Anda di halaman 1dari 21

Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK


DAN KEKERASAN TERHADAP ANAK
DALAM PERSPEKTIF FIKIH ISLAM

Oleh:
Ismi Lathifah (0331203014)

Dosen Pengampu :
Dr. Hafsah, MA

Magister S2 Pendidikan Agama Islam Reguler, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


Keguruan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
E-mail: ismilathifah750@gmail.com

Abstrak

Anak merupakan suatu titip atau amanah sekaligus anugerah yang telah
Allah berikan kepada hambaNya. Oleh karena itu, karena anak sebagai amanah
maka adanya rasa tanggung jawab untuk menjaga, melindungi, merawat, dan
membekalinya dengan hal-hal yang mengarahkannya menjadi lebih baik. Sebab
anak merupakan titipan Sang Khalik yang harus benar-benar dijaga. Bahkan anak
dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga bagi kedua orangtua.
Sebagai orangtua, maka akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap
pendidikan anak, perlindungan anak, dll.

Bukan hanya orang tua saja yang dimintai pertanggung jawaban terhadap
perlindungan anak, bahkan keluarga dan masyarakat juga diharapkan untuk
menjaga dan memelihara hak asasi manusia terhadap anak. Demikian juga dalam
rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara dan pemerintah bertanggung
jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak, terutama dalam
menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan terarah.

Kata Kunci : anak, perlindungan, hak asasi

1
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

A. PENDAHULUAN
Anak adalah amanah sekaligus karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena
dalam dirinya terdapat harkat, martabat, dan hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa -
bangsa tentang Hak - hak Anak.
Anak juga merupakan masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita
bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan
1
dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Akhir-akhir ini banyak anak yang terlibat masalah kekerasan dalam rumah
tangga contohnya seperti memaksa anak yang masih di bawah umur untuk
bekerja. mereka terpaksa tersandung dengan masalah pekerjaan di bawah umur.
Ini merupakan imbas dari kemiskinan yang marak di mana-mana. Selain itu ada
juga karena keterbelakangan sosial yang memiliki dampak buruk bagi seorang
anak. Hal ini sangat mudah untuk dibuktikan, bahwasannya sadar tidak sadar
mudah sekali untuk menemukan anak-anak yang berada di jalanan, bukan untuk
bermain, melainkan mencari nafkah dengan mengandalkan tubuh yang tak mampu
untuk memikul resiko yang sangat berat.
Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh
hukum. Demikian juga dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara
dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi
anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara
optimal dan terarah. Upaya perlindungan terhadap anak perlu dilaksanakan sedini
mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18
(delapan belas) tahun. Maka makalah ini akan membahas mengenai undang-
undang perlindungan dan kekerasan anak dalam persefektif Islam.

1 Nashriana, Perlingan Hukum Pidana Anak di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012.
h. 9.

2
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Anak
Secara umum menurut para ahli, dikatakan bahwa anak adalah anugerah dari
Allah Swt yang harus dijaga, dididik sebagai bekal sumber daya, anak merupakan
kekayaan yang tidak ternilai harganya. Seorang anak hadir sebagai amanah dari
Tuhan untuk dirawat, dijaga dan dididik yang kelak setiap orang tua akan diminta
pertanggungjawaban atas sifat dan perilaku anak semasa didunia. Secara harfiah
anak adalah seorang cikal bakal yang kelak akan meneruskan generasi keluarga,
bangsa dan negara. Anak juga merupakan sebuah aset sumber daya manusia yang
kelak dapat membantu membangun bangsa dan Negara.
Menurut R.A.Kosnan, Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda
dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan
2
sekitarnya. Oleh karena itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguh-
sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang paling rentan dan lemah,
ironisnya anak-anak justru sering kali ditempatkan dalam posisi yang paling
dirugikan, tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering menjadi
korban tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya.
Anak - anak membutuhkan perlindungan dan perawatan khusus termasuk
perlindungan hukum yang berbeda dari orang dewasa. Hal ini didasarkan pada
alasan fisik dan mental anak-anak yang belum dewasa dan matang. Anak perlu
mendapatkan suatu perlindungan yang telah termuat dalam suatu peraturan
perundang - undangan. Setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab
tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas - luasnya untuk tumbuh
dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, sosial, berakhlak mulia perlu di
dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak
dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak - haknya serta adanya
perlakuan tanpa diskriminatif.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa pengertian tentang anak menurut
peraturan perundang- undangan, begitu juga menurut para pakar ahli. Namun di
antara beberapa pengertian tidak ada kesamaan mengenai pengertian anak

2 R.A. Koesnan, Susunan Pidanan dalam Negara Sosialis Indonesia,


(Bandung:Sumur, 2005), hal 113

3
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

tersebut, karna di latar belakangi dari maksud dan tujuan masing-masing


undangundang maupun para ahli. Pengertian anak menurut peraturan perundang-
undangan dapat dilihat sebagai berikut :
a. Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
3
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
b. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Di jelaskan dalam Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, mengatakan orang belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi anak
adalah setiap orang yang belum berusia 21 tahun dan belum meniakah.
Seandainya seorang anak telah menikah sebalum umur 21 tahun
kemudian bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum genap
umur 21 tahun, maka ia tetap dianggap sebagai orang yang telah dewasa
4
bukan anak-anak.
c. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Yang disebut anak adalah seseorang yang belum mencapai umur
5
21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin (Pasal 1 butir 2).
d. Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
Dijelaskan dalam (Pasal 1 Ayat (3)) Anak adalah anak yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas)
6
tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
e. Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut :

3 Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak, (Jakarta : Visimedia,


2007), hal. 4
4 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.
Pradnya Paramita, 2002), hal. 90
5 Redaksi Sinar Grafika, UU Kesejahteraan Anak, (Jakarta : Sinar Grafika, 1997), hal. 52
6 Ibid, hal. 52

4
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan


belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
7
kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya.

Dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam hal ini
adalah agama Islam, anak merupakan makhluk yang dhaif dan mulia, yang
keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT dengan melalui
8
proses penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam
pandangan agama Islam, maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti
diberi nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak tersebut tumbuh
menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab dalam
mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa
mendatang.
Dalam pengertian Islam, anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua orang
tua, masyarakat bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai
rahmatan lila’lamin dan sebagai pewaris ajaran Islam pengertian ini mengandung
arti bahwa setiap anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan diamankan
sebagai implementasi amalan yang diterima oleh akan dari orang tua, masyarakat ,
bangsa dan negara.
Pengertian anak menurut istilah hukum islam adalah keturunan kedua yang
masih kecil. Sifat kecil itu kalau dihubungkan dengan larangan bertindak ada
tingkatannya, Pertama, kecil dan belum mumayyiz dalam hal ini anak tidak
memiliki kemampuan untuk bertindak, kata-kata yang diucapkan tidak bisa dibuat
pegangan, jadi segala sesuatu berada ditangan wali atau orang tuanya. Kedua,
kecil tapi mumayyiz dalam hal ini sikecil kurang kemampuan bertindak, namun
sudah punya kemampuan sehingga kata-katanya bisa dijadikan pegangan, dan
sudah sah jika membeli atau menjual dan memberikan sesuatu pada orang lain.
Dikatan mumayyiz dalam hukum islam ialah anak yang sudah mencapai
usianya, biasanya anak itu umur genap 7 tahun. Jadi kalau masih kurang dari 7
tahun maka anak itu hukumnya belum mumayyiz, walaupun sudah mengerti

7 Undang-undang HAM Nomor 39 tahun 1999, (Jakarta : Asa Mandiri, 2006), hal. 5
8 Iman Jauhari, Advokasi Hak-Hak Anak Ditinjau dari Hukum Islam dan
Peraturan PerundangUndangan, Pustaka Bangsa, Medan, 2008, hal 46

