Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL FILSAFAT ILMU

Nama : Nafisatul Musyarofah


NIM : 21104010046
Absen : 35
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Kelas : PAI 2B

1. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal
dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa Fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan, Sehingga dalam pengamalannya empirisme menuntut
bahwa semua ilmu pengetahuan harus didasarkan pada bukti yang empiris atau berbasis empiris ya
ini bergantung pada bukti-bukti yang diamati oleh Indra. Sehingga tanpa pengalaman empiris, rasio
tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu, melainkan hanya khayalan
belaka. Pemikiran Empirisme David hume adalah empirisme yang radikal, dimana Hume sangat kritis
terhadap masalah pengenalan dan pengetahuan manusia. David hume menggunakan prinsip-prinsip
empiris dengan cara yang paling radikal.

2. Rasionalisme adalah salah satu aliran filsafat yang berpendapat bahwa akal atau rasio merupakan
sumber utama dari kehidupan. Rene Descartes berpendapat bahwa eksistensi pikiran manusia adalah
sesuatu yang absolut dan tidak dapat diragukan meski pemikirannya tentang sesuatu itu salah,
pikirannya tertipu oleh suatu matriks, ia ragu akan segalanya. Untuk menemukan basis yang kuat
bagi filsafat, Descartes meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Metode yang digunakan
Descartes adalah dengan melakukan semua pengetahuan yang ada hingga ia mendapatkan
kesimpulan bahwa ada 3 pengetahuan yang bisa diragukan yaitu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman indrawi, fakta umum tentang dunia, dan prinsip-prinsip logika dan matematika. Tetapi
Descartes mengatakan bahwa ada satu yang tidak dapat aku ragukan, yaitu bahwa aku sedang ragu.
Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berpikir. Kalau begitu aku berfikir pasti ada yang benar.
Jika aku berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Cotigo Ergo Sum, aku berpikir maka
aku ada.

3. Dalam mendirikan pemikiran kritisisme, Immanuel kant menyampaikan pemikirannya secara kritis
mengenai pengetahuan dan menemukan sintesis antara rasionalisme yang mementingkan
pengetahuan apriori dan empirisme yang mengutamakan pengetahuan aposteriori, dalam bukunya
yang berjudul Critique of Pure Reason. Menurut Kant dalam diri subjek terdapat dua kemampuan,
yakni kemampuan untuk menerima data-data indrawi (sensibilitas) dan kemampuan untuk
membentuk atau menghasilkan konsep (akal budi). Keduanya ini tentu berhubungan sangat erat
karena tanpa sensibilitas, objek tidak dapat masuk dalam subjek dan tanpa akal budi objek tak dapat
dipikirkan. Menurut Immanuel kant, rasionalisme dan empirisme harus dipadukan, karena
menurutnya pengetahuan diperoleh melalui sintesis antara pengalaman dan konsep rasio. Oleh
karenanya, ia mengeluarkan tiga putusannya tentang kritisisme. Awalnya kant membagi putusannya
menjadi dua yaitu putusan analitis (putusan yang predikatnya sudah terkandung di dalam subjek
sehingga predikat hanya sebatas merupakan analisis atas subjek) dan putusan sintesis (putusan yang
predikatnya tidak terkandung dalam subjek, tetapi predikat merupakan sesuatu di luar subjek yang
menambahi atau menjadi keterangan subjek). Kemudian setelah mengemukakan 2 putusan tersebut
Kant kembali mengeluarkan pendapatnya sebagai lanjutan dari dua putusan sebelumnya, yaitu
putusan sintesis apriori (dalam putusan ini, predikat tidak terkandung dalam konsep subjek tetapi hal
itu juga sekaligus bersifat apriori karena hal itu tidak perlu diselidiki saat hendak menyimpulkan suatu
peristiwa).

4. Fenomenologi husserl adalah aliran filsafat yang meyakini bahwa fenomena berada dalam kesadaran
seseorang kepada siapa fenomena tersebut menampakan diri dalam bentuk aslinya. Fenomena
selalu terdiri dari aktivitas subjektif dan objek sebagai fokus yang mana keduanya tidak dapat
dipisahkan. Untuk dapat memahami objek, seseorang harus kembali kepada subjek. Sehingga untuk
memahami suatu fenomena, seseorang harus mengamatinya melalui orang yang mengalami
fenomena tersebut. Husserl mengembangkan fenomenologinya menjadi fenomenologi murni, yaitu
fenomena yang bebas dari proses rasionalisasi dan data-data asli yang ditangkap oleh kesadaran
manusia meliputi semua hal yang bersifat fisik maupun nonfisik. Fenomena murni menurut Husserl
hanya dapat diamati oleh kesadaran murni (pure consciousness). Sehingga untuk melihat fenomena
dalam bentuk aslinya, seseorang harus mengisolasi dan menyimpan pengetahuan, asumsi dan
keyakinan tentang fenomena tersebut yang dapat mempengaruhi pemahaman dan makna sebuah
fenomena.

5. Eksistensialisme adalah paham filsafat yang berupaya untuk memandang manusia secara
keseluruhan dan menyerukan bahwa manusia jelas berbeda dengan benda-benda lain di dunia.
Martin heidegger menyatakan ketidak otentikan cara mengada dapat ditelusuri dengan mengacu
pada tahap-tahap kejatuhan dasein. Empat tahap kejatuhan desain yang dikemukakan oleh heideger
yakni tahap godaan (temptation), tahap penenangan (tranquillizing), tahap alienasi (alienation), dan
tahap pelekatan-diri (self-entangling). Dalam uraian singkat tersebut dapat membantu kita
memahami pemikiran heidegger mengenai mengada-menuju-kematian (being-towards-death).

6. Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam, kritis dan rasional mengenai sistem nilai
baik buruk yang berlaku. Etika membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan tentang
tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia. Bebas nilai adalah
anggapan bahwa ilmu itu bebas nilai dan bergerak sendiri sesuai dengan hukum hukumnya. Bebas
nilai beranggapan bahwa ilmu harus otonom dan tidak pula tunduk pada nilai-nilai di luar ilmu seperti
nilai agama nilai moral nilai sosial dan kekuasaan karena jika ilmu tunduk pada nilai -nilai itu maka
tidak akan didapatkan kebenaran ilmiah objektif dan rasional. Ilmu yang terikat nilai adalah
pandangan bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan ilmu itu harus dikembangkan dengan selalu
mempertimbangkan aspek nilai, ya itu sepertinya nilai-nilai ekonomis sosial, religius dan lain-lain.
Jurgen Hypermart seorang filsuf mengatakan bahwa suatu ilmu, meski itu ilmu alam sekalipun, ia
tidak akan mungkin bebas nilai karena suatu ilmu tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kepentingan,
baik sosial, ekonomi, keagamaan, lingkungan, politik dan sebagainya. Dalam pengembangan ilmu,
etika berfungsi dalam mengkaji tingkah laku moral dalam mencari, mengembangkan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ilmu dapat digunakan untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan umat manusia.

7. A. Ilmu alam adalah ilmu yang objeknya merupakan benda-benda alam pada umumnya yang pasir
dan umum, berlaku kapanpun dan dimanapun. Sesuai dengan objek kajiannya, maka usaha ilmu ini
untuk memperoleh kebenaran adalah dengan meneliti dan mengamati alam, peristiwa-peristiwanya,
dan hukum-hukum yang berlaku. Kebenaran disimpulkan berdasarkan objek yang diamati, dan para
ilmuwan alam hanya menjadi penonton dari peristiwa-peristiwa alam yang terjadi. Ahli ilmu alamiah
sejarah bahwa pengetahuan mengenai gejala fisik dari alam akan memungkinkan manusia untuk
memanfaatkan proses tersebut.
B. Ilmu sosial humaniora dibagi menjadi dua ilmu secara singkat yakni : Ilmu Humaniora adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana cara menjaga dan meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan agar semua
manusia diperlukan secara manusiawi, sedangkan ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antar manusia. Beberapa unsur yang termasuk pada Ilmu Sosial seperti sosialisasi, ekonomi,
perdagangan, hukum, politik, pendidikan, dan lainnya. Ilmu Humaniora sangat erat dengan Ilmu
Sosial karena banyaknya populasi manusia menuntut adanya interaksi sosial yang cukup kompleks.
Untuk itulah, cara ilmu ini untuk memperoleh kebenaran adalah dengan menelaah pola perilaku
sosial. Karena suatu hasil penelitian dan pengamatan dari sosial humaniora tidak serta merta dapat
di jadikan acuan untuk menangani kejadian sosial berikutnya. Karena pola perilaku sosial humaniora
yang sama belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama. Objek ilmu ini sangat berhubungan
dengan manusia jadi ahli ilmu sosial harus mengatasi berbagai rintangan tidak mereka berharap
untuk mereka dapat membuat kemajuan yang berarti dalam mengontrol kehidupan manusia.
C. Ilmu agama adalah sebuah bidang akademik yang dicurahkan untuk meneliti kepercayaan, perilaku dan
lembaga keagamaan. Pencarian kebenaran dalam ilmu agama nilai sulit dan kompleks menginterpretasi teks
teks suci keagamaan. Objek penelitiannya juga unik karena menyangkut keyakinan beragama dan teks suci
agama yang diyakini. Seperti ilmu sosial humaniora ilmu keagamaan juga memiliki daya prediktif yang relatif
lebih sulit dan tidak terkontrol. Kan ketika ahli agama mengkaji teks-teks suci keagamaan, maka ia pasti
terlibat secara emosional dan rasional dalam merasapi, memahami, dan menyimpulkan maknanya.

Anda mungkin juga menyukai