Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
1. A’as Riska Anjani (P1337424521001)
2. Devita Permata Fanti (P1337424521002)
3. Syadza Haniy Rabbani (P1337424521003)
Menurut Plato dan Socrates, dengan adanya etika akan timbullah hubungan yang rapat antara
kebaikan moral dan personaliti yang sehat.
Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti karakter, kebiasaan,
kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis konsep-konsep seperti harus, benar salah,
mengandung pencarian watak ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral atau
mengandung pencarian kehidupan yang baik secara . Etika secara lebih detail merupakan ilmu
yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moral.
Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti sesuatu yang menyangkut prinsip benar salah,
dan salah satu dari suatu perilaku yang menjadi standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih
lanjut moral mengandung empat pengertian:
B. Etika Deskriptif
Dalam menentukan baik buruknya prilaku manusia dapat dilihat dari etika deskriptif dan
etika normatif. Berikut adalah penjelasan mengenai etika deskriptif. Etika deskriptif adalah etika
yang dapat dilihat secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia serta apa tujuan manusia
yang sangat bernilai dalam hidup ini. Etika tersebut dapat memberikan fakta yang merupakan
dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau siikap yang akan diambil.
Etika deskriptif dapat juga dikatakan sebagai gambaran secara utuh tentang tingkah laku
moral manusia secara universal yang dapat kita temui sehari - hari dalam kehidupan masyarakat.
Yang Cakupan analisanya berisikan sejumlah indikator - indikator fakta actual yang terjadi
secara apa adanya terhadap nilai dan perilaku manusia dan merupakan suatu keadaan dan realita
budaya yang berkembang di masyarakat. Hal hal yang berkaitan dengan adat istiadat ,
kebiasaan ,anggapan – anggapan baik dan buruk tentang sesuati hal, tindakan – tindakan yang
tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan oleh individu tertentu ; dalam kebudayaan
kebudayaan dan subkultur – subkultur tertentu yang terjadi dalam suatu periode sejarah adalah
merupakan kajian moralitas dalam Etika Deskriptif. Dalam Etika Deskriptif tidak memberikanin
terpretasi secara tajam dan lugas, namun tidak melukiskan suatu fakta yang sedang terjadi dan
berkembang dalam suatu masyarakat tertentu. Etika Deskriptif hanya membahas dan
memberikan analisa penilaiannya atas kejadian tertentu.
Salah satu contoh etika deskriptif adalah didalam mempelajari pendangan pandangan moral
terhadap kenyataan yang terjadi di Negara yang menganut faham komunis atau ateis dimana
masyarakatnya begitu permisif terhadap praktek – praktek pengguguran kandungan, namun
disisi lain tontonan yang bersifat pornografi mereka memberlakukan aturan aturan secara ketat.
Dalam contoh kasus tersebut kita menjadi paham dan mengerti tentang realita perilaku moral
yang terjadi di negara tersebut. Dalam situasi demikian , harus kita akui bahwa bagaimanapun
manusia itu pada umumnya tahu akan adanya baik dan buruk terhadap suatu hal yang tidak boleh
dan boleh dilakukan. Pengetahuan tentang baik dan buruk dalam perilaku manusia, disebut
kesadaran etis atau kesadaran moral.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran moral yang sudah timbul dan
berkembang adalah ungkapan kata hati. Tindakan manusia dalam situasi yang kongkrit tertentu
berhubungan dengan kata hati yang menilai tindakan itu atas baik dan buruknya. Kata hati
merupakan kesadaran moral tindakan etis yang tertentu dalam segala situasi. Selain itu contoh
etika deskriptif seperti masyarakat yang mengajarkan tatakrama kepada orang yang lebih tua.
Jadi, dapat disimpulkan Bahwa Etika deskriptif adalah etika yang berbicara mengenai fakta
apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu kenyataan yang
terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan
penghayatan nilai. Tanpa menilai dalam suatu masyarakat tentang sikap orang dalam
menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
secara etis. Etika tersebut pada dasarnya menggambarkan perbuatan dari berbagai tradisi,
kebiasaan, dan kebudayaan. Pendekatan etika deskriptif lebih mencari tahu bagaimana berbagai
tradisi yang mempersoalkan suatu permasalahan yang sama. Karena ia tidak pernah
menyalahkan suatu kebudayaan yang ada.
Etika normatif tersebut tidak lagi menjelaskan tentang gejala-gejala, melainkan tentang apa
yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai, dan
sikap manusia ditentukan. Etika Normatif memberi penilaian dan himbauan kepada manusia
untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. dan menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang tindakan yang jelek.
Etika normatif yang berkaitan dengan masalah moral merupakan topik bahasan yang paling
menarik. Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan seseorang atau kelompok masyarakat
tertentu dalam etika normatif selalu dikaitkan dengan norma – norma yang dapat menuntun
manusia untuk bertindak secara baik dan menghindarkan hal hal yang buruk sesuai dengan
kaidah dan norma yang disepakati dan yang berlaku di masyarakat.
Suatu tindakan atau perbuatan manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Artinya ada arah dan sasaran dari tindakan atas hidup yang dijalankan. Contoh dari
Etika Normatif. ada etika yang bersifat individual seperti kejujuran,disiplin diri,mengerjakan
tugas. Selain itu contoh etika normative adalah etika dalam berbisnis.
1. Kebiasaan menggunakan NARKOBA harus dapat dihindari karena dapat merusak organ
tubuh (menyiksa diri sendiri)
2. Menolak kebiasaan aborsi karena termasuk tindakan menghilangkan nyawa orang lain dan
menyiksa diri sendiri.
3. Dilarang menghilangkan nyawa orang lain yang tidak bersalah
4. Kebiasaan minum minuman keras harus dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan
hilangnya kesadaran manusia dan merusak organ tubuhnya.
5. Menolak kebiasaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) karena dapat merugikan orang
lain.
6. Kebiasaan prostitusi, harus dapat dihindari, karena bertentangan dengan martabat manusia.
Etika normatif tidak menggambarkan, tetapi menentukan benar tidaknya suatu perbuatan.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan dapat dipergunakan dalam praktek.
D. Meta Etika
Awalan meta- (dari bahasa Yunani) mempunyai arti ”melebihi”, ”melampaui”. Istilah ini
diciptakan untuk menunjukan bahwa yang dibahas disini bukanlah moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas.
Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan
etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain
filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai
bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat.
Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question,
yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan
kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan
(ought).
Metaetika merupakan hasil kajian dari etika deskriptif dengan etika normatif, menjelaskan
tentang ciri-ciri serta istilah yang berkaitan dengan tindakan bermoral atau sebaliknya seperti
kebaikan, kejahatan, tanggung jawab dan kewajiban. Penjelasan lain metaetika yakni
mempertanyakan makna yang di kandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk
membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan (Bambang Rudito dan Melia Famiola:2007).
Metaetika merupakan suatu bentuk analitik yang berkaitan dengan menganalisis semua
peraturan yang berkaitan dengan tingkah laku, baik dan jahat. Kritikal yang berkaitan dengan
mengkritik terhadap apa-apa yang telah di analisis. Metaetika mengkaji asal prinsip-prinsip etika
dan penggunaannya. Pertanyaannya adalah: Adakah prinsip-prinsip etika yang merupakan suatu
rekaan sosial? Adakah prinsip-prinsip etika sosial ini merupakan gambaran daripada emosi
individu? Metaetikalah yang akan menjawab semua persoalaan ini yang memfokuskan
kebenaran universal, ketentuan Tuhan, alasan kepada penilaian etika dan definisi istilah-istilah
yang berkaitan dengan etika itu sendiri.
Metaetika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau
peristiwa. Dalam metaetika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan hal itu
sendiri dan dampak yang dibuatnya.
Dalam konteks filsafat yunani kuno etika filsfat sudah terbentuk terbentuk dengan
kematangan yang mengagumkan. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi sebagai filsafat ia tidak
merupakan suatu ilmu emperis, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam
pembicaraannya tidak pernah meniggalkan fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat emperis, karena
seluruhna berlangsung dalam rangka emperis (pengalaman inderawi) yaitu apa yang dapat
dilihat, didengar, dicium, dan dirasakan. Ilmu emperis berasal dari observasi terhadap fakta-fakta
dan jika ia berhasil merumuskan hukum-hukum ilmiah, maka kebenaran hukum-hukum itu harus
diuji lagi dengan berbalik kepada fakta-fakta. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, etika filsafat
tidak membatasi gejala-gejala konkret. Tentu saja, filsafat berbicara juga tentang yang konkret,
kadang-kadang malah tentang hal-hal yang amat konkret, tetapi ia tidak berhenti di situ.Pada
awal sejarah timbulnya ilmu etika, terdapat pandangan bahwa pengetahuan bener tentang bidang
etika secara otomatis akan disusun oleh perilaku yang benar juga. Itulah ajaran terkenal dari
sokrates yang disebut Intelektualisme Etis.
Menurut sokrates orang yang mempunyai pengetahuan tentang baik pasti akan melakukan
kebaikan juga. Orang yang berbuat jahat, dilakukan karena tidak ada pengetahuan mendalam
mengenai ilmu etika. Makanya ia berbuat jahat.Kalau dikemukakan secara radikal begini, ajaran
itu sulit untuk dipertahankan. Bila orang mempunyai pengetahuan mendalam mengenai ilmu
etika, belum terjamin perilakunya baik. Disini berbeda dari pengalaman ilmu pasti. Orang-orang
yang hampir yang tidak mendapat pendidikan di sekolah, tetapi selalu hidup dengan perilaku
baik dengan sangat mengagumkan. Namun demikian, ada kebenarannya juga dalam pendapat
sokrates tadi, pengethuan tentang etika merupakan suatu unsur penting, supaya orang dapat
mencapai kematangan perilaku yang baik. Untuk memperoleh etika baik, studi tentang etika
dapat memberikan suatu kontribusi yang berarti sekalipun studi itu sendiri belum cukup untuk
menjamin etika baik dapat terlaksana secara tepat.Etika filsafat juga bukan filsafat praktis dalam
arti ia menyajikan resep-resep yang siap pakai.
Buku etika tidak berupa buku petunjuk yang dapat dikonsultasikan untuk mengatasi kesulitan
etika buruk yang sedang dihadapi. Etika filsafat merupakan suatu refleksi tentang teman-teman
yang menyangkut perilaku. Dalam etika filsafat diharapkan semuah orang dapat menganalisis
tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai, norma, hak, kewajiban,
dan keutamaan.Di kalangan orang-orang kebanyakan, sering kali etika filsafat tidak mempunyai
nama harum. Tidak jarang ia dituduh mengawang-awang saja, karena membahas hal-hal yang
abstrak dan kurang releven untuk hidup sehari-hari. Banyak uraian etika filsafat dianggap tidak
jauh dari kenyataan sesungguhnya. Itulah hakikat filsafat mengenai etika. Disini tidak perlu
diselidiki sampai dimana prasangka itu mengandung kebenaran. Tetapi setidak-tidaknya tentang
etika sebagai cabang filsafat dengan mudah dapat disebut dan disetujui relevansinya bagi
banyak persoalan yang dihadapi umat manusia. (M. Yatimin Abdullah: 2006).Etika pada
hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis.
Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-
pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mau menyingkatkan
kerancuan (kekacauan). Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral yang dikemukakan
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral, sedangkan
kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah
bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral
adalah tolak ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakkan manusia dilihat dari segi
baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. (Surajiyo:
2005)