Anda di halaman 1dari 4

PERLINDUNGAN HAK ASASI ANAK

DI ERA MODERN

A . Latar belakang
Pembangunan nasional adalah proses modernisasi bangsa untuk mencapai hidup yang lebih
layak dengan ditandai tercukupinya kebutuhan lahir, batin, aman dan tentram. Pada sisi lain
pembangunan nasional sebagai proses peradaban bangsa. Tujuan dari pembangunan untuk
kesejahteraan manusia. Sementara perilaku pembangunan juga manusia. Artinya betapapun
canggihnya teknologi yang digunakan dalam pembangunan, posisi manusia tetaplah sentral
pertama dan utama. Ironisnya, tidak sedikit manusia menjadi korban dari proses
pembangunan itu sendiri. Banyak manusia yang menampilkan yang menampilkan secara
optimal eksistensi dan potensi diri untuk menikmati hasil - hasil pembangunan, tetapi tidak
sedikit manusia yang hanya berperan sebagai penonton dalam proses pembangunan, dan
sebagian menjadi korban dalam proses pembangunan. Awalnya manusia membangun hanya
untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan sebagai kebutuhan biologis nya, lama
kelamaan meningkatkan kebutuhan nya di antara nya untuk memenuhi kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan mendapatkan penghargaan, dan puncaknya untuk kebutuhan aktualisasi
diri. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, aspek negatif berupa "nafsu" tidak
pernah selesai. Pembangunan melahirkan ketamakan manusia, dengan korban tidaknya
lingkungan, tatanan sosial manusia, dan manusia manusia yang tidak berdaya karena tidak
memiliki akses dalam memenuhi kebutuhan nafsu. Seiring di antara korban ketamakan
manusia adalah anak yang secara fisik dan mental memang belum mampu untuk berhadapan
dengan orang dewasa.
Anak sebagai dari generasi penerus cita-cita dan perjuangan bangsa. Dalam rangka
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu memimpin serta
memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia
dan Undang-undang Dasar 1945, Diperlukan pembinaan secara terus-menerus demi
kelangsungan hidup.
Anak sebagai Amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Karena
status nya masih dalam proses pertumbuhan, secara fisik maupun mental, dia sangat
membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang dewasa. Karena amanat itulah maka semua
bangsa di dunia melalui Convention on the Right of the Child (CRC) bersepakat bahwa anak
harus diberikan hak hak asasinya dan perlindungan khusus.
Indonesia menjamin hak setiap anak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan
eksploitasi, kesehatan fisik, moral, dan kehidupan sosial dan mental spiritual nya, namun
masih saja banyak anak yang mengalami kekerasan fisik dan mental nya dari keluarga dan
teman-teman di sekitarnya, serta masih banyaknya orang tua yang kurang mengawasi
anaknya saat menggunakan teknologi pada era modern ini.
Komisi perlindungan anak (KPAI), melakukan survei nasional dalam situasi pandemi
Covid-19, tampaknya terpotret hal yang butuh dicermati bagi penyelenggara daerah, ada 22
persen anak yang masih melihat tayangan tidak sopan, bermuatan pronografi, yang tidak
sesuai dengan Indonesia," ujar Susanto saat membuka peluncuran Risalah Kebijakan
Indonesia Joining Forces (IJF) dengan KPAI secara daring, jelang memperingati HUT ke-75
RI, Minggu (16/8/2020).
Susanto mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19 anak-anak semakin lekat dengan
dunia digital.
Dan juga Pada tahun 2020, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya
119 kasus perundungan terhadap anak. Jumlah ini melonjak dari tahun-tahun sebelumnya
yang berkisar 30-60 kasus per tahun. Dan kekerasan anak oleh orang tua pun masih banyak
terjadi di masyarakat.

