Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

(Mata Kuliah : Pendidikan Karakter dan Budi Pekerti)


Koordinator Mata Kuliah : Munayarokh, S.Pd, S.Tr.Keb, M.Kes

Dosen Pengampu :

1. Munayarokh, S.Pd, S.Tr.Keb, M.Kes


2. Mundarti S.Pd, S.SiT, M.Kes
3. Masini S.Kep.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes
4. Ribkha Itha I S.Pd, M.Kes

KONSEP ETIKA ILMU TENTANG MORALITAS, ETIKA


DESKRIPTIF, ETIKA NORMATIVE, META ETIKA, DAN
HAKEKAT ETIKA FILOSOFIS

Disusun oleh :
1. A’as Riska Anjani (P1337424521001)
2. Devita Permata Fanti (P1337424521002)
3. Syadza Haniy Rabbani (P1337424521003)

4. Widya Hastuti (P1337424521004)

Poltekkes Kemenkes Semarang Angkatan 2021/2022


Konsep Etika Ilmu Tentang Moralitas, Etika Deskriptif,
Etika Normative, Meta Etika, Hakekat Etika Filosofis
Pembagian Etika Sebagai Ilmu Moralitas
Sebagai ilmu yang mempelajari tentang moralitas, Etika memiliki beberapa fungsi dan
perwujudan yaitu:

1. Etika Deskriptif (descriptive ethics)


Etika deskriptif adalah sebuah kajian empiris atas berbagai aturan dan kebiasaan moral
seorang individu, sebuah kelompok atau masyarakat, agama tertentu, atau sejenisnya. Secara
normatif menjelaskan, secara moral berusaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan
tujuan suatu tindakan dalam tingkah laku manusia.
2. Etika Normatif (normative ethics)
Etika normatif mengkaji dan menela’ah teori-teori moral tentang kebenaran dan kesalahan.
Merupakan etika yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti apa yang
mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia.
3. Metaetika (metaethics)
Metaetika atau etika analitis tidak berkaitan fakta-fakta empiris atau historis, dan juga tidak
melakukan penilaian evaluasi atau normatif. Meta-etika lebih suka mengkaji persoalan-
persoalan etika, seperti pertanyaan: apa makna dari penggunaan ungkapan “benar” atau
“salah”?. Merupakan etika yang berusaha memberikan arti istilah dan bahsa yang di pakai
dalam pembicaraan etika , serta cara berfikir yang di pakai untuk membenarkan pernyataan-
pernyataan etika.

Menurut Plato dan Socrates, dengan adanya etika akan timbullah hubungan yang rapat antara
kebaikan moral dan personaliti yang sehat.

A. Konsep Etika Ilmu Tentang Moralitas


Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat, kebiasaan atau susila.
Dalam filsafat etika membicarakan tentang tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kaitan
antara baik dan buruk. Baik dan buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan
dirasakan seperti perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan untuk hal-hal yang menyangkut aspek
motif atau watak, sulit dinilai. Secara garis besar ada dua macam etika yaitu etika deskriptif dan
etika normatif. Etika deskriptif hanya bersifat menggambarkan, melukiskan dan menceritakan
sesuatu seperti apa adanya tanpa memberikan penilaian atau pedoman tentang bagaimana
seharusnya bertindak. Sedangkan etika selain memberikan penilaian baik dan buruk juga
memberikan pedoman mana yang harus diperbuat dan yang tidak.

Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti karakter, kebiasaan,
kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis konsep-konsep seperti harus, benar salah,
mengandung pencarian watak ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral atau
mengandung pencarian kehidupan yang baik secara . Etika secara lebih detail merupakan ilmu
yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moral.

Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti sesuatu yang menyangkut prinsip benar salah,
dan salah satu dari suatu perilaku yang menjadi standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih
lanjut moral mengandung empat pengertian:

a. Baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas manusia,


b. Tindakan yang adil dan wajar,
c. Kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian untuk mengarahkan
orang lain agar sesuai dengan kaidah tingkah laku yang dinilai benar-salah, dan
d. Sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

Penerapan Konsep Ilmu Tentang Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan


Kebaikan dalam Bertanggung Jawab Bidan dalam memberikan pelayanan diwajibkan untuk
bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Termasuk dalam memberikan pelayanan hal
ini dapat mengurangi terjadinya kesalahan atau hal yang tidak diinginkan. • Kebaikan dalam Hati
Nurani Bidan dalam memberikan pelayanan wajib memiliki hati nurani karena pasien yang
ditangani adalah masyarakat yang membutuhkan pengobatan selain itu profesi bidan juga
menjadi konseling bagi pasien yang membutuhkan saran dalam pra perkawinan, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, serta masa menopause. Hati nurani diwujudkan dengan
sikap ramah, ulet, tekun, sabar serta penyayang. Sehingga pasien akan merasa nyaman dan akan
memberikan nilai positif pada bidan. Kebaikan dalam Kewajiban Bidan memiliki kewajiban
untuk memberikan pelayanan dengan baik. Dalam memberikan pelayanan bidan harus sesuai
prosedur yang telah ditetapkan sehingga kinerja bidan dibatasi oleh Undang Undang. Bidan
wajib memberikan surat rujukan pada pasien yang tidak sesuai dengan prosedur pelayanan.
Bidan dilarang memaksakan untuk menangani hal ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan
dalam tindakakan kebidanan.

B. Etika Deskriptif
Dalam menentukan baik buruknya prilaku manusia dapat dilihat dari etika deskriptif dan
etika normatif. Berikut adalah penjelasan mengenai etika deskriptif. Etika deskriptif adalah etika
yang dapat dilihat secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia serta apa tujuan manusia
yang sangat bernilai dalam hidup ini. Etika tersebut dapat memberikan fakta yang merupakan
dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau siikap yang akan diambil.

Etika deskriptif dapat juga dikatakan sebagai gambaran secara utuh tentang tingkah laku
moral manusia secara universal yang dapat kita temui sehari - hari dalam kehidupan masyarakat.
Yang Cakupan analisanya berisikan sejumlah indikator - indikator fakta actual yang terjadi
secara apa adanya terhadap nilai dan perilaku manusia dan merupakan suatu keadaan dan realita
budaya yang berkembang di masyarakat. Hal hal yang berkaitan dengan adat istiadat ,
kebiasaan ,anggapan – anggapan baik dan buruk tentang sesuati hal, tindakan – tindakan yang
tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan oleh individu tertentu ; dalam kebudayaan
kebudayaan dan subkultur – subkultur tertentu yang terjadi dalam suatu periode sejarah adalah
merupakan kajian moralitas dalam Etika Deskriptif. Dalam Etika Deskriptif tidak memberikanin
terpretasi secara tajam dan lugas, namun tidak melukiskan suatu fakta yang sedang terjadi dan
berkembang dalam suatu masyarakat tertentu. Etika Deskriptif hanya membahas dan
memberikan analisa penilaiannya atas kejadian tertentu.

Salah satu contoh etika deskriptif adalah didalam mempelajari pendangan pandangan moral
terhadap kenyataan yang terjadi di Negara yang menganut faham komunis atau ateis dimana
masyarakatnya begitu permisif terhadap praktek – praktek pengguguran kandungan, namun
disisi lain tontonan yang bersifat pornografi mereka memberlakukan aturan aturan secara ketat.
Dalam contoh kasus tersebut kita menjadi paham dan mengerti tentang realita perilaku moral
yang terjadi di negara tersebut. Dalam situasi demikian , harus kita akui bahwa bagaimanapun
manusia itu pada umumnya tahu akan adanya baik dan buruk terhadap suatu hal yang tidak boleh
dan boleh dilakukan. Pengetahuan tentang baik dan buruk dalam perilaku manusia, disebut
kesadaran etis atau kesadaran moral.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran moral yang sudah timbul dan
berkembang adalah ungkapan kata hati. Tindakan manusia dalam situasi yang kongkrit tertentu
berhubungan dengan kata hati yang menilai tindakan itu atas baik dan buruknya. Kata hati
merupakan kesadaran moral tindakan etis yang tertentu dalam segala situasi. Selain itu contoh
etika deskriptif seperti masyarakat yang mengajarkan tatakrama kepada orang yang lebih tua.

Jadi, dapat disimpulkan Bahwa Etika deskriptif adalah etika yang berbicara mengenai fakta
apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu kenyataan yang
terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan
penghayatan nilai. Tanpa menilai dalam suatu masyarakat tentang sikap orang dalam
menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
secara etis. Etika tersebut pada dasarnya menggambarkan perbuatan dari berbagai tradisi,
kebiasaan, dan kebudayaan. Pendekatan etika deskriptif lebih mencari tahu bagaimana berbagai
tradisi yang mempersoalkan suatu permasalahan yang sama. Karena ia tidak pernah
menyalahkan suatu kebudayaan yang ada.

