Anda di halaman 1dari 33

Pengertian Anak dan Anak Nakal

1. Pengertian Anak dan Anak Nakal

a) Pengertian anak menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yaitu:

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang

merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan

mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 1 yaitu:

1. Anak adalah dalam orang yang perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi

belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.

2. Anak nakal adalah:

a. Anak yang melakukan tindak pidana atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan

perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam

masyarakat bersangkutan.

3. Anak Terlantar adalah :

Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan ditetapkan sebagai anak terlantar, atas pertimbangan

anak tersebut tidak terpenuhi dengan wajar kebutuhannya, baik secara rohaniah, jasmaniah,

maupun social disebabkan :

a. Adanya kesalahan, kelalaian, dan atau ketidakmampuan orang tua, wali atau orang tua asuhnya

atau

b. Statusnya sebagai anak yatim piatu atau tidak ada orang tuanya.
Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (selanjutnya

disingkat dengan KUH Pidana) yaitu:

Jika seseorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya
belum enam belas tahun, hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada
orang tuanya, walinya, atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau
memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu
hukuman[1]
Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

yang berbunyi:

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar

dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979

tentang Kesejahteraan Anak yaitu :

Anak adalah seseorang orang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah

nikah.

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat

menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun

sosial.

Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan social yang ditujukan untuk

menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan anak.

Yang dimaksud dengan undang-undang kesejahteraan anak meliputi;

1. Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan, dan

rehabilitasi.

2. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.


3. Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha

kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 ayat (1) dan

(2) yaitu :

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Ayat 1 : memuat batas antara belum dewasa dengan telah dewasa yaitu berumur
21 (dua puluh satu) tahun kecuali, anak yang sudah kawin sebelum umur 21 tahun, pendewasaan.
Ayat 2 : menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadipada seseorang sebelum berusia
21 tahun, tidak mempunyai pengaruh terhadap kedewasaan.

b) Pengertian anak nakal (juvenile delequency)

Kenakalan anak ini diambil dari istilah asing Juvenile Delequency, tetapai kenakalan anak

ini bukan kenakalan yang dimaksud dalam Pasal 489 KUHP.

Juvenile Delequency artinya young, anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa

muda sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan Delequency artinya doing wrong,

terabaikan/mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal,

pelanggaran aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana,

dursila, dan lain-lain.

Istilah kenakalan anak itu pertama kali ditampilkan pada badan peradilan Amerika Serikat

dalam rangka usaha membentuk suatu undang-undang peradilan bagi anak di Negara tersebut.

Dalam pembahasannya ada kelompok yang menekankan segi pelanggaran hukumnya, ada pula

kelompok yang menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari norma yang

berlaku atau belum melanggar hukum. Namun semua sepakat bahwa dasar pengertian kenakalan

anak adalah perbuatan atau tingkah laku yang bersifat anti sosial.

Sebagaimana diketahui terdapat berbagai macam definisi yang dikemukakan oleh para

ilmuwan tentang Juvenile Delequency ini, seperti diuraikan dibawah ini.


Paul Moedikno,[2] memberikan perumusan, mengenai pengertian Juvenile

Delequency, yaitu sebagai berikut:

1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak

merupakan delequency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,

menganiaya, membunuh dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang menimbulakan keonaran

dalam masyarakat, misalnya memakai celana jangki tidak sopan, mode you can see dan

sebagainya.

3. Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi social, termasuk gelandangan,

pengemis dan lain-lain.

Menurut Kartini Kartono,[3] yang dikatan Juvenile Delequency adalah:

Perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit

(patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian

sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang meyimpang.

R. Kusumanto Setyonegoro,[4] mengemukakan pendapatnya tentang Juvenile

Delequency antara lain sebagai berikut:

Tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap
sebagai akseptabel dan baik, oleh suatu lingkungan masyarakat atau hukum yang berlaku disuatu
masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak, maka sering
tingkah laku serupa itu disebut deengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal. Jika ia berusah
adolescent atau preadolescent, maka tingkah laku itu sering disebut delinkuen; dan jika ia dewasa
maka tingkah laku ia seringkali disebut psikopatik dan jika terang-terangan melawan hukum
disebut criminal.
Sedangkan menurut pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tenteng

Pengadialan Anak bahwa yang dimaksud dengan juvenile delequency adalah:

1. Anak yang melakukan tindak pidana, atau


2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik menurut peraturan

perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan.[5]

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Orang tua merupakan pendidik paling pertama dan paling utama bagi anak-anak mereka, karena
dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan
pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua
menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.

