Anda di halaman 1dari 9

Agama Buddha

Agama Buddha dan Sosial Politik







Oleh :
Juvicko Janitra H 1130102
Sylvia Silvanus Sie 1130486
Gunawan Putra Halim 1130506
Verlita Evelyn Susanto 1130507


Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Juni 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kondisi kehidupan manusia sosial politik sekarang menyangkut perbedaan agama.
Agama menjadi masalah besar dalam memberikan solusi masyarakat sosial dan implementasi
bagi Buddhisme yang mengarahkan umat berjalan di jalan yang benar. Ilmu sosial dalam
Agama Buddha dan pembangunan sosial politik tidak terlepas dari sikap seorang individu
dalam suatu pemerintahan dan tercermin dalam sikap para kalangan Buddhisme seperti raja
Asoka, menempatkan sosial politik sebagai sarana membangun masyarakat yang adil dan
makmur.
Sosial politik dalam kehidupan sekarang cenderung pada perefleksian adu pamer
antara kelompok dengan mengabaikan universal. Agama Buddha mempunyai ciri khusus
dalam pembangunan sosial, yang terdiri dua kelompok yaitu umat perumah tangga dan
Sangha yang akan dibahas pada pembahasan di bawah ini.

B. Fokus Permasalahan
1. Bagaimana pengertian ilmu sosial politik ?
2. Bagaimana kajian ilmu sosial politik dipandang secara umum ?
3. Bagaimana kajian ilmu politik dipandang secara Agama Buddha ?

C. Tujuan
1. Memaparkan pengertian ilmu sosial politik.
2. Memaparkan kajian ilmu politik menurut pandangan umum.
3. Memaparkan kajian ilmu politik dalam pandangan Agama Buddha.


BAB II
ILMU AGAMA BUDDHA DAN ILMU SOSIAL POLITIK

A. Kajian Ilmu Sosial Politik Secara Umum
Politik adalah sebuah sebutan timbul dalam sebuah organisasi, dan terkecil ialah
rumah tangga yang meluas menjadi keluarga, suku, yang mengikat anggota-anggotanya, yang
dipimpin oleh kepala atau pemimpinnya masing-masing. Tetapi namanya sebuah politik
biasanya kita dengar dikalangan organisasi-organisasi yang didirikan orang-orang kelas atas,
seperti kalangan pemerintahan. Mereka mendirikan sebuah organisasi karena memiliki tujuan
tertentu dan tujuan sama, seperti : perkumpulan olah ragawan, pembuatan proyek, dan dalam
organisasi tersebut diperlukan sebuah politik. Ilmu politik di sebuah negara adalah ilmu
menyelidiki dan menguraikan hidup sebuah negara, sikap dan tindak tanduknya dalam
kehidupan warganya serta dalam pergaulan antar negara.
Ilmu politik merupakan sisiologi negara, menurut Hoentink, sedangkan. Moh. Jamin
berpendapat bahwa ilmu politik memusatkan tinjauan masalah kekuasaan dan bagaimana
berjalan tenaga kekuasaan dalam masyarakat dan susunan negara, ilmu politik membahas dan
mempersoalkan pembinaan masyarakat dengan kekuasaan. Ilmu politik mempunyai tugas
yaitu :
a) Menentukan prinsip-prinsip yang dijadikan patokan dan diindahkan dalam menjalankan
pemerintahan.
b) Mempelajari tingkahlaku pemerintahan sehingga dapat mengemukakan mana baik dan
mana yang salah serta menganjurkan perbaikan-perbaikan secara tegas dan terang.
c) Mempelajari tingkahlaku politik warga negara tersebut, baik secara pribadi maupun
kelompok.
d) Mengamat-amati dan menelaah rencana-rencana sosial, kemakmuran, kerjasama
internasional
Menurut Mohamad Hatta bahwa metode ilmu tidak lain satu skema, satu rancangan
kerja untuk menyusun masalah yang satu menjadi sistem pengetahuan. Ilmu politik tidak
terlepas dari ilmu lain, sebab ilmu politik berobyek pada negara, maka diperlukan
pengetahuan tentang ilmu negara, hukum negara, administrasi negara, ilmu sejarah, filsafat,
ekonomi, sosiologi, orang hanya melihat dari peristiwa kebrutalan, pengrusakan, pemogokan
saat menjelang maupun sesudah pesta demokrasi sebagai akibat dari kegiatan pemilu,masalah
sebagai akibat dari persoalan psikososial.
Masalah yang dominan justru kesenjangan psikologis, karena tidak menyatunya visi
dan misi pembangunan, sehingga sebagaian saja dapat menikmati dan sebagian menjadi
korban pembangun. Misalnya disparitas-disparitas ekonomi setiap negara tidak bisa
dihilangkan. Dinegara majupun ada kesenjangan, di Indonesia orang berpolitik dianggap
sebagai orang yang oposisi atau anti pemerintah. Masalah pokoknya adalah kebebasan hak
pribadi, dan pemilu sekarang merisaukan masyarakat.
Politik sangat mempengaruhi pemerintah dalam membuat kebijaksanaan. Kesadaran
rakyat semakin hari semakin meningkat, yang diiringi banyaknya informasi politik, masalah
dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintahan. Sebagai intelek tidak bisa hanya
memandang dari pemilu sekarang dan harus mengamati parpol. Selama ini yang ada bukan
partai politik, tapi hanya ornamen politik tongkat legalitas demokratis, yang dinamakan
kemapanan kekuasaan sekarang akan terganggu. Kemapanan yang sekarang ada adalah dari
sesuatu yang tidak mapan. Contohnya korupsi, kolusi, dan manipulasi yang merajalela.


