PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan keturunan yang Allah SWT titipkan kedapa kita untuk
di jaga serta untuk dilindungi, karena dalam dirinya terdapat hak-hak, harkat dan
martabat sebagai manusia yang harus di jungjung tinggi. Anak adalah mahkluk
yang lemah dan tidak berdaya, yang memerlukan kasih sayang dan perhatian.
Sekaliapun anak berada dalam asuhan orang tuanya tidak sedikit anak yang
untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
kehidupan mereka memiliki kekuatan dan kemampuan serta berdiri tegar dalam
meniti kehidupan.1
diberikan. Masalah anak muncul bukan saja karena akibat perang atau konflik
bersenjata, ataupun pada negara yang belum memiliki keamanan nasional, akan
1
Maidin Gultom , perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Refika Aditama: Bandung, 2008, hlm, 1.
tetapi juga melanda anak-anak yang berada pada kawasan atau negara yang
munculnya anak jalanan (streer children), pekerja anak (child lobor), eksploitasi
anak (child trafficking), penculikan anak, dan yang sering dilansirkan oleh media
anak.2
orangtua, yang tidak boleh diabaikan. Sesuai yang tertera pada Pasal 45 Undang-
bahwa orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak yang belum dewasa
sampai anak-anak yang bersangkutan dewasa atau dapat berdiri sendiri. Orang
kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial, ditentukan dalam
Pada hakikatnya seorang anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari
fisik, dan kerugian sosial dalam berbagai bidang kehidupan serta penghidupan.
Anak harus dibantu oleh orang lain dalam melindungi dirinya, mengingat situasi
dan kondisinya, khususnya dalam pelaksanaan peradilan pidana anak yang asing
bagi dirinya. Setiap anak juga perlu mendapat perlindungan dari kesalahan
Untuk mencapai tujuan perlindungan hukum pada anak, telah sejak lama
2
Muhammad Joni dkk, Aspek Hukum Perlindunga Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak,
(Bandung; PT.Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 2
3
Maidin Gultom, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Refika Aditama, Bandung, Hlm. 3.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai deklarasi atau konvensi yang dihasilkan oleh
Karena saat ini banyak terjadi kasus kekerasan terhadap anak. Hampir
setiap hari pemberitaan mengenai kekerasan fisik dan psikologis terhadap anak
dapat dilihat pada media masa. Dari segi hukum maupun sosiologi, kasus
psikologis, atau seksual yang umumnya dilakukan oleh orang yang mempunyai
tanggung jawab untuk melindungi anak, yang mana itu semua mengindikasikan
menjungjung tinggi martabat manusia tanpa melihat jenis kelamin apakah laki-
laki atau perempuan dan dewasa atau anak-anak. Oleh karena itu, hukum islam
diajukan di muka hakim hukumanya tegas dan jelas. Karena dalam hal ini,
menyangkut harkat dan harga diri kehormatan manusia. Secara garis besar,
4
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2010), hlm. 28.
jarimah atau tindak pidana di dalam hukum pidana Islam (fiqh jinayah)
dibedakan menjadi tiga, yakni: jarimah hudud, jarimah qishash, dan jarimah
pada jarimah hudud dan jarimah ta’zir. Dalam hukum Islam kekerasan sangat
dilarang apalagi kekerasan terhadap anak, yang mana hakikatnya anak harus
dijaga dan dilindungi oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Seorang ayah
maupun anggota keluarga lainnya harus mendidik anak dengan ajaran Islam
Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman pada Al-Qur’an sura An-Nisa ayat
bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar”.
meninggalkan anak keturunan yang lemah. Lemah dalam hal fisik, psikis,
mengandung pesan agar kita melindungi anak cucu kita bahkan yang belum
lahir sekalipun jauh-jauh hari, jangan sampai nanti ia lahir dalam keadaan
tidak sehat, tidak cerdas, kurang gizi, dan terlantar tidak terpelihara. Sebagai
agama rahmat Nabi saw telah banyak memberikan contoh-contoh praktis dalam
zina, berlaku adil pada pemberian, menjaga nama baik anak, segera mencari jika
anak hilang, melindungi anak dari pergaulan yang buruk, melindungi anak dari
kekerasan, melindungi anak dari kejahatan makhluk halus, dan menjaga anak dari
penelantaran dengan jaminan nafkah. Selain dari pada itu, anak memiliki hak
dipengaruhi oleh cara perawatan dan pengasuhan anak sejak dia dilahirkan.
Tumbuh kembang anak memerlukan perhatian yang serius, terutama pada masa
balita. Allah SWT berfirman dalam al- Qur’an terkait dengan pemeliharaan anak
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”
( QS. At-Tahrim : 6 )
Ali bin Abi Thalib berkaitan dengan ayat di atas mengatakan, bahwa yang
dan mendidik mereka. Dengan demikian, mengajar mebina dan mendidik anak
karakter seorang anak, karena anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan
dan perawatan orangtua dalam keluarga. Oleh karena itu, orangtua merupakan
madrasah pertama bagi pembentukan pribadi anak. Dengan didikan orangtua dan
Bentuk pengasuhan anak tidak hanya terbatas merawat atau mengawasi anak
saja, melainkan lebih dari itu, yakni meliputi pendidikan sopan santun,
sebagainya
Seiring dengan perkembangan zaman, karena KUHP tidak memberikan sanksi
yang memberi efek jera sehingga menimbulkan lebih banyak lagi anak- anak
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perpu tersebut merubah Pasal 81 dan Pasal
Pengesahan Perpu merupakan salah satu upaya nyata pemerintah untuk memberikan
Undang-undang ini merupakan formulasi dari KUHP yang dalam hal ini pemberi
sanksi pidana terhadap pelaku lebih diperberat dari aturan yang diatur dalam KUHP
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 76C yaitu “setiap orang dilarang menempatkan,
terhadap anak” akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000.00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.5
kekerasan terhadap anak mencapai 3.700, dan rata-rata terjadi 15 kasus setiap harinya.
Ironisnya, sekita 70% pelaku kekerasan terhadap anak adalah orang tua meraka sendiri.
5
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235
Selain itu menurut bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak direktorat jendral
selama tiga pekan pada kasus kekerasan terhadap anak. Pada 26 Mei 2016, angka
kekerasan terhadap anak tercatat sebanyak 16,750 kasus. Pada 14 juni 2016 angka
kekerasan terhadap anak mencapai 18,078 kasus. Bentuk kejahatan berupa kasus
Kekerasan terhadap anak di Aceh juga terdapat jumlah yang besar dalam
rentang waktu enam bulan di tahun 2018 lalu, jumlah kekerasan terhadap anak ada 425
kasus, dari data ini tercatat juga bahwa kota Banda aceh masih mendominasi angka
tertinggi dan di ikuti beberapa kabupaten lainnya. dan salah satu kasusnya itu tentang
Karena itu kekerasan terhadap anak bisa muncul kapan saja, karena tindak
kekerasan baik secara langsung maupun tidak secara langsung dalam rumah tangga
Maka karena inilah perlu untuk di teliti lebih lanjut: “Perlindungan hukum
terhadap anak sebagai korban kekerasan fisik dan psikis (studi kasus di Badan
6
Zaitunah Subhan, Kekerasan Terhadap Perempuan (Yogyakarta: Pustaka Pasantren, 2004), hlm.13.
1.2. Rumusan masalah
korban tindak pidana kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan oleh BP3A?
anak?
Layaknya sebuah penelitian yang memiliki tujuan tertentu, maka penelitian ini
1. Tujuan penelitian
korban kekerasan.
2. Kegunaan penelitian
terjadinya salah penafsiran dalam memahami pembahasan skripsi ini nantinya, adapun
penjelasan istilah yang terkandung dalam karya ilmiah ini antara lain:
a. Perlindungan hukum
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan hukum korban
berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua
b. Korban.
individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Ui Press. Jakarta, 1984, hlm 133.
8
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000). hlm. 53
mental, emosional, ekonomi, atau gangguan substansial terhadap hak-haknya yang
fundamental, melalui perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-
c. Kekerasan psikis
Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal non ferbal yang dilakukan
oleh seseorang terhadap orang lain sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik
Kekerasan psikis adalah situasi perasaan tidak aman dan nyaman yang dialami
anak. Kekerasan psikis dapat berupa menurunkan harga diri serta martabat korban;
depan orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan
sebagainya.
Bentuk kekerasan psikis, antara lain: dihina, dicaci maki, diejek, dipaksa
rumah tangga, dipaksa mengemis, dll. Anak yang mendapatkan kekerasan psikis
menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang lain. Dampak
d. Kekerasan seksual
9
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan system peradilan pidana. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang 1997, hlm. 108
10
Sururin, Kekerasan terhadap anak (perspektif Psikolosi).
“barang siapa dengan kekerasan atau ancaman memaksa perempuan yang bukan
Dalam pasal diatas dapat di pahami bahwa pemerkosaan adalah delik biasa dan
bukan delik aduan artinya kepolisian dapat memproses kasus tersebut tanpa
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, peneliti mencoba untuk membaca, meninjauh
serta menelaah berbagai literatur seperti jurnal, buku dan juga tidak terlepas dari
angkat dalam pengerjaan karya ilmiah ini. Sepanjang pengamatan penulis, bahwa belum
pernah ada karya ilmiah yang menitik beratkan penelitiannya serta mengkaji mengenai
“Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan fisik dan psikis (studi
kasus di Badan Pemberdayan Perempuan dan Pelindungan Anak (BP3A) Provinsi Aceh)”
pembahasannya mendekati dengan judul penelitian yang penulis lakukan saat ini. Jurnal
Korban Tindak Pidana Perkosaan Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2014.” Oleh Taria
Susandhy, program studi Ilmu Hukum, Universitas Lampung, pada penelitian ini
tindak pidana perkosaan berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 2014, dan apa
faktor penghambat dari pelaksanaan pemulihan trauma psikologis anak sebagai korban
tindak pidana perkosaan berdasarkan Undang- Undang No. 31 Tahun 2014. Pada
11
Pasal 285 kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) tentang kekerasan seksual.
penelitian ini metode yang digunakan adalah pada Pendekatan Masalah, Sumber Data,
Penentuan Narasumber, Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.
Selanjutnya jurnal yang berjudul “Kekerasan Terhadap Anak (ditinjau dari hukum
islam dan hukum positif), yang dituliskan oleh Irwansyah, program studi perbandingan
mazhab dan hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada
penelitian ini membahas faktor apa saja yang melatar belakangi timbulnya kekerasan
terhadap anak, dan juga membahas bagaimana pandangan hukum islam dan hukum
Dari kedua rujukan diatas, penulis memperoleh titik temu yang saling
berhubungan dan tentunya memiliki perbedaan dan tentunya memiliki perbedaan dengan
penelitian dengan yang penulis lakukan saat ini. Perbedaan paling fundamental terletak
bahwa kedua penelitian diatas lebih menitikberatkan pada tindak pidana kekerasan
terhadap anak. Sedangkan penulis ingin meneliti dan menitikberatkan kepada bagaimana
tersebut, penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum
pendekatan kasus atau case approach, pendekatan historis atau historical approach,
conceptual approach.12
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 95.
1.6.1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalaah penelitian hukum empiris atau dikenal
dengan nondoktrinal research. Dikatakan demikian karena penelitian ini dan mengkaji
hukum yang berlaku dan sudah di aplikasikan dilapangan oleh masyarakat. Penelitian
hukum nondoktrinal atau empiris menekankan pada penelitian terhadap proses terjadinya
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan membuat
gambaran atau kajian secara sistematis, aktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang
Sumber data yang terdapat dalam penlitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung baik yang dilakukan
melaui wawancara, angket, dokumentasi dan lain sebagainya. 15 Data primer merupakan
data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan.
b. Data Sekunder
Pada Penelitian sumber datanya ialah data sekunder yaitu bahan yang memberi
13
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 42.
14
Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Prass, Jakarta, 2006, hlm 10.
15
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 87.
penelitian, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum misalnya buku-buku fikih, laporan
ilmiah, arsip, berita-berita dan tulisan di mass media dan lain sebagainya. Bahan hukum
sekunder dapat juga diperoleh dari media elektronik (internet), tulisan serta berita-berita
Adapun pada penelitian ini penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan
daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.16 Sedangkan menurut Sugiyono kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 17 Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket semi terbuka. Angket bersifat semi terbuka
yaitu jawaban sudah disediakan berupa pilihan ganda akan tetapi tetap diberikan tempat
kosong untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan kondisi responden yang tidak terdapat
b. Dokumentasi
16
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002),
hlm. 83.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2011), hlm. 162.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya.18
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu
menekankan analisisnya pada dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan
menggunakan logika ilmiah yang mana datanya tidak berbentuk angka tetapi lebih
banyak berupa narasi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis, atau bentuk-bentuk non
angka lainnya.19 Analisis data dengan pendekatan kualitatif penulis peroleh dari dari hasil
penelitian kepustakaan (library research) maupun data dari hasil penelitian lapangan
(field research).
Supaya pembahsan lebih teratur dan memudahkan para pembaca, maka disinilah
diuraikan secara singkat mengenai sistematika pembahsan skripsi yang terdiri dari empat
bab, yaitu:
BAB SATU: Merupakan pendahuluan yang menjelaskan dasar dari karya ilmiah
ini yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan.
BAB DUA: Pada bab ini akan mengurai pembahasan tentang dasar hukum dan
landasan teori, mengenai Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan
fisik dan psikis (studi kasus di Badan Pemberdayan Perempuan dan Pelindungan Anak
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 274
19
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 133.
(DP3A) Provinsi Aceh) dan juga membahasa tinjauan hukum islam terhadap kekerasan
BAB TIGA: Bab ini akan membahas hasil penelitian penulis yakni mengenai
Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan fisik dan psikis (studi
kasus di Badan Pemberdayan Perempuan dan Pelindungan Anak (DP3A) Provinsi Aceh)
karya ilmiah ini dengan memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran dari penulis