Anda di halaman 1dari 16

Perlindungan Anak Menurut Hukum Nasional dan

Hukum Internasional

Oleh Kelompok 2 :
 Fera audia br purba 71200111138
 Jihan nadila 71200111139




Dosen Pengampu :
Hj. Susilawati S.H, M.H

Fakultas Hukum
Universitas Islam Sumatera Utara
T.A 2022.2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha


esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembacanya. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami percaya
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
masukan yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 19 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................4
A.LatarBelakang............................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................5

C. Tujuan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................6

A. Pengertian Anak Dalam Hukum Nasional......................................6

B. Pengertian Anak Dalam Hukum Internasional……………………9

C. Dasar Hukum Nasional Perlindungan Anak………………………10

D. Dasar Hukum Internasional perlindungan Anak………………10

E. Hak Yang Wajib Dipenuhi Semua Pihak……………………………11

F. Peran UNICEF Dalam Perlindungan Anak Indonesia…………13

BAB III PENUTUP......................................................................14

A .Kesimpulan...........................................................................................14

B. Saran…………….
………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………16

BAB 1

3
PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Masalah perlindungan hukum dan hak-haknya bagi


anak-anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk
melindungi anak-anak indonesia. Agar perlindungan hak-
hak anak dapat dilakukan secara teratur, tertib dan
bertanggung jawab maka diperlukan peraturan hukum yang
selaras dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang
dijiwai sepenuhnya oleh pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Kedudukan anak sebagai generasi muda yang
akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon
pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber
harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapatkan
kesempatan seluasluasnya untuk tumbuh dan berkembang
dengan wajar baik secara rohani, jasmani, dan sosial.
Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh
lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan
peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa
dan bangsa di kemudian hari.Dalam hal yang bisa menjamin
seorang anak agar kehidupannya bisa berjalan normal
maka negara telah memberikan perlindungan hukum yakni
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan anak. Banyak terdapat beberapa faktor lain
diluar diri anak yang melakukan pelanggaran hukum. Dalam
hal ini untuk melakukan perlindungan anak dari pengaruh
proses formal sistem peradilan pidana, maka para ahli
hukum dan kemanusiaan membuat suatu aturan formal
tindakan mengeluarkan (remove) seorang anak yang
melakukan pelanggaran hukum atau melakukan suatu
tindak pidana dari proses peradilan pidana yaitu dengan
memberikan alternatif lain yang dianggap lebih baik untuk
anak.

B . Rumusan Masalah

4
a . Pengertian anak menurut hukum nasional ?

b . Pengertian anak menurut hukum internasional ?

c . Dasar hukum nasional perlindungan anak ?

d . Dasar hukum internasional perlindungan anak ?

e . Hak anak yang wajib dipenuhi semua pihak ?

f . Peran UNICEF dalam perlindungan anak ?

C . Tujuan

 Memahami pengertian anak menurut hukum nasional


Dan internasional

 Mengetahui dasar hukum perlindungan anak


nasional dan internasional

 Mengetahui hak wajib anak

 Mengetahui peran UNICEF dalam perlindungan anak

BAB II

PEMBAHASAN
5
A . Pengertian Anak Menurut Hukum Nasional

> Pengertian anak berdasarkan UUD 1945

Pengertian anak dalam UUD 1945 terdapat di dalam pasal


34 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara” Hal ini mengandung makna bahwa
anak adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus
dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan
anak. Dengan kata lain anak tersebut merupakan tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat Terhadap pengertian anak
menurut UUD 1945 ini, Irma Setyowati Soemitri, SH
menjabarkan sebagai berikut. “ketentuan UUD 1945,
ditegaskan pengaturanya dengan dikeluarkanya UU No. 4
tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti makna
anak (pengertian tentang anak) yaitu seseorang yang harus
memproleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik
secara rahasia, jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga
berahak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan
dan kehidupan sosial.Anak juga berhak atas pemelihraan dan
perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun
sesuadah ia dilahirkan “.

>Pengertian anak berdasarkan UU Peradilan Anak


Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1
ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara
anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi
belum mencapai umur 18 tahun (deklapan belas) tahun dan
belum pernah menikah .” Jadi dalam hal ini pengertian anak
dibatasi.
25 dengan syarat sebagai berikut: pertama, anak dibatsi
dengan umur antara 8 (delapan) sampai dengan 18 (delapan
belas) tahun.Sedangkan syarat kediua si anak belum pernah
kawin.Maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan
ataupun pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila si anak
6
sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinanya putus
karena perceraian, maka sianak dianggap sudah dewasa
walaupun umurnya belum genap 18 (delapan belas) tahun.

