“CHILDFREE”
Mata Kuliah Kemuhammadiyahan Dan Keaisyiyahan
Dosen Pengampu :Siti Majidah, Lc. MA
Oleh : Kelompok 7
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah merupakan salah satu hal penting yang terjadi dalam kehidupan manusia. Perkawinan
atau pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dengan seorang perempuan sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa (Manjorang & Aditya, 2015). Selain itu, kebutuhan psikologis seperti
kebutuhan akan adanya campanionship, menerima dan memberikan cinta kasih, komitmen,
melegatimasi hasrat seksual, serta keinginan menjadi orang tua akan terpenuhi dengan adanya
hubungan pernikahan (Olson & Defrain, 2010). Kemudian Papalia, Olds, dan Feldmen (2008) juga
menyatakan bahwa manusia menikah bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, kepuasan, cinta
kasih dan keturunan. Kehadiran anak akan memberikan dampak yang positif pada kesejahteraan
pernikahan dan keluarga. Kesejahteraan keluarga akan cenderung lebih meningkat dengan hadirnya
anak.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Olson, DeFrain, dan Skogrand (2011) bahwa kebahagiaan
keluarga akan lebih meningkat jika di keluarga tersebut hadir seorang anak. Selain itu, anak mampu
mencegah terjadinya perceraian karena orangtua tidak ingin menyakiti anak (Papalia, Olds &
Feldmen, 2008). Menurut Moeloek (1986) anak memiliki beberapa fungsi. Pertama, anak sebagai
simbol kesuburan dan keberhasilan. Kedua, anak sebagai penerus generasi 2 keturunan. Ketiga, anak
sebagai teman dan penghibur dalam keluarga. Keempat, anak merupakan anugerah dan amanat
Tuhan yang harus dijaga dan tidak boleh disia-siakan. Kelima, anak yang saleh akan mendoakan dan
menolong orang tuanya di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, bagi sebagian besar pasangan suami
istri kehadiran anak merupakan suatu hal yang sangat didambakan, mengingat arti dan fungsi anak
dalam keluarga sangat memberikan pengaruh bagi kelangsungan hidup. Pernikahan dan kehadiran
anak memiliki kaitan yang erat, namun pada kenyataannya tidak semua pasangan yang sudah
menikah bisa langsung dikaruniai anak seperti yang diharapkan. Kondisi ini disebut dengan
involuntary childless. Involuntary childless yaitu suatu keadaan dimana pasangan suami istri belum
memiliki anak bukan dikarenakan keinginan mereka untuk menunda atau tidak ingin memiliki anak
tapi, lebih kepada kondisi psikologis mereka yang menginginkan anak, namun karna disebabkan
beberapa faktor, hal itu tidak dapat terpenuhi walaupun telah melakukan berbagai macam usaha
(Moulete, 2005).
Kemudian Sabatelli, Melth, dan Gavazzi (1988) juga menyatakan bahwa involuntary childless
merupakan ketidakmampuan untuk memiliki anak meskipun telah berupaya secara berulang-ulang
1
selama periode satu tahun atau lebih. Penyebab involuntary childless berasal dari masalah kesuburan,
pernikahan yang terlalu awal maupun penundaan untuk berkeluarga, penundaan kehamilan,
kegagalan mengandung tanpa sebab yang diketahui, dan kesibukan wanita-wanita yang bekerja di
luar rumah (Laksmi & Kustanti 2017). Penyebab 3 lainnya adalah infertilitas atau kemandulan
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Childfree?
2. Bagaimana Hasil Survey Narasumber terkait Childfree?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui apa yang di maksud dengan Childfree
2. Untuk Mengetahui Hasil Survey Masyarakat Terhadap Childfree
D. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu pendekatan studi yang digunakan
untuk mengumpulkan data, mengelola data, memeriksa data dan kerangka
berpikir dengan teknik yang telah ditentukan. Dalam makalah ilmiah ini
metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif. Teknik yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam terhadap
narasumber, yang merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Istilah Childfree
Childfree didefinisikan sebagai istilah yang merujuk pada orang atau
pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, atau tempat dan situasi tanpa
anak. Pilihan untuk childfree adalah kebebasan dari masing-masing orang, termasuk
perempuan yang akan menjadi ibu dan mengalami proses kehamilan serta
melahirkan. Beberapa perempuan memilih untuk childfree dengan berbagai alasan.
Alasan tersebut tentu saja sudah dipertimbangkan dan dipikirkan baik-baik.
Penerapan child-free sendiri bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sudah lumrah di
banyak negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, seperti dikutip dari laporan
National Survey of Family Growth, tak kurang dari 15 persen wanita dan 24 persen
pria memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Contoh pertimbangan perempuan yang memilih untuk childfree adalah karena
soal fasilitas yang layak untuk anak, keuangan atau finansial, pekerjaan yang
mengharuskan pindah lokasi, serta lingkungan yang tidak mendukung. Risiko
pekerjaan yang bisa berhenti kapan saja, masalah ekonomi dan finansial, layanan
kesehatan yang kurang memadai, kurangnya infrastruktur medis, hingga sekolah yang
harus dari rumah jadi alasan tersendiri. Hal-hal tersebut membuka mata banyak orang
sehingga mereka mempertimbangkan kembali untuk memiliki anak. Satu hal yang
mungkin menjadi pertanyaan adalah bagaimana mereka bisa membesarkan anak
dengan situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan risiko dari segala sisi.
Dengan segala pertimbangan, sekaligus melihat dari kesiapan dirinya untuk
menjadi orang tua, mereka kemudian memilih untuk childfree. Maka, bukan sebuah
hal yang selalu negatif ketika seseorang memilih membebaskan dirinya untuk tidak
memiliki anak. Masa depan yang terlalu tidak pasti dan lingkungan saat ini yang
terlalu tidak aman membuat banyak orang mempertimbangkan kembali keputusan
mereka. Pada akhirnya, banyak yang memilih untuk tidak memiliki anak atau
childfree karena tidak ingin melibatkan seseorang baru ke dalam ketidakpastian
4
hidup. Kita tidak perlu menjadi orang yang menghakimi keputusan orang lain.
Alangkah baiknya jika kita tetap mendukung perempuan lain di luar sana.
5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan narasumber mengungkapkan bahwa orang yang
memilih untuk tidak memiliki anak karena pengalaman buruk mereka dimasa kecil
dengan orang tua atau belum adanya kesiapan mental dan finansial.Dari pengalaman
narasumber memiliki trauma dimasa kecil dan belum bisa berdamai degan masa lalu
yang membuat tidak ingin memiliki anak.Jika memiliki anak dengan kondisi masih
trauma dikhawatirkan melampiaskan ketidakpuasan dimasa kecilnya ke anak sendiri.
6
DAFTAR PUSTAKA
H, Muhammad dan dr. Pitoyo Marbun. 2021. Mengenal Konsep Child-free: Menikah
Tapi Tak Ingin Punya Anak. URL: https://www.gooddoctor.co.id/ Diakses
Tanggal 21 Januari 2022.
Rachmania, Rizka. 2021. Mengenal Istilah Childfree, Keputusan untuk Tidak
Memiliki Anak karena Pilihan. URL: https://www.parapuan.co/ Diakses
Tanggal 21 Januari 2022