B. Ilmu Sosial Politik Dipandang dari Segi Agama Buddha.
Sosial politik berarti berbicara dengan masalah-masalah sekitar negara sebagai suatu
keseluruhan. Membahas hubungan sosial manusia dengan masyarakat dimana pandangan
tentang individualisme dan kolektifisme (masyarakat), menyangkut tentang martabat manusia
serta cara penghidupannya yang merupakan suatu fundamental bagi etika sosial politik.
Pada dasarnya sosial politik menuntut agar kehidupan masyarakat dan negaranya ditata sesuai
martabat manusia, sehingga menghasilkan kesejahteran, individu, masyarakat, dan Negara.
Seperti dalam Mahaparinibbana Sutta yang menjelaskan untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara .
Agama Buddha menempatkan cita-cita sosialnya untuk membebaskan semua makhluk
dari penderitaan yang semuanya berorientasi pada pencapaian Nibbana. Seperti yang terdapat
dalam Dhammacakkapavatthana bahwa pengetahuan mutlak sejati berkenaan dengan Empat
Kesunyataan Mulia telah mencapai penerangan sempurna yang sebagai tujuan akhir dari
semua umat Buddha. Sedangkan masyarakat Buddhis terbagi dua kelompok yaitu :
Perumah tangga tujuan mencapai pada kebahagiaan material maupun spiritual untuk
mencapai kebahagiaan pada komunitas.
Bhikkhu atau Sangha kelompok ini tidak mempunyai hubungan dengan sosial politik.
Karena sangha meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjadi seorang samana.
Sebagai pewaris dhamma dan dimana mempunyai peran sangat penting dalam
mengajarkan nilai-nilai dalam moralitas yang diterapkan kehidupan sosial politik dan
dijadikan bahan dalam menyelesaikan masalah sosial politik yang terjadi sekarang.
Seperti terdapat dalam Mahaparinibbana Sutta Buddha memberikan nasehat pada
Ajattasatru supaya tidak memusnahkan suku Vaji Buddha telah meninggalkan kehidupan
duniawi tetapi beliau tetap memberikan nasehat tentang pemerintahan yang baik. Buddha
berasal dari kasta ksatria dan bergaul dengan para raja dan menteri, dalam mengajarkan
ajarannya tidak pernah menempuh jalan dengan kekuatan politik atau mengijinkan ajaranya
disalah gunakan untuk memperoleh kekuatan politik. Tetapi sekarang ada yang berusaha
menarik nama Buddha kedalam politik dengan memperkenalkan bahwa Buddha adalah
seorang komunis, kapitalis, atau imperalis, lupa bahwa filosofi politik berkembang dibarat
lama. Dasar agama dan politik berbeda. Dasar politik adalah moralitas, kesucian, keyakinan
dan kebijaksanaan, sementara dasar politik adalah kekuasaan.
Agama dijadikan kaki tangan sebuah politik, agama harus lebih dulu meninggalkan
gagasan leluhur dan merendahkan nilai dengan tuntutan politik duniawi. Dalam situasi
sekarang agama digunakan untuk membenarkan perang dan penjajahan, diskriminasi,
kekerasan, pemberontakan, penghancuran karya seni dan budaya. Dharma Buddha tidak
pernah mengarahkan kepada penciptaan lembaga politik baru dan menetapkan cara politik.
Pada dasarnya ajaran Buddha berupa mendekati masalah-masalah yang ada dalam
masyarakat dan memberikan anjuran-anjuran berupa prinsip umum untuk menuntun
masyarakat menuju perikemanusiaan yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan anggota
masyarakat, dan pemerataan sumber daya manusia yang adil.
Politik mempunyai batasan tertentu untuk dapat menjamin kemakmuran dan
kebahagiaan rakyat dan tidak ada sistem politik seideal apapun yang menghasilkan
kedamaian dan kebahagian selama dalam sistem masyarakat di dominasi oleh keserakahan,
kebencian, dan khayalan. Sekalipun sebuah politik yang baik dan menjamin hak asasi
manusia dan mengandung pengujian dan keseimbangan penggunaan kekuasaan merupakan
kondisi yang penting untuk kehidupan bahagia dalam masyarakat. Orang sebenarnya tidak
harus membuang waktu untuk pencarian tanpa akhir akan sistem politik sehingga orang dapat
bebas sepenuhnya, sebab kebebasan sepenuhnya tidak dapat ditemukan dalam sistem mana,
tetapi kebebasan temukan di dalam pikiran kita sendiri, dengan meleyapkan kebodohan dan
nafsu yang ada pada diri sendiri sehingga terbebas dari penderitaan.
Ada beberapa aspek dalam agama Buddha yang berhubungan dekat dengan aturan
politik pada masa sekarang, yaitu :
1. Kesejajaran umat manusia lama sebelum Abraham Lincoln.
2. Dorongan semangat kerja sosial dan partisipasi aktif dalam masyarakat.
3. Karena tidak ada seorang pun yang ditunjuk sebagai penerus Buddha, maka anggota
pesamuan akan dituntun oleh dharma dan vinaya, atau aturan kebenaran hukum.
4. Dorongan semangat konsultasi dan proses demokrasi.
Pendekatan umat Buddha terhadap kekuasaan politik adalah moralisasi dan
penggunaan kekuasaan rakyat secara bertanggung jawab. Buddha menjelaskan bahwa
penguasa suatu negara adil dan baik, maka para menteri menjadi adil dan baik, jika para
menteri adil dan baik, para pejabat tinggi adil dan baik, jika para pejabat tinggi adil dan baik,
para bawahan menjadi adil dan baik, jika para bawahan adil dan baik, maka rakyat menjadi
adi dan baik.
Buddha menjelaskan bahwa pelanggaran susila dan kejahatan dapat muncul dari
kemelaratan. Para raja dan pemerintah mencoba memberantas kejahatan dengan hukuman-
hukuman tetapi gagal. Bahwa dengan pengembangan ekonomi sebagai pengganti kekerasan
untuk memgurangi kejahatan. Pemerintah harus menggunakan sumber daya negara untuk
mengembangkan ekonomi.
Buddha memberikan 10 peraturan untuk pemerintahan yang baik, yang dikenal
dengan Dasa Raja Dharma. 10 peraturan yaitu :
1. Liberal dan menghindari mementingkan diri sendiri
2. Memelihara sifat mulia yang luhur
3. Siap untuk mengorbankan kesenangan diri sendiri untuk kesejahteraan warga negara
4. Jujur dan memelihara ketulusan hati
5. Baik dan lemah lembut
6. Menjalani hidup sederhana agar diteladani warga negara.
7. Bebas dari kebencian apapun
8. Menerapkan prinsip tanpa kekerasan
9. Menjalankan kesabaran
10. Menghormati pendapat rakyat untuk memajukan perdamaian dan keselarasan

Berkenaan dengan tingkah laku pemerintahan Buddha memberikan nasehat sebagai berikut :
1. Pemerintah baik harus berlaku adil, tidak berat sebelah, dan tidak mendiskriminasi
kan dalam satu kelompok negara dengan yang lainya.
2. Pemerintahan yang baik tidak menyimpan segala bentuk kebencian terhadap waga
negaranya.
3. Pemerintahan yang baik tidak takut apapun dalam melaksanakan hukum, jika hal itu
adil apa adanya.
4. Pemerintahan yang baik harus memiliki pemahaman yang jelas tentang hukum untuk
melaksanakannya.
Hukum tidak boleh dilaksanakan hanya karena pemerintahan memiliki otoritas untuk
memperlakukanya. Hal ini dilakukan harus masuk akal dan dengan akal sehat. Seseorang
yang tidak sehat, tidak kompeten, tidak bermoral, tidak layak, tidak mampu, dan tidak untuk
kedudukan seorang Raja, telah menobatkan dirinya sendiri sebagai Raja atau penguasa
dengan otoritas besar adalah sasaran hukuman oleh rakyat karena tidak pantas dan tidak
berharga telah menempatkan dirinya sendiri secara tidak benar dalam kursi kedaulatan
penguasa seperti siapa pun yang melanggar kode moral dan peraturan dasar dari segala
hukum sosial umat manusia.
Penguasa yang bertindak sebagai perampok rakyat dalam cerita Jataka disebutkan
bahwa penguasa yang menghukum orang yang tidak bersalah, dan tidak menghukum orang
yang melakukan kejahatan tidak sesuai untuk memerintah suatu negara. Sebagai contoh ada
seorang Raja yang selalu memperbaiki dirinya sendiri dan menguji tingkah laku dengan hati-
hati dalam perbuatan, perkataan, dan pikiran, mencoba untuk mengetahui, dan mendengarkan
pendapat seperti telah melakukan hal yang kurang dan kesalahan pada rakyatnya. Jika
melakukan hal tersebut dengan tidak benar rakyat akan mengeluh bahwa mereka ditindas
oleh penguasa yang tidak bertanggung jawab dengan memperlakukan tidak adil, hukuman,
pajak. Dan mereka akan bereaksi menentang dengan cara lain, sebaliknya Pemerintah
dengan benar mereka akan memberkatinya. Dari hal diatas dapat melihat bahwa ajaran
tersebut bersifat universal dan dapat diterapkan pada semua masyarakat.
Pada kehidupan Buddha penekanan pada tugas moral penguasa untuk menggunakan
kekuatan rakyat dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang telah diraih oleh Raja
Asokha pada abad 3 sm dan dijadikan sebagai raja yang baik. Mereka memutuskan untuk
hidup sesuai dengan dhamma dan melayani warga negara dan seluruh umat manusia.
Memperkenalkan praktek kebajikan sosio-moral tentang kejujuran, kebenaran, kasih sayang,
kebajikan, tanpa kekerasan, pertimbangan tingkah laku terhadap semua, tidak boros, tidak
serakah, dan tidak menyakiti binatang, saling memberi kebebasan beragama dan saling
menghormati antara kepercayaan, pergi secara berkala membabarkan dhamma kepada
masyarakat.
Masyarakat membangun pelayanan publik seperti mendirikan rumah sakit untuk
manusia dan hewan, menyediakan obat-obatan, menanam pohon di pinggir jalan menggali
sumur, dan membangun pengairan dan rumah peristirahatan. Hal-hal yang menentang adanya
sistem kasta, mengakui persamaan manusia, berbicara demi peningkatan kondisi ekonomi
mereka lebih mementingkan pemerataan kekayaan yang lebih adil antara orang kaya dengan
orang miskin menjunjung status wanita, menganjurkan penggabungan kemanusiaan dalam
pemerintahan dan adminitrasi menganjurkan pada masyarakat supaya tidak serakah dalam
segala hal. Tapi hanya pikiran manusia reformasi sejati dapat di jalankan. Reformasi yang
diadakan dengan kekerasan terhadap dunia luar akan berumur pendek.
Sikap umat Buddha adalah bahwa reformasi sosial dapat dicapai, bukan dengan
kekerasan dan hukuman melainkan dengan pendidikan dan kasih sayang. Reformasi sosial
merupakan masalah sekunder, Buddha menegaskan bahwa ada satu jalan yang menuju pada
pencapaian duniawi, dan jalan lain yang menuju Nirvana Dhammapada.
Bagaimanapun bahwa umat Buddha tidak boleh terlibat dalam proses politik, yang
merupakan kenyataan sosial. Ajaran dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu biasa dan luar
biasa. Yang pertama mengacu pada kebutuhan materi yang berhubungan dengan keberadaan
manusia, yang kedua memperhatikan cita-cita spiritual kita yang melampaui kebutuhan
duniawi. Buddha bersabda bahwa menjalani hidup yang nyaman, aman, dan penuh,
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk menyiapkan pikiran untuk mencari pemenuhan
spiritual.
Kehidupan anggota masyarakat dibentuk oleh hukum dan peraturan, aturan ekonomi
diperbolehkan dalam negara dan lembaga pengaturan yang dipengaruhi oleh situasi politik
masyarakat tersebut. Sebagai umat Buddha yang terlibat dalam politik, tapi tidak boleh
menyalah gunakan agama untuk mendapat kekuatan politik, tidak disarankan bagi mereka
yang telah meninggalkan kehidupan duniawi guna menjalani kehidupan suci dan religius
untuk terlibat secara aktif ke dalamnya.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa ilmu sosial politik biasanya
dipergunakan untuk menjalankan sebuah negara demi kemajuan masyarakat. Walaupun
sebenarnya ilmu politik tidak hanya digunakan untuk suatu pemerintahan ilmu politik juga
diperlukan dalam sebuah organisasi, sekecil apapun. Berpolitik biasanya lebih mementingkan
pada kekuasaan, dan ia yang punya kekuasaan, maka ia yang memenangkanya.
Sedangkan dalam keagamaan selalu mengutamakan pada pencapaian pembebasan (Nibbana),
sehingga berpatokan pada ilmu agama bukan kekuasaan dunia. Walaupun begitu dalam
agama Buddha Sang Buddha mengajarkan bagaimana berpolitik dalam suatu negara yang
baik, demi kesejahteraan masyarakat.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Dhammananda, Sri. 2002. What Buddhist Believe.

Anda mungkin juga menyukai