Anda di halaman 1dari 6

PAPER

ANALISIS PERMASALAHAN SOSIAL ANAK (PENELANTARAN ANAK)

Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak dengan Dosen Mata
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : Nidatul Khafiyah, S.Keb.,Bd.,M.PH

Oleh: Aris Fatmala 2110101019

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYI’YAH YOGYAKARTA 2023


KASUS PENELANTARAN ANAK

Oleh : Aris Fatmala/ 2110101019

A. Pengertian Penelantaran Anak

Penelantaran anak merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dan


tindakan kekerasan yang dialami oleh anak dan ini merupakan pelanggaran HAM
terhadap anak. Baik Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maupun Hukum
Islam (Al-Qur’an Surat At Tahriim : 6), bahwa tindakan penelantaran anak
bagaimanapun alasannya tidak dibenarkan karena para pelaku penelantaran anak baik
yang disengaja atau tidak disengaja sama-sama telah menafikan hak-hak yang dimiliki
oleh anak tersebut.

Penelantaran anak merupakan kekerasan sosial pada anak. Dalam usia yang
tidak layak anak harus bekerja membanting tulang, yang tidak saja dapat merugikan
fisiknya namun juga secara psikis anak. Secara fisik, tubuh anak yang belum
berkembang sempurna, tinggi dan berat badan yang belum berkembang optimal,
tulangnya yang masih kecil dan belum mampu mengangkat beban yang berat,
pikirannya juga belum dewasa untuk menerima pekerjaan yang seharusnya dilakukan
oleh orang dewasa.

Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi tumbuh kembang fisik anak, yang
kemungkinan bisa saja karena sering menerima dan memikul beban berat, tubuh anak
berkembang tidak sempurna. Selain itu, anak yang seharusnya belajar untuk
mempersiapkan masa depan yang gemilang, pada akhirnya tidak mempunyai
kesempatan belajar apalagi untuk bermain bersama dan bersosialisasi teman-
temannya. Banyak waktu anak-anaknya akan terkorbankan karena penelantaran yang
dilakukan oleh orangtua.

B. Contoh / Bentuk Penelantaran Anak


Menurut Maulana Hasan Wadong, mengatakan bahwa “kekerasan terhadap
anak.” anak yang sering terjadi berkaitan dengan lemahnya hukum perlindungan
1Menurut WHO (World Health Organization) terdapat beberapa jenis kekerasan pada
anak1:
1. Kekerasan Fisik; Tindakan yang menyebabkan rasa sakit/potensi menyebabkan
sakit yang dilakukan orang lain, dapat terjadi satu kali atu berulang kali.
2. Kekerasan Seksual; Kekerasan ketertiban anak dalam kegiatan seksual yang tidak
dipahaminya. Kekerasan seksual dapat berupa perlakuan tidak senonoh dari orang
lain, kegiatan yang menjurus pada pornografi, perkataan porno dan melibatkan
anak dalam bisnis prostitusi.
3. Kekerasan sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan
emosional (mental) anak. Hal ini dapat berupa kata-kata yang mengancam atau
menakut-nakuti.
4. Tindakan Pengabaian/Penelantaran; Ketidak pedulian orangtua atau orang yang
bertanggung jawab atas anak pada kebutuhan mereka seperti mengekang anak.
5. Kekerasan Ekonomi; Penyalahgunaan tenaga anak untuk bekerja dan kegiatan
lainnya demi keuntungan orangtua/orang lain seperti menyuruh anak bekerja
secara seharian dan menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya
belum dijalaninya.

Penelantaran anak dalam konteks hukum Indonesia sangatlah tidak dibenarkan,


karena bertentangan dengan aturan hukum yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Sebagaimana tertulis pada BAB III tentang Hak dan
Kewajiban Anakpada Pasal 4 hingga pasal 19, yaitu:9 Pasal 4 : Setiap anak berhak untuk
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

C. Dampak Penelantaran Anak

Penelantaran anak menyebabkan efek yang merugikan, seperti masalah


dengan perkembangan kognitif, sosial dan emosional, penggunaan narkoba, melukai
diri sendiri, kemampuan hidup sosial yang lebih rendah, masalah kejiwaan dan
neurologis, kesinambungan pengabaian terhadap anak-anak mereka sendiri dan
potensi ingin membalas dendam pada orang-orang yang mengabaikan mereka.

Anak-anak terlantar adalah masalah sosial yang kompleks. Ini adalah masalah
multidimensi, karena penyebabnya tidak dapat dilihat hanya berdasarkan karakteristik
1
2Aswaggy Girl. 2013, Kekerasan pada Anak, URL:http//aswaggygirl.com Tanggal 29 Juli 2016.
individu, tetapi juga harus mempertimbangkan efek variasi rumah tangga. Memahami
faktor-faktor risiko penelantaran anak di Indonesia adalah penting, di mana
pengetahuan tentang faktor-faktor risiko ini berguna untuk mencegah dan mengurangi
kejadian penelantaran anak di negara ini. Dengan karakteristik rumah tangga di
Indonesia umumnya keluarga besar, ada kecenderungan besar bahwa satu rumah
tangga memiliki lebih dari satu anak, sehingga penelantaran anak perlu
memperhitungkan pengaruh keluarga atau rumah tangga. Oleh karena itu, kami
melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kejadian anak terlantar di Indonesia dengan mempertimbangkan efek rumah
tangga

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder, yaitu Modul Sosial-


Budaya dan Pendidikan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012 yang
terdiri dari data 75.000 rumah tangga. Variabel respons adalah status pengabaian
anak, sedangkan variabel penjelas termasuk karakteristik latar belakang yang relevan,
seperti karakteristik demografi anak dan karakteristik rumah tangga, dipilih
berdasarkan studi sebelumnya dengan beberapa penyesuaian terhadap ketersediaan
data. Regresi logistik biner dua tingkat dengan efek acak kami lakukan dalam
menganalisis data.

D. Hubungan Penelantaran Anak dengan nilai Islam

Pemeliharaan anak pada (perlindungan) dasarnya menjadi tanggungjawab


kedua orang tuanya. Pemeliharaan dalam hal ini meliputi berbagai hal, masalah
ekonomi, pendidikan, dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak, oleh
karenanya kerja sama dan tolong menolong antara suami dan isteri dalam memelihara
anak, dan mengantarkannya dibutuhkan2Allah berfirman:

‫ا َأُّيَه ا ا َّل ِذ ي َن آ َم ُن وا ُق وا َأْنُف َس ُك ْم َو َأْه ِل ي ُك ْم َن ا ًر ا َو ُقو ُدَه ا الَّن ا ُس َو ا ْلِح َج ا َر ُة َع َل ْيَه ا َم اَل ِئَك ٌة‬

‫ِغ اَل ٌظ ِش َد ا ٌد اَل َيْعُص و َن ال َّلَه َم ا َأَم َر ُه ْم َو َيْف َع ُلو َن َم ا ُيْؤ َم ُر و َن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat
2
Ahmad Rofiq. 2003.Hukum Islam di Indonesia, cet. ke-6. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 235.
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(Q.S. At Tahriim:6)

Seorang tabi’in, Qatadah menafsirkan, “Engkau perintahkan mereka untuk taat


kepada Allah dan larang mereka durhaka kepada-Nya. Engkau terapkan perintah
Allah kepada mereka, perintahlah dan bantulah mereka untuk menjalankannya. Jika
engkau lihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, maka peringatkan dan cegahlah
mereka.

Pada kenyataannya Islam juga mengajarkan konsep perlindungan anak. Secara


jelas kita dapat melihatnya dari hadist yang artinya “Cukup berdosa seorang yang
mengabaikan orang yang menjadi tanggungannya”. (HR. Abu Daud Nasa’I dan
Hakim) Hadist ini menjelaskan mengenai penelantaran terhadap anak, dengan
demikian Islam melarang terjadinya penelantaran terhadap anak, penelataran
termasuk dalam kategori kekerasan terhadap perekonomian.

E. Kesimpulan

Sebagaimana uraian diatas maka Tindakan penelantaran anak bagaimanapun


alasannya, baik hukum Islam maupun Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undnag-undnag Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
tidak dibenarkan karena para pelaku penelantaran anak baik yang disengaja atau tidak
disengaja sama-sama telah menafikan hak-hak yang dimiliki oleh anak tersebut.

Perlindungan hukum bagi anak merupakan upaya untuk melindungi kebebasan


dan hak asasi anak serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan anak.
kesejahteraan Islam melarang menelantarkan anak, diantaranya adalah karena anak
merupakan penerus dari orang tuanya yang akan melanjutkan apa yang dimiliki oleh
orang tuanya terutama untuk menjaga keturunan keluarganya supaya tidak punah dan
anak juga merupakan harapan agama dan bangsa yang akan melanjutkan perjuangan
di masa depan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Anisa’: 9 dan Q.S. At
Tahriim : 6.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Nur Rina. (2017). Dampak Perceraian Orang Tua Terhada Perkembangan Psikolgis
Anak. jurnal Al-Ibrah Vol. 2 No.2. Tersedia: http://ejournal.stital.ac.id/index.php/a
librah/article/view/34/29 (30 Juni 2023 ) .
Edi Hendri Mulyana; Gilar Gandana; Muhammad Zamzam Nurul Muslim. (2017).
Kemampuan Anak Usia Dini Mengelola Emosi Diri pada kelompok B di TK Pertiwi DWP
Kecamatan Tawang Kota Tasik Malaya. Jurnal PAUD Agapedia, Vol.1 No. 2, page 214-232.
Tersedia :mailto:https://ejournal.upi.edu/index.php/ag apedia/article/download/9361/5738. (
30 Juni 2023).
Eka Tusyana,Rayi Trengginas, Suyadi. (2019). Analisis Perkembangan Sosial Emosional
Siswa Usia Dasar. Jurnal Inventa Vol III. No 1. Tersedia:mailto:http://jurnal.unipasby.ac.id/i
ndex.php/jurnal_inventa/article/down load/1804/1626 (30 Juni 20023).
Burt, S. A., Donnellan, M. B., Iacono, W. G., & McGue M. (2011). Age-of-Onset or
Behavioral Sub-Types? A Prospective Comparison of Two Approaches to Characterizing the
Heterogeneity within Antisocial Behavior. Journal Abnormal Child Psychology. 3, 633-
644mailto:http://neweresources.pnri.go.id/llibrary.php? id=00001.
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, cet. ke-5. PT. Ihtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,
2001
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. ke-6. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Anda mungkin juga menyukai