Anda di halaman 1dari 17

Poltekkes

Kemenkes Semarang

Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Magelang


dan Profesi Bidan

(Kelas Fragaria)
Kelompok 1

1. A’as Riska Anjani (P1337424521001)


2. Devita Permata Fanti (P1337424521002)
3. Syadza Haniy Rabbani (P1337424521003)
4. Widya Hastuti (P1337424521004)
Sosio Antropologi

Konsep Humaniora, Rasionalisme, dan


Empirisme dalam Kebidanan
Konsep Humaniora

01.
● Pengertian humaniora
● Humaniora sebagai ilmu, alat / teknologi dan nilai
Pengertian Humaniora

1. Secara Umum
 Humaniora dapat diartikan  sebuah disiplin akademik yang mempelajari kondisi
manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif,
sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu
sosial (Risneni, asih dan Rodliyah, 2016).

2. Secara Khusus
 Humaniora adalah pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari terutama untuk
orang – orang berprofesi sebagai bidan dimana ilmu humaniora membuat
manusia lebih manusiawi agar tidak terjadinya tindakan yang tidak
berprikemanusiaan.
Humaniora Sebagai Ilmu
1. Humaniora Kebidanan dalam Pendidika Agama
Semula humaniora mencangkup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi
kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) (Enycl Britt, 1973) agama dipisahkan dari
humaniora yang mempercayai adanya hubungan supranatural sebagai naluri manusia.
Nilai-nilai agama diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusan-
NYA.Nilai-nilai religius seharusnya merupakan nilai – nilai yang paling dasar dari segala
tata nilai dan karena itu ada titik temu dengan nilai – nilai budaya yang dikembangkan
manusia (Muljohardjono, 2004).

2. Humaniora Kebidanan Pendidikan Pancasila


Bidan sebagai petugas kesehatan dan pemberi pelayanan kebidanan dapat
menerapkan ilmu humaniora dalam pancasila karena berdasarkan mukadimah dalam kode
etik kebidanan Indonesia sudah sewajarnya berdasarkan pancasila dan UUD 1945 sebagai
landasan ideal dan garis –garis besar haluan Negara sebagai landasan operasional.
3. Humaniora Pendidikan Kewarganegaraan
Bidan sebagai warga Negara Indonesia mempunyai kewajiban terhadap pemerintah ,
nusa, bangsa, dan tanah air (Zulvadi, 2014)
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan –
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB
dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2) Setiap bidan melalui profesinya, berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan,
terutama pelayanan KIA /KB dan kesehatan keluarga (Wahyuningsih, 2013)

4. Humaniora Kebidanan Pendidikan Kemasyarakatan


Pendidikan humaniora yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan pernyataan-
pernyataan simbolisnya merupakan bagian integral dari sistem budaya. Kandungan
pendidikan humaniora ditentukan oleh sistem pengetahuan yang dimiliki masing-masing
subkultur, sehingga dapat ditemukan varian-varian pendidikan humaniora sesuai dengan
pengelompokan masyarakatnya. Dalam setiap kelompok masyarakat, pendidikan itu
diselenggarakan baik secara formal melalui sebuah lembaga pendidikan, maupun secara
informal melalui berbagai bentuk komunikasi sosial.
Humaniora Sebagai Ilmu, Alat / Teknologi dan Nilai

Di zaman yang sangat canggih ini sungguh banyak teknologi-teknologi yang dapat
membantu mempermudah manusia untuk melakukan aktivitasnya. Penguasaan dan
pengembangan ilmu dan teknologi harus dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan
manusia dan disini Humaniora membawa nilai nilai budaya manusia, nilai nilai yang
universal, tanpa humaniora pengembangan ilmu dan teknologi tidaklah bermanfaat.