Orang tua adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana hal ini
akan menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya dibutuhkan pola asuh yang tepat agar
anak tumbuh berkembang optimal. Citra diri senantiasa terkait dengan proses tumbuh kembang anak
berdasarkan pola asuh dalam membesarkannya.

B.RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan diulas adalah:

1. Mengapa anak menjadi nakal?

2. Apa penyebabnya?

3. Bagaimana cara mengatasinya?

4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan konseling.


BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Anak Nakal


Anak nakal adalah anak yang suka berulah, tidak mau diatur, kalau punya keinginan harus segera
dipenuhi, kalau tidak dipenuhi anak akan mengamuk, usil, dan suka mengganggu saudaranya atau teman-
temannya. Anak yang seperti ini memang bikin orangtua serba salah. Kalau disikapi dengan keras, tingkah
laku anak akan semakin menjadi-jadi. Disikapi dengan lemah lembut, tingkah anak tidak juga berhenti.

Sebenarnya, untuk mengatasi perilaku luar biasa pada anak ini, orangtua perlu memahami sebab-sebab
timbulnya kenakalan pada anak. Kenakalan anak pada dasarnya merupakan bentuk protes anak terhadap
orangtuanya. Anak nakal pada dasarnya merupakan akibat dari kekeliruan pola asuh orangtuanya. Jadi
kalau anak kita nakal, salahkan diri sendiri terlebih dahulu, baru kemudian kita mencoba memahami
mengapa anak kita menjadi nakal.

B. Sebab-Sebab Anak Menjadi Nakal

1. Kurangnya perhatian orangtua terhadap anak. Anak yang merasa kurang diperhatikan oleh
orangtuanya biasanya akan mencari kompensasi perilaku untuk mendapatkan perhatian itu. Salah
satunya dengan perilaku nakal.
2. Orangtua mengabaikan anak. Kali ini orangtua tidak hanya sekedar kurang perhatian, tetapi sudah
sampai pada taraf mengabaikan anak. Salah satu contoh adalah, ketika anak memanggil atau
mengajak bicara ayah atau ibunya, mereka tidak segera menjawab atau bahkan membiarkannya
saja sehingga anak terpaksa harus memanggil dua tiga sampai lima kali. Jangankan anak-anak,
orang dewasa pun kalau merasa diabaikan pasti akan menjadi jengkel dan marah.
3. Orangtua tidak mau memahami anak. Orangtua yang terlalu banyak menuntut anak tanpa
diimbangi dengan upaya untuk memahami anak, bisa membuat anak frustasi dan marah.
Akibatnya anak akan menjadi nakal.

Setelah orangtua memahami apa penyebab munculnya perilaku nakal pada anak, tiba waktunya bagi
orangtua untuk mencoba mengatasi dan memperbaiki perilaku anak tersebut.
C. Cara Mengatasi Kenakalan Anak

1. Berikan perhatian dan kasih sayang lebih kepada anak setiap saat, tidak hanya pada saat perilaku
nakal anak muncul. Perhatian dan aksih sayang ini tidak harus yang berbentuk sesuatu yang besar,
istimewa dan lain dari yang lain. Perhatian dan kasih sayang ini bisa berujud hal-hal yang kecil-
kecil seperti membelai rambut anak, memeluk, dan memberinya hadiah sesuatu yang kecil dan
menyenangkan. Disarankan untuk memulai perhatian ini pada hal yang sekecil-kecilnya yang tidak
disadari anak, tetapi dirasakannya. Sebab, kalau perhatian dan kasih sayang ini dirasakan berbeda
oleh anak, bisa jadi anak akan menolaknya dan justru memancing munculnya perilaku nakalnya.
2. Hargai anak, tempatkan ia sebagai seseorang yang sangat penting bagi kita, lebih penting dari
rekan bisnis atau bahkan bos kita. Jadi, sekali pun pada suatu saat kita sedang berbicara dengan
teman bisnis atau bos di telepon, kalau anaka memanggil, sempatkan waktu sedikit untuk
menjawab panggilan anak dan memberinya perhatian.
3. Pahami anak. Kadang-kadang orangtua menuntut terlalu tinggi sehingga anak tidak bisa
memenuhi harapan orangtua. Dalam hal ini orangtua tidak boleh kecewa dan mencela anak.
Tetap berikan apreasiasi yang positif dengan senyum penuh penerimaan, dan kebanggaan.
4. Setiap kali perilaku anak muncul, alihkan energy dan perhatiannya pada hal-hal lain yang lebih
positif sehingga perilaku nakalnya tidak berlarut-larut.