>Pengertian Anak Menurut UU Perkawinan No.1 Tahun 1974


UU No.1 1974 tidak mengatur secara langsung tolak ukur
kapan seseorang digolongkan sebagai anak, akan tetapi hal
tersebut tersirat dalam pasal 6 ayat (2) yang memuat ketentuan
syaratperkawinan bagi orang yang belum mencapai umur 21
tahun mendapati izin kedua orang tua.
Pasal 7 ayat (1) UU memuat batasan minimum usia untuk
dapat kawin bagui pria adalah 19 (sembilan belas) tahun dan
wanita 16 (enam belas) tahun.

>Menurut Prof.H Hilman Hadikusuma.SH,


menarik batas antara belum dewasa dan sudah dewasa
sebenarnya tidak perlu dipermaslahkan. Hal ini dikarenakan
pada kenyataanya walaupun orang belum dewasa namun ia
telah melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum
dewasa telah melakukan jual beli, berdagang dan sebagainya
walaupun ia belum kawin.

>Pengertian Anak Menurut Hukum Adat/Kebiasaan


Hukum adat tidak ada menentukan siapa yang dikatakan anak-
anak dan siapa yang dikatakan orang dewasa. Akan tetapi
dalam hukum adat ukuran anak dapat dikatakan dewasa tidak
berdasarkan usia tetapi pada ciri tertentu yang nyata
Mr.R.Soepomo berdasarkan hasil penelitian tentang hukum
perdata jawa Barat menyatakan bahwa kedewasaan
seseorang dapat dilihat dari cirri-ciri sebagi berikut :
1. Dapat bekerja sendiri,

7
2. Cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bertanggung jawab.

> Pengertian Anak Menurut Hukum Perdata


Pengertian anak menurut hukum perdata dibangun dari
beberapa aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai
seseorang subjek hukum yang tidak mampu. Aspek-aspek
tersebut adalah:
– Status belum dewasa (batas usia) sebagai subjek hukum. –
Hak-hak anak di dalam hukum perdata.
Pasal 330 KUHP Perdata memberikan pengertian anak
adalah orang yang belum dewasa dan seseorang yang belum
mencapai usia batas legitimasi hukum sebagai subjek hukum
atau layaknya subjek hukum nasional yang ditentukan oleh
perundang-undangan perdata.

>Pengertian Anak Menurut Hukum Pidana


Pengertian anak menurut hukum pidana lebih diutamakan
pada pemahaman terahadap hak-hak anak yang harus
dilindungi, karena secara kodrat memiliki subtansi yang lemah
dan di dalam system hukum dipandang sebagai subjek hukum
yang dicangkokan dari bentuk pertanggungjawaban
sebagaimana layaknya seseorang sebjek hukum yang normal.
Pengertian anak dalam aspek hukum pidana menimbulkan
aspek hukum positif terhadap proses normalisasi anak dari
perilaku menyimpang untuk membentuk kepribadian dan
tanggung jawab yang pada akhirnya menjadikan anak tersebut
berhak atas kesejahteraan yang layak dan masa depan yang
baik.

8
B . Pengertian Anak Menurut Hukum Internasional

Pengertian anak juga di kemukakan oleh beberapa ahli,


diantaranya adalah John Locke dan Agustinus. Menurut John
Locke, anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka
terhadap rangsangan – rangsangan yang berasal dari
lingkungan. Menurut Agustinus, anak tidaklah sama dengan
orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk
menyimpang dari hukum dan ketertiban yang di sebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita
kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-
contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat
memaksa.

Pada tahun 1923, Eglantyne membuat 10 pernyataan hak-


hak anak dan mengubah gerakannya menjadi perjuangan hak-
hak anak, diantaranya adalah bermain, mendapatkan nama
sebagai identitas, mendapatkan makanan, mendapatkan akses
kesehatan, mendapatkan perlidungan, dan mendapatkan
sarana rekreasi.

Pada tahun 1924, pernyataan ini diadopsi dan disahkan


sebagai pernyataan hak-hak anak oleh Liga Bangsa-Bangsa.
Pada tahun 1948, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
mengumumkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang di
dalamnya terdapat hak-hak anak. Pada tanggal 1 Juni 1959,
PBB mengumumkan pernyataan hak-hak anak dan ditetapkan
sebagai hari anak sedunia. Pada tahun 1979, diputuskan
sebagai tahun anak dan ditetapkan 20 November sebagai hari
anak internasional, dan pada tahun 1989, konvensi hak-hak
anak disahkan oleh PBB.

9
C . Dasar Hukum Nasional Perlindungan Anak

Dasar hukum pelaksanaan perlindungan anak di Indonesia,


mengacu kepada peraturan perundang-undangan nasional dan
internasional. Dasar hukum nasional yang utama adalah
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, yang berisi antara lain tentang definisi anak, tujuan
perlindungan anak, hak-hak anak, kewajiban Negara,
masyarakat dan keluarga.
Di samping Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, terkait
dengan perlindungan terhadap anak telah ditetapkan pula
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi dan Korban, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan, Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terkait
pemidanaan terhadap pornografi anak, dan Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

D . Dasar Hukum Internasional Perlindungan Anak


Dalam konsideran huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (selanjutnya
disebut UU SPPA), disebutkan bahwa salah satu pertimbangan
diundangkannya UU SPPA adalah karena Indonesia
merupakan salah satu Negara Pihak dalam Konvensi Hak-Hak
Anak yang di dalam konvensi tersebut diatur kewajiban bagi
negara-negara pihak untuk memberikan perlindugan khusus
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Poin
konsideran tersebut lengkapnya adalah sebagai berikut:
“bahwa Indonesia sebagai Negara Pihak dalam Konvensi Hak-
Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) yang

10
mengatur prinsip pelindungan hukum terhadap anak
mempunyai kewajiban untuk memberikan pelindungan khusus
terhadap anak yang berhadapan dengan hukum;”

Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the


Child) diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi
tentang Hak-Hak Anak). Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (selanjutnya disebut
UU Perlindungan Anak) mengatur bahwa penyelenggaraan
perlindungan anak adalah berasaskan Pancasila dan
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi
Hak-Hak Anak yang meliputi:
1. Non diskriminasi;
2. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan; dan
4. Penghargaan terhadap pendapat anak.

E. Hak Anak Yang Wajib Dipenuhi Semua Pihak

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan


Anak. Adapun 10 butir hak-hak anak tersebut adalah:
1 . Hak akan nama dan kewarganegaraan
Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri
dan status kewarganegaraan. Identitas diri setiap anak harus
diberikan sejak kelahirannya melalui akta kelahiran.
2. Hak kebangsaan
Setiap anak berhak diakui sebagai warga negara dan
memiliki kebangsaan.

11
3 . Hak persamaan dan non diskriminasi
Setiap anak berhak diperlakukan sama dimana pun dan
kapan pun. Tanpa memandang memandang ras, warna kulit,
jenis kelamin, nahasa, agama, pandangan politik, asal-usul
kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau
tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri
atau dari orang tuanya atau wali yang sah.
4 . Hak perlindungan
Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari
perlakuan diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun
seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan
penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya.
Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang
tidak manusiawi. Setiap anak juga berhak memperoleh
kebebasan sesuai dengan hukum.
5 . Hak pendidikan
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak.
Setiap anak juga berhak memperoleh pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya. Khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar
biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga
berhak mendapatkan pendidikan khusus.
6 . Hak bermain
Setiap anak berhak untuk bermain. Setiap anak juga berhak
memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan
dan keselamatan.
7 . Hak rekreasi
Setiap anak berhak untuk rekreasi agar dapat tumbuh
bahagia. Pemilihan tempat rekreasi harus ramah sesuai
dengan usia anak.

12
8 . Hak akan makanan
Setiap anak berhak memperoleh makanan dengan
kualitas gizin yang baik untuk tumbuh kembang dan
mempertahankan hidupnya. Pada enam bulan awal
kehidupannya, anak berhak mendapatkan ASI eksklusif yang
dilanjutkan dengan MPASI dan makanan keluarga yang
sehat.
9 . Hak kesehatan
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan
dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,
spiritual, dan sosial.
10 . Hak berpartisipasi dalam pembangunan
Setiap anak berhak dilibatkan dalam pembangunan
negara, karena anak adalah generasi penerus cita-cita
perjuangan bangsa.

F . Peran UNICEF Dalam Perlindungan Anak


UNICEF membantu membangun sistem perlindungan
anak yang komprehensif secara nasional untuk mencegah dan
menanggulangi kekerasan , pelecehan, penelantaran, dan
eksploitasi.
Sikap dan perilaku yang terus melanggengkan kekerasan
terhadap anak perempuan dan anak laki-laki sedang ditangani
melalui inisiatif perubahan sosial dan perilaku. Secara khusus,
UNICEF mendukung kampanye nasional untuk mengakhiri
pernikahan anak.
UNICEF bekerja dengan anak-anak dan remaja sebagai
agen perubahan, dan membantu meningkatkan visibilitas
pelanggaran hak anak dan mendorong debat publik terbuka
tentang isi-isu utama, seperti anak-anak imigran dan
pengungsi, pekerja anak, pernikahan anak dan registrasi
kelahiran.

13
BAB III

PENUTUP

A . Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas kemudian


dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk perlindungan anak dalam hubungan international


sudah diatur dalam Konvensi Hak-hak Anak yang dimana hak-
hak anak harus dilindungi dan dijamin agar dapat hidup,
tumbuh, kembang, dan berprestasi didalam mendapatkan
pendidikan yang layak dan bermutu. Demi mewujudkan
perlindungan dan kesejahteraan anak maka telah berjalan
kelembagaan dan peraturan perundangan yang dapat
menjamin pelaksanaannya.

2. Indonesia merupakan salah satu negara yang merativikasi


konvensi perserikatan bangsa-bangsa tentang hak anak,
disebutkan pula indonesia menjamin terhadap perlindungan
anak, kemudian di implementasikan oleh pemerintah dengan
membuat Undang-undang dan Peraturan tentang Perlindungan
Anak.

3. Perlindungan hukum terhadap anak merupakan isu global,


oleh karena itu dalam membuat hukum perlindungan anak
seharusnya ikut mempertimbangkan standar internasional
perlindungan anak. Indonesia telah mengakomodir sebagian
besar substansi perlindungan anak yang dianut oleh konvensi-
konvensi internasioanl antara lain dalam undangundang,
namun demikian terdapat hal mendesak yang belum diatur
dalam regulasi nasional tersebut, seperti masalah pencegahan
kriminalitas oleh anak. Sehingga Indoenesia dan Negara
lainnya harus dapat menyesuaikan dengan kondisi sosial yang
ada di suatu negara tentunya.

14
B. Saran

1. Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mempertegas


Perlindungan Hak Anak kepada Negara anggota maupun tidak,
karena tidak semua anggota negarasaja yang akan berlaku
Konvensi Hak Anak tersebut tetapi diberlakukan kepada
seluruh anak di dunia sejak di dalam kandungan.

2. Negara lembaga organisasi, dan masyarakat seharusnya


lebih menjaga atau mengayomi anak sebagai mana yang
menjadi instansi-instansi dalam Perlindungan Anak tersebut.
Karena seperti yang sudah diatur dalam Undang-undang No 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak bahwa yang menjadi
Instansi yang bertanggung jawab dalam hal Perlindungan anak
adalah Negara, lembaga organisasi, masyarakat, dan orang
tua anak.

3. Dengan adanya harmonisasi dalam hubungan hukum


nasional dan international dapat menjadikan suatu peraturan
tersebut menjadi erat dan solid. Tetapi dengan berubahnya
atau berkembangnya kejahatan anak di dunia maka dapat
disarankan bahwa seharusnya peraturan nasional dan
international ini dapat sejalan dengan menuntas kejahatan
anak tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

T1_312016109_Bab I.pdf (uksw.edu)

Pengertian Anak Dari Aspek Hukum - Tinjauan Pustaka (123dok.com)

Hukum Internasional mengenai Perlindungan Hak Anak | kumparan.com

Dasar Hukum Perlindungan Anak (psychologymania.com)

Instrumen Internasional Perlindungan Hukum terhadap Anak - Rizky Aulia Cahyadri

Ini 10 Hak Anak yang Wajib Dipenuhi Semua Pihak beserta Sejarahnya... (kompas.com)

Perlindungan Anak | UNICEF Indonesia

BAB IV watermark.pdf (unand.ac.id)

16

Anda mungkin juga menyukai