Kita bisa lihat dari gambar disamping bahwa dengan ilmu seorang ahli itu dapat
mengerti dan mengaplikasikan keahliannya tentang teknologi yang baru itu untuk
membantu persalinan seorang ibu dan dengan nilai nilai humaniora yang sudah dipelajari
dengan baik dapat membantu ibu itu dengan norma norma yang benar, maka dari itu ilmu
humaniora sangatlah penting untuk dipelajari.
Teori Pengetahuan

02.
● Pengetahuan dan keyakinan
● Sumber pengetahuan: rasionalisme dan empirisme
Pengetahuan dan keyakinan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba menurut
Bachtiar yang dikutip dari Notoatmodjo (2012). Pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan,
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah
pula.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif
terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word health organization), salah satu
bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri (Wawan, 2010).
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain

1) Faktor Internal

 Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

 Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung

 Umur
Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Ini ditentukan dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal

 Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok
 
 Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam
menerima informasi
Sumber Pengetahuan: Rasionalisme dan Empirisme
1. Rasionalisme

Secara etimologis menurut Bagus (2002), rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris
rationalims, dan menurut Edwards (1967) kata ini berakar dari bahasa Latin ratio yang berarti “akal”,
Lacey (2000) menambahkan bahwa berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah sebuah pandangan
yang berpegang bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Kaum
Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar yang dipakai membangun sistem
pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam
pikiran manusia.

Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak
menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah ada “ di sana”
sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena
pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan nyata.
Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkinkan dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap
sebagai sesuatu yang a priori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan dari pengalaman, bahkan
sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut.
2. Empirisme

Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan


secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan
indera. Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai
empirisme, di antaranya:

 Doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman,


 Pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami,
 Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal.

Berdasarkan Honer and Hunt (2003) aliran ini adalah tidak mungkin untuk
mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apalagi bila di dekat kita
terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk meningkatkan pengetahuan manusia,
yang meskipun bersifat lebih lambat namun lebih dapat diandalkan.
3. Persamaan dan perbedaan antara Rasionalisme dan Empirisme

 Persamaan
Menurut Hume (1999) di dalam aliran empiris terdapat tiga prinsip pertautan ide.
Pertama, prinsip kemiripan yaitu mencari kemiripan antara apa yang ada di benak kita dengan
kenyataan di luar. Kedua, prinsip kedekatan, misalnya apabila kita memikirkan sebuah rumah,
maka berdasarkan prinsip kedekatan kita juga berpikir tentang adanya jendeka, pintu, atap,
perabot sesuai dengan gambaran rumah yang kita dapatkan lewat pengalaman inderwi
sebelumnya. Ketiga, prinsip sebab- akibat yaitu jika kita memikirkan luka, kita pasti memikirkan
rasa sakit akibatnya.

 Perbedaan
Perbedaan antara Rasionalisme dan Empirisisme oleh Immanuel Kant diambil jalan
tengahnya, yaitu Immanuel Kant mengajukan sintesis a priori. Menurutnya pengetahuan yang
benar bersumber rasio dan empiris yang sekaligus bersifat a priori dan a posteriori. Sebagai
gambaran, kita melihat suatu benda dikarenakan mata kita melihat ke arah benda tersebut
(rasionalisme) dan benda tersebut memantulkan sinar ke mata kita (empirisme). Menurut
Edward (1967) secara terminologi rasionalisme dipandang sebagai aliran yang menekankan
akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas
(terlepas) dari pengalaman inderawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang
memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah.
4. Penerapan Rasionalisme dan Empiris dalam Kebidanan

● Penerapan Rasionalisme dalam Kebidanan bisa kita contohkan seperti

1) Jika mau dihormati oleh klien, Seorang bidan harus bersikap baik, santun juga
menghormati klien.
2) Seseorang bidan yang melanggar kode etik akan diberi hukuman yang setimpal.
3) Kesan pertama yang baik pada bidan akan menghasilkan perspektif yang baik bagi klien.
4) Bidan harus mematuhi kode etik, karena hal itu wajib.
5) Bidan harus bertanggungjawab terhadap pekerjaannya.

● Penerapan Empirisme dalam Kebidanan bisa kita contohkan seperti

1) Bidan tidak boleh percaya hoax yang ada pada masyarakat, kecuali sudah dibuktikan
sendiri.
2) Bidan tidak boleh menilai orang lain sebelum membuktikan sendiri. Dan dilarang
menyebarluaskan rahasia.
3) Bidan harus mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan seputar kebidanan.
4) Bidan harus paham asal usul pengetahuan seputar kebidanan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai