerbit
Cetakan
: Pertama
ISBN
: 978-602-9042-35-1
Tebal Buku
: 334 halaman
Tahun
: 2011
PENDAHULUAN
Buku HAM POLITIK ( Kebebasan Berpendapat di Indonesia ) merupakan salah satu hasil
penelitian Prof. Dr. Yohanes Usfunan, Drs., SH., MH., berupa Disertasi yang telah
dipertahankan dalam tahapan ujian proposal, seminar, ujian kelayakan, ujian tertutup dan
ujian terbuka dalam rapat Senat Universitas Airlangga pada hari Selasa, 3 November 1998
dengan Promotor Prof. Abdoel Gani, SH., MS., dan Prof. Dr. Philipus M Hadjon, SH.,.
Buku ini merupakan salah satu literature yang dipergunakan untuk mengkaji permasalah
Hukum Tata Negara (HTN), mengingat bahan-bahan pustaka hukum yang berkaitan dengan
kebebasan pers dan forum ilmiah dalam peraturan perundang-undangan masih bias. Di
samping itu untuk melakukan pengkajian terhadap kebebasan berpendapat yang merupakan
hak asasi manusia adalah sangat penting dari sudut hokum dogmatic maupun filsafat hokum,
mengingat hak asasi manusia bersifat mendasar dan actual dalam dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pembahasan materi hak asasi dalam filsafat hukum merupakan salah satu persoalan yang
mendasar dan juga menjadi kajian yang sangat penting dalam hukum internasional. Kajian
dalam hukum tata Negara dan hokum internasional diantaranya mengenai hakekat asal usul
hak asasi manusia dan bagaimana caranya agar orang itu dapat mengetahui bahwa ia
mempunyai hak tersebut serta bagaimana implementasi pelaksanaan kebebasan berpendapat
di Indonesia yang dijamin dalam UUD 1945.
Kebebasan berpendapat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagai alat
partisipasi dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran yang obyektif, edukatif maupun dalam
penyampaian kritik. Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak yang dapat
dipergunakan dalam melakukan control social terhadap kebijaksanaan maupun keputusan
yang diambil pemerintah ataupun dalam rangka membela kepentingan rakyat dari tindakantindakan penguasa yang melanggar hak asasi manusia. Dengan demikian bagaimana
pengaturan dan penggunaan kebebasan berpendapat melakui pers maupun forum ilmiah yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dijamin secara konstitusional berdasarkan
UUD 1945.
Untuk mengkaji lebih mendalam agar kita mendapatkan suatu pengertian yang tepat tentang
kebebasan dan kemerdekaan, maka perlu kiranya membahas terlebih dahulu mengenai
istilah-istilah : liberty, freedom, independence, licence dan privilege.
1. Liberty
Istilah liberty mulai popular pada saat rakyat berusaha melawan kekuasaan absolut
raja-raja pada abad ke XVII dan XVIII yang merupakan pemikiran dari para filsuf
yang berpengaruh di bidang Negara dan hokum diantaranya adalah Thomas Hobbes,
John Locke, J.J. Rousseau dan Montesquieu. Istilah Liberty semakin dikenal dalam
konteks perjuangan hak asasi manusia.
Thomas Hobbes melihat bahwa hak asasi manusia merupakan jalan pintas untuk
menyelesaikan situasi hommo homini lupus bellumomnium contra omnes yaitu situasi
yang mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat dengan cara menyerahkan hakhaknya kepada penguasa untuk mengakhiri rasa permusuhan dan peperangan yang
berprinsip siapa yang kuat dia yang menang. Teori Thomas Hobbes ini disebut
sebagai teori yang mengarah kepada pembentukan monarchi absolut.
John Locke berpendapat sebaliknya bahwa tidak secara absolut manusia harus
menyerahkan hak-hak individualnya, yang diserahkan hanya yang berkaitan dengan
perjanjian dengan Negara sedangkan sisanya harus tetap dipegang oleh individu.
Bahwa penggunaan istilah liberty ditemukan dalam perjanjian antar individu untuk
membentuk Negara menurut John Locke disebut Pactum Unionis dan dalam tahap
berikutnya disebut Pactum Subjectionis yang menentukan bahwa pada dasarnya setiap
persetujuan antar individu (pactum unionis) terbentuk atas dasar suara mayoritas, dan
setiap individu selalu memiliki hak-hak yang tidak dipisahkan yaitu life, liberty dan
estate. Berdasarkan perjanjian tersebut maka tugas Negara adalah untuk melindungi
masing-masing individu.
Penggunaan istilah Liberty oleh John Locke dapat dilihat dalam rumusan berikut :
Men being born, as has been proved, with a title to perfect freedom an uncontrolled
enjoyment of all the rights and privileges of the law nature equally with any other
man or number of men in the world, has by nature a power not only to preserve his
property that is. His life, liberty and estate- against the injuries.dst
Berdasarkan atas kutipan tersebut jelaslah bahwa manusia dalam keadaan alamiah
(sejak dilahirkan) telah dikaruniai hak-hak alamiah (fundamental) yaitu hak untuk
hidup, kemerdekaan, dan hak milik. Dengan demikian penggunaan istilah liberty
secara historis diperkenalkan oleh John Locke dalam konteks pemikiran tentang
Negara dan hokum, khususnya dalam menghadapi kekuasaan raja yang absolut.
Dasar pemikiran John Locke inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan terhadap Liberty.
Pada hakekatnya penggunaan istilah liberty oleh para pemikir kenegaraan dan hokum
dalam rangka melaan kekuasaan absolut raja-raja pada zaman dahulu dapat dipahami
bahwa istilah liberty pada hakekatnya berkaitan dengan penindasan, penjajahan,
maupun dalam kaitannya dengan perbudakan.
Kemerdekaan secara konstitusional tercantum dalam tiga Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia yang pernah berlaku yaitu dalam konstitusi RIS 1949 pada bagian
2
subject to the government, control, or dictation of any exrtior power. Artinya Negara
atau suatu keadaan yang bebas dari ketergantungan, penundukan dan pengawasan.
Ketidak tergantungan Negara atau bangsa yang otonom sepenuhnya, tidak tunduk
pada pemerintah, tidak dalam pengawasan atau didikte dari kekuasaan luar.
Menurut Blacks Law Dictionary istilah independence diartikan suatu kondisi yang
bebas dari ketergantungan, dengan kata lain berhubungan dengan kemandirian atau
otonomi untuk bertindak. J.C.T. Simorangkir menyatakan otonomi sebagai hak dari
suatu daerah untuk mengurus sendiri rumah tangganya dalam batas-batas tertentu.
Istilah independence ini dipergunakan dalam kepustaan hokum tata Negara dan ilmu
politik maupun dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Keputusan Presiden
Nomr 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
pada pasal 3 dinyatakan Komnas HAM bersifat mandiri atau independence.
Berdasarkan atas pemikiran dan pendapat para ahli tersebut mengenai istilah
independence pada dasarnya mengandung makna yang berhubungan dengan
pengaruh, campur tangan atau bantuan pihak lain. Bahwa istilah independence tidak
tepat dipergunakan dalam hubungannya dengan kebebasan berpendapat.
3. Licence dan Privilige
Istilah licence dan privilege penggunaanya lebih banyak ditemukan dalam buku-buku
kepustakaan hokum administrasi, hokum pidana maupun hokum perdata. Dalam
ketentuan hokum positif penggunaan istilah licence atau izin ditemukan dalam UU
Nomor 5 PNPS Tahun 1963 tentang Kegiatan Politik. Izin penyelenggaraan kegiatan
politik seperti izin keramaian, pawai, pesta dan sebagainya. Salah satu contoh
Keputusan bersama antara Menhankam dan Mendagri Nomor 153 Tahun 1995 Nomor
Kep./12/XII/1995 mengatur perizinan penyelenggaraan kegiatan politik, keramaian,
pesta, pawai dan sebagainya.
Menurut Lili Rasjidi (1993: 69) menyatakan Salah satu hak dalam arti luas dikenal
dengan istilah licence (lisensi) atau hak istimewa (privilege). Kebebasan ini
merupakan suatu keistimewaan yang bersumber dari tidak diperlukannya suatu
perbuatan untuk memenuhi kewajiban tertentu terhadap pemegang hak.
Dalam Blacks Law Dictionary ditegaskan bahwa licence merupakan suatu hak
perorangan untuk melakukan suatu kegiatan. Pada dasarnya licence atau izin
dikeluarkan oleh penguasa yang berwenang untuk melakukan perbuatan tidak sah
menurut hokum yang dapat dianggap sebagai pelanggaran. Izin ditandai dengan
adanya pemberian sertifikat atau dokumen.
Dalam kamus hokum Licence diartikan sebagai izin untuk mendapatkan sesuatu,
membeli sesuatu atau sebagai hak untuk berbuat sesuatu. Menurut bahasa Belanda
licence diartikan surat izin, izin dalam dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah
vergunning.
Privilege merupakan hak istimewa yang diberikan kepada seseorang atau badan
hokum untuk menikmati suatu keuntungan atau hak tertentu. Privilege merupakan
suatu hak yang memberikan keuntungan, pembebasan, hak monopoli (franchice) yang
diberikan kepada seseorang atau kepada suatu lembaga.
Dengan demikian istilah licence dan privilege secara hakiki berbeda dengan istilah
kebebasan (freedom) maupun dengan istilah kemerdekaan (liberty). Licence berkaitan
dengan suatu permohonan serta privilege berkaitan dengan hak istimewa seseorang
atau badan hukum, sehingga tidak tepat penggunaannya dalam kaitan dengan
kebebasan berpendapat.
4. Freedom
Istilah freedom dipergunakan oleh para filsuf tentang Negara dan hokum seperti John
Locke, Thomas Hobbes, Montesquieu dan J.J. Rousseau. Di samping para filsuf
tersebut Imanuel Kant dan Franklin Delano Resevelt juga dipergunakan sebagai
pegangan dalam perumusan menurut konstitusi dan hukumhokumtif.
Konteks freedom sebagai hak asasi manusia yang harus dilindungi presiden Amerika
Serikat Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) dalam pidatonya di depan konggres
mengemukakan gagasan-gagasan sebuah doktrin yang terkenal dengan nama The
Four Freedom sebagai empat kebebasan pokok manusia.
Doktrin The Four Freedom merupakan suatu ajaran yang kemudian menjadi popular
dan mempengaruhi pimpinan berbagai Negara di dunia. Istilah Freedom ini
dicantumkan dalam konstitusi dalam suatu Negara dan dipergunakan juga sebagai
bahan acuan dalam pembahasan tentang hak asasi manusia, sehingga istilah freedom
semakin popular. Freedom yang diterjemahkan sebagai kebebasan dipergunakan
dalam kepustakaan hokum tata Negara, filsafat hokum, ilmu politik dan hokum
internasional. Istilah freedom secara konstitusional dapat ditemukan dalam konstitusi
sejumlah Negara. Misalnya Amarika Serikat, Jepang, Singapura, Swis dsb.
Dalam ketentuan hokum positif istilah kebebasan ditemukan dalam beberapa
peraturan perundang-undangan antara lain :
1. Undang-Undang PNPS Nomor 5 Tahun 1963 tentang Kegiatan Politik, pada
konsideran menimbang dinyatakan untuk mengamankan jalannya revolusi
Indonesia dalam menuju susunan masyarakat yang adil makmur, perlu adanya
bimbingan terhadap kebebasan demokrasi dst.
2. Keputusan Menteri bersama antara Menhankam dan Mendagri Nomor 153 Tahun
1995 dan Nomor Kep/XII/1995 tentang Juklak Perizinan. Dalam penjelasan pasal
3 menggunakan istilah kebebasan.
3. Undang-Undang Poko Pers Nomor 21 Tahun 1982 pasal 2 ayat (2) huruf c
menyebutkan pers nasional bertugas memperjuangkan kebenaran dan keadilan
atas dasarkebebasan pers yang bertanggungjawab.
4. Dalam konstitusi RIS 1949 dinyatakan : setiap orang berhak atas kebebasan dan
mengeluarkan pendapat.
Pandangan yang dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff sebelumnya bahwa
kemerdekaan itu adalah genusnya dan kebebasan itu adalah speciesnya. Kiranya hal
ini sangat tepat istilah kemerdekaan digunakan dalam konstitusi, karena lebih luas
artinya sedangkan kebebasan (freedom) lebih sempit.
Dengan demikian dapat disipulkan bahwa kebebasan merupakan suatu hak (sarana)
partisipasi setiap warga Negara dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah
5
dicapai. Artinya kemerdekaan dicapai hanya satu kali seperti halnya bangsa Indonesia
meraih kemerdekaannya dari pemerintah penjajah Belanda pada tanggal 17 Agustus
1945. Untuk mengisi kemerdekaan itulah bangsa Indonesia melaksanakan berbagai
aktivitas termasuk kebebasab berpendapat.
KEBEBASAN BERPENDAPAT
Kebebasan berpendapat merupakan suatu hak dasar akan tetapi penggunaannya perlu
pembatasan melalui ketentuan hokum positif, sehingga tidak menimbulkan gangguan
terhadap keamanan maupun ketertiban masyarakat.
Berdasarkan UUD 1945 pada pasal 28 bahwa mengeluarkan pikiran pada prinsipnya
sama dengan menyatakan pendapat atau menyampaikan pandangan. Pandangan
berarti suatu pendapat, pertimbangan, pikiran, hasil pemikiran. Berpendapat artinya
mengeluarkan pendapat atau pikiran (yang dapat dilakuka secara lisan maupun dalam
bentuk tulisan). Kebebasan berpendapat dalam bahasa Inggris sering disebut freedom
of expression dan freedom of speech. Kebebasan berpendapat yang disampaikan
melalui mass media (pers) sering disebut dengan istilah freedom of the press.
Menurut Imanuel Kant dan Theo Huijbers bahwa salah satu prinsip yang harus
dipegang dan dilaksanakan dalam penggunaan kebebasan berpendapat melalui pers
maupun forum ilmiah yaitu kebebasan yang bertanggungjawab.hal ini dinyatakan
dalam Undang-Undang Pokok Pers Nomor 21 Tahun 1982 bahwa tugas dan
kewajiban pers nasional yaitu memperjuangkan kebenaran, keadilan atas dasar
kebebasan pers yang bertanggungjawab.
PEMIKIRAN TENTANG KEBEBASAN BERPENDAPAT
Konsep kebebasan berpendapat merupakan hak asasi manusi secara historis dapat
ditelusuri perkembangannya dari Negara-negara barat, karena dalam kenyataannya
menunjukkan bahwa yang memulai mempersoalkan hak-hak asasi manusia termasuk
kebebasan berpendapat adalah pemikir-pemikir barat.
1. Konsep pemikiran tentang kebebasan berpendapat di dunia barat
Kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia menjadi issu yang dibicarakan
hampir seluruh dunia, mulai dari zaman Yunani Kuno, Romawi Kuno, Zaman
Pertengahan, Zaman Renaisance dan Zaman perkembangan teori hokum alam
abad ke XVI. Adapun pemikir-pemikirnya adalah John Locke, John Rousseau,
Montesquieu dan Thomas Hobbes. Pengkajian secara historis tentang pengajuan
dan perlindungan kebebasan berpendapat berdasarkan pengkategorian
perkembangan pemikiran tentang Negara dan hokum, dimaksudkan untuk mencari
dasar pembenar teoritik. Adapun alasan melakukan pengkajian eksistensi
kebebasan berpendapat sebagai berikut :
a. Semenjak zaman Yunani Kuno sampai dengan abad ke XVII, hokum alam
dijadikan sebagai dasar dalam pemikiran Negara dan hokum hokum alam
bersumber pada prinsip absolut yaitu prinsip hak asasi manusia.
b. Secara historis pengakuan dan perlindungan terhadap kebebasan berpendapat
mulai berkembang sejak Yunani Kuno pada saat terbentuknyanegara kota yang
disebut polis atau City State. Aristoteles memiliki cita-cita untuk menciptakan
hokum yang adil dalam melindungi kebebasan dan hak asasi. Dengan
6
4. Dalam konstitusi RIS 1949 dinyatakan : setiap orang berhak atas kebebasan
dan mengeluarkan pendapat.
Pandangan yang dikemukakan oleh Louis O. Kattsoff sebelumnya bahwa
kemerdekaan itu adalah genusnya dan kebebasan itu adalah speciesnya. Kiranya hal
ini sangat tepat istilah kemerdekaan digunakan dalam konstitusi, karena lebih luas
artinya sedangkan kebebasan (freedom) lebih sempit. Pada hakekatnya penggunaan
istilah liberty oleh para pemikir kenegaraan dan hokum dalam rangka melaan
kekuasaan absolut raja-raja pada zaman dahulu dapat dipahami bahwa istilah liberty
pada hakekatnya berkaitan dengan penindasan, penjajahan, maupun dalam kaitannya
dengan perbudakan.
Menurut Imanuel Kant dan Theo Huijbers bahwa salah satu prinsip yang harus
dipegang dan dilaksanakan dalam penggunaan kebebasan berpendapat melalui pers
maupun forum ilmiah yaitu kebebasan yang bertanggungjawab.hal ini dinyatakan
dalam Undang-Undang Pokok Pers Nomor 21 Tahun 1982 bahwa tugas dan
kewajiban pers nasional yaitu memperjuangkan kebenaran, keadilan atas dasar
kebebasan pers yang bertanggungjawab. Konsep kebebasan berpendapat merupakan
hak asasi manusi secara historis dapat ditelusuri perkembangannya dari Negaranegara barat, karena dalam kenyataannya menunjukkan bahwa yang memulai
mempersoalkan hak-hak asasi manusia termasuk kebebasan berpendapat adalah
pemikir-pemikir barat.
Konteks freedom sebagai hak asasi manusia yang harus dilindungi Presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) dalam pidatonya di depan
Konggres mengemukakan gagasan-gagasan sebuah doktrin yang terkenal dengan
nama The Four Freedom sebagai empat kebebasan pokok manusia.
Doktrin The Four Freedom merupakan suatu ajaran yang kemudian menjadi
popular dan mempengaruhi pimpinan berbagai Negara di dunia. Istilah Freedom ini
dicantumkan dalam konstitusi dalam suatu Negara dan dipergunakan juga sebagai
bahan acuan dalam pembahasan tentang hak asasi manusia, sehingga istilah freedom
semakin popular. Freedom yang diterjemahkan sebagai kebebasan dipergunakan
dalam kepustakaan hokum tata Negara, filsafat hokum, ilmu politik dan hokum
internasional. Istilah freedom secara konstitusional dapat ditemukan dalam konstitusi
sejumlah Negara. Misalnya Amarika Serikat, Jepang, Singapura, Swis dsb.
10
Bahwa
Negara dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah dicapai. Artinya kemerdekaan
dicapai hanya satu kali seperti halnya bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya dari
pemerintah penjajah Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk mengisi
kemerdekaan itulah bangsa Indonesia melaksanakan berbagai aktivitas termasuk
kebebasan berpendapat.
Dengan demikian dapat ditarik simpulan bahwa untuk memdapatkan kebebasan baik
itu kebebasan berpendapat maupun kebebasan berserikat tentunya harus memperoleh
kemerdekaan terlebih dahulu. Jika kemerdekaan sudah didapatkan, maka tugas
selanjutnya adalah tugas untuk mengisi kemerdekaan dengan berbagai aktifitas sesuai
dengan amanat yang diberikan oleh Negara serta berdasarkan peraturan perundangundangan yang berluku. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemerdekaan lebih
dahulu diwujudkan baru kemudian kebebasan dilaksanakan guna mengisi
kemerdekaan yang telah didapatkannya.
PEMBENARAN TEORITIK TENTANG PERLUNYA HAK ASASI MANUSIA
Hak
asasi
Manusia adalah
hak-hak
yang
telah
dipunyai
(Declaration
of
Independence
of
USA)
dan
tercantum
individu-individu
membentuik
suatu
atau
negara,
kelompok-kelompok
sedangkan
pactum
masyarakat
unionis
adalah
batasan-batasan
kenegaraan.
Sebagai
konsekuensinya,
Hak Asasi
Perjanjian
Masyarakat
Theory
Society
Agreement (1632-1704)
12
kekuasaan
negara
dipisahkan
menjadi
tiga,
yaitu
hak
asasi
dan
kekuasaan
penguasa
(Masyhur
Effendi : 2005).
3) Teori Kedaulatan Rakyat / Theory of Sovereignty of the
People (1712-1778)
Teori ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau. Teori ini menyatakan
bahwa
penguasa
diangkat
oleh
rakyat
untuk
melindungi
Locke dalam konteks pemikiran tentang Negara dan hukum, khususnya dalam
menghadapi kekuasaan raja yang absolut. Dasar pemikiran John Locke inilah
yang kemudian dijadikan landasan bagi pengakuan terhadap Liberty.
Ciri khas Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sebagai berikut :
1. Hakiki : bahwa Hak Asasi Manusia itu bersifat hakiki artinya hak itu
telah ada sejak manusia lahir.
2. Tidak dapat dibagi : bahwa
menyebabkan
Hak Asasi Manusia ( HAM) merupakan bagian integral dari kajian dalam
disiplin ilmu hukum internasional. Maka dari itu bukan sesuatu yang
kontroversial bila komunitas internasional memiliki kepedulian serius
dan nyata terhadap issu terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat
domestik. Justru peran komunitas internasional sangat pokok dalam
perlindungan Hak Asasi Manusia ( HAM) karena sifat dan watak dari
HAM
itu
sendiri
yang
merupakan
mekanisme
pertahanan
dan
dalam
14
hukum
dan/atau
petugas
keamanan
melakukan
secara
teoritik
oleh
sangat
bagus
namun
dalam
praktiknya
beberapa
factor
yang
dapat
menimbulkan
pelanggaran HAM itu sendiri ataupun hak asasi orang lain. Maka dari
itu diharapan kepada pemerintah khususnya dan semua komponen
bangsa ini untuk menjunjung tinggi dan melindungi Hak Asasi Manusia
(HAM).
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
OLEH
I GEDE PURWATA, S.H.
NIM : 19.02.012305.1640
15
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
OLEH
I KETUT GEDE SUGIANTO, S.H.
NIM: 19.02.012305.1634
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
16
OLEH
I WAYAN SUMEKERTA, S.H.
NIM: 19.02.012305.1641
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
OLEH
I PUTU MEIANTARA PRANATA, S.H.
NIM: 19.02.012305.1639
17
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
OLEH
A.A.KETUT WIRATAMA, S.H.
NIM: 19.02.012305.1635
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
18
OLEH
AGUS APRIANTO, S.E.
NIM: 19.02.012305.1636
RINGKASAN BUKU
HAM POLITIK
( KEBEBASAN BERPENDAPAT DI INDONESIA)
OLEH
IDA BAGUS KETUT RENDI PRAMUDHITA, S. Kom.
NIM: 19.02.012305.1637
19
20