D. Cara Mendidik Anak Dalam Ajaran Islam


1. Mendidik anak
Mendidik anak merupakan perkara yang mulia tapi gampang-gampang susah dilakukan, karena di satu
sisi, setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh dengan akhlak dan tingkah laku terpuji, tapi di
sisi lain, mayoritas orang tua terlalu dikuasai rasa tidak tega untuk tidak menuruti semua keinginan sang
anak, sampai pun dalam hal-hal yang akan merusak pembinaan akhlaknya. Sebagai orang yang beriman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita meyakini bahwa sebaik-baik nasihat untuk kebaikan hidup kita
dan keluarga adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur-an dan
sabda-sabda nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ظةُ َجا َءتكمُ قَدُ النَّاسُ أَيُّ َها يَا‬


َ ‫ور فِي ِل َما َو ِشفَاءُ َربِكمُ مِ نُ َمو ِع‬
ُِ ‫صد‬
ُّ ‫لِلمؤمِ نِينَُ َو َرح َمةُ َوهدًى ال‬. ُ‫ل قل‬ َُِّ ‫خَيرُ ه َُو فَليَف َرحوا فَبِذَلِكَُ َوبِ َرح َمتِ ُِه‬
ُِ ‫ّللا بِفَض‬
‫يَج َمعونَُ مِ َّما‬

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dari Rabb-mu (Allah Subhanahu wa
Ta’ala), penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia) dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari perhiasan duniawi yang
dikumpulkan oleh manusia.’” (QS. Yunus: 57-58).

Dalam hal yang berhubungan dengan pendidikan anak, secara khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengingatkan orang-orang yang beriman akan besarnya fitnah yang ditimbulkan karena kecintaan yang
melampaui batas terhadap mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ن آ َمنوا الَّذِينَُ أَيُّ َها يَا‬ ِ ‫عدوُا ً َوأَوالدِكمُ أَز َو‬


َُّ ِ‫اجكمُ مِ نُ إ‬ َ ُ‫فَاحذَروهمُ لَكم‬
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. at-Taghabun: 14).

Makna “menjadi musuh bagimu” dalam firman-Nya adalah “melalaikan kamu dari melakuakan amal shalih
dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”[1]

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta
kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan hamba-
hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan
anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi hamba-hamba-Nya
untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya….”[2]

2.Fenomena kenakalan anak

Fenomena ini merupakan perkara besar yang cukup memusingkan dan menjadi beban pikiran para
orangtua dan pendidik, karena fenomena ini cukup merata dan dikeluhkan oleh mayoritas masyarakat,
tidak terkecuali kaum muslimin.

Padahal, syariat Islam yang sempurna telah mengajarkan segala sesuatu kepada umat Islam, sampai dalam
masalah yang sekecil-kecilnya, apalagi masalah besar dan penting seperti pendidikan anak. Sahabat yang
mulia, Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu pernah ditanya oleh seorang musyrik, “Sungguhkah Nabi kalian
(Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampai
(masalah) adab buang air besar?” Salman menjawab, “Benar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
kami menghadap ke kiblat ketika buang air besar atau ketika buang air kecil….”[3]

Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mensyariatkan agama ini Dialah yang menciptakan alam
semesta beserta isinya dan Dialah yang maha mengetahui kondisi semua makhluk-Nya serta cara untuk
memperbaiki keadaan mereka?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ال َخبِيرُ اللَّطِ يفُ َوه َُو َخلَقَُ َمنُ يَعلَمُ أَال‬

