Filsafat berasal dari kata Filo dan Shopia, artinya cinta kebenaran.
Logika berasal dari kata logos, logis artinya dapat diterima akal.
Persamaan antara filsafat dengan agama sama mencintai mencari yang benar dan
yang baik, agama mencari baik dan benar, hanya kebenaran. Filsafat adalah
relatif/nisbi karena fikiran manusia, sedangkan agama adalah kebenarannya
mutlak/absolut karena datangnya dari Alloh SWT.
Al-Kisah ada orang awam bertanya kepada ahli filsafat. Coba sebutkan jenis
manusia? Filsuf menarik nafas panjang dan berpantun: “Ada orang yang tahu di
tahunya. Ada orang yang tahu di tidak tahunya. Ada orang yang tidak tahu di
tahunya. dan ada orang yang tidak tahu di tidak tahunya.
Cara mendapatkan pengetahuan ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa
yang kau tidak tahu.”
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan berhak kita ketahui
dalam semesta yang seakan tak terbatas ini, juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran
yang dicari yang telah kita jangkau.
Karakteristik berpikir filsafat adalah: pertama sifat menyeluruh, kedua sifat
mendasar, ketiga sifat spekulatif
Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut
sohih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau
absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap sarwa yang ada?
12 Oktober
Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia
sesuai dengan fungsinya. Sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang
pokok; terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan lain.
Ilmu ekonomi mempunyai asumsi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang
bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidak nyamanan
semungkin bisa, makhluk hedonis yang serakah, mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya dan menghindari kerugian. Ilmu manajemen bertujuan mempelajari kerja
sama antara sesama manusia dalam mencapai satu tujuan/homo
economicus/menelaah kerja sama antar manusia.
Tahap kedua adalah pertanyaan berkisar tentang ada, tentang hidup dan tentang
eksistensi manusia. Apakah hidup ini sebenarnya? Apakah hidup ini sekedar
peluang dengan nasib yang ditentukan dengan melempar dadu?
Tahap ketiga skenarionya bermula pada suatu pertemuan ilmiah tingkat tinggi
dimana seorang ilmuwan bicara panjang tentang suatu penemuan ilmiah dalam
risetnya.
Cabang-cabang filsafat: Filsafat Pengetahuan, Filsafat Moral, Filsafat Seni, Filsafat
Pemerintahan, Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum,
Filsafat Sejarah, Filsafat Matematika, Filsafat Ilmu. Ilmu-ilmu tersebut merupakan
telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu seperti : Objek apa yang ditelaah? Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan? Atau pertanyaan -pertanyaan tersebut disebut
landasan Ontologi, landasan Epistemologi dan landasan Aksiologi.
Dalam kaitan ini akan dikaji hakikat beberapa sarana berpikir ilmiah yakni : bahasa,
logika, matematika, statistika dan juga yang berkaitan dengan kegiatan keilmuan
seperti aspek moral, sosial pendidikan dan kebudayaan.
“Dasar-dasar Pengetahuan”
1. Penalaran
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Secara simbolik
manusia memakan buah pengetahuan lewat Nabi Adan dan Hawa dan setelah itu
manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang buruk, mana yang benar
dan mana yang salah.
Manusia adalah salah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini
secara sungguh-sungguh. Binatang punya pengetahuan, namun pengetahuan ini
terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Pengetahuan ini mampu
dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni manusia mempunyai
bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut
suatu alur kerangka berpikir tersebut. Secara garis besar cara berpikir seperti ini
disebut penalaran. Manusia adalah makhluk yang berpikir, merasa, mengindra dan
totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut di samping wahyu :
yang merupakan komunikasi Sang Pencipta dengan makhluk-Nya.
2. Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berpikir, merasa ,, bersikap dan bertindak. Jadi hakikat penalaran merupakan
kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran.
Ciri penalaran : adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
Penalaran bersifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran ilmiah merupakan
suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga
penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula. Perasaan
merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah
intuisi. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang non analitik yang tidak
mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu.
Di samping itu masih terdapat bentuk lain dalam usaha manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yakni wahyu. Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka
menemukan kebenaran dapat dibedakan 2 jenis pengetahuan : yakni pertama
adalah pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia
untuk menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan lain
seperti perasaan dan intuisi. Di pihak lain terdapat bentuk pengetahuan yang kedua,
yang bukan merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil usaha aktif manusia.
Dalam hal ini terdapat bentuk pengetahuan yang didapat itu bukan berupa
kesimpulan sebagai produk dari usaha aktif manusia dalam menemukan kebenaran,
melainkan berupa pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan, umpamanya wahyu
yang diberikan Alloh SWT lewat malaikat dan nabi-nabi-Nya. Manusia dalam
menemukan kebenaran ini bersifat pasif sebagai penerima pemberitaan tersebut,
yang kemudian dipercaya atau tidak dipercaya, berdasarkan masing-masing
keyakinannya.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada
rasio atau fakta. Rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang
kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan
bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber
kebenaran mengembangkan paham empirisme.
pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio,
yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis
mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme, sedangkan yang
mendasarkan kepada pengalaman disebut empirisme.
Disamping rasionalisme dan empirisme ada yang penting lagi yakni intuisi dan
wahyu.