Penerapan Etika Deskriptif dalam Pelayanan Kebidanan


Menjaga bidan melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang merugikan.
Mengetahui tindakan yang dapat diambil untuk menyelamatkan pasien. Mengarahkan pola
pikir dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah dalam proses persalinan.
Memberikan informasi yang sebenarnya tanpa melihat kondisi pasien.
C. Etika Normative
Merupakan Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Oleh karena itu Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat
menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Etika normatif tersebut tidak lagi menjelaskan tentang gejala-gejala, melainkan tentang apa
yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai, dan
sikap manusia ditentukan. Etika Normatif memberi penilaian dan himbauan kepada manusia
untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. dan menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang tindakan yang jelek.

Etika normatif yang berkaitan dengan masalah moral merupakan topik bahasan yang paling
menarik. Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan seseorang atau kelompok masyarakat
tertentu dalam etika normatif selalu dikaitkan dengan norma – norma yang dapat menuntun
manusia untuk bertindak secara baik dan menghindarkan hal hal yang buruk sesuai dengan
kaidah dan norma yang disepakati dan yang berlaku di masyarakat.

Suatu tindakan atau perbuatan manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Artinya ada arah dan sasaran dari tindakan atas hidup yang dijalankan. Contoh dari
Etika Normatif. ada etika yang bersifat individual seperti kejujuran,disiplin diri,mengerjakan
tugas. Selain itu contoh etika normative adalah etika dalam berbisnis.

Contoh penerapan etika normatif adalah,

1. Kebiasaan menggunakan NARKOBA harus dapat dihindari karena dapat merusak organ
tubuh (menyiksa diri sendiri)
2. Menolak kebiasaan aborsi karena termasuk tindakan menghilangkan nyawa orang lain dan
menyiksa diri sendiri.
3. Dilarang menghilangkan nyawa orang lain yang tidak bersalah
4. Kebiasaan minum minuman keras harus dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan
hilangnya kesadaran manusia dan merusak organ tubuhnya.
5. Menolak kebiasaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) karena dapat merugikan orang
lain.
6. Kebiasaan prostitusi, harus dapat dihindari, karena bertentangan dengan martabat manusia.

Etika normatif tidak menggambarkan, tetapi menentukan benar tidaknya suatu perbuatan.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan dapat dipergunakan dalam praktek.

Penerapan Etika Normative dalam pelayanan Kebidanan


Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku bidan dalam bertindak antara baik, buruk, benar
atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya. Menghasilkan tindakan
penyelamatan pada saat persalinan dengan benar.

D. Meta Etika
Awalan meta- (dari bahasa Yunani) mempunyai arti ”melebihi”, ”melampaui”. Istilah ini
diciptakan untuk menunjukan bahwa yang dibahas disini bukanlah moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas.

Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan
etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain
filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai
bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat.

Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question,
yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan
kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan
(ought).

Metaetika merupakan hasil kajian dari etika deskriptif dengan etika normatif, menjelaskan
tentang ciri-ciri serta istilah yang berkaitan dengan tindakan bermoral atau sebaliknya seperti
kebaikan, kejahatan, tanggung jawab dan kewajiban. Penjelasan lain metaetika yakni
mempertanyakan makna yang di kandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk
membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan (Bambang Rudito dan Melia Famiola:2007).

Metaetika merupakan suatu bentuk analitik yang berkaitan dengan menganalisis semua
peraturan yang berkaitan dengan tingkah laku, baik dan jahat. Kritikal yang berkaitan dengan
mengkritik terhadap apa-apa yang telah di analisis. Metaetika mengkaji asal prinsip-prinsip etika
dan penggunaannya. Pertanyaannya adalah: Adakah prinsip-prinsip etika yang merupakan suatu
rekaan sosial? Adakah prinsip-prinsip etika sosial ini merupakan gambaran daripada emosi
individu? Metaetikalah yang akan menjawab semua persoalaan ini yang memfokuskan
kebenaran universal, ketentuan Tuhan, alasan kepada penilaian etika dan definisi istilah-istilah
yang berkaitan dengan etika itu sendiri.

Metaetika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau
peristiwa. Dalam metaetika, tindakan atau peristiwa yang dibahas dipelajari berdasarkan hal itu
sendiri dan dampak yang dibuatnya.

Penerapan Meta Etika dalam Pelayanan Kebidanan


Dapat mengetahui tindakan baik dan buruk yang dapat dilakukan ketika menolong pasien
melahirkan. Dapat mengerti kewajiban bidan dalam pelayanan kebidanan.

E. Hakekat Etika Filosofis


Etika filsafat sebagai cabang ilmu, melanjutkan kecenderungan seseorang dalam hidup
sehari-hari. Etika filsafat merefleksikan unsur-unsur tingkah laku dalam pendapat-pendapat
secara sepontan. Kebutuhan refleksi itu dapat dirasakan antara lain karena pendapat etik tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain.Etika filsafat dapat didefinisikan sebagai refleksi
kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma susila atau
dari sudut baik atau buruk. Dari sudut pandang normatif, etika filsafat merupakan wacana yang
khas bagi perilaku kehidupan manusia, dibandingkan dengan ilmu lain yang juga membahas
tingkah laku manusia.Etika filsafat termasuk salah satu cabang ilmu filsafat dan malah dikenal
sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua.

Dalam konteks filsafat yunani kuno etika filsfat sudah terbentuk terbentuk dengan
kematangan yang mengagumkan. Etika filsafat merupakan ilmu, tetapi sebagai filsafat ia tidak
merupakan suatu ilmu emperis, artinya ilmu yang didasarkan pada fakta dan dalam
pembicaraannya tidak pernah meniggalkan fakta. Ilmu-ilmu itu bersifat emperis, karena
seluruhna berlangsung dalam rangka emperis (pengalaman inderawi) yaitu apa yang dapat
dilihat, didengar, dicium, dan dirasakan. Ilmu emperis berasal dari observasi terhadap fakta-fakta
dan jika ia berhasil merumuskan hukum-hukum ilmiah, maka kebenaran hukum-hukum itu harus
diuji lagi dengan berbalik kepada fakta-fakta. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, etika filsafat
tidak membatasi gejala-gejala konkret. Tentu saja, filsafat berbicara juga tentang yang konkret,
kadang-kadang malah tentang hal-hal yang amat konkret, tetapi ia tidak berhenti di situ.Pada
awal sejarah timbulnya ilmu etika, terdapat pandangan bahwa pengetahuan bener tentang bidang
etika secara otomatis akan disusun oleh perilaku yang benar juga. Itulah ajaran terkenal dari
sokrates yang disebut Intelektualisme Etis.

Menurut sokrates orang yang mempunyai pengetahuan tentang baik pasti akan melakukan
kebaikan juga. Orang yang berbuat jahat, dilakukan karena tidak ada pengetahuan mendalam
mengenai ilmu etika. Makanya ia berbuat jahat.Kalau dikemukakan secara radikal begini, ajaran
itu sulit untuk dipertahankan. Bila orang mempunyai pengetahuan mendalam mengenai ilmu
etika, belum terjamin perilakunya baik. Disini berbeda dari pengalaman ilmu pasti. Orang-orang
yang hampir yang tidak mendapat pendidikan di sekolah, tetapi selalu hidup dengan perilaku
baik dengan sangat mengagumkan. Namun demikian, ada kebenarannya juga dalam pendapat
sokrates tadi, pengethuan tentang etika merupakan suatu unsur penting, supaya orang dapat
mencapai kematangan perilaku yang baik. Untuk memperoleh etika baik, studi tentang etika
dapat memberikan suatu kontribusi yang berarti sekalipun studi itu sendiri belum cukup untuk
menjamin etika baik dapat terlaksana secara tepat.Etika filsafat juga bukan filsafat praktis dalam
arti ia menyajikan resep-resep yang siap pakai.

Buku etika tidak berupa buku petunjuk yang dapat dikonsultasikan untuk mengatasi kesulitan
etika buruk yang sedang dihadapi. Etika filsafat merupakan suatu refleksi tentang teman-teman
yang menyangkut perilaku. Dalam etika filsafat diharapkan semuah orang dapat menganalisis
tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai, norma, hak, kewajiban,
dan keutamaan.Di kalangan orang-orang kebanyakan, sering kali etika filsafat tidak mempunyai
nama harum. Tidak jarang ia dituduh mengawang-awang saja, karena membahas hal-hal yang
abstrak dan kurang releven untuk hidup sehari-hari. Banyak uraian etika filsafat dianggap tidak
jauh dari kenyataan sesungguhnya. Itulah hakikat filsafat mengenai etika. Disini tidak perlu
diselidiki sampai dimana prasangka itu mengandung kebenaran. Tetapi setidak-tidaknya tentang
etika sebagai cabang filsafat dengan mudah dapat disebut dan disetujui relevansinya bagi
banyak persoalan yang dihadapi umat manusia. (M. Yatimin Abdullah: 2006).Etika pada
hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis.

Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-
pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mau menyingkatkan
kerancuan (kekacauan). Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral yang dikemukakan
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral, sedangkan
kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah
bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral
adalah tolak ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakkan manusia dilihat dari segi
baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. (Surajiyo:
2005)

Penerapan Hakekat Etika Filosofis dalam Pelayanan Kebidanan


Adanya kode etik dalam pelayanan kebidanan yang mengatur dan mengendalikan tingkah laku
dan etika bidan dalam melakukan pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai