Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Rusli, S.Ag., M.Soc.Sc
Dr.Hj.Rosdiana, M.A.
Oleh:
Candra Hidayatullah: 21210435000010
Pemenuhan hak anak belum dapat terlaksana dengan baik di Indonesia. Hal ini
terbukti dengan banyaknya pelaporan yang diterima Komisi Perlindungan Anak
Indonesia terkait pelanggaran hak anak berupa pembatasan akses bertemu keluarga,
pengabaian terhadap tumbuh kembang anak, menjadi pelaku tindak kekerasan, dan
eksploitasi ekonomi maupun seksual.1 Berdasarkan data yang disampaikan Komisi
Perlindungan Anak pada tahun 2016, di Jakarta Pusat sendiri, terdapat 711 kasus terkait
anak terlantar dan kondisi sosial anak dalam situasi darurat.2 Kasus-kasus pelanggaran
terhadap perlindungan anak ini timbul sebagai akibat kurang tingginya peran negara,
lingkungan masyarakat dan orangtua dalam menjalankan kewajiban sebagai pelindung
hak anak. Kondisi ini tentunya menghambat upaya Indonesia untuk menciptakan
generasi penerus bangsa yang dapat bersaing di era global.
1
Artha, K. G., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas. Pelayanan, Sanksi Perpajakan
Pada Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP. Badung Utara, h.2.
2
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (2016) Rincian Tabel Data Kasus. Pengaduan Anak Berdasarkan
Klaster Perlindungan Anak, h.51.
1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Anak
Anak dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai keturunan. Anak
juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu, pada
hakikatnya anak merupakan seseorang yang berada pada satu masa perkembangan
tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.3
Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang
yang lahir dari hubungan pria dan wanita4 Secara biologis anak merupakan hasil
pertemuan antaru sel telur seorang perempuan yang disebut ovum dengan benih dari
seorang laki-laki yang disebut spermatozoa, yang kemudian menjadi zygot, lalu
tumbuh menjadi janin dan pada akhirnya terlahir kedunia sebagai seorang manusia
(bayi) yang utuh5 Firman Allah Surah Al-Mukminum Ayat 12-15:
َ َْ َ ُ َ ً َ ُْ ُ ْٰ َ َ ُ َٰ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ََ
ثَّم خلقنا١٣ ۖ ثَّم جعلنه نطفة ِف ْي ق َر ٍار َّم ِك ْي ٍن١٢ َۚولقد خلقنا ال ِان َسان ِم ْن ُسلل ٍة ِم ْن ِط ْي ٍن
ْ
ُ ٰ ََْ ُ ً َْ ٰ ْ َ َ َ ً ٰ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ َ َ ْ ُّ
النطفة علقة فخلقنا العلقة ُمضغة فخلقنا ال ُمضغة ِعظما فك َس ْونا ال ِعظ َم لحما ثَّم انشأنه
َ ْ ُ َ َ َ ٰ َ ْ َ ْ ُ َّ َُّ َ ْ ْٰ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ً ٰ َ َ َ َ َ َ َ ه
١٥ َۗ ثم ِانكم بعد ذ ِلك لم ِيتون١٤ َۗخلقا اخرَۗ فتبارك اّٰلل احسن الخ ِل ِقين
Artinya : 12. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal)
dari tanah. 13. Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh
(rahim).14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah).
Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.15. Kemudian, sesungguhnya kamu setelah itu
benar-benar akan mati.
Ditinjau dari aspek psikologi, yang dapat dikatakan seorang anak adalah sejak
bayi hingga sampai usia 18 tahun. Apabila ia berada antara usia 16-17 tahun disebut
3
Thobroni, Menyambut Kelahiran Buah Hati, (Jogjakarta :Katahari, 2011), 10
4
Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional Perlindungan Anak
Serta Penerapannya, (Yogyakarta Graha timu 2013), h.1.
5
D.Y. Witanto, hukum keluarga Hak Dan Kedudakan Anak Luar Kawin Pasca Keluar Putusan MK Tentang Uji
Materi Undang-Undang Perkawinan (Jakarta :Prestasi Pustaka, 2012),h.6
20 2
masa remaja awal. Sedangkan lewat masa tersebut seseorang sudah masuk kategori
dewasa.6
Hukum perdata menjamin hak-hak dasar bagi seorang anak sejak lahir bahkan
sejak masih dalam kandungan. Dalam hukum perdata, pengertian anak dimaksudkan
pada pengertian “kebetulan dewasaan”, karena menurut hukum perdata seorang anak
yang belum dewasa sudah bisa mengurus kepentingan-kepentingan keperdataanya.
Untuk memenuhi keperluan ini, maka diadakan keperluan ini, maka diadakan peraturan
tentang “hendlichting”, yaitu suatu penyataan tentang seorang yang belum mencapai
usia dewasa sepenuhnya atau untuk beberapa hal saja dipersamakan dengan seorang
yang sudah dewasa.7
6
Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen International Perlombangan Anak Serta
Penerapannyah...h.4.
7
R Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata. Cet. XXXI, Intermasa, Jakarta, 2003, H.13
3
Sebuah catatan yang penting untuk diingat, anak-anak baru diakui memiliki hak
asasi setelah sekian banyak anak-anak menjadi korban dari ketidakpedulian orang
dewasa. Pengakuannya pun tidak terjadi serta merta pada saat korban berjatuhan, tetapi
melalui sebuah proses perjuangan panjang dan tanpa henti.
Perhatian serius secara internasional terhadap kehidupan anak-anak baru diberikan
pada Tahun 1919, setelah Perang Dunia I berakhir. Dikarenakan perang telah membuat
anak-anak menderita kelaparan dan terserang penyakit, seorang aktivis perempuan
bernama Eglantyne Jebb menyebutkan pengertian dari hak-hak anak adalah hak asasi
yang wajib dimiliki setiap anak yang ada di dunia. Mengarahkan mata dunia untuk
melihat situasi anak-anak tersebut. Dia menggalang dana dari seluruh dunia untuk
membantu anak-anak. Tindakannya inilah yang mengawali gerakan kemanusiaan
internasional yang secara khusus memberi perhatian kepada kehidupan anak-anak.
8
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Dalam Islam, (Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2006), h.9
9
Muhammad Zaki, Perlindungan Anak Dalam Perspektif Islam, (Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung,
2006), h. 5
4
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka
itu sungguh suatu dosa yang besar.
2. Mendapatkan nama yang baik. Nama anak adalah penting, karena nama dapat
menunjukkan identitas islam, suatu identitas yang melintasi geografis, etnis, dan
kekerabatan. Selain itu nama juga akan berpengaruh pada konsep diri seseorang10
3. Hak anak untuk disusui selama 2 tahun. Setiap bayi berhak menyusu semata- mata
dengan kelahirannya agar ia bertambah besar, tumbuh dan makan makanan yang
wajar yaitu air susu ibunya. Ibu wajib menyusui anaknya, kalau memang ia
ditentukan untuk itu, maksudnya tidak ada wanita lain yang menyusui kecuali
ibunya saja.11
4. Hak untuk diberi pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntutan, dan akhlak yang baik
dan benar. Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung
jawab yang besar dan penting. Sebab pada tatanan operasionalnya pendidikan
merupakan pemberian bimbingan, pertolongan dan bantuan dari orang dewasa atau
orang yang bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum dewasa12
5. Setiap anak berhak untuk mendapatkan cinta dan kasih saying. Dicintai adalah hal
yang paling utama yang harus diterima oleh seorang anak dari kedua orang tuanya.
Seorang anak akan merasa cintai dan kasih sayang dari orang tuanya melalui
pelukan, ciuman dan ungkapan sayang dari kedua orang tuanya.13
10
Abdul Rozak Husein, Hak Anak Dalam Islam, (Jakarta: Fikaahati Aneka, 1992), h. 44.
11
Zakaria Ahmad Al-Bary, Ahkamul Auladi Fil Al-Islam, Terj. Chadidjah Nasution Cet. 1, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1977), h. 13
12
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqh Perempuan Kontemporer, Cet. Ke-1, (Jakarta: AlMawardi Prima, 2001), h.
194.
13
Abu Hadian Shafiyarrahman, Hak-Hak Anak Dalam Syariat Islam (Dari Janin Hingga Pasca Kelahiran),
(Yogyakarta: Al-Manar, 2003), h. 98.
14
Abu Hadian Shafiyarrahman, Hak-Hak Anak Dalam Syariat Islam (Dari Janin Hingga Pasca Kelahiran), h.
100
5
7. Anak berhak untuk diterima sebagai individu yang berbeda hak. Setiap anak
memiliki individu yang berbeda dalam satu rumah. Mulai dari sifat dan karakter
yang berbeda-beda karena setiap pribadi anak pasti berbeda. Hal ini jangan sampai
membuat para orang tua pilih kasih terhadap anak. Karena mereka berhak untuk
diterima dengan segala keunikan yang mereka miliki. Peran anda sebagai orang tua
hanya perlu meluruskan jika ada perilaku yang salah dan bukan menyalahkan. Serta
mendidik dengan cara yang sama.
8. Hak Beragama Bagi Anak, Istilah hak beragama tersusun atas dua kata. Kata hak
memiliki beberapa makna, yaitu benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan
untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan
sebagainya, dan kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu.
Hak biasa juga berarti derajat atau martabat. Maksud hak dalam tulisan ini adalah
sesuatu yang harus dipenuhi seseorang terhadap orang lain, bisa berupa hak atas
materi dan non materi.15 Pemeliharaan hak agama bagi anak dalam Islam pertama
kali harus dilakukan oleh kedua orang tua terutama seorang ibu yang mengandung,
melahirkan dan membesarkan anak. Pembinaan keagamaan anak harus dimulai
sejak awal periode kehidupan anak, yaitu sejak dalam kandungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membiasakan anak mendengar kalimat-kalimat yang baik
seperti bacaan Al-Quran, shalawat, dzikir, dan lain-lain. Pada saat anak lahir ke
dunia orang tua juga harus memberikan pembinaan agama terhadap anak yang baru
lahir, yaitu dalam bentuk penanaman nilai-nilai ketuhanan seperti
mengumandangkan adzan dan iqomah ditelinga anak yang baru lahir.
Dalam hadis diatas Rasulullah menegaskan kepada para orang tua bahwa
pendidikan agama terhadap anak sejak dini harus ditanamkan dengan baik.
Kebiasaan yang dilakukan sejak dini akan menjadi perilaku yang terus dilakukan
hingga anak dewasa. Pembiasaan ini harus dilakukan demi pentingnya ketekunan
anak-anak beribadah ketika beranjak dewasa. Bahkan Rasulullah membolehkan
untuk memperingatkan anak yang telah dewasa apabila tidak mau beribadah maka
orang tua dapat memukul anak sekedar bermaksud untuk pembelajaran
15
Tim Redaksi. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h.8.
6
memperingatkan anak tentang pentingnya beribadah sebagai penegak agama, bukan
dengan sengaja melakukan kekerasan yang dapat menyakiti anak.
9. Hak Pendidikan
16
Daradjat Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1995, h.22
17
Amir, N, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana. 2004, h.2
7
4. Hak Anak Dalam Peraturan Undang-Undang
Masalah perlindungan hukum dan hak-haknya bagi anak-anak merupakan salah
satu satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak indonesia. Agar perlindungan
hak-hak anak dapat dilakukan secara teratur, tertib dan bertanggung jawab maka
diperlukan peraturan hukum yang selaras dengan perkembangan masyarakat Indonesia
yang dijiwai sepenuhnya oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
kaitannya dengan persoalan perlindungan hukum bagi anak anak, maka dalam undang-
undang dast 1945 pada pasal 34 telah ditegaskan bahwa "fakir miskin dan anak-anak
terlantar di pelihara oleh negara. Hal ini menunjukkan adanya perhatian seius dari
pemerintah terhadap hak-hak anak dan perlindungannya.18
Pada undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia dalam
pasal 1 ayat 5 di jelaskan bahwa: "anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah
18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya". Perlindungan hak anak di dalam
undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia terdapat di pasal 52-
66, hak-hak tersebut yaitu:19
1. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan oleh orang tuanya
2. Mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental
3. Berhak untuk memperoleh pendidikan serta dapat mengembangkan minat dan
bakatnya
4. Memperoleh pelayanan kesehatan
5. Hak untuk beribadah menurut agamanya.
Dalam undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak hak
hak anak terdapat di pasal 4-18, hak-hak tersebut yaitu:20
1. Hak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar
sesuai harkat nama sebagai harkat dan martabat kemanusiaan.
2. Berhak mendapatkan nama sebagai identitas.
3. Beribadah sesuai agamanya.
4. Hak mengetahui orang tuanya.
5. Hak memperoleh pelayanan kesehatan.
6. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
18
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandang: Pt Refika Aditama, 2006, h. 67
19
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Tentang Hak Asasi Manusia.
20
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, Tentang Perlindungan Anak.
8
7. Hak didengar pendapatnya.
8. Berhak memperoleh perlindungan hukum.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perdata menjamin hak-hak dasar bagi seorang anak sejak lahir bahkan sejak
masih dalm kandungan. Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau
dihilangkan, tetapi kemerdekaan anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal
mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan baik dari orang tua, keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Perlindungan anak tersebut berkaitan erat untuk
mendapatkan hak asasi mutlak, mendasar dan tidak boleh dikurangi satupun atau
mengorbankan hak yang lainnya untuk mendapatkan hak lain, sehingga anak tersebut
akan mendapatkan hak-haknya sebagai manusia seutuhnya bila menginjak dewasa.
Pemeliharaan hak agama bagi anak dalam Islam pertama kali harus dilakukan oleh
kedua orang tua terutama seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan
anak. Pembinaan keagamaan anak harus dimulai sejak awal periode kehidupan anak,
yaitu sejak dalam kandungan.
Pengasuhan anak atau hadhanah (dalam istilah Islam) adalah kewajiban orang tua
untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan ini
mencakup masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan
pokok si anak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anshori Ibnu, Perlindungan Anak Dalam Islam, (Jakarta Komisi Perlindungan Anak
Indonesia, 2006.
Artha, K. G., & Setiawan, P. E. Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas. Pelayanan, Sanksi
Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP. Badung Utara, 2016.
D.Y. Witanto, hukum keluarga Hak Dan Kedudakan Anak Luar Kawin Pasca Keluar Putusan
MK Tentang Uji Materi Undang-Undang Perkawinan (Jakarta :Prestasi Pustaka,
2012.
Hardjana, Agus M, Religiositas, Agama dan Spiritualitas, Yogyakarta: Kunisius, 2005
Thobroni, Menyambut Kelahiran Buah Hati, Jogjakarta :Katahari, 2011.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Rincian Tabel Data Kasus. Pengaduan Anak
Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak, 2016.
Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional
Perlindungan Anak Serta Penerapannya, (Yogyakarta Graha timu 2013.
R Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata. Cet. XXXI, Intermasa, Jakarta, 2003.
Zaki Muhammad, Perlindungan Anak Dalam Perspektif Islam, (Fakultas Syariah IAIN Raden
Intan Lampung, 2006.
Husein, Abdul Rozak, Hak Anak Dalam Islam, Jakarta: Fikaahati Aneka, 1992.
Shafiyarrahman Abu Hadian Shafiyarrahman, Hak-Hak Anak Dalam Syariat Islam (Dari Janin
Hingga Pasca Kelahiran), (Yogyakarta: Al-Manar, 2003
Zakaria Ahmad Al-Bary, Ahkamul Auladi Fil Al-Islam, Terj. Chadidjah Nasution Cet. 1,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1977
10