Anda di halaman 1dari 12

KEDUDUKAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN

ANAK ( UUPA )

Dosen Pengampu:

Hj. Susilawati ,SH.,M.Hum

DISUSUN OLEH :

Kelompok III

Jihan Nadila 71200111139

Fera Audia Br.Purba 71200111138

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


Kata Pengantar

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas
kehendaknya makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya. Makalah yang berjudul “Kedudukan
anak dalam undang-undang perlindungan anak ” diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Perlindungan dan peradilan anak.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini semoga makalah ini bermanfaat. Kami mengetahui bahwa manusia
mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal karena kesempurnaan hanya miliknya-Nya. Oleh karena
itu kami memohon agar Bapak/ibu dosen dan juga pembaca dapat memakluminya.

Kami mengharapkan kritik dan saran dari hasil makalah ini. Demikian makalah ini kami buat,
kami ucapkan terima kasih.

Medan, 19 Maret 2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-
calon pemimpin bangsa di masa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu,
perlu mendapat kesempatan seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara
rohani, jasmani dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan
masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peran, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa
dan bangsa dikemudian hari. Jika mereka telah matangpertumbuhan pisik maupun mental dan
sosialnya, maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu. 1 Secara Nasional definisi anak adalah
seorang yang belum mencapai usia21 tahun atau belum menikah. Ada yang mengatakan anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun. Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan masih dalam kandungan. Definisi
anak yang ditetapkan perundang-undangan berberda dengan definisi menurut hukum islam dan
hukum adat. Menurut hukum Islam dan hukum adat sama-sama menentukan seseorang masih anak-
anak atau sudah dewasa bukan usia anak. Hal ini karena masing-masing anak berbeda usia untuk
mencapai ingkat kedewasaan.
Hukum Islam menentukan definisi anak dilihat dari tanda- tanda pada seseorang apakah
seseorang itu sudah dewasa atau belum. Artinya seseorang dinyatakan sebagai anak apabila anak
tersebut belum memiliki tanda- tanda yang dimiliki oleh orang dewasa sebagaimana ditentukan dalam
hukum islam. Pada hakikatnya dunia anak adalah dunia bermain, dunia yang identik dengan
kebebasan dan kreativitas. Anak selalu ingin bergerak sesuai dengan nalurinya untuk merepon apa
yang ditangkap oleh panca indra atau kesehariannya. Anak merupakan harapan bangsa dimasa
mendatang, hak-hak yang harus diperoleh anak terhadap orang tuanya sejak anak dilahirkan didunia
yang berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlindungan hukum
terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan
sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental
rights and freedoms of children) serta sebagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan
anak

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas anak

Berdasarkan hukum pidana saat ini di Indonesia, tindakan perlindungan terhadap identitas
anak terdapat dalam Undang – Undang Sistem Peradilan Anak. Selain itu juga, pengaturan
mengenai perlindungan terhadap informasi yang menyangkut data pribadi seseorang di media
massa juga telah diatur di dalam Undang – Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Undang – undang tersebut juga telah mengatur mengenai segala informasi
yang menyangkut identitas seseorang haruslah mendapatkan persetujuan dari pihak yang
bersangkutan. Sehingga, tidak setiap individu dapat dengan leluasa memuat informasi mengenai
data pribadi seseorang yang kemudian di publikasikan menjadi informasi elektronik yang dapat di
akses oleh setiap orang melalui media elektronik.
Meskipun telah adanya pengaturan mengenai informasi yang menyangkut data pribadi
seseorang baik di dalam ketentuan Undang – undang Informasi dan Transaksi Elektronik maupun
Undang – undang Sistem Peradilan Anak, pelanggaran terhadap penyebaran informasi pribadi
seseorang baik melalui media cetak maupun media elektronik yang mengungkap identitas dari
anak yang menjadi korban tindak pidana tersebut dalam hal terjadinya suatu tindak pidana anak
masih kerap kali kita temukan. Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa perlindungan hukum
terhadap anak merupakan perlindungan hukum yang meliputi berbagai kebebasan dan hak asasi
anak serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak
Hak identitas seorang anak tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Pasal 5 tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan setiap anak berhak atas suatu nama sebagai
identitas diri dan status kewarganegaraan.

"Hak atas identitas anak merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di
hadapan hukum. Banyak anak tidak memiliki akta kelahiran, sehingga anak kehilangan haknya
untuk mendapatkan pendidikan maupun jaminan sosial," Anak menurut UU 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
10
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminas. Identitas yang dimaksud meliputi nama anak, nama
anak korban, nama anak saksi, nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat
mengungkapkan jati diri anak.

b . Anak Dari Perkawinan Campuran

Perkawinan dengan perbedaan status kewarganegaraan tak dapat dihindari. Sudah banyak
kasus perkawinan dengan berbeda status kewarganegaraan. Hal ini bukan berarti dilarang namun
setiap negara memiliki kebijakan masing – masing terkait perkawinan dengan perbedaan status
kewarganegaraan. Indonesia memiliki kebijakan tentang perkawinan Warga Negara Indonesia
dengan Warga Negara Asing.

Hal ini diatur dalam UU No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dalam pasal 56 ayat (1)
yang berbunyi: ” Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara dua orang warganegara
Indonesia atau seorang warganegara Indonesia dengan warganegara Asing adalah sah bilamana
dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi
warganegara Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.”

Di dunia ini ada dua asas kewarganegaraan yaitu ius soli dan ius sanguinis. Ius soli adalah
asas kewarganegaraan yang dilihat berdasarkan tempat seseorang lahir sedangkan ius sanguinis
adalah asas kewarganegaraan yang dilihat berdasarkan hubungan darah dengan orang
tuanya. Setiap negara menganut asas kewarganegaraan yang berbeda – beda. Begitupula dengan
Indonesia yang menganut kedua asas yang ada di dunia yaitu ius soli dan ius sanguinis.
“Seorang anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki status kewarganegaraan
dwikewarganegaraan. Memiliki kewarganegaraan ganda sebagai Warga Negara Asing dan Warga
Negara Indonesia.’’
Dalam UU No 12 tahun 2006 pasal 4 yang mengatakan bahwa salah satu syarat menjadi
Warga Negara Indonesia adalah anak yang lahir dari perkawinan sah Ayah/Ibu Warga Negara
Indonesia dengan Ayah/Ibu Warga Negara Asing. Namun status kewarganegaraan anak dari hasil
perkawinan campuran sah adalah dwi kewarganegaraan yang bersifat terbatas. Jadi anak tersebut
hanya dapat memperoleh status kewarganegaraan Warga Negara Indonesia sampai umur 18 tahun.
Jika anak sudah berumur dari 18 tahun maka anak tersebut harus memilih status kewarganegaraan10
menjadi Warga Negara Indonesia atau menjadi Warga Negara Asing.
c . Kuasa Asuh Anak
Dalam Undang-undang Republi Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindangan Anak :
 Kuasa Asuh adalah kekuasaan Orang Tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina,
melindungi, dan menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan
sesuai dengan kemampuan, bakat, serta minatnya.
 Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau
aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik
bagi Anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

d . Perwalian Anak
Menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa apabila
putus perkawinan karena perceraian mempunyai akibat hukum terhadap anak, maka baik Bapak
atau Ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan
kepentingan anak, bilamana terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan
memberikan keputusannya (pasal 41).
Yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan
anak adalah bapak; bilamana bapak kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut maka
Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. Khusus mengenai
perwalian anak, pengadilan biasanya memberikan hak perwalian dan pemeliharaan anak dibawah
umur kepada ibu. Dasarnya, Kompilasi Hukum Islam pasal 105 yang mengatakan anak yang
belum berusia 12 tahun adalah hak ibunya. Dan didukung dengan yurisprudensi Mahkamah
Agung yang menyatakan bahwa anak dibawah asuhan ibunya. Jika anak sudah bisa memilih, ia
dipersilahkan memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya. Dalam
pada itu, biaya pemeliharaan di tanggung oleh ayahnya.

e . Sanksi Pidana Pemalsuan Identitas Anak


Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) perbuatan memalsukan surat, salah
satunya memalsukan surat keterangan kelahiran anak dapat diancam sanksi pidana berdasarkan
pasal263KUHPidana;

10
1. Barang siapa membuat secara tidak benar atau memalsu surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti
dari sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain pakai surat tersebut
seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam, jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat dengan pidana penjara paling lama enam
tahun.
2. Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barang siapa dengan sengaja menggunakan surat
palsu atau yang di palsukan itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal
mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian.
Artinya jika ternyata surat keterangan kelahiran tersebut terbukti palsu, baik si orangtua
atau si pembuat surat keterangan kelahiran anak dapat dipidana paling lama 6 (enam) tahun
penjara. Selain itu, pemalsuan surat keterangan tersebut dapat menyebabkan permohonan
perbaikan akta kelahiran anak tidak akan dikabulkan oleh Hakim. Oleh karena itu, ada baiknya
kita mengikuti aturan hukum yang telah ditentukan demi kebaikan anak dan diri sendiri. Sebab
pemerintah membuat peraturan tersebut dengan pertimbangan yang matang demi kepentingan
anak, daripada harus memanipulasi data yang akan merugikan diri sendiri.

Contoh Kasus Pemalsuan Identitas Anak

Untuk mendaftarkan anak, orangtua harus memenuhi dan melengkapi persyaratan yang
diharuskan oleh Undang-Undang. Banyak orangtua yang menjadi was-was, apakah anaknya sudah
bisa masuk sekolah atau belum karena terkait dengan batasan usia. Karena menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 14 Tahun 2018, batas usia minimal
siswa SD kelas 1 adalah usia 6 tahun atau 5 tahun 6 bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan, Oleh
karena itu, banyak orangtua yang melakukan berbagai macam cara agar anaknya tetap dapat
masuk sekolah dasar. Salah satunya adalah mengubah data diri anaknya agar anaknya dapat
masuk sekolah seperti menuakan umur anak dengan mengganti bulan dan tahun kelahiran anak.
Dengan berbagai macam alasan, salah satunya memalsukan data diri anak, agar usia anak lebih tua
dari sebelumnya dan cukup umur sehingga dapat masuk sekolah.Hal tersebut tentunya tidak
dibenarkan oleh Undang-Undang dan pasti akan ditolak oleh Hakim yang memeriksa perkara.

10
DAFTAR PUSTAKA

UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (jogloabang.com)

Perkawinan Campuran, Lalu Kewarganegaraan Anaknya? Halaman 1 - Kompasiana.com


IDN98588 Idn.pdf (ilo.org)

Sanksi Hukum Memalsukan Data Diri Anak Agar Bisa Masuk Sekolah - bangdidav.com

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

10
11
o uk datang sendiri.

12
14

Anda mungkin juga menyukai