5
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

tentang istilah menjual dan membeli, sebaliknya kadang-kadang anak yang sudah
lebih tujuh tahun umurnya tetapi belum mengerti hal tentang jual beli dan
sebagainya. Dalam firmannya Allah SWT, sudah menjelaskan yang berbunyi :

Artinya : “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara
9
harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.” (Q.S. An-Nisa:6)

2. Macam-Macam Anak

Macam-macam anak menurut Al-Quran, sebagai berikut:

a. Anak sebagai hiasan (Ziinatun)


Terdapat dalam firman Allah, yang berbunyi :

Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi


amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Q.S. Al-Kahfi:46)
Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi, ziinatun adalah dengannya
dunia menjadi indah. Dengan tingkah polahnya yang lucu, ucapan-ucapannya
yang sering membuat orang tua terhibur. Disaat sang ayah pulang kerja dalam
keadaan lelah maka semuanya hilang manakala si kecil yang penuh jenaka
menyambutnya dengan girang.

b. Anak sebagai penyejuk hati (Qurrotu a‟yun)


Terdapat dalam firman Allah, yang berbunyi :

9 Kementerian Agama RI, Al - Qur'an & Terjemahannya , (Bandung: CV Penerbit J-


ART, 2005), 179.

6
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

Artinya : “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah
kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati
(Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Makna qurrotu a‟yun disini adalah menyejukkan pandangan mata karena


mereka mempelajari huda (tuntunan Allah) lalu mengamalkannya dengan
mengharap ridlo Allah. Anak seperti ini diwakili oleh Ismail yang senantiasa
taat kepada orang tua dalam menjalankan perintah Allah sehingga keduanya
berhasil membangun ka’bah dan hari raya korban tidak lain adalah untuk
memperingati ketaatan Ismail kepada perintah Allah.

c. Anak sebagai musuh bagi orang tua („Aduwwan


lakum) Terdapat dalam firman Allah, yang berbunyi :

Artinya : “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu


dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (Q.S. At-Taghobun: 14)
Makna aduwwan lakum disini adalah : melalaikanmu dalam menjalankan
ketaatan kepada Allah atau senantiasa menentangmu dalam urusan din dan
dunia.Anak model seperti ini diwakili oleh Kan’an yang selalu menentang
bapaknya nabi Nuh alaihissalam.

7
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

d. Anak sebagai fitnah


Terdapat dalam firman Allah, yang berbunyi :

Artinya : “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan


(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taghobun: 15)
Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi makna fitnah adalah ujian yang
bisa memalingkanmu dari ketaatan atau terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Betapa banyak orang tua karena untuk membiayai kebutuhan hidup anaknya
maka sebagian taqorrub kepada Allah terkurangi.

Macam-macam anak secara umum, sebagai berikut:

a. Anak kandung
Dalam Islam anak adalah anak yang dilahirkan, anak tercipta melalui
ciptaan Allah dengan perkawinan seorang laki-laki dan seorang
perempuan sehingga mengakibatkan kelahirannya
b. Anak tiri
Yang termasuk anak tiri adalah anak orang lain, seperti seorang suami
yang menikahi seorang janda yang sudah beranak. Anak dari janda yang
kini telah menjadi isterinya itu jelas bukan anak si suami.Maka kalau
suami itu meninggal dunia, meski orang menyebut anak janda itu seolah
sebagai anaknya, namum secara hukum syariah, biar bagaimana pun anak
itu tetap bukan anaknya.Anak itu adalah anak dari suami janda itu
sebelumnya. Maka kalau suami janda itu yang sebelumnya meninggal
dunia, anak itu akan mendapat warisan dari dirinya.
c. Anak susu
Anak susuan boleh jadi mahram (tidak batal air sembahyang).
Contohnya, katalah seseorang wanita ambil anak angkat lelaki, seseorang
wanita tersebut susukan, jadi anak susuan seseorang wanita tersebut
menjadi mahram wanita tersebut, dari segi hukumnya, haram nikah dengan
anak kandung wanita tersebut yang perempuan, dan juga wanita tersebut.
Kalau seseorang wanita tersebut ambil anak angkat perempuan, wanita

8
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

tersebut susui, anak susuan wanita tersebut haram nikah dengan anak-anak
kandung wanita tersebut yang lelaki, dan haram nikah dengan suami
wanita tersebut.
d. Anak pungut
Ada diantara wanita yang membuang anaknya, karena malu, akibat
perbuatanya sendiri mengadakan hubungan seks diluar nikah. Bagi orang
yang menemukannya, wajib memungut (membawa) anak tersebut. Apakah
anak itu akan dirawatnya (diasuhnya) sendiri atau dirawat oleh orang lain.
Sekiranya tidak ada yang mampu, karena tidak punya, maka biayanya
ditanggung oleh Negara.Ada orang member istilah “Anak Negara”
e. Anak angkat (adopsi)
Adopsi mempunyai dua pengertian, ialah:Mengambil anak orang lain
untuk diasuh dan dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang, dan
diperlakukan oleh orang tua angkatnya seperti anaknya sendiri, tanpa
memberi status anak kandung kepadanya; Mengambil anak orang lain
untuk diberi status sebagai anak kandung sehingga ia berhak memakai
nasab orang tua angkatnya dan mewarisi harta peninggalannya, dan hak-
hak lainnya sebagai hubungana anak dengan orang tua. Pengertian anak
angkat dalam hukum Islam adalah yang dalam pemeliharaan untuk
hidupnya sehari-hari biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung
jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan
putusan Pengadilan.
f. Ana luar nikah
Anak luar nikah adalah anak yang lahir dari hasil hubungan kelamin luar
nikah, dalam Hukum Islam anak tersebut dapat dianggap anak di luar
nikah adalah :
1) Anak zina, adalah anak yang lahir dari hasil hubungan kelamin
tanpa pernikahan, karena perbuatan yang dilakukan oleh orang
yang menyebabkan kelahiran anak tersebut.
2) Anak mula’anah, adalah anak yang dilahirkan oleh seorang isteri
yang mana keberadaan anak itu dibantah oleh suami sebagai

9
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

anaknya dan menuduh isterinya telah berbuat zina dengan pria lain
dengan cara melakukan sumpah li’an terhadap isterinya.
3) Anak shubhat, adalah anak yang dilahirkan dari seorang wanita
yang digauli dengan cara syubhat, yang dimaksud dengan syubhat
dalam hal ini, menurut jawad mughaniyah yaitu seorang laki-laki
menggauli seorang wanita yang haram atasnya karena tidak tahu
dengan keharaman itu.

3. Hak-hak Anak
Hak asasi merupakan hak natural/alam dan merupakan pemberian
langsung dari Tuhan. Oleh karnanya bila seseorang manusia ingin
memperoleh kehidupannya yang bermartabat, harus memposisikan hak asasi
10
dengan melibatnya dari sudut alamiah manusia secara hakiki.
Menegenai hak-hak yang harus dimiliki oleh anak adalah bahwa Hak
asasi anak adalah hak asasi manusia yang perlu mendapatkan perhatian
khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang baru lahir, tumbuh
dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh.
Terdapat adanya upaya untuk melakukan perlindungan terhadap anak
agar tetap dilakukan. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, hak-hak anak meliputi:
a) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekrasan dan
diskriminasi (Pasal 4)
b) Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan (Pasal 5)
c) Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan
berekspresi sesuai dengan tingkat keceradasan dan usianya, dalam
bimbingan orang tua (Pasal 6)

10 Muladi, Hak Asasi Manusia Hakekat Konsep dan Implikasinya terhadap Prespektif Hokum dan
Masyarakat, (Semarang : PT. Rafika Aditama, 2004), hal. 228

10
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

d) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan


diasuh oleh orang tuanya sendiri ( Pasal 7 ayat 1)
e) Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal
8)
f) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya (Pasal 9 ayat 1)
g) Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima,
mencari, dan memberikan informasi sesuai tingkat kecerdasan dan
usianya demi pengembangan dirinya sesuia dengan nilai-nilai
kesusilaan dan kepatutan (Pasal 10)
h) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain
manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan : Diskirminasi; Eksploitasi baik ekonomi
maupun seksual; Penelantaran; Kekejaman; Kekerasan dan
penganiayaan; Ketidakadilan; Perlakuan salah lainnya (Pasal 13 ayat
11
1).

Dalam undang-undang perlindungan anak ini juga menyebutkan bahwa


penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-
prinsip dasar konvensi hak-hak meliputi (Pasal 2) :

a) Non diskriminasi
b) Kepentingan yang terbaik bagi anak adalah dalam semua tindakan yang
menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan
legislative dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi
anak harus menjadi pertimbangan utama.
c) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan adalah hak
asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

11 Undang-Undang Perlindungan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak, (Bandung : Citra Buana, 2003), hal 7-11

11
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

d) Penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hakhak


anak untuk berpartisipasi dalam menyatakan pendapatnya dalam
pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya.

Adapun perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak


anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.Perlindungan anak juga bertujuan
untuk melindungi anak dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berlakhlak mulia, dan sejahtera.

Hak anak dalam pandangan Islam ini memiliki aspek yang universal terhadap
kepentingan anak, yaitu meletakan hak anak dalam pandangan Islam, memberikan
gambaran bahwa tujuan dasar kehidupan umat Islam adalah membangun umuat
manusia yang memegang teguh ajaran Islam dengan demikian, hak anak dalam
pandangan Islam meliputi aspek hukum dalam lingkungan hidup seseorang untuk
Islam. . Pada tindakan lain seorang umat Islam harus taat dalam menegakan hak
azasi anak dengan berperang pada hukum nasional yang positif. Islam juga
meletakan hak asasi anak yang dapat diletakan atas dasar hukum Perdata, hukum
Pidana, dan hukum Tata Negara yang berlaku dalam ruang lingkup wilayah
Indonesia.

Hak menurut Pengertian umum yaitu suatu ketentuan yang denganya syara’
menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum. Demikian ini adalah
sebagai hak wali bertasharruf atas tiap-tiap anak yang dibawah perwalianya. Hak-
hak anak yang mutlak dalam dimensi akidah dan pandangan kehidupan agama
Islam, terdiri dari :

a) Hak untuk melindungi anak ketika masih berada dalam kandungan atau
rahim ibunya terdapat dalam Q.S. Al-Isra ayat 31

12
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut


kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.”
b) Hak untuk disusui selama dua tahun terdapat dalam Q.S. Luqman ayat 14

Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada


dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
c) Hak untuk diberi pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntutan dan akhlak yang
benar terdapat dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
d) Hak untuk mewarisi harta kekayaan milik kedua orang tuanya terdapat
dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 2, 6 dan 10.

Artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig)


harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan

13
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya


tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.”
e) Hak untuk mendapatkan nafkah dari orang tuanya terdapat dalam Q.S. Al-
Qashah ayat 12

Artinya : “Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-


perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah
saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang
akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik
kepadanya?".
f) Hak untuk mempertahankan agama dan aqidahnya, bila dipaksa untuk
murtad oleh pelaksana hadhanah terdapat dalam Q.S.Luqman ayat 51

Artinya : “tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti,


yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang
mereka kerjakan.”
g) Hak untuk Mendapatkan nama baik, Syari’at Islam memerintahkan agar
memberi nama yang baik bagi seorang anak, karena nama dalam
pandangan syari’at Islam memiliki arti penting dan pengaruh besar bagi
anak tersebut. Hal ini terdapat dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud
“Sesungguhnya kalian semua pada hari kiamat akan dipanggil dengan
nama kalian dan nama bapak kalian. Maka, baguskanlah nama kalian!”