“Bukankah Allah yang menciptakan (alam semesta besrta isinya) Maha MengetahuiB (keadaan mereka)?,
dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui (segala sesuatu dengan terperinci).” (QS. al-Mulk: 14).
Akan tetapi, kenyataan pahit yang terjadi adalah, untuk mengatasi fenomena buruk tersebut, mayoritas
kaum muslimin justru lebih percaya dan kagum terhadap teori-teori/ metode pendidikan anak yang
diajarkan oleh orang-orang barat, yang notabene kafir dan tidak mengenal keagungan Allah Subhanahu
wa Ta’ala, sehingga mereka rela mencurahkan waktu, tenaga dan biaya besar untuk mengaplikasikan
teori-teori tersebut kepada anak-anak mereka.Mereka lupa bahwa orang-orang kafir tersebut sendiri
tidak mengetahui dan mengusahakan kebaikan untuk diri mereka sendiri, karena mereka sangat jauh
berpaling dan lalai dari mengenal kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla yang menciptakan mereka, sehingga Allah
Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka lupa kepada segala kebaikan dan kemuliaan untuk diri mereka
sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ّللا نَسوا كَالَّذِينَُ ت َكونوا َوال‬ َ ‫سهمُ فَأَن‬


ََُّ ُ‫ساهم‬ َ ‫الفَاسِقُونَُ همُ أولَئِكَُ أَنف‬

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa (lalai) kepada Allah, maka Allah menjadikan mereka
lupa kepada diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Hasyr: 19)

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, “Renungkanlah ayat (yang mulia) ini, maka kamu
akan menemukan suatu makna yang agung dan mulia di dalamnya, yaitu barangsiapa yang lupa kepada
Allah, maka Allah akan menjadikan dia lupa kepada dirinya sendiri, sehingga dia tidak mengetahui hakikat
dan kebaikan-kebaikan untuk dirinya sendiri. Bahkan, dia melupakan jalan untuk kebaikan dan
keberuntungan dirinya di dunia dan akhirat. Dikarena dia telah berpaling dari fitrah yang Allah jadikan
bagi dirinya, lalu dia lupa kepada Allah, maka Allah menjadikannya lupa kepada diri dan perilakunya
sendiri, juga kepada kesempurnaan, kesucian dan kebahagiaan dirinya di dunia dan akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫عنُ قَلبَهُ أَغفَلنَا َمنُ تطِ عُ َوال‬


َ ‫فرطُا ً أَمرهُ َوكَانَُ ه ََواهُ َواتَّبَ َُع ذِك ِرنَا‬

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang telah kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, serta
menuruti hawa (nafsu)nya, dan keadaannya itu melampaui batas.” (QS. al-Kahfi: 28).

Dikarenakan dia lalai dari mengingat Allah, maka keadaan dan hatinya pun melampaui batas (menjadi
rusak), sehingga dia tidak memperhatikan sedikit pun kebaikan, kesempurnaan serta kesucian jiwa dan
hatinya. Bahkan, (kondisi) hatinya (menjadi) tak menentu dan tidak terarah, keadaannya melampaui
batas, kebingungan serta tidak mendapatkan petunjuk ke jalan (yang benar).”[4]

Maka orang yang keadaannya seperti ini, apakah bisa diharapkan memberikan bimbingan kebaikan untuk
orang lain, sedangkan untuk dirinya sendiri saja kebaikan tersebut tidak bisa diusahakannya? Mungkinkah
orang yang seperti ini keadaannya akan merumuskan metode pendidikan anak yang baik dan benar
dengan pikirannya, padahal pikiran mereka jauh dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memahami
kebenaran yang hakiki? Adakah yang mau mengambil pelajaran dari semua ini?

2.Sebab kenakalan anak menurut syariat Islam

Termasuk sebab utama yang memicu penyimpangan akhlak pada anak, bahkan pada semua manusia
secara umum, adalah godaan setan yang telah bersumpah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
menyesatkan manusia dari jalan-Nya yang lurus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ُ‫ن أَغ َويتَنِي فَبِ َما قَا َل‬ َ ‫ص َرا‬


َُّ ‫طكَُ لَهمُ ألقع َد‬ ُِ ‫عنُ خَل ِف ِهمُ َومِ نُ أَيدِي ِهمُ بَي‬
َُ ‫المستَق‬. ‫ن مِ نُ آلتِيَنَّهمُ ث َُّم‬
ِ ‫ِيم‬ َ ‫عنُ أَي َمانِ ِهمُ َو‬ َ ‫شَاك ِِرينَُ أَكث َ َرهمُ ت َِجدُ َوال‬
َ ‫ش َمائِ ِل ِهمُ َو‬

“Iblis (setan) berkata, ‘Karena Engkau telah menghukumi saya tersesat, sungguh saya akan menghalangi
mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat kepada-Mu).’”
(QS. Al-A’raf: 16-17).

Dalam upayanya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar, setan berusaha menanamkan benih-
benih kesesatan pada diri manusia sejak pertama kali mereka dilahirkan ke dunia ini, untuk memudahkan
usahanya selanjutnya setelah manusia itu dewasa. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan
hanif (suci dan cenderung kepada kebenaran), kemudian setan mendatangi mereka dan memalingkan
mereka dari agama mereka (Islam).”[5]

Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tangisan seorang bayi
ketika (baru) dilahirkan adalah tusukan (godaan untuk menyesatkan) yang berasal dari setan.“[6]
Perhatikanlah hadits yang agung ini! Betapa setan berupaya keras untuk menyesatkan manusia sejak
mereka dilahirkan ke dunia. Padahal, bayi yang baru lahir tentu belum mengenal nafsu, indahnya dunia,
dan godaan-godaan duniawi lainnya, maka bagaimana keadaannya kalau dia telah dewasa dan mengenal
semua godaan tersebut?[7]

3.faktor-faktor lain yang memicu dan mempengaruhi penyimpangan akhlak pada anak

Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a.Pertama, pengaruh didikan buruk kedua orangtua

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah
(kecenderungan menerima kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”[8]

Hadits ini menunjukkan bahwa semua manusia yang dilahirkan di dunia memiliki hati yang cenderung
kepada Islam dan tauhid, sehingga kalau dibiarkan dan tidak dipengaruhi maka nantinya dia akan
menerima kebenaran Islam. Akan tetapi, kedua orang tuanyalah yang memberikan pengaruh buruk,
bahkan menanamkan kekafiran dan kesyirikan kepadanya.[9]

Syekh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata, “Hadits yang agung ini menjelaskan sejauh mana pengaruh
dari kedua orangtua terhadap (pendidikan) anaknya, dan (pengaruh mereka dalam) mengubah anak
tersebut dalam penyimpangan dari konseuensi (kesucian) fitrahnya kepada kekafiran dan kefasikan….

(Di antara contoh pengaruh buruk tersebut adalah) jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang
menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang
dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang
bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahram-nya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak
langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktik (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya
kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang
terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan
dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu. Inilah yang dinamakan ‘pengajaran pada fitrah
(manusia)’.”[10]
b.Kedua, pengaruh lingkungan dan teman bergaul yang buruk

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Perumpamaan teman duduk (bergaul)
yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan
peniup al-kiir (tempat menempa besi). Maka, penjual minyak wangi bisa jadi memberimu minyak wangi
atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum
darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi), bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu
atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya.”[11]

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak
dan tingkah lakunya, karena adanya pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.
Hadits tersebut sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan
pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.[12]

c.Ketiga, sumber bacaan dan tontonan

Pada umumnya, anak-anak mempunyai jiwa yang masih polos, sehingga sangat mudah terpengaruh dan
mengikuti apa pun yang dilihat dan didengarnya dari sumber bacaan atau berbagai tontonan.

Apalagi, memang kebiasan meniru dan mengikuti orang lain merupakan salah satu watak bawaan manusia
sejak lahir, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫مجندة جنود األرواح‬، ‫اختلف تناكر وما ائتلف منها تعارف فما‬

“Ruh-ruh manusia adalah kelompok yang selalu bersama. Maka, yang saling bersesuaian di antara mereka
akan saling berdekatan, dan yang tidak bersesuaian akan saling berselisih.”[13]

Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani adalah
termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat. Syekh Abdurrahman as-Sa’di
rahimahullah berkata ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

‫ص َوكال‬ َ ُ‫ل أَنبَاءُِ مِ ن‬


ُُّ ‫علَيكَُ نَق‬ ُّ ‫ق َه ِذُِه فِي َو َجا َءكَُ ف َؤا َدكَُ بِ ُِه نثَبِتُ َما‬
ُِ ‫الرس‬ َ ‫لِلمؤمِ نِينَُ َوذِك َرى َو َمو ِع‬
ُُّ ‫ظةُ ال َح‬

“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan
hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.”
(QS. Hud: 120).
Beliau berkata, “Yaitu, supaya hatimu tenang dan teguh (dalam keimanan), dan (supaya kamu) bersabar
seperti sabarnya para rasul ‘alaihimus sallam, karena jiwa manusia (cenderung) senang meniru dan
mengikuti (orang lain), dan (ini menjadikannya lebih) bersemangat dalam beramal shalih, serta berlomba
dalam mengerjakan kebaikan….”[14]

Beberapa contoh cara mendidik anak yang nakal

Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa
ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:

Pertama, teguran dan nasihat yang baik

Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak.
Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang
ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah
dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“[15]

Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman
beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan
beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan
menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya
dihadapanmu.”[16]

Kedua, menggantung tongkat atau alat pemukul lainnya di dinding rumah

Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Gantungkanlah cambuk (alat pemukul) di tempat yang terlihat oleh penghuni rumah, karena itu
merupakan pendidikan bagi mereka.”[17]

Bukanlah maksud hadits ini agar orangtua sering memukul anggota keluarganya, tapi maksudnya adalah
sekadar membuat anggota keluarga takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka meninggalkan
perbuatan buruk dan tercela.[18]
Imam Ibnul Anbari rahimahullah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memaksudkan
dengan perintah untuk menggantungkan cambuk (alat pemukul) untuk memukul, karena beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan hal itu kepada seorang pun. Akan tetapi, yang beliau
maksud adalah agar hal itu menjadi pendidikan bagi mereka.”[19]

Masih banyak cara pendidikan bagi anak yang dicontohkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah[20] menyebutkan beberapa di antaranya,
seperti: menampakkan muka masam untuk menunjukkan ketidaksukaan, mencela atau menegur dengan
suara keras, berpaling atau tidak menegur dalam jangka waktu tertentu, memberi hukuman ringan yang
tidak melanggar syariat, dan lain-lain.

Bolehkah memukul anak yang nakal untuk mendidiknya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk


(melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena
(meninggalkan) shalat (lima waktu) jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat
tidur mereka.“[21] Hadits ini menunjukkan bolehnya memukul anak untuk mendidik mereka jika mereka
melakukan perbuatan yang melanggar syariat, jika anak tersebut telah mencapai usia yang
memungkinkannya bisa menerima pukulan dan mengambil pelajaran darinya –dan ini biasanya di usia
sepuluh tahun. Dengan syarat, pukulan tersebut tidak terlalu keras dan tidak pada wajah.[22]

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya, “Bolehkah menghukum anak yang
melakukan kesalahan dengan memukulnya atau meletakkan sesuatu yang pahit atau pedis di mulutnya,
seperti cabai/ lombok?”, beliau menjawab, “Adapun mendidik (menghukum) anak dengan memukulnya,
maka ini diperbolehkan (dalam agama Islam) jika anak tersebut telah mencapai usia yang
memungkinkannya untuk mengambil pelajaran dari pukulan tersebut, dan ini biasanya di usia sepuluh
tahun. Adapun memberikan sesuatu yang pedis (di mulutnya) maka ini tidak boleh, karena ini bisa jadi
mempengaruhinya (mencelakakannya)…. Berbeda dengan pukulan yang dilakukan pada badan maka ini
tidak mengapa (dilakukan) jika anak tersebut bisa mengambil pelajaran darinya, dan (tentu saja) pukulan
tersebut tidak terlalu keras. Untuk anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun, hendaknya dilihat
(kondisinya), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya membolehkan untuk memukul anak
(berusia) sepuluh tahun karena meninggalkan shalat. Maka, yang berumur kurang dari sepuluh tahun
hendaknya dilihat (kondisinya). Terkadang, seorang anak kecil yang belum mencapai usia sepuluh tahun
memiliki pemahaman (yang baik), kecerdasan dan tubuh yang besar (kuat) sehingga bisa menerima
pukulan, celaan, dan pelajaran darinya (maka anak seperti ini boleh dipukul), dan terkadang ada anak kecil
yang tidak seperti itu (maka anak seperti ini tidak boleh dipukul).”[23]

4.Cara-cara menghukum anak yang tidak dibenarkan dalam Islam[24]

Di antara cara tersebut adalah:

1. Memukul wajah
Ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, yang artinya, “Jika salah
seorang dari kalian memukul, maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.”[25]
2. Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.[26]
3. Memukul dalam keadaan sangat marah
Ini juga dilarang karena dikhawatirkan lepas kontrol sehingga memukul secara berlebihan. Dari Abu
Mas’ud al-Badri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil)
dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’
Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu
mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau yang
berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti
dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih
mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak
akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.‘”[27]
4. Bersikap terlalu keras dan kasar
Sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah
lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.”[28]
5. Menampakkan kemarahan yang sangat
Ini juga dilarang karena bertentangan dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukanlah
orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergulat (berkelahi), tetapi orang yang kuat adalah yang
mampu menahan dirinya ketika marah.“[29]

BAB III

PEMBAHASAN
A.ANALISIS

Program layanan bimbingan siswa ini dilakukan untuk membantu siswa kasus dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan tersebut praktikan berusaha mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dalam sebagai tambahan dan pelengkap. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
praktikan dalam kegiatan layanan bimbingan ini sebagai berikut:

1. Hasil Pengumpulan Data Melalui Angket


Berikut hasil pengisian angket yang berhubungan dengan pribadi klien, sehingga perlu dijaga
kerahasiaannya.

Identitas tentang siswa

1. Nama Lengkap : Muhammad Lutfi

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Agama : Islam

4. Umur : 4 Tahun

5. Cita-Cita : Penyanyi

6. Hoby : Mendengarkan Lagu India

7. Status dalam keluarga : Anak Kandung

8.Tinggi/Berat Badan : 100cm/20 kg

9. Pendidikan : Belum Sekolah

10. Tempat/Tgl Lahir : Samarinda, 20 September 2009

11. Alamat Rumah : Jln. Gatot Subroto Gg.1 No.12 RT.44

12. Keterangan Keluarga

a. Nama Ayah : Muammar Sofyan

Agama : Islam

Umur : 27 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMK

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Gatot Subroto Gg.1 No.30 RT.44

b.Nama Ibu : Nike Ardila

Agama : Islam

Umur : 22 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jln. Gatot Subroto Gg.1 No. RT.44

c. Keterangan Tempat Tinggal

Tinggal Dengan : Orang Tua

13. Keterangan Kesehatan jasmani anak

a.Keadaan mata : sehat

b.Keadaan pendengaran : sehat

c.Keadaan perawakan : sehat

d.Potensi jasmani : kuat

e. Penyakit Yang Pernah Diderita : Amandel

2. Keterangan

a. Anak di lihat dari keadaan fisik

Berdasarkan hasil Pengamatan dan identitas anak dan data pendukung lainnya, diketahui lutfi
anak pertama . orang tua lutfi adalah seorang pekerja wiraswasta. lutfi adalah anak yang berwajah
tampan, bentuk muka yang lonjong, rambat lurus, hidung mancung, tinggi tubuh 100cm dan berat badan
20 kg, lutfi mempunyai hobi mendengarkan musik india, cita-cita penyanyi.
Muhammad lutfi anak yang sehat, aktif, gagah dan termasuk anak yang sehat jasmani dan rohani bahkan
tidak mempunyai Penyakit yang berbahaya.

b.Anak di lihat dari keadaan keluarga

lutfi tinggal bersama kedua orang tua kandungnya, dilihat dari kasat mata lutfi sangat terlihat sekali
kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, karena dari tingkah kedua orang tuanya
kepada lutfi sangat terlihat jelas . lutfi anak pertama dan belum mempunyai adik jadi saat ini dialah anak
semata wayang. ayah lutfi bekerja wiraswasta, dan ibunya yang hanya mendapat pendidikan smp dan saat
sekarang menjadi ibu rumah tangga namun sibuk sendiri dengan urusan ibunya yang masih
berpenampilan dan bergaya anak muda seperti tidak mempunyai anak. lutfi digolongkan anak yang
berkecukupan.

c.Anak di lihat dari keadaan tingkah laku sosial

lutfi anak yang mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, tingkat bersosialisasinya
tinggi namun kenakalanya kurang bisa diterima oleh teman-temannya. lutfi anaknya pendiam tapi
tangannya yang jahil dan suka memukul dan ditegur dengan cara halus dan kasar pun tak mempan
menjadikan dia sebagai anak yang nakal, suka mengganggu temannya, keluarga dan orang-orang di
sekitarnya. . jadi anak-anak kurang mau berteman dan orang tua temannya tidak mengijinkan anaknya
berteman dengan lutfi. lutfi kalau diajak bicara tidak mau menjawab pertanyaan padahal dia mendengar.

B.SINTESIS
Dari pengumpulan data baik berupa Identitas anak, observasi maupun wawancara yang diperoleh dengan
berbagai metode di atas, secara umum dapat disimpulkan kondisi anak sebagai berikut.

1.Di lihat dari keadaan fisik

Lutfi adalah anak yang Tampan dan termasuk anak yang sehat jasmani dan rohani bahkan tidak
mempunyai Penyakit yang berbahaya.

2.Di lihat dari keadaan keluarga

Lutfi adalah anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanyakarena orang tuanya yang sibuk sehingga
membuat lutfi kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, jika lutfi berbuat kesalahan orang
tua lutfi langsung menegurnya dengan suara kerasa, berteriak, berkata kasat bahkan terbiasa langsung
memukul.
3.Di lihat dari keadaan tingkah laku sosial

Lutfi adalah anak yang mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, namun karena
nakal, jahil dan suka memukul temanya, jarang ada yang mau berteman dengannya, dilingkungan tempat
tinggal lutfi terbiasa jika anak yang nakal akan dipukuli oleh orang tuanya.

C.DIAGNOSIS

Diagnosis adalah dugaan terhadap kesulitan yang dihadapi oleh klien. Diagnosis ini merupakan tahap
penemuan konsistensi dan pola-pola yang menuju pada pembuatan ringkasan masalah-masalah dan
penyebab-penyebabnya secara tepat, serta ciri-ciri yang paling penting.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan, dapat ditarik diagnosa terhadap diri siswa sebagai berikut:

- lutfi menjadi anak yang nakal, keras kepala, jahil terhadap teman-temannya karena kurangnya perhatian
dan kasih sayang yang diberikan kepada lutfi sehingga ia mencari perhatian dengan melakukan onar
seperti menjahili teman-temannya, lutfi menjadi nakal ,tidak mau menurut dan memukul temannya
karena orang tuanya yang selalu menyelesaikan masalah dengan memukulnya dan berkata kasar sehingga
lutfi melampiaskan dengan mengganggu temannya dan menjadi nakal tak bisa diatur.

- penyebab kenakalan anak bisa dikarenakan salah didikan dari orang tua, kurangnya perhatian dan kasih
sayang yang orang tua berikan, pernikahan yang belum cukup usia(matang/dewasa), ketidak siapan orang
tua untuk mempunyai anak dan kurang tahunya informasi atau pengetahuan dalam memdidik anak yang
baik.

D.PROGNOSIS

Prognosis adalah langkah yang ditempuh setelah diagnosis. Prognosis merupakan suatu usaha
memprediksi atau meramal kemungkinan yang akan terjadi pada siswa apabila masalah yang dihadapi
tidak segera mendapat bantuan.:

- Kenakalannya akan semakin menjadi bertambah

- Rusaknya mental dan rasa empati anak kepada orang lain.

- Berdampak buruk untuk kehidupannya dimasa depan

- Anak akan susah mempunyai teman


E.TREATMENT

Usaha-usaha yang direncanakan dan dilakukan untuk pemberian bantuan kepada klien adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pendekatan kepada anak lebih intens dan terus menjalin komunikasi dengan baik dengan
orang tuanya.
2. Memberi arahan kepada orang tuanya agar orang tua dapat mengetahui langkah apa selanjutnya yang
akan dia lakukan.
3. Membuat komitmen dengan orang tua untuk bersama-sama mencari penyelesaian masalah yang
dihadapi anak .
4. Mengarahkan menasehati orang tuanya agar tidak menyelesaikan masalah dengan memukul anak, den
menegur anak dengan baik dan bisa dituruti anak dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap
anak-anaknya. Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara
dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh
orangtua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi,
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Orang tua menghadapi anak hendaknya tidak menggunakan kekerasan atau hukuman fisik. Orang
tua mengarahkan anak dengan penuh kasih sayang dan memberikan penjelasan mengenai alasan dari
nasehat orang tua dengan bahasa yang bisa dimengerti anak. