Anda di halaman 1dari 7

QUIS SENI

BUDAYA
Oleh :

IDA BAGUS KETUT RENDY PRAMUDHITA


(110010583)

Quis Seni Budaya


Soal:
1.
2.
3.
4.
5.

Uraikan secara singkat perkembangan Gong Gebyar?


Mengapa seni dianggap penting dalam kehidupan manusia?
Coba jelaskan kenapa seni dijadikan Lencana moral!
Jelaskan organisasi social yang mendukung gambelan bali di masyarakat?
Jelaskan klasifikasi tembang Bali, dan belikan contohnya masing-masing !

Jawab :
1. Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya
yang ditulis babad bali, gong kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada
tahun 1915. Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar
adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar.Ada juga
informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di
desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu
puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang
bernama I Ketut Mariodari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar
Duduk atau Kebyar Trompong.
Perkembangan Gong Kebyar yang berkembang di Bali yaitu :
1. Gamelan kebyar yang bersumber dari Gong Gede,
2. Bersumber dari gamelan palegongan.
3. Murni buatan baru.
Yang pertama memiliki embat yang sesuai dengan embat gamelan gong
gede yaitu agak rendah seperti yang banyak terdapat di Bali Utara. kelompok
kedua menggunakan embat sama dengan embat gamelan palegongan
(sumbernya) yaitu agak tinggi seperti yang sebagian besar terdapat di Bali
bagian selatan, Gamelan-gamelan kebyar yang murni buatan baru sebagian
besar ber-embat sedang seperti yang terdapat di berbagai daerah di Bali dan
diluar Bali. Kenyataan ini menunjukan bahwa belum ada standarisasi embat
untuk Gamelan kebyar di Bali.
Gong kebyar ditabuh untuk pertama kalinya menyebabkan terjadinya
kekagetan yang luar biasa. Masyarakat menjadi tercengang dan ternak sapi
yang sedang diikatkan di ladang dan di kandangnya terlepas dan lari

tunggang langgang. gong kebyar merupakan tabuhan bersama dan serentak


yang diikuti oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali
tungguhan suling, kajar, rebab, kempul, bebende kemong, kajar dan
terompong.
Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang
letaknya bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar
ini sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak
(instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang sangat dinamis,
keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu
membangkitkan semangat. Dalam perkembangannya gong kebyar munculah
istilah gaya Bali Utara dan gaya Bali Selatan, meskipun batasan istilah ini
juga masih belum jelas. Sebagai gambaran daerah atau kabupaten yang
termasuk daerah Bali Utara hanyalah Kabupaten Buleleng.
Sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan lain mengambil gaya Bali
Selatan. Disamping itu penggunaan tungguhan gong kebyar di masingmasing daerah sebelumnya memang selalu berbeda karena disesuaikan
dengan kebutuhan maupun fungsinya.
2. Seni sangat penting khususnya bagi manusia, sejak jaman purbakala
manusia sudah meniup sesuatu, memukul sesuatu untuk menghasilkan
bunyi. seiring kecerdasan manusia purba , tercipta nada nada yg
indah.hingga lahir alat musik yg bagus baik itu gesek, tiup, petik, atau pukul.
Tanpa seni, saya yakin manusia tidak bias hidup, karena seni juga merupakan
menyeimbang kerohanian jiwa manusia khususnya seni musik. Banyak
masyarakat yang menjadikan musik untuk upacara-upacara agama.

3. Seni dijadikan sebagan lencana moral karena seni dapat menjadi


media pendidikan. tujuan pendidikan adalah membentuk manusia
berbudi pekerti luhur. Secara filosofis titik tekannya adalah obyek nilai
dan moral pada diri anak tersebut. Seni dapat dimanfaatkan untuk
membimbing dan mendidik mental serta tingkah laku seseorng agar
berubah menjadi kondisi yang lebih baik, antara lain memperhalus
perasaan, bersikap santun, berprilaku lemah lembut, bermoral mulia,
dan berbudi pekerti luhur.
4. Organisasi social yang sangat mendukung gambelan bali adalah banjar dan
desa pakraman, mereka ini yang sangat mendungkung gambelan di bali.
Karena dalam kehiduapn sehari-hari gambelan sangat banyak berfungsi salah
satu contohnya adalah digunakan pada saat ada upacara-upacara agama.
5. Klasifikasi tembang Bali :
1. Sekar Rare
Gending Rare atau Sekar Rare mencakup berbagai jenis lagu-lagu anakanak yang bernuansa permainan. Jenis tembang ini pada umumnya

memakai bahasa Bali sederhana, bersifat dinamis dan riang, sehingga


dapat dilagukan dengan mudah dalam suasana bermain dan bergembira.
Biasanya tiap lagu dilengkapi (atau sebagai pelengkap dari) sebuah
permainan (dolanan) yang bertema sama. Tetapi ada juga yang berdiri
sendiri, sebagai lagu-lagu rakyat (gegendingan) yang bentuknya sangat
sederhana. Baik lagu anak-anak maupun lagu rakyat tidak terlalu diikat
oleh hukum / uger-uger seperti Guru Lagu atau Padalingsa. Beberapa
contoh dari jenis tembang ini yaitu meong-meong, juru pencar, galang
bulan dan masih banyak lagi

2. Sekar Alit
Berbeda dengan Sekar Rare (lagu anak-anak maupun lagu rakyat),
kelompok Sekar Alit, yang biasa disebut tembang
macapat, gaguritan atau pupuh, terikat oleh hukum Padalingsa yang
terdiri dari guru wilang dan guru dingdong. Guru wilang adalah ketentuan
yang mengikat jumlah baris pada setiap satu macam pupuh (lagu) serta
banyaknya bilangan suku kata pada setiap barisnya. Bila terjadi
pelanggaran atas guru wilang ini maka kesalahan ini disebut elung.
Selanjutnya guru dingdong adalah uger-uger yang mengatur jatuhnya
huruf vokal pada tiap-tiap akhir suku kata. Pelanggaran atas guru
dingdong ini disebut ngandang. Tentang istilah macapat yang dipakai
untuk menyebut jenis tembang ini adalah sebuah istilah dari bahasa Jawa.
Kelompok tembang ini disebut tembang macapat karena pada umumnya
dibaca dengan sistem membaca empat-empat suku kata (ketukan).
Adapun jenis-jenis tembang macapat (pupuh) yang terdapat di Bali dan
yang masih digemari oleh masyarakat, di antaranya adalah:

Pupuh Sinom

Pupuh Ginada

Sinom
Sinom
Sinom
Sinom
Sinom
Sinom
Sinom

Lumrah
Wug Payangan
dingdong
Sasak
Lawe
Genjek
Silir

Ginada
Ginada
Ginada
Ginada

Basur
Linggar Petak
Jayapura
Bagus Umbara

Pelog
Slendro
Slendro
Slendro
Slendro
Pelog
Slendro
Slendro
Slendro
Slendro
Slendro

Ginada Candrawati
Slendro
Ginada Eman-eman/Bungkling Pelog
Pupuh Durma

Durma Lumrah
Durma Lawe

Pelog
Pelog

Pupuh Dangdang

Dangdang Gula

Pelog

Pupuh Pangkur

Pangkur Lumrah
Pangkur Jawa / Kakidungan

Pelog
Slendro

Pupuh Ginanti

Ginanti Lumrah
Ginanti Pangalang

Pupuh Semarandana

Semarandana Lumrah
Semarandana Mendut

Pupuh
Pupuh
Pupuh
Pupuh
Pupuh

Slendro dan Pelog


Laras Pelog
Laras Pelog
Laras Slendro
Laras Pelog

Pucung
Megatruh
Gambuh
Demung
Adri

Pelog dan Slendro


Pelog dan Slendro
Pelog
Slendro

3. Sekar madya
Sekar Madya yang meliputi jenis-jenis lagu pemujaan, umumnya
dinyanyikan dalam kaitan upacara, baik upacara adat maupun agama.
Kelompok tembang yang tergolong sekar madya pada umumnya
mempergunakan bahasa Jawa tengahan, yaitu seperti bahasa yang
dipergunakan di dalam lontar/ cerita Panji atau Malat, dan tidak terikat
oleh Guru Lagu maupun Padalingsa. Yang ada di dalamnya adalah
pembagian-pembagian seperti :
Pangawit
Pamawak
Panama
Pangawak

Pembuka
bagian yang pendek
bagian yang panjang
bagian utama dari tembang

Tembang- tembang yang tergolong dalam kelompok ini di antaranya yang


paling banyak adalah Kidung atau Kakidungan. Kidung diduga datang dari
Jawa abad XVI sampai XIX akan tetapi kemudian kebanyakan ditulis di
Bali. Hal ini dapat dilihat dari struktur komposisinya terbukti dengan

masuknya ide-ide yang terdiri dari Pangawit, Panama dan Pangawak yang
merupakan istilah-istilah yang tidak asing lagi dalam tetabuhan Bali.

Di Bali kidung-kidung selalu dilakukan dan dimainkan bersama-sama


dengan instrumen. Lagu - lagu kidung ini ditulis dalam lontar tabuh-tabuh
Gambang dan oleh karena itulah laras dan namanya banyak sama dengan
apa yang ada dalam penggambangan, menggunakan laras pelog Saih Pitu
(Pelog 7 nada) yang terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pemaro/
tengahan.

Modulasi yaitu perubahan tangga nada ditengah-tengah lagu sangat


banyak dipergunakan. Beberapa jenis kidung yang masih ada dan hidup di
Bali antara lain:
Aji
Kembang
Rangga
Lawe

4.

Kaki tua

Sidapaksa

Ranggadoja

Pamancanga
Wargasari
h

Pararaton

Dewaruci

Sudamala

Alis-alis Ijo

Bhrahmana sang
Uttpati

Caruk

Bhuksah

dan lainlainnya

Sekar Agung
Sekar Agung atau Tembang Gede meliputi lagu-lagu berbahasa Kawi yang
diikat oleh hukum guru lagu, pada umumnya dinyanyikan dalam kaitan
upacara, baik upacara adat maupun agama. Jenis tembang Bali yang
termasuk dalam kelompok Sekar Agung ini adalah Kakawin. Kakawin
adalah puisi Bali klasik yang berdasarkan puisi dari bahasa Jawa Kuna.
Dilihat dari segi penggunaan bahasanya, Kakawin banyak mengambil
dasar dari puisi Sanskerta yang kemudian diterjemahkan dan disesuaikan,
sehingga mempunyai kekhasan tersendiri.

Ada dugaan bahwa Kakawin ini diciptakan di Jawa pada abad IX sampai
XVI.
Masyarakat Bali mengenal banyak jenis Kekawin seperti:

Aswalalita

Wasantatilaka

Tanukerti

Sardulawikradita

Watapatia Wangeasta

Wirat

ekarini

Girisa

Prtiwitala

10 Puspitagra
11 Saronca

Anda mungkin juga menyukai