Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, dan (3) tujuan.
Berikut ini diuraikan ketiganya.

1.1 Latar Belakang

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon


Skinner, cit. (Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam
domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan,
afektif dari sikap psikomotor dan tindakan ketrampilan.

Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal


yang penting karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang dibe
rikan berjalan efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai
dari perubahan perilaku dari penerima promosi kesehatan. Olehnya, makalah ini
membahas perubahan perilaku secara spesifik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka ditemukan


rumusan masalah berikut ini.
1. Bagaimana kasus yang akan dibahas ?

2. Pendekatan “enforcement” seperti apa untuk mempercepat perubahan


perilaku masyarakat yang tidak sehat ini?

3. Apabila dilakukan “promosi kesehatan" dengan pendekatan “non directive”


apa langkah-langkahnya ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan maka berikut ini


merupakan tujuan penulisan makalah.

1. Mengetahui bagaimana kasus yang akan dibahas.


2. Mengetahui pendekatan “enforcement” seperti apa untuk mempercepat
perubahan perilaku masyarakat yang tidak sehat.

3. Mengetahui jika dilakukan “promosi kesehatan" dengan pendekatan “non


directive” bagaimana langkah-langkahnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus

 Desa X terletak diapit oleh dua sungai, yang airnya mengalir sepanjang tahun.
Sebagian besar keluarga di desa ini (80%) tidak mempunyai jamban
dirumahnya, dengan alasan tidak perlu karena BAB Di sungai lebih praktis.
Disamping itu, haanya 65% saja penduduk yang menggunakan air bersih baik
dari sumur sendiri maupun dari sumber air lainnya. Selebihnya menggunakan
air sungai untuk mandi dan cuci.

2.2 Pendekatan Enforcement

 Membuat peraturan tentang larangan BAB di sungai apabila ada yang


melanggar akan mendapatkan sanksi dari kader yang sudah mendapat
pelatihan.
 Pendekatan yang dilakukan tidak lewat penyuluhan yang terkesan normatif,
namun setiap kader di desa yang sebelumnya sudah dilatih aktif menyadarkan
masyarakat akan rasa malu jika BAB sembarangan, atau jijik karena
meminum air yang berasal dari sungai yang tercemar tinja.
 Langkah selanjutnya melakukan penyusuran pada sungai agar masyarakat
yang ketahuan BAB di sungai merasa malu dan mendapat sanksi.
 Berusaha menunjukkan sisi negatif dari BAB di sungai.

2.3 Langkah-Langkah pendekatan non directive

1.Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.

Awalnya masyarakat yang datang dalam penyuluhan tentang jamban sehat


tanpa adanya paksaan. Petugas promotor dalam menyampaikannya bisa
membangun suasana yang permisif,santai dan penuh keakraban

2. Merumuskan situasi bantuan.

Setelah pemberian penyuluhan,masyarakat harus bisa menerima tanggung


jawab untuk menyelesaikan permasalahan, hal ini dpat terjadi jika petugas
promotor percaya bahwa masyarakat akan membuat/membangun jamban sehat
dan sumber air yang tidak tercermar

3.Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara


bebas, berkaitan dengan masalahnya.

Petugas promotor harus membangun suasana yang lebih akrab kepada


masyarakat agar masyarakat dalam mengungkapkan perasaan tanpa ada unsur
pemaksaan

4. Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien yang


sifatnya negative dengan memberikan respons yang tulus dan menjernihkan
kembali perasaan negative dari klien.

Niat petugas promotor dalam menjalankan tugasnya untuk membantu


masyarakat harus secara tulus dan ikhlas

5. Setelah perasaan negative dari klien terungkapkan,maka secara psikologis


bebannya mulai berkurang. Sehingga ekspresi-ekspresi positif akan muncul,
dan memungkinkan klien untuk bertumbuh dan berkembang.

Setelah masyarakat mendapatkan penyuluhan tentang manfaat jamban sehat


dan sumber air bersih, masyarakat termotivasi untuk membangun jamban sehat
dan sumber air bersih

6. Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan klien.

Agar masyarakat lebih percaya dan mau untuk membangun jamban sehat dan
sumber airbersih, petugas promotor menerima saran positif dari masyarakat untuk
pembuatan jamban sehat

7. Saat klien mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul


perkembangan terhadap wawasan (insight) klien mengenal dirinya, dan
pemahaman (understanding)serta penerimaan diri tersebut.

Ketika masyarakat berdiskusi bersama petugas promotor, masyarakat


menjadi paham dan menerima bahwa bab di sungai itu tidak sehat dan
masyarakat mau berubah tanpa ada paksaan dari petugas promotor
8. Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan
menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah
memikirkan tindakan selanjutnya. Artinya bersamaan dengan timbulnya
pemahaman, muncul proses verfikasi untuk mengambil keputusan dan
tindakan memungkinkan yang akan diambil.

Setelah masyarakat menerima informasi dan di fasilitator oleh petugas


promotor, masyarakat berubah untuk menggunakan jamban sehat dan sumberair
bersih tanpa ada paksaan dari petugas promotor
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan basil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993).
Perilaku tersebut dibagi lagi dalam domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan
tindakan ketrampilan.Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal
yang penting karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang diberika
n berjalan efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai dari perubahan
perilaku dari penerima promosi kesehatan. Olehnya, makalah ini membahas
perubahan perilaku secara spesifik.
Jadi jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air
untuk membersihkannya.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, penulis menyampaikan bahwaembangun jamban
dirumah adapah suatu hal yang penting karena lebih sehat daripada membuang BAB
disungai. Karena membangun jamban dirumah itu lebih baik karena kita tahu
bagaimana kualitas kebersihannya dan kita sendiri yang membersihkannya daripada
kita BAB disungai kita belum tahu bakteri apa aja yang ada di air sungai yang kotor.
Semoga dari makalah ini pembaca dapat mengetahui manfaat dari jamban sehat dan
dapat memgaplikasikannya dikehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai