Tanggal 23 Juli merupakan tanggal yang dipilih sebagai Hari Anak Nasional
(HAN) yang setiap tahun diperingati. Terkadang muncul pemikiran, mengapa
mesti ada peringatan hari anak di Indonesia, bahkan secara internasional?
Mungkin sedikit orang yang mengetahui dengan pasti latar belakang dan
sejarah lahirnya hari anak. Dilihat dari adanya tanggal tertentu yang mesti
diperingati sebagai hari anak; pastilah dibalik kelahirannya terdapat hal-hal
istimewa, bahkan mungkin luar biasa sebagai faktor penyebab kelahirannya.
1. Hakikat Anak : Konsep dan Pengertian
2. Perspektif anak dari fenomenabiologis-psikologis
Sebagai fenomena biologis(dan psikologis), anak di persepsikan sebagai
manusia yang masih berada dalam tahap perkembangan yang belum mencapai
tingkat yang utuh. Kondisi fisik, organ reproduktif, kemampuan motorik,
kemampuan mental dan psiko-sosialnya dianggap masih belum selesai. Untuk
memahami anak dari perspektif biologis (dan psikologis), kategori anak biasa di
sub klasifikasikan ke dalam beberapa tingkat perkembangan seperti masa bayi,
balita, kanak-kana, remaja awal, remaja akhir, dan seterusya.
b) Perspektif anak dari fenomena sosial-legal
Sebagai Fenomena sosial (dan legal), anak, karena tingkat perkembangan
mental dan psikososialnya, dianggap tidak mempunyai kapasitas untuk
melakukan tindak sosial (dan legal) tertentu. Namun sebagai fenomena sosial
(dan legal), sub-klasifikasi seperti itu tidak dikenal. Dalam perspektif legal, anak
merupakan satu fenomena tunggal. Dalam hal ini anak hanya dipertentangkan
dengan orang dewasa yang dianggap sudah sepenuhnya mampu melakukan
tindakan(legal) tertentu. Perbedaan antara anak dan orang dewasa biasanya
dipatok dengan batas umur tertentu. Batas umur tersebut berbeda-beda
bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan. Misalnya untuk dianggap
mempunyai kapasitas melakukan suatu tindak kejahatan ditetapkan suatu
batas umur yang mungkin berbeda dengan batas umur yang ditetapkan untuk
melakukan perkawinan, dan seterusnya.
Berdasarkan tinjauan dn perspektif yang telah dikemukakan di atas, lalu
perspektif manakah yang sebaiknya digunakan upaya memenuhi hak-hak
anak? Bagi orang tua, pendidik dan tenaga pendamping anak, baik pendekatan
biologis maupun pendekatan yang berdasarkan pada perspektif sosial (dan
legal)perlu dilakukan secara bersamaan. Namun begitu, perlu diingat bahwa
keduanya harus ditempatkan pada proporsi masing-masing. Untuk kegiatan
pengembangan kapasitas (fisik,mental,sosial,moral,dsb), merupakan suatu
tuntutan mutlak untuk memperhitungkan tingkat-tingkat perkembangan
biologis (dan psikologis) pada tahapan umur yang berbeda, perbedaan karakter
perkembangan pada tingkat umur tertentu. Telah dijelaskan oleh semua ahli
perkembangan ( fisik dan psikososial), menuntut respons yang berbeda karena
kebutuhan yang berbeda. Balita umpamanya, mempunyai kebutuhan menu
(dan perhatian psikologis) anak yang berbeda pada tingkat perkembangan
remaja-awal.
Namun untuk kegiatan yang berhubungan dengan kebijakan, maka yang
diperlukan ialah pendekatan dengan perspektif sosial (dan legal). Tujuan
penentuan batas umur mengarah pada advokasi/kebijakan karena untuk tujuan
legal tidak menggunakan sub-klasifikasi seperti yang diperlukan untuk
pendekatan biologis(dan psikologis). Jadi untuk kepentingan legal kita hanya
perlu melihat anak sebagai suatu fenomena tunggal saja, yaitu dari batas
umur tertentu ke bawah saja, tanpa perlu memperhitungkan apakah ia seorang
balita atau remaja, dst. Misalnya, batas usia legal anak-anak Indonesia adalah
18 tahun ke bawah.
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa anak juga adalah manusia yang
harus diakui hak asasinya secara penuh. Bahkan dalam konstitusi di Indonesia, hak
anak merupakan salah satu jenis hak yang disetarakan dengan jenis hak asasi
manusia lainnya. Pada paparan terdahuku telah dikemukakan bahwa setiap anak
berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara serta
memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak
dirampas kebebasannya secara melawan hukum. Pada bagian ini akan dipaprkan
hak-hak asasi anak secara lebih khusus.
Hak anak bila dikaitkan dengan konteks hak asasi manusia. Untuk menyelami
tentang hak asasi anak, kajian yang paling lengkap memang dapat dipelajari dalam
Konvensi Hak Anak(KHA). Hal itu dikarenakan beberapa hal, diantaranya sbb.
1. Hak- hak yang tertuang di dalam KHA mencakupi baik hak-hak sipil dan politik
maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
Kelahiran adalah pintu pertama seseorang tiba di dunia. Untuk itu tidak seorang
pun boleh dihalangi untuk datang ke dunia secara selamat dan lancar. Beriringan
dengan kelahirannya, banyak kerabat yang ingin menyapanya. Untuk itu seseorang
membutuhkan nama. Nama merupakan hak asasi setiap anak sejak kelahirannya,
seseorang yang baru lahir, juga secara legal membutuhkan pengakuan sebagai
bagian dari warga negara yang baru tiba dari dunia yang berbeda. Untuk itu anak
yang baru lahir berhak mendapatkan kewarganwegaraan sehingga secara hukum ia
memiliki kesetaraan dengan warga negara lainnya.
2.
mengapa anak usia dini berhak untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan
mengasihi? Hal ini karena pada saat usia dini merupakan fase pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
mencapai kematangan optimal, maka anak harus difasilitasi dengan rasa kasih dan
sayang yang setulusnya. Jika anak tumbuh dan berkembang dengan penuh kasih
sayang, di samping ia akan merasa bahagia; ia pun akan menjadi generasi yang
berakhlak dan bermoral lebih baik.
3. Anak Usia Dini Berhak Untuk Hidup Dalam Komunitas yang Aman
Damai dan Lingkungan yang Sehat
Harapan kita terhadap anak usia dini adalah mereka semua diharapkan dapat
berkembang secara optimal. Diantara kondisi yang dapat mengantarkan anak-anak
usia dini dapat berkembang dengan baik adalah tersedianya komunitas yang aman,
damai dan lingkungan yang sehat. Oleh karen itu, kondisi komunitas tersebut
merupakan bagian hak-hak dasar anak usia dini dalam mengembangkan dirinya. Lalu
bagaimanakah kriteria komunitas yang aman, damai dan sehat? Terdapat beberapa
hal yang menjadi ciri-cirinya, diantaranya sbb.
a.
Komunitas dan lingkungan tersebut menerima sepenuhnya keberadaan dan
kondisi anak usia dini, baik secara fisik maupun non-fisik
b.
Komunitas dan lingkungan tersebut bersedia berinteraksi dengan anak usia dini
tanpa kecuali dan tangan terbuka.
c.
Komunitas dan lingkungan tersebut memenuhi unsur-unsur yang mendidik, baik
dari sisi interaksi maupun ketersediaan sarana dan prasarananya.
d.
Komunitas dan lingkungan tersebut menjamin bahwa hak-hak sosial budaya
anak usia dini tidak terabaikan dan dapat terpenuhi secara memadai.
e.
Komunitas dan lingkungan tersebut terbebasdari hal-hak yang akan
membahayakan anak-anak usia dini, baik secara fisik maupun non-fisik.
4.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar untuk setiap anak usia dini, karena
merupakan faktor yang mendukung terbentuknya badan sehat dan ketersediaan
energi/tenaga untuk beraktivitas. Oleh karena itu kebutuhan makanan mutlak
terpenuhi oleh setiap anak usia dini. Bagaimanakah kriteria pemenuhan makanan
yang sesuai kebutuhan anak usia dini? Terdapat beberapa hal yang perludiperhatikan
diantaranya sbb.
a.
Memenuhi asupan gizi sesuai yang dibutuhkannya
b.
Berupa makanan yang sehat serta terbebas unsur-unsur yang membahayakan
c.
Pemberiannya sesuai dengan tata cara yang layak dan wajar. Tata cara
pemberian makanan kepada anak usia dini jika perlu menjunjung tinggi hak-hak
anak dan bersifat mendidik.
5.
6.
Bermain dan waktu santai sebagai bagian dari hak anak usia dini, harus terpenuhi
dengan baik. Mengapa? Bermain dan waktu santai bagi anak, ternyata bukan hanya
sekedar untuk memenuhi kesenangan anak. Tetapi berdasar pengkajian yang
mendalam kegiatan tersebut meruupakan kebutuhan dasar yang dapat membantu,
bahkan memacu percepatan dam pertumbuhan dan perkembangan anak secara
lebuh sehat. Dengan demikian bermain dan waktu santai bagi anak usia dini
hendaklah disediakan secara memadai, dan dipersiapkan sebaik-baiknya
sehinggadampak positif yanf dicapai dapat lebih optimal.
7. Anak Usia Dini Berhak untuk Dilindungi dari Penyiksaan,
8.
9.
Ekspresi adalah wujud dari gambaran isi dan kehendak seseorang. Isi dan
kehendak seseorang sangat penting diketahui dengan baik, sehingga kita dapat
meresponnya dengan baik. Begitu pula ekspresi pada anak usia dini harus diterima
dengan terbuka, sebab dengan mampu menerima ekspresi mereka maka kita akan
mengetahui segala yang diharapkan, dibutuhkan dan dirasakan anak. Dengan
demikian orang tua atau orang dewasa dapat menentukan sifat yang paling tepat
pada anak. Sikap yang paling baik dan bijak untuk merespons ekspresi anak tentulah
dengan memberikan dukungan yang positif serta diikuti dengan pijakan (scaffolding)
atau langkah-langkah yang tepat dalam menindaklanjutinya. Dengan demikian,
semua yang diekspresikan anak menjadi dasar atau bahan bagi pengembangan
anak selanjutnya, yaitu yang dapat mengantarkan anak menjadi SDM yang lebuh
cerdas, berkribadian matang.
d. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child).
Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan
kepetusan.prinsip ini tercantum pada pasal 12 ayat 1 konvensi hak anak, yaitu :
Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang mempunyai
pandangan-pandangannya scara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi
anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan
kematangan anak.
3. Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Pengganti
Konvensi hak anak menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya
pemenuhan hak anak.Oleh karena itu,maka lingkungan keluarga memperoleh perhatian
khusus dalam konvensi.Bai anak-anak yang hidup dan berkembang di luar keluarga
alami, diberikan ketentuan-ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka
keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anakbergantung pada
orang dewasa.inilah yang dimaksud dengan pengasuh pengganti.Dalam lonteks
konvensi hak anak,anak berhak untuk mendapatkan keluarga atau keluarga pengganti
agar kehidupan dan perkembangannya dapat dipenuhi dengan baik.Keluarga atau
keluarga pengganti bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak.Sedangkan
nefara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak nak untuk
memperoleh keluarga atau keluarga pengganti dapat dapat terpenuhi, dan agar keluarga
dan keluarga pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan
maksimal.Secatra umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup dalam kelompok
lingkungan keluarga atau pengasuhan pengganti meliputi antara lain:tanggung jawab
keluarga dalam pengasuha anak, penenmpatan bagi anak-anak yang terpish dari
keluarganya, misalnya anak yati piatu, terlantar dan sebagainya (dengan kafalah
sebagaimana yang dikenal dalam hukum islam, adopsi atau panti-panti yang dkelola
oleh negara), serta melindungi anak-anak dari tindak kekerasan oleh orang tua, keluarga
atau keluarga pengganti mereka.
4. Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar
Kesehatan dan kesejahteraan dasar berisi berbagai ketentuan yang pada prinsipnya
memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan yang layak agar
mereka dapat berkembang, baik fisik, mental spiritual, moral maupun sosial dengan
baik, termasuk hak anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan serta jaminan sosial.
5. Pendidikan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya
Kelompok
ini
memberikan
ketentuan
mengenai
hak-hak
anak
untuk
berkembang.Perlu diingat bahwa pendidikan disini termasuk juga latihan dan bimbingan
kejuruan.Perlu juga diperhatikan bahwa kegiatan waktu luang dan kegiatan budaya
dianggap penting pengaruhnya bagi perkembangan anak.
6. Langkah-langkah Perlindungan Khusus
Langkah perlindungan khusus ini diperlukan karena anak merupakan individu yang
belum matang baik politik yang salah.Selain itu anak merupakan aset utama bagi masa
depan bangsa dan kemanusiaan secara menyeluruh.Namun fakta menunjukan, kondisi
kehidupan anak diseluruh dunia pada saat ini ternyata tidak menjadi lebih baik.Ancaman
terhadap anak pada saat ini baik ancaman fisik,mental maupun sosial ternyata secara
,mental maupun sosial,dan kondisinya rentan terhadap tindak eksplotasi, kekerasan,
penelantaran dan lain-lainnya.Anak juga sangat rawan sebagai korban dari kebijakan
ekonomi makro atau keputusan lebih serius dibandingkan pada waktu-waktu yang
lalu.Secara umum,anak perluperlu dilindungi dari : 1).keadaan darurat atau keadaan
yang membahayakan; 2).Kesewenang-wenangan hukum; 3). Eksploitasi termasuk tindak
kekerasan (abuse) dan penelantaran ; 4). Diskriminasi.Komite Hak anak PBB, dlam
atau cetakan, dalam bentuk karya seni maupun melalui media lain sesuai dengan
pilihan anak yang bersangkutan.
h. Negara hendaklah mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan
pendidikan yang layak guna melindungi anak dan semua bentuk kekerasan fisik dan
mental, cedera atau penyalahgunaan, pengabaian atau tindakan penelantaran,
perlakuan salah, atau eksploitasi, termasuk penyalahgunaan seksual, sementara
mereka berada dalam pengasuhan orang tua, wali yang sah atau setiap orang lain
yang merawat anak.
i. Negara hendaklah mengakui bahwa anak-anak yang cacat fisik atau mental
hendaknya menikmati kehidupan penuh dan layak, dalam kondisi-kondisi yang
menjamin martabat, meningkatkan percaya diri dan mempermudah peran serta aktif
anak dalam masyarakat.
j. Negara hendaklah mengakui hak anak atas pendidikan. Untuk mewujudkan hak ini
secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama, secara khusus negara
dianjurkan: (1) membuat pendidikan dasar sebagai suatu kewajiban dan tersedia
secara Cuma-Cuma untuk semua anak; (2) mendorong pengembangan bentukbentuk pendidikan menengah yang berbeda, termasuk pendidikan umum dan
kejuruan, menyediakan pendidikan tersebut untuk setiap anak dan mengambil
langkah-langkah yang tepat seperti penerapan pendidikan Cuma-Cuma dan
menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan; (3) negara diharapkan mendorong
pendidikan anak yang diarahkan pada: (a) pengembangan kepribadian anak, bakat
dan kemampuan mental dan fisik hingga mencapai potensi mereka sepenuhnya; (b)
pengembangan penghormatan atas hak-hak asasi manusia dan kemerdekaan hakiki,
sereta terhadap prinsip-prinsip yang diabadikan dalam piagam PBB; (c)
pengembangan rasa hormat kepada orang tua, identitas budaya, bahasa dan nilainilainya, nilai-nilai kebangsaan dan negara tempat anak tersebut bertempat tinggal,
berasal dan kepada peradaban-peradaban yang berbeda dan peradabannya sendiri;
(d) persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam suatu
masyarakat yang bebas, dalam semangat saling pengertian, perdamaian, toleransi,
persamaan jenis kelamin, dan persahabatan antara sesama, kelompok-kelompok
etnik, bangsa dan agama dan orang-orang pribumi, serta (e) pengembangan rasa
hormat kepada lingkungan alam.
k. Negara dimana terdapat kelompok minoritas suku bangsa, agama atau bahasa atau
orang-orang pribumi, seorang anak dan kalangan minoritas atau pribumi apapun
tidak akan disangkal haknya dalam bermasyarakat dengan anggota-anggota lain dan
kelompoknya, untuk menikmati budayanya sendiri, untuk melaksanakan ajaran
agamanya sendiri, atau menggunakan bahasanya sendiri.
l. Negara agar mengakui hak anak akan dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari
pelaksanaan setiap pekerja yang mungkin berbahaya atau mengganggu pendidik
anak, atau membahayakan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual,
moral atau sosial anak.
m. Negara agar berusaha untuk melindungi anak dari semua bentuk eksploitasi seksual
dan penyalahgunaan seksual. Untuk tujuan ini, diharapkan negara-negara dapat
mmengambil langkah-langkah nasional, bilateral dan multilateral untuk mencegah:
(a) bujukan atau pemaksaan terhadap anak untuk melakukan kegiatan seksual yang
tidak sah; (b) eksploitasi anak dalam pelacuran atau praktek-praktek seksual lain
yang tidak sah; (c) eksploitasi anak dalam pertunjukan-pertunjukan dan bahanbahan pornografi.
2. Konsekuensi Bagi Indonesia dalam Penegakan Hak-hak Anak
Beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara, antara lain adalah sbb.
a. Mengakui hak-hak anak yang dirumuskan dalam Konvensi
Mengacu kepada sistem pendidikan anak usia dini di Indonesia, terutama dari
tinjauan jalurnya maka dikenal salah satu jalur, yaitu jalur informal. Apakah yang
dimaksud dengan jalur pendidikan informal itu sesungguhnya? Untuk mendapatkan
pengertian terstandar maka secara formal kita dapat menyimak dari berbagai
rumusan resmi yang dituangkan dalam naskah perundangan maupun peraturan
pemerintah. Salah satu pengertian utama tentang pendidikan informal tertuang
dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 28 dinyatakan bahwa
pendidikan Informal adalah pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di
lingkungan.
Apakah makna dari pengertian di atas? Setidaknya terdapat dua makna, pertama,
yaitu adanya pengakuan akan pentingnya pendidikan di keluarga dan lingkungan bagi
anak. Kedua yaitu menyiratkan adanya tuntutan tertentu atas penyelenggaraan
pendidikan di keluarga dan lingkungan yang harus mengikuti standar atau ketentuan
yang sepatutnya. Kedua makna tersebut melekat pada pengertian pendidikan
informal agar jalur pendidikan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan. Namun demikian, tentulah diperlukan penjelasan dan deskripsi untuk
memahami makna-makna tersebut.
1. Pengakuan Akan Pentingnya Pendidikan Di Keluarga dan Lingkungan
Tentulah sangat wajar pendidikan di keluarga dan lingkungan diakui sebagai salah
satu komponen penting dalam mencerdaskan anak-anak bangsa sebagai generasi
penerus, karena jalur pendidikan ini merupakan model pendidikan tertua yang
pernah ada. Keberadaan jalur pendidikan ini lahir seiring dengan keberadaan
manusia di muka bumi. Jadi hadirnya pendidikan informal mungkin sudah ada sejak
ribuan, bahkan jutaan tahun lalu.
. Setidaknya terdapat beberapa hal yang dapat mengurangi terjadinya dampakdampak negatif dalam menciptakan pendidikan di keluarga, di antaranya sbb.
a. Carilah informasi yang banyak sebagai ilmu untuk membantu anda untuk
merawat dan mendidik anak sebelum memutuskan memiliki keluarga atau
menikah. Misalkan dengan mempelajari buku-buku pendidikan dan perawatan
anak, mengikuti diklat pra nikah, dsb.
b. Sebelum memutuskan untuk memiliki anak calon ibu-bapak hendaknya berlatih
untuk mempersiapkan kehamilan, kelahiran serta bertanya kepada orang tua atau
ahlinya bagaimana tata cara menangani anak, baik terkait dengan perawatannya
maupun dengan memberikan pendidikan untuk anak.
c. Kenalilah fenomena sekecil apapun yang terjadi dan berkaitan dengan anak, baik
saat masih dalam kandungan maupun setelah kelahirannya. Tanganilah dengan
sebaik mungkin jika terjadi hal-hal yang akan mengurangi mutu perawatan dan
pendidikan anak.
d. Penuhilah kebutuhan perawatan dan pendidikan anak, baik secara fisik maupun
non fisik.hal ini penting, agar terjadi kesempurnaan perawatan dan pendidikan
anak.
2.
Siikap dan perilaku orang tua dapat menentukan gagal atau berhasinya anak
Dr.Maria Montessori, seorang ahli dari Italia, melalui serangkaian penelitian yang
dilakukannya terhadap anak dan proses pendidikannya di lembaga yang
dikembangkannya yang dikenal dengan casa dei Bambini (childrens house) di Roma,
menyimpulkan bahwa anak sejak usia lahir hingga 6 tahun adalah tahun formatif,
Bersikaplah bijak kepada setiap anak yang senang mencoba dan kepada anak
yang melakukan kesalahan. Bahkan secara mendasar, dapat disampaikan
berdasarkan kajian perkembangan anak, sebetulnya jika terdapat anak usia dini yang
melakukan satu kesalahan yang sebetulnya lebih dikarenakan anak belum tahu salah
dan benar secara tepat.
g. Setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti
Rasa ingin tahu dari seorang akan mendorong orang itu untuk berusaha
menemukan jawabannya dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara
meneliti. Rasa ingin dan dorongan mencari jawaban ternyata adalah alamiah dan
merupakan naluri. Bahkan naluri tersebut muncul sangat kuat saat usia dini. Oleh
karena itu, dalam keluarga hendaklah anak-anak mereka diberikan kesempatan
untuk bereksplorasi akan memiliki kecendrungan menjadi anak yang lebih cerdas
dibandingkan anak yang lainnya.
h. Setiap anak memiliki potensi yang tidak bersifat tunggal
Sebagai kesimpulan utama dari karakteristik anak usia dini dan yang dapat
menjadi pedoman bagi orang tua dalam pendidikan jalur informal, dalam hal ini
yang diselenggarakan di lingkungan keluarga adalah penting mengakui dan
memahami bahwa setiap anak memilki potensi yang tidak bersifat tunggal atau
dengan bahsa lain, anak memiliki kecerdasan jamak.
2.
A.
anak usia dini dan karakteristiknya secara lengkap. Pada bagian ini
ingin ditegaskan tentang anak yang manakah yang menjadi sasaran
PAUD informal di Indonesia? Jawabannya adalah Anak Usia 0-6 tahun
yang karakteristiknya telah tersaji di modul sebelumnya. Lalu sasaran
apa yang hendak dicapai dari anak usia tersebut, hal ini pun telah
disajikan bahwa semuanya untuk mengembangkan segenap potensi anak
atau dengan kata lain mengembangkan seluruh dimensi kecerdasannya
yang meliputi:
1. Kecerdasan
prakteknya
membaca,
linguistik
dapat
(kemampuan
dirangsang
menulis,
di
melalui
berdiskusi,
dan
bidang
bahasa),
berbicara,
bercerita.
dalam
mendengar,
Ajaklah
anak
logika-matematika
bilangan/ angka),
melalui
dalam
(kemampuan
prakteknya
menggunakan
dapat
dirangsang
anak
untuk
mengelompokkan,
untuk mengamati
puzzle, rumah-
memelihara binatang,
termasuk
mengamati
fenomena
mata hari.
7. Kecerdasan interpersonal (kemampuan memahami orang lain), dalam
B.
keluarga dan orang tua menjadi penting dalam PAUD informal? Keluarga
memiliki peran yang penting karena keluarga merupakan lingkungan
utama bagi efektivitas pendidikan jalur ini. Pada jalur pendidikan
informal
lingkungan
keluarga
dapat
diibaratkan
sebagai
kelas,
tersebut
kaya
akan
rangsangan
mengembangkan
berbagai dimensi kecerdasan anak.
2. Lingkungan tersebut terbebas dari tekanan dan paksaan.
yang
dapat
baik
sebanyak-banyaknya
dan
menghukum
sesedikit
mendampingi
anak.
Gunakan
kesempatan
itu
untuk
belajar
cara
pengamatannya
pada
beraksi
perilaku
terhadap
orang
berbagai
tua.
Agar
hal
anak
melalui
dapat
baik
bahwa
orang
tua
bukan
hanya
berhasil
dalam
1. PAUD Jalur Informal yang Menjunjung Hak Lahir, Hak Nama dan
Hak Kewarganegaraan
Kelahiran adalah pintu pertama seseorang tiba di dunia, Oleh karena itu
tidak seorang pun boleh dihalangi untuk datang ke dunia ini secara
selamat dan lancar. 2. PAUD Jalur Informal yang Menjunjung Kasih
Sayang
Mengapa anak usia dini berhak berada dalam keluarga yang menyayangi
dan mengasihi? Usia dini merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
mencapai kematangan optimal, maka harus difasilitasi dengan rasa kasih
dan sayang yang setulusnya. Sehingga ia akan merasa bahagia; dan akan
menjadi generasi yang berakhlak dan bermoral lebih baik. Cara-cara
menerapkan kasih sayang dalam pendidikan keluarga, di antaranya
dengan cara adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan dengan empati
Anak usia dini secara fisik maupun psikis berada pada kondisi yang
lemah. Oleh karena itu, orang tuaiah yang dapat mengatur dan
menentukan bobot dan beban pendidikan pada setiap anaknya.
Pertimbangan yang paling tepat dan menjadi rambu-rambu terhadap
segala stimulasi dan responsnya adalah perasaan empati sesuai
keadaan anak. Hendaklah orang tua dalam menyampaikan sesuatu
pada
anak
sesuai
dengan
kesanggupan
fisik
atau
pikirannya.
yang akan berujung pada ikatan kasih sayang antara anak dengan
orang tua.
c. Pendidikan tanpa teriakan
Anak dapat dihantar untuk dapat menjadi pendengar yang baik.
Untuk itu sebetulnya orang tua tidak perlu menggunakan teriakan
saat
volume suara yang wajar, sehingga anak akan menerima pesan nilai
dan pengalaman belajar, dan mendapat pengalaman cara komunikasi
yang santun.
d. Pendidikan yang diikuti dengan doa yang tulus
Orang tua hanya berusaha dengan sekuat tenaga dalam mengantarkan
anak-anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tetapi
penentu akhirnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena tiada
salahnya setiap orang tua senantiasa mendoakan anaknya agar dapat
tumbuh dan berkembang sesuai harapan-harapannya.
3.
orang
berkembang
tua
secara
tentulah
optimal.
berharap
Di
antara
agar
anaknya
kondisi
yang
dapat
dapat
itu
berlangsung.
a. Ciptakan
kondisi
komunitas dan
kondisi
yang
meyakinkan
anak,
bahwa
komunitas
dan
lingkungan tersebut bersedia berinteraksi dengan anak usia dini
tanpa
kecuali dan dengan tangan terbuka.
c. Ciptakan kondisi
yang
meyakinkan
anak,
bahwa
komunitas
dan
lingkungan tersebut memenuhi unsur-unsur yang mendidik, baik dari
sisi
interaksi maupun ketersediaan sarana dan prasarananya.
d. Ciptakan kondisi yang meyakinkan anak, bahwa komunitas dan
lingkungan tersebut menjamin bahwa hak-hak sosial-budaya anak
terpenuhi secara memadai dan tidak terabaikan.
e. Ciptakan kondisi yang meyakinkan anak, bahwa komunitas dan
lingkungan tersebut terbebas dari hal-hal yang akan membahayakan
anak usia dini, baik secara fisik maupun nonfisik.
4. PAUD Jalur Informal yang Mampu Menyediakan Kebutuhan
Penunjang, Terutama Makanan yang Cukup untuk Tubuh dan
Kesehatan serta Aktivitas Anak
Pendidikan yang disediakan untuk anak dalam keluarga akan optimal
jika didukung oleh dukungan makanan yang memadai untuk anak.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar untuk setiap anak, karena
merupakan faktor kunci terbentuknya badan sehat dan ketersediaannya
energi/tenaga untuk beraktivitas. Oleh karena itu kebutuhan makanan
mutlak terpenuhi bagi setiap anak usia dini dan merupakan bagian
terpadu
dengan
layanan
pendidikan
anak.
Bagaimanakah
&Copple,
1997).
Pengetahuan
tentang
lingkungan
b. Bermain
membantu
anak
mengembangkan
kemampuan
mengorganisasi
dan menyelesaikan masalah.
Anak-anak
yang
bermain
akan
berpikir
tentang
cara
memahami
perspektif
orang
lain
dan
bagaimana
menemukan
strategi
bermain
dengan
orang
lain,
serta
bagaimana
anak
memecahkan
masalahnya.
Fokus
perkembangan
intelektual
dapat
dilihat
melalui
bahasa dan literasi, serta berpikir logika matematis (Hoorn,et.al.
1999).
d. Bermain mendorong anak untuk beipikir kreatif
Bermain mendukung tumbuhnya pikiran kreatif karena di dalam
bermain anak memilih sendiri kegiatan yang mereka sukai. Dalam
bermain anak terdorong untuk melihat, mempertanyakan sesuatu,
membentuk
satu
bagian
dari
enam
wilayah
pada
orang
lain
seperti
memahami
dan
menerima
perbedaan
individu, memahami masalah mullibudaya.
g. Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa
takut
kecelakaan
di
taman
bermain
dan
mendeskripsikan
bagaimana melampiaskan tekanan itu melalui bermain (Brown, dkk
dalam
Brewer,
1995).
Anak-anak
dalam
kelompok
yang
berbeda
menggambarkan
kecelakaan
itu
ke
dalam
kegiatan
bermain
yang
berbeda, tetapi setiap kelompok mengungkapkan ketakutan mereka
dan
mencoba membebaskannya melalui permainan "rumah sakit-rumah
sakitan"
atau
permainan
lain
yang
menceritakan
orang
yang
kesakitan.
Barnett (dalam Brewer,1995) menemukan bahwa anak-anak yang
ketakutan
akan
terkurangi
rasa
takutnya
setelah
mereka
mengekspresikan
ketakutannya itu dalam kegiatan bermain.
h.
i.
mereka
menemukan
jawaban
dari
pertanyaan-
keberadaanku?",
"Apakah
maksudnya?"(Bettelheim,
1981
dalam Catron & Allen, 1999). Bermain juga dapat menjadi sebuah alat
terapeutik (penyembuh) dalam kehidupan anak-anak.
j.
k.
1.
menerapkannya
dalam pendidikan
di
lingkungan
keluarga.
Terdapat
beberapa cara yang dapat ditempuh oleh orang tua dalam menerapkan
kegiatan bermain anak atau bersama anak, yaitu sebagai berikut.
a. Orang tua dapat berperan dalam memilih tempat, bahan, alat dan
media
main
yang
dianggap
cocok.
aman
dan
sesuai
kebutuhan
perkembangan
anak.
b. Jika orang
kesempatan
bermain
dengan
berbagai
perabot rumah. Tentunya tetap mempertimbangkan aspek manfaat
dan
kelayakannya.
e. Orang tua dapat berperan sebagai pengamat kegiatan main anak
sehingga
kemajuan main dan dampak-dampaknya dapat terdeteksi dengan baik.
7. PAUD
Jalur
Informal
yang
Mampu
Melindungi
Anak
dari
sangat
membekas
dan
permanen
hingga
dewasa
(trauma
lingkungan
lingkungan
Anak
Usia
Dini
Jalur
Informal
yang
Memberi
B.
orang
tuanya
bekerja
atau
memiliki
kesibukan.
Dalam
Kelompok Bermain
Kelompok Bermain sering disingkat dengan sebutan KB, yaitu bentuk
diperlukan
bagi
lingkungannya
anak
dan
dalam
untuk
menyesuaikan
pertumbuhan
serta
diri
dengan
perkembangan
Satuan PA UD Sejenis
Satuan PAUD Sejenis sering disingkat dengan sebutan SPS, yaitu
bentuk lain pendidikan jalur nonformal selain Penitipan Anak atau
Kelompok 3ermain, seperti: Tapas (Taman Pendidikan Anak Sholeh),
Taat (Taman A5uh Anak Terpadu), TAAM (Taman Asuh Anak Muslim),
Bambini (Bina Anak Muslim Berbasis Masjid), Bina Anak Prasa, PADU
Terintegrasi
Posyandu,
Terintegrasi
Sekolah
Terintegrasi
Minggu,
dan
BKB
(Bina
Iain-lain.
Keluarga
Dalam
Balita),
menjalankan
pemberian rangsangan
pencapaian
perkembangan
adalah
deskripsi
tentang
perkembangan yang berhasil dicapai anak pada suatu tahap tertentu.
Terdapat empat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para
pendidik
PAUD
nonformal,
yaitu:
1)
Kompetensi
Kepribadian,
2)
1) Standar Kualifikasi
Kompetensi
Kepribadian
Pendidik
PAUD Non-
Formal
a) Menyenangi anak secara tulus.
b) Bersikap sabar, tenang, ceria, serta penuh perhatian.
c) Memiliki kepekaan dan humoris dalam memahami perilaku anak.
d) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana.
e) Berpenampilan rapi dan bersih.
f) Berperilaku santun, menghargai, serta melindungi anak.
2) Standar Kualifikasi
Kompetensi
Profesional
Formal
a) Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
b) Memahami konsep PAUD secara umum maupun khusus pada tahaptahap perkembangan dengan karakteristik anak yang spesifik.
c) Memahami konsep dasar sains, bahasa, sosial dan senso-motorik
pada anak usia dini.
d) Terampil menggunakan berbagai alat dan jenis permainan sebagai
sarana stimulasi perkembangan anak.
e) Memiliki kepekaan emosi dan kognisi untuk mengenali perilaku
anak.
f) Tanggap dalam mengamati kondisi kesehatan dan kebutuhan
anak
serta mampu mengambil tindakan tepat.
g) Mampu
yang
melaksanakan
berbagai
metode
pembelajaran
mengenali/mengidentifikasi
pencapaian
setiap
aspek
perkembangan.
b) Mampu
memahami
dan
melaksanakan
kegiatan
sesuai
dengan
rancangan program.
c) Memiliki kreativitas untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia
dalam menciptakan suasana bermain yang menyenangkan.
d) Memahami karakter anak secara individual sesuai dengan latar
belakang sosial dan budaya anak.
e) Memiliki kemampuan untuk memberikan umpan balik, penguatan,
dan dorongan secara tepat.
f) Mampu mengeloia
nyaman,
tenang
dan
bebas
dari
hal-hal
yang
sehat,
mengganggu
keamanan
dan kenyamanan anak.
4) Standar Kualifikasi Kompetensi Sosial pendidik PAUD Non-Formal
a) Mampu
menjalin
kerja
sama
dengan
semua
pihak
dalam
didik
untuk
komunikasi
dengan
orang
tua
peserta