14
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

Hak asasi anak dalam pandangan Islam dikelompokkan secara umum ke


dalam bentuk hak asasi anak yang meliputi subsistem berikut ini :

a) Hak anak sebelum dan sesudah dilahirkan


b) Hak dalam kesucian keturunan
c) Hak anak dalam menerima pemberian nama yang baik
d) Hak anak dalam menerima susuan
e) Hak anak dalam mendapat asuhan, perawatan pemeliharaan
f) Hak dalam memiliki harta benda atau hak warisan demi kelangsungan
hidup anak yang bersangkutan
12
g) Hak anak dalam bidang pendidikan dan pengajaran
Dari berbagai ajaran Islam terkait hak anak tersebut, maka diperoleh pelajaran
bahwa Islam memandang hak-hak anak semenjak dalam kandungan, bahkan
sebelum itu untuk dilindungi dan diberikan secara optimal. Selain itu juga, Islam
terkait hak anak langsung dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, dengan
demikian ajaran Islam sangatlah menjunjung tinggi hak-hak anak. Karena anak
adalah masa depan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, “Pemuda hari ini
adalah pemimpin masa depan,” dan untuk membentuk mental tangguh seorang
anak harus dididik oleh seorang ibu yang tangguh dan kompeten.
Dan juga Islam memandang penting pembinaan anak sebagi calon masa
depan melalui peran keluarga dan masyarakat serta Negara. Pandangan yang
komprehensif ini adalah pelajaran penting bagi kita dalam memberikan hak-hak
anak Indonesia, baik melalui peraturan perundang-undangan maupun dalam
praktik keseharian.
Hak dalam perlindungan (protection rights) yaitu hak-hak dalam konvensi
hak anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan
keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi anak-anak
pengungsi. Hak ini terdiri atas 2 ( dua ) kategori, antara lain:
a) Adanya larangan diskirminasi anak, yaitu ondiskriminasi terhadap hak-hak
anak, hak mendapatkan nama dan kewarganegaraan, dan hak anak
penyadang cacat;

12 Iman Jauhari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Keluarga Poligami, Pustaka
Bangsa Press, Jakarta, 2003, hal.87

15
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

b) Larangan eksploitasi anak, misalnya hak berkumpul dengan keluarganya,


kewajiban negara untuk melindungi anak dari segala bentuk salah
perlakuan oleh orang tua atau orang lain, perlindungan bagi anak yatim,
kewajiban negara untuk melindungi anak-anak dari keterlibatan dalam
pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan dan atau perkembangan
anak, larangan penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam, pidana
mati, seumur hidup dan penahan semena-mena. 13

4. Undang-Undang Perlindungan dan Kekerasan Anak


Tindak kekerasan pada anak Indonesia masih sangat tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah paradigma atau cara pandang yang keliru mengenai anak. Hal
ini menggambarkan seolah-olah kekerasan terhadap anak sah-sah saja karena anak
dianggap sebagai hak milik orang tua yang dididik dengan sebaik-baiknya
termasuk dengan cara yang salah sekalipun. Sehubungan dengan sistem
penegakan hukum, upaya perlindungan terhadap anak pun mendapat posisi
penting dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Undang - Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diperbaharui
menjadi Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak merupakan
salah satu aturan yang berlaku di Indonesia sebagai upaya pemerintah untuk
menekan berbagai kejahatan yang terjadi pada anak yang akhir-akhir ini marak
terjadi di Indonesia.
Menurut penjelasan umum Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Pengesahan Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera
Penghapusan Bentuk - Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak di jelaskan bahwa:
Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi sejak
dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang boleh merampas hak
tersebut. Hak asasi anak diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang
Hak-Hak Asasi Manusia, Deklarasi ILO di Philadelphia tahun 1944, Konstitusi

13 M.Nasir Djamil, ANAK BUKAN UNTUK DIHUKUM Catatan Pembahasan UU Sistem


Peradilan Pidana Anak ( UU-SPPA ), Jakarta: Sinar Grafika, 2013, h, 15.

16
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

ILO, Deklarasi PBB tahun 1959 tentang Hak-hak Anak , dan Konvensi PBB tahun
1989 Hak-Hak Anak.
Pelecehan seksual terhadap anak perlu mendapatkan perhatian yang serius
mengingat akibat dari kekerasan seksual terhadap anak akan menyebabakan anak
mengalami trauma yang berkepanjangan. Trauma dapat membahayakan bagi
perkembangan jiwa sehingga anak tidak akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan wajar. Akibat lebih jauh dari adanya trauma itu juga menyebabkan
terhambatnya proses pembentukan bangsa yang sehat, untuk itu penegakan hukum
terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual khusunya terhadap anak perlu di
tegakkan. Dalam Pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, ditentukan bahwa :
“Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan
maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindunganperlindungan
lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar”.
Kedua ayat tersebut memberikan gambaran ataupun dasar pemikiran bahwa
perlindungan anak bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang benar dan
adil, untuk mencapai kesejahteraan anak.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta dapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkulaitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Upaya perlindungan anak perlu
dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai
anak berumur 18 ( delapan belas ) tahun. Perlindungan terhadap anak tidak
terbatas pada pemerintah selaku kaki tangan negara akan tetapi harus dilakukan
juga oleh orang tua, keluarga dan masyarakat untuk bertanggung jawab menjaga
dan memelihara hak asasi anak tersebut. Dalam hal ini pemerintah bertanggung
jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak terutama untuk menjamin
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Senada dengan itu dalam pasal
28B Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa negara menjamin setiap

17
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 menjelaskan tentang perlindungan anak,
bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran srategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus
yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.
Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 15
menjelaskan mengenai perlindungan khusus yaitu “suatu bentuk perlindungan
yang diterima oleh anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan
jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam
tumbuh kembangnya”. Jadi semua anak terlindungi termasuk anak yang
berhadapan dengan hukum. Adapun tujuan perlindungan yang terdapat di pasal 4
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 , adalah untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia
yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dimuat dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 B ayat (2) yang berisi
ketentuan bahwa, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
kemudian diatur secara khusus pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Pasal 59 yang berisi ketentuan bahwa, pemerintah
dan lembaga negara berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan
dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi
secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya,
anak korban kekerasan fisik atau mental, anak yang menyadang cacat dan anak
korban perlakuan salah dan penelantaran.

18
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

Tindak pidana yang menimpa korban merupakan pelanggaran atas hak


asasinya. Pelanggaran terhadap hak asasi merupakan perbuatan yang sangat
melanggar martabat dan harga diri seseorang. Anak-anak seharusnya mempunyai
kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekspresi yang harus diarahkan
untuk tujuan pendidikan, bermasyarakat dan penguasa yang berwenang harus
berusaha meningkatkan pelaksanaan hak. Perlakuan dan perlindungan hukum
pada anak sudah selayaknya mendapatkan perhatian secara khusus dan serius
karena anak-anak mempunyai masa depan yang cerah juga merupakan penerus
bangsa dan negara. Selayaknya anak Indonesia mendapatkan perlindungan dari
bahaya maupun ancaman dari luar seperti kekerasan fisik.
Perlindungan anak pelaku tindak pidana juga termuat dalam pasal 66 UU No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
a) Pertama, setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
b) Kedua, hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan
untuk pelaku pidana yang masih anak.
c) Ketiga, setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara
melawan hukum.
d) Keempat, penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak hanya boleh
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat
dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
e) Kelima, setiap anak yang di rampas kemerdekaannya berhak mendapatkan
perlakuan secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan
pengembangan pribadi sesuai dengan usiannya dan hanya di pisahkan dari
orang dewasa, kecuali dengan kepentingannya.
f) Keenam, setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh
bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan
upaya hukum yang berlaku.
g) Ketujuh, setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela
diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan
14
tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum.

14 Dr. Marlina, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2009, h. 10

19
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi dan ditaati oleh
mayoritas penduduk dan rakyat Indonesia. Menurut Maskuri Adbullah upaya
positivisasi hukum Islam di Indonesia ini ada dua bentuk, yaitu pertama sebagai
hukum formal yang dilegislasikan sebagai hukum positif untuk umat Islam di
Indonesia dan kedua sebagai hukum normative yang diimplementasikan secara
sadar oleh umat Islam. Bentuk yang pertama ini dilakukan secara struktual dan
bentuk yang kedua melalui pendekatan kultural.
Untuk bentuk pertama produk hukumnya seperti Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang No.7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat, Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, dll. Sedangkan
untuk bentuk kedua produk hukumnya adalah seperti Undang-Undang No.2
Tahun 1979 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 4 Tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
Agraria, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dll.

C. PENUTUP
Islam memandang anak sebagai karunia yang mahal harganya yang
berstatus suci. Karunia yang mahal ini sebagai amanah yang harus dijaga dan
dilindungi oleh orang tua khususnya, karena anak sebagai aset orang tua dan aset
bangsa. Islam telah memberikan perhatian yang besar terhadap perlindungan
anak-anak. Perlindungan dalam Islam meliputi fisik, psikis, intelektual, moral,
ekonomi, dan lainnya. Hal ini dijabarkan dalam bentuk memenuhi semua
hakhaknya, menjamin kebutuhan sandang dan pangannya, menjaga nama baik dan
martabatnya, menjaga kesehatannya, memilihkan teman bergaul yang baik,
menghindarkan dari kekerasan, dan lain-lain.
Islam memandang penting pembinaan anak sebagi calon masa depan melalui
peran keluarga dan masyarakat serta Negara. Pandangan yang komprehensif ini
adalah pelajaran penting bagi kita dalam memberikan hak-hak anak Indonesia,
baik melalui peraturan perundang-undangan maupun dalam praktik keseharian.

20
Fikih Kontemporer 20 Januari 2021

DAFTAR PUSTAKA

Djamil, M.Nasir, ANAK BUKAN UNTUK DIHUKUM Catatan Pembahasan UU


Sistem Peradilan Pidana Anak ( UU-SPPA ), Jakarta: Sinar Grafika, 2013

Jauhari, Iman, Advokasi Hak-Hak Anak Ditinjau dari Hukum Islam dan
Peraturan PerundangUndangan, Pustaka Bangsa, Medan, 2008,

Jauhari, Iman , Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Keluarga Poligami,


Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2003

Kementerian Agama RI, Al - Qur'an & Terjemahannya , Bandung: CV Penerbit J-


ART, 2005

Muladi, Hak Asasi Manusia Hakekat Konsep dan Implikasinya terhadap


Prespektif Hokum dan Masyarakat, Semarang : PT. Rafika Aditama, 2004

Nashriana, Perlingan Hukum Pidana Anak di Indonesia, Jakarta: PT Raja


Grafindo, 2012.

Redaksi Sinar Grafika, UU Kesejahteraan Anak, Jakarta : Sinar Grafika, 1997


R.A. Koesnan, Susunan Pidanan dalam Negara Sosialis Indonesia,
Bandung:Sumur, 2005

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT.


Pradnya Paramita, 2002

Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlidungan anak, Jakarta :


Visimedia, 2007

Undang-Undang Perlindungan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002


tentang Perlindungan Anak, Bandung : Citra Buana, 2003

Undang-undang HAM Nomor 39 tahun 1999, Jakarta : Asa Mandiri, 2006

21

Anda mungkin juga menyukai