● Rumusan masalah
- Pengertian anak
- Ham anak di Indonesia
- Penerapan HAM anak di masyarakat menurut UUD sudah berjalan dengan baik atau
belum?
- Bagaimana pengawasan orang tua ke anak di era modern?
- Kenapa Kasus pembully an masi banyak terjadi?

1 .pengertian anak
Dalam bidang biologi, anak umumnya adalah makhluk hidup yang belum mencapai tahap
matang atau dewasa. Istilah "anak" terutama digunakan pada hewan yang belum memasuki
masa siap kawin, tetapi dapat juga digunakan pada beberapa tumbuhan untuk merujuk pada
pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan yang besar.
Dalam bidang psikologi, anak merupakan manusia laki-laki atau perempuan yang belum
mencapai tahap dewasa secara fisik dan mental, atau setidaknya belum mencapai masa
pubertas. Anak dikategorikan berada pada usia-usia masa bayi hingga masa-masa sekolah
dasar, atau bahkan hingga masa remaja tergantung penggolongannya.[2] Dalam bidang
tersebut, anak laki-laki dapat disebut "jaka" atau "cowok", sedangkan anak perempuan dapat
disebut "gadis" atau "cewek".
Dalam silsilah keluarga, anak merupakan keturunan pertama, yaitu generasi kedua setelah
ego (generasi pertama). Anak merupakan "buah hati" kedua orang tua tanpa mempedulikan
usianya.[1] Dalam bidang yang sama, anak laki-laki disebut juga "putra", sedangkan anak
perempuan di
Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang yang
belum dewasa (minderjarig/person under age), orang yang dibawah
umur/keadaan di bawah umur (minderjarigheid/ inferiority) atau biasa
disebut juga sebagai anak yang berada dibawah pengawasan wali
(minderjarige onder voogdij). Pengertian anak itu sendiri jika kita tinjau
lebih lanjut dari segi usia kronologis menurut hukum dapat berbeda-beda
tergantung tempat, waktu dan untuk keperluan apa, hal ini juga akan
mempengaruhi batasan yang digunakan untuk menentukan umur anak.
Perbedaan pengertian anak tersebut dapat dilihat pada tiap aturan
perundang-undangan yang ada pada saat ini. Misalnya pengertian anak
menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
kawin. Pengertian anak pada Pasal 1 Convention On The Rights of The Child,
anak diartikan sebagai setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali
berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh
sebelumnya. Yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang belum dewasa
dan yang menjadi dewasa karena peraturan tertentu mental, fisik masih
belum dewasa). 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
manusia menjabarkan pengertian tentang anak adalah setiap manusia yang
berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah termasuk anak
yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi Pengertian tersebut hampir
sama dengan pengertian anak yang
terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat (1)
tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang berusia 18 (delapan
belas) tahun termasuk anak yang masih di dalam kandungan. Sedangkan
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, pengertian anak adalah orang yang dalam perkara
Anak yang Berkonflik dengan Hukum telah mencapai umur 8 (delapan) tahun
tetapi belum pernah kawin. Pada 30 Juli 2012, DPR-RI mengesahkan UU No.
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang akan menggantikan
UU Pengadilan Anak, 2 tahun sejak diundangkan yaitu akan mulai berlaku
pada 30 Juli 2014. UU No. 11 Tahun 2012 telah mengadopsi Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 1/PUU-VII/2010 yaitu dengan memberikan
pengertian Anak yang Berkonflik dengan Hukum sebagai anak yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas)
tahun yang diduga melakukan tindak pidana (Pasal 1 angka 3 UU No. 11 Tahun
2012).
Namun hal berbeda ditunjukkan dalam lapangan Hukum Tata Negara,
hak memilih dalam Pemilu misalnya seseorang dianggap telah mampu
bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukannya kalau ia sudah
mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun. Melihat dari hal-hal tersebut dapat
diperoleh suatu kesimpulan bahwa penetapan batas umur anak adalah relatif
tergantung pada kepentingannya.

2. Ham anak di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai