Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAKIKAT PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN HAK ANAK


MATA KULIAH PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK
Dosen Pengampu: Khairil Anwar, M.SI.

DISUSUN OLEH

1. HAFSARI NURBAYANI (200110088)


2. DESRY KURNIA DWI ISWAHYUNI (200110106)
3. NIEKA SUKMA (200110099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM 2023
HAKIKAT DAN PEMBERDAYAAN HAK ANAK

Abstrak
anak merupakan anugrah dan Amanah yang dittipkan pada orang tua dari usia
0-18 tahun. Dimana saat usia 0-6 tahun merupaka usia yang bagus atau disebut
dengan masa emas. Pada masa emas inilah saat yang sangat bagus dan tepat untuk
memberikan rangsangan pada anak untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang signifikan. Untuk itu anak memiliki hak untuk hidup, berpendidikan tumbuh
dan berkembang, maka hak dapat diartikan sebagai bentuk dari kewenangan, suatu
kekuasaan yang memungkinkan seorang individu untuk berbuat (atas dasar undang-
undang karena hal tersebut telah diatur serta ditentukan oleh undang-undang atau
aturan tertentu), serta kekuasaan yang mutlak berdasarkan dari sesuatu atau
difungsikan untuk menuntut sesuatu.
Upaya perlindungan terhadap anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni
sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Hal ini bertitik
tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif.
Upaya perlindungan terhadap anak ini juga harus di dukung oleh pemerintah. Bentuk
upaya pemerintah untuk melindunginya ialah dengan adanya kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan adanya program-program
yang dapat membuat masyarakat lebih empati terhadap kasus-kasus yang marak
terjadi.
A. PENGERTIAN ANAK DAN HAK ANAK
Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kemudian UU
Republik Indonesia nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak bab 1 pasal 1
ayat 2 mengatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Lalu menurut UU Republik
Indonesia nomor 3 tahun 1997 temtang peradilan anak bab 1 pasal 1 ayat 1 bahwa
anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umum 8 (delapan)
tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin. Sedangkan menurut peraturan daerah provinsi nusa tenggara barat nomor 5
tahun 2021 tentang pencegahan perkawinan anak bab 1 pasal 1 ayat 6 anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun.
Anak merupakan mahkluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan
tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan
keluarga memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting
untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Sedangkan kalau
ditinjau dari segi yuridis pengertian “anak” di mata hukum positif Indonesia lazim
diartikan sebagai orang yang belum dewasa (Inminderjarigheid/person under age),
orang yang di bawah umur/ keadaan di bawah umur (minderjaringheid/inferiority)
atau kerap juga disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali (minderjarige
ondervoordij).1kemudian di dalam Islam tidak terdapat patokan usia untuk dapatnya
seseorang disebut sebagai anak. Islam hanya mengenal istilah baligh untuk menyebut
seseorang yang telah dewasa. Dan hal itu pada wanita ditandai dengan datangnya
haid, sedangkan pada seorang laki-laki ditandai dengan mengalami mimpi basah.
Dengan demikian selama seorang wanita/laki-laki belum mengalami tanda-tanda di
atas dapat dikatakan ia masih anak-anak, sehingga belum dikenakan hukum.2

1
Saadatul Maghfira, “Kedudukan Anak menurut Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal Ilmiah
Syari’ah vol. 15, No. 2 Juli-Desember 2016, hlm. 2.
2
Ibid, hlm. 3
Secara umum, kata “anak” banyak digunakan untuk menyebut manusia dengan
bentuk fisik yang masih kecil, berusia belum dewasa. Adapun para ahli dari berbagai
kelompok studi mengutarakan pendapat terkait pengertian anak itu sendiri. John
Locke adalah seorang filsuf asal inggris yang terkenal dan tersohor pada masanya.
Melalui perspektif psikologi, John Locke mendefinisikan anak dengan penjelasan
sebagai berikut “Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap
rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”.
Jean Piaget, dalam teori kognitifnya, Piaget menjelaskan definisi anak dan
membagi perkembangan keterampilan kognitif manusia berdasarkan usia menjadi 4
tahapan, sebagai berikut “Anak adalah individu yang aktif dan tumbuh berdasarkan
dorongan-dorongan dirinya. Upaya anak untuk memahami dan bertindak terhadap
dunianya disebut sebagai perkembangan kognitif yang terbagi menjadi 4 tahapan,
pertama tahapan sensori (0-2 tahun), kedua tahap pra-operasional (2-7 tahun), ketiga
tahap operasi konkrit (7-11 tahun), dan keempat tahap operasi formal (11 tahun-
dewasa)”.
Bismar Siregar, dikenal sebagai mantan hakim ternama di Mahkamah Agung
menjadi tokoh penegak hukum terkemuka karena wataknya yang tegas dalam
memtus perkara dengan pertimbangan yang tidak biasa serta berani mengeluarkan
argument berbeda dari pendapat mayoritas. Bismar Siregar mengemukakan bahwa
anak bukan lagi tergolong sebagi anak jika sudah melewati perhitungan Batasan
umur yang berlaku pada hukum tertulis negara. Apabila sudah melewati 18 tahun,
maka seorang anak sudah menjadi dewasa.3
Dari berbagai pendapat yang sudah dikemukaan diatas, anak merupakan
anugrah dan Amanah yang dittipkan pada orang tua dari usia 0-18 tahun. Dimana
saat usia 0-6 tahun merupaka usia yang bagus atau disebut dengan masa emas. Pada
masa emas inilah saat yang sangat bagus dan tepat untuk memberikan rangsangan
pada anak untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan.

3
Nabila Els Nur Azizah, “ Pengertian Anak menurut Para Ahli dari berbagai Sudut Pandang”, diakses
pada tanggal 17 Maret 2023, dalam www.popmama.com/kid/4-5-years-old/nabila-els-nur-
azizah/pengertian-anak-menurut-para-ahli-penjelasan-berbagai-sudut-pandang?page=all.
jika ditinjau dari pengertiannya anak juga memiliki hak sejak dia lahir hingga
mencapai batasan usia disebut sebagai seorang anak. Salah satu hak anak adalah
untuk mendapat perlindungan sesuai yang sudah tertuang dalam UU Republik
Indonesia nomor 23 tahun 2022 tentang Perlindungan Anak bab 1 pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
hak adalah sesuatu yang subjektif serta berwujud sebagai cerminan dari hukum
objektif. Hak merupakan suatu hal yang biasanya dianggap sebagai sebuah
penghargaan bagi setiap individu yang telah menyelesaikan kewajiban mereka dan
mereka berhak untuk mendapatkannya. Seorang individu yang mendapatkan hak
memiliki potensi untuk menyadari bahwa mereka memiliki kekuasaan serta
kemampuan untuk mendapatkan, melakukan, serta memiliki sesuatu. Menurut
Bahasa atau kita bisa ambil rujukan dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
Hak dapat diartikan sebagai bentuk dari kewenangan, suatu kekuasaan yang
memungkinkan seorang individu untuk berbuat (atas dasar undang-undang karena
hal tersebut telah diatur serta ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu),
serta kekuasaan yang mutlak berdasarkan dari sesuatu atau difungsikan untuk
menuntut sesuatu.4
Anak memiliki hak-hak yang harus didaptkan, dimna konvensi hak-hak anak
sudah mengatur tentang hak-hak anak sedunia. Konvensi Hak-Hak Anak adalah
dokumen yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB. Dimana dalam
konvensi hak-hak anak ini mengatur atau memberikan 4 golongan hak utama yang
harus didapatkan oleh anak-anak adalah:
1. Hak kelangsungan hidup, berisi mengenai hak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup, juga mendapatkan standar kesehatan tertinggi dan

4
Laeli Nur Azizah, “Pengertian Hak: jenis-jenis Hak beserta Contohnya”, diakses pada tanggal 17
Maret 2023, dalam Pengertian Hak: Jenis-jenis Hak Beserta Contohnya - Gramedia Literasi.
perawatan yang sebaik-baiknya. Dalam hak ini juga mengatur bahwa setiap
anak berhak untuk tahu mengenai keluarganya dan identitas dirinya.

2. Perlindungan yang dimaksud adalah perlindungan dari diskriminasi,


eksploitasi, kekerasan, dan keterlantaran. Dengan adanya hak perlindungan,
maka anak-anak berhak untuk melakukan kegiatan keagamaan dan
kebudayaan secara bebas.Hak perlindungan juga mengatur bahwa anak-
anak belum boleh bekerja dan harus diperlakukan secara baik tanpa
mendapatkan kekerasan.
3. Hak tumbuh kembang, Dengan adanya hak tumbuh kembang, ini artinya
anak-anak berhak untuk sekolah, mendapatkan tempat tinggal, hingga
mendapatkan makanan dan minuman yang layak. Selain itu, hak anak-anak
adalah untuk bermain dan mendapatkan istirahat yang cukup. Hal ini
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
4. Hak berpartisipasi, Anak-anak punya hak untuk menyatakan pendapatnya
mengenai hal-hal yang berkaitan dan memengaruhi anak-anak. Selain itu,
anak-anak juga punya hak untuk mendapatkan informasi yang sesuai
dengan usia kita. Dalam hak berpartisipasi, anak-anak juga berhak untuk
menyatakan pendapatnya yang berhubungan dengan kehidupan kita sebagai
anak-anak. 5

Itulah 4 golongan hak utama anak yang menurut saya herus diperhatikan lebih oleh
orang tua, guru, dan jajaran masyarakat, karena merupakan kebutuhan yang begitu
penting untuk tumbuh kembang anak menuju masa dewasanya. Dimana 4 golongan
hak utama anak yang di susun dalam konvensi hak-hak anak ini merupkan kebutuhan
anak diusianya untuk beradaptasi, untuk bermain, untuk mengembangkan
imajinasinya, mengutarakn pendapat, dan terutama untuk hidup dan mendapat
perlindunngan.

B. TUJUAN PERLINDUNGAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan
sebagai hal atau perbuatan yang melindungi. Pemerintah mengeluarkan atau
mengesahkan undang-undang tentang perlindungan anak yaitu UU No. 23 tahun
2002 dengan tujuan perlindungan terhadap anak memiliki dasar hukum yang kuat,

5
Tyas Wening, “ Diatur dalam Konvensi Hak-hak Anak, Ketahui 4 Golongan Hak yang Harus
didapatkan oleh Anak-anak, diakses pada tanggal 17 Maret 2023, dalam Diatur dalam Konvensi
Hak-Hak Anak, Ketahui 4 Golongan Hak yang Harus Didapatkan oleh Anak-Anak - Bobo (grid.id).
mengingat kita ini di negara hukum.6 Anak sebagai pribadi yang unik dan memiliki
ciri yang khas. Walaupun dia dapat bertindak berdasarkan perasaan, pikiran dan
kehendaknya sendiri, ternyata lingkungan sekitarnya berpengaruh cukup besar
dalam membentuk perilaku anak. Memberikan perlindungan kepada anak
merupakan tindakan yang tepat karena anak-anak dikategorikan sebagai kelompok
yang rentan di samping kelompok rentan lainnya, seperti pengungsi, pengungsi
dalam negeri, kelompok minoritas, pekerja migran, penduduk asli pedalaman, dan
perempuan.
Perlindungan terhadap anak menjadi sangat penting karena pelanggaran atas
perlindungan anak pada hakikatnya merupakan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia. Selain itu, pelanggaran hak anak dapat menjadi penghalang sangat besar
bagi kelangsungan hidup dan perkembangan anak karena yang mengalami
kekerasan, eksploitasi, pengabaian, dan perlakuan salah lainnya akan mengalami
risiko, seperti hidup yang lebih pendek, memiliki kesehatan mental dan fisik buruk,
mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan (termasuk putus
sekolah), memiliki keterampilan yang buruk sebagai orang tua, menjadi tunawisma,
terusir dari tempat tinggalnya, dan tidak memiliki rumah.7
Upaya perlindungan terhadap anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni
sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Hal ini bertitik
tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif.
Undang-undang perlindungan anak juga harus meletakkan kewajiban memberikan
perlindungan anak berdasarkan asas-asas nondiskriminatif, kepentingan yang
terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta
penghargaan terhadap pendapat anak.8
Tujuan dari perlindungan ini, sudah sangat jelas dapat memberikan
kelangsungan hidup yang lebih bagus untuk anak. Patutnya kita bersyukur karena
negara sangat memperhatikan perlindugan bagi anak, dan sudah seharusnya kita
6
Nurul Arifah, “Perlindungan Anak Tujuan dan Tanggung Jawab”, diakses pada tanggal 18 Maret
2023, dalam (DOC) Perlindungan Anak Tujuan dan Tanggung Jawab | nurul arifah - Academia.edu.
7
Siti Fitrotun, “Perlindungan Anak dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 dalam Perspektif Fikih
Hadhanah”, Vol. 9, No. 1, Jepara 2022, hlm. 2.
8
Mardi Candra, “Aspek Perlindungan Anak Indonesia”, diakses pada tanggal 18. Maret 2023,
dalam Aspek Perlindungan Anak Indonesia - Dr. Mardi Candra, S.Ag., M.Ag., M.H. - Google Buku.
sebagai masyarakat untuk mematuhi dan memberikan perhatian lebih terhadap anak
dimana yang kita ketahui banyak kasus tentang kekerasan, eksploitasi, pelecehan
dan lain sebagainya terhadap anak yang akan merusak generasi masa depan bangsa
dan negara kita.

C. LANDASAN PERLINDUNGAN
Anak memiliki hak-hak yang harus dipenuhi. Dalam rangka memenuhi hak
anak dibuatlah peraturan perundangan yang mengatur mengenai hak anak agar
memiliki kekuatan dimata hukum. Namun dalam prakteknya masih banyak terjadi
penyelewengan terhadap hak-hak anak. Untuk itu pemerintah membentuk satu
komisi khusus yang menangani perlindungan terhadap anak. Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) merupakan lembaga khusus yang independen untuk
mengefektifkan perlindungan anak.
Indonesia juga memiliki berbagai peraturan yang mengatur hak-hak anak.
Peraturan tersebut dibuat untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak. Peraturan
tersebut tertuang dalam Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-Undang yang
memiliki kaitan dalam hak anak. Dalam melaksanakan tugasnya, KPAI memiliki
dasar aturan yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang menjadi landasan
perlindungan dalam pemenuhan hak-hak anak adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar 1945.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Perdagangan Orang.
9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang
Pornografi.
10) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak.9

D. TEKNIK PEMBERDAYAAN
Beberapa ahli menggunakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses,
dan cara-cara pemberdayaan.
1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung.
2) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan dimana orang menjadi cukup kuat
berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
3) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial.
4) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan dimana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau bahkan berkuasa atas
kehidupannya.

9
Dian, “Landasan Hukum Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)”, diakses pada tanggal 18
Maret 2023, dalam Landasan Hukum Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) -
GuruPPKN.com
Sedangkan menurut Ife, pemberdayaan memuat dua kunci, yakni kekuasaan dan
kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan
politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:

1) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup.


2) Pendefinisian kebutuhan, kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan
aspirasi dan keinginanannya.
3) Ide atau gagasan, kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan
dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
4) Lembaga-lembaga kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi
pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan dan
kesehatan.
5) Sumber-sumber kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan
kemasyarakatan.
6) Aktivitas ekonomi. kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
7) Reproduksi.kemampuan dalam berkaitannya dengan proses kelahiran, perawatan
anak, pendidikan dan sosialisasi.10

Hal yang sangat penting dalam proses pemberdayaan adalah nuansa yang
humanis. Dalam arti pemberdayaan tidak hanya dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi ekonomi masyarakat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa
percaya diri dan harga diri serta terpeliharanya tatanan nilai sosial budaya setempat.
Batten (Adi,2003) menawarkan gagasan bahwa dalam melakukan proses
pemberdayaan para petugas perubahan (change agen) dapat melakukan dua
pendekatan yaitu:

1.) Pendekatan direktif


10
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung:Refika Aditama,
2007), hlm. 66.
Pendekatan direktif atau pendekatan instruktif adalah pendekatan yang dilakukan
berdasarkan asumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik
untuk masyarakat. Dengan pendekatan ini banyak hasil yang diperoleh, tetapi hasil
yang diperoleh lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan seringkali lebih
bersifat pencapaiana secara fisik. Pendekatan ini menjadi kurang efektif untuk
mencapai hal-hal yang sifatnya jangka panjang ataupun perubahan yang lebih
mendasar yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Hal ini antara lain disebabkan
akan perlunya perubahan pengetahuan (knowledge), keyakinan (belief), sikap
(attitude) dan niat (intention) individu sebelum terjadinya perubahan perilaku (over
behaviour), bila agen perubahan (change agent) menginginkan perubahan yang
terjadi bukanlah perubahan yang bersifat temporer
2.) Pendekatan Non-direktif
Pendekatan non-direktif atau partisipatif dilakukan berlandaskan asumsi bahwa
masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk
mereka. pada pendekatan ini petugas tidak menempatkan diri sebagai orang yang
menetapkan apa yang baik atau buruk bagi suatu masyarakat.

Strategi Pemberdayaan, Menurut Hikmat (2001), dalam strategi


pemberdayaan harus dilakukan dengan pendekatan kerja bersama sebagai mitra
kolabaratif dan kerjasama kolaboratif merupakan aktualisasi pemberdayaan.
Menurut Dubois dan Miley, 1996 dalam Hikmat (2001) pemecahan masalah melalui
pemberdayaan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Dialog
a) Persiapan Kerjasama
b) Pembentukan karakter
c) Artikulasi tantangan
d) Identifikasi sumber kekuasaan
e) Penentuan arah
2) Penemuan
a) Pemahaman sistem sumber
b) Analisis kapasitas sumber
c) Menyusun frame pemecahan masalah
3) Pengembangan
a) Mengaktifkan sumber
b) Memperluas kesempatan
c) Mengakui temuan-temuan
d) Mengintegrasikan kemajuan Strategi di atas, sejak awal proses pemecahan
masalah berbasiskan pemberdayaan masyarakat yang berdasarkan prinsip
bekerja bersama masyarakat dilandasi oleh prinsip bahwa masyarakat
mempunyai hak-hak yang harus dihargai.

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta


didik melalui kegitan bimbingan, dan atau latihan bagi penunaian peranannya di
masa yang akan datang (UUSPN, tahun 2003). Peranan peserta didik dalam
masyarakat, baik secara individual maupun sebagai anggota asyarakat merupakan
keluaran (output) dari system dan fungsi pendidikan. Pada hakekatnya pendidikan
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan, dan
martabat manusia baik secara individu mapun sosial, atau dengan kata lain
pendidikan berfungsi sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat dalam
menyiapkan, menghadapi dan antisipasi masa depan yang lebih memiliki harapan.

Pemberdayaan itu semua dimaksudkan dalam upaya pemberdayaan di dalam


proses mengembangkan potensi (daya) dan kemampuan yang terdapat dalam diri
individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan transformasi sosial.
Proses ini berlangsung secara berkesinambungan, sesuai dengan prinsip-prinsip
belajar sepanjang hayat (life long education), oleh sebab itu kehidupan masyarakat
perlu dikondisikan sebagai sebuah wadah, institusi, dan organisasi bagi anggota
masyarakat yang melakukan aktivitas-aktivitas yang syarat dngan proses
pembelajaran. Artinya terjadi proses interaksi educatif yang menurut Maslow
(1984) di sebut proses “dialog” yang mendorong masyarakat untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar/fisik sampai kepada kebutuhan aktualisasi diri. Berikut ini mari
kita diskusikan bersama mengnai upaya memberdayakan masysarakat dan merespon
strategi dasar kebijakan Pendidikan Nasional, sebagai berikut :

1) Pemerataan Pendidikan
Strategi pemerataan pendidikan memiliki tiga arti penting yaitu, peertama,
persamaan kesempatan (equality of opportunity), kedua, aksesibilitas, dan ketiga,
keadilan atau kewajaraan (equity). Implementasi strategi pemerataan pendidikan
terlihat dari kebijakan pemerintah sejak tahun 1984 mencanangkan wajib belajar 6
– 7 tahun dan pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun
(Baca Undang Undang Sitem Pendidikan Nasional No 2 tqhun 1989), sehingga
wajib belajar menjadi 9 tahun (SD 6 tahun dan SLTP 3 tahun) dengan tanpa
membedakan ingkat status sosial ekononomi dan perbedaan lainnya. Kebijakan ini
dtempuh karena disadari bahwa pendidikan dasar ini mengandung muatan
pemberdayaan masyarakat melalui pemberian kemampuan dasar tentang membaca,
menulis, berhitung, kemampuan berkomunikasi, dan mendorong motivasi peserta
didik untuk belajar lanjut.
2) Peningkatan Kualitas
Kualitas pendididakan mengacu kepada kualitas proses dan produk, dilihat dari
dimensi proses pendidikan itu berkualitas apabila proses pembelajaran itu
berlangsung secara efektif artinya peserta didik mengalami proses pembelajaran
yang bermakna dan menyenangkan. Sedangkan dari dimensi produk dikatan
berkualitas apabila peserta didik menunjukan penguasaan yang tinggi terhadap
tugas-tugas belajar (learning task), hasil belajar sesuai dengan pertunbuhan dan
tugas perkembangnnya serta hasil belajar itu memiliki relevansi dengan tuntutan
dan kebutuhan lingkungannya. Strategi pemberdayaan yang sebaiknya dlakukan
anatara lain, seperti ;
(a) menyempurnaan dan pembaharuan kurikulum,
(b) Peningkatan mutu tutor dan pengelola,
(c) menata ulang system pembelajaran,
(d) meningkatkan menajemen kelembagaan,
(e) meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan tutor,
(f) pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar,
(g) menata-ulang system monitoring dan evaluasi.
3) Peningkatan relevansi
Pendidikan dikatakan relepan jika pendidikan itu mapu memenuhi kebutuhan
(needs), sedangkan kebutuhan itu sendiri sangat beragam dan senantiasa berubah
seiring perkembangan dan perumbuhan masyarakat (pembangunan). Mengacu pada
undang Undang Siste Pendidikan Nasional kebutuhan itu meliputi kebutuhan
peserta didik, kebutuhan keluarga dan kebutuhan pembangunan, kebutuhan trsebut
tidak selamanya sejalan satu sama lain, sehingga menimbulkan perbedaan
kebutuhan.
4) Penningkatan efisiensi
Pandangan klasik efisiensi dilihat dari selisih besaran hasil dengan kecilnya
kurbanan yang dikeluarkan, akan tetapi pandangan kontemporer efisiensi
pendidikan bukan hanya dilihar dari aspek selisih besran kurbanan dan produk saja,
akan tetapi lebih luas daripada itu, efisiensi berkaiatan dengan profesionalisme
dalam memanej pedidikan yang mencakup aspek disiplin, keahlian, etos kerja, dan
tanggung jawab. Upaya peningkatan efisiensi antara lain perlu diberdayakan
melalui reorganisasi dan desentralisasi sehingga sumberdaya pendidikan dapat
dimanfaatkan secaara maksimal.11

Masa anak-anak adalah suatu masa yang relatif Panjang bagi anak-anak
untuk belajar tentang segala hal. Pada masa inilah anak-anak mengalami proses
perkembangan dalam berbagai macam hal, seperti perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, perkembangan mental, perkembangan sosial,
perkembangan emosional, maupun perkembangan moral. Anak memiliki banyak
potensi pada masing masing bentuk perkembangan tersebut. Agar dapat
mengoptimalkan potensi pada tiap-tiap perkembangan anak tersebut, maka anak
harus difasilitasi dalam wadah yang tepat, yakni Pendidikan yang tepat. Pendidikan
anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat
11
Nunu Heryanto, “Pemberdayaan Masyarakat dalam PAUD Nonformal”, diakses pada tanggal 20
Maret 2023, dalam https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/viewFile/1222/863
memfasilitasi anak dalam mengoptimalkan segala potensi perkembangan yang ada
pada dirinya, terutama pada anak usia dini. Suyanto (2005) menjelaskan bahwa,
PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child)
agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa.
Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia. Oleh karena itu,
anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan
isinya.

PAUD merupakan salah satu media dan wadah untuk membimbing anak
dalam mengenali dunianya. PAUD merupakan pendidikan yang amat mendasar dan
strategis, karena masa usia dini merupakan masa yang penting dan menjadi fondasi
awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mutiah (2010), bahwa kehidupan pada masa anak dengan
berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya
berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan
hidupnya. Selain itu, masa usia dini sangat menentukan bagi anak dalam
mengembangkan potensinya. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Suryani
(2007), bahwa PAUD merupakan pondasi bagi perkembangan kualitas sumber daya
manusia pada masa berikutnya.12 Lembaga PAUD sebagai harapan untuk
masyarakat agar anak mendapatkan sumber informasi Pendidikan dan
perlindunngan agar terhindar dari perilaku kekerasan dan sejenisnya.

Adanya isu diskriminasi hingga kekerasan seksual kerap terjadi pada


perempuan dan anak yang disebabkan karena budaya patriarki yang melekat pada
masyarakat. Oleh karena itu, penyadaran peran-peran sosial di masyarakat yang
mengedepankan kesetaraan dan persamaan kedudukan antara perempuan dan laki-
laki perlu untuk digaungkan hingga ke level pemerintahan terkecil yakni desa dan
kelurahan. Untuk mengimplementasikan berbagai prioritas pembangunan, terutama
yang berkaitan dengan perempuan dan anak, Kementrian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan

12
Hazhira Qudsyi, “Optimalisasi Pendididkan Anak Usia Dini melalui Pembelajaran yang Berbasis
Perkembeangan Otak”, (Yogyakarta: ResearchGate, 2010), hlm. 2-3.
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), serta Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri) mengembangkan Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan
Peduli Anak (DRPPA), yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat di tingkat desa dan kelurahan terhadap
berbagai permasalahan yang ada dan memberikan perhatian terutama untuk upaya-
upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.13

Adanya program Desa Ramah Perempuan dan Perlindungan anak ini


merupakan salah satu Teknik untuk meningkatkan pemberdayaan terutama pada
anak dan perempuan. Masyarakat juga harus mementingkan pentinganya pendidikan
yang harus diberikan pada anak sejak dini melalui Lembaga PAUD, agar kebutuhan
pendidikan anak tercukupi. Dimana program ini nantinya dapat menegembangkan
berbagai aspek untuk masyarakat juga anak dan perempuan yang meliputi
pandidikan, dan pengajaran. Sehingga usaha ini nantinya diharapkan akan
menambah pengetahuan dan empati masyarakat untuk peduli terhadap anak dan
perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Dian, “Landasan Hukum Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)”, diakses pada tanggal 18
Maret 2023, dalam Landasan Hukum Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) -
GuruPPKN.com
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung:Refika Aditama, 2007), hlm.
66.
Hazhira Qudsyi, “Optimalisasi Pendididkan Anak Usia Dini melalui Pembelajaran yang Berbasis
Perkembeangan Otak”, (Yogyakarta: ResearchGate, 2010), hlm. 2-3
Laeli Nur Azizah, “Pengertian Hak: jenis-jenis Hak beserta Contohnya”, diakses pada tanggal 17 Maret
2023, dalam Pengertian Hak: Jenis-jenis Hak Beserta Contohnya - Gramedia Literasi.

13
Rena Laila Wuri, “Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Lindungi Anak di Tingkat Desa Terus
dilakukan Kementerian PPPA”, (Warta Ekonomi, Agustus 2022)
Mardi Candra, “Aspek Perlindungan Anak Indonesia”, diakses pada tanggal 18. Maret 2023,
dalam Aspek Perlindungan Anak Indonesia - Dr. Mardi Candra, S.Ag., M.Ag., M.H. -
Google Buku
Nabila Els Nur Azizah, “ Pengertian Anak menurut Para Ahli dari berbagai Sudut Pandang”,
diakses pada tanggal 17 Maret 2023, dalam
www.popmama.com/kid/4-5-years-old/nabila-els-nur-azizah/pengertian-anak-menurut-
para-ahli-penjelasan-berbagai-sudut-pandang?page=all
Nurul Arifah, “Perlindungan Anak Tujuan dan Tanggung Jawab”, diakses pada tanggal 18 Maret
2023, dalam (DOC) Perlindungan Anak Tujuan dan Tanggung Jawab | nurul arifah -
Academia.edu
Saadatul Maghfira, “Kedudukan Anak menurut Hukum Positif di Indonesia”, Jurnal Ilmiah
Syari’ah vol. 15, No. 2 Juli-Desember 2016, hlm. 2
Siti Fitrotun, “Perlindungan Anak dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 dalam Perspektif Fikih Hadhanah”,
Vol. 9, No. 1, Jepara 2022, hlm. 2.
Tyas Wening, “ Diatur dalam Konvensi Hak-hak Anak, Ketahui 4 Golongan Hak yang Harus
didapatkan oleh Anak-anak, diakses pada tanggal 17 Maret 2023, dalam Diatur dalam
Konvensi Hak-Hak Anak, Ketahui 4 Golongan Hak yang Harus Didapatkan oleh Anak-Anak
- Bobo (grid.id)
Nunu Heryanto, “Pemberdayaan Masyarakat dalam PAUD Nonformal”, diakses pada tanggal 20
Maret 2023, dalam https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/viewFile/1222/863
Rena Laila Wuri, “Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Lindungi Anak di Tingkat Desa Terus dilakukan
Kementerian PPPA”, (Warta Ekonomi, Agustus 2022)
FOTO ANGGOTA KELOMPOK 1

Hafsari Nurbayani (200110088)

Nieka Sukma (200110099)

Desry Kurnia Dwi Iswahyuni (200110106)

Anda mungkin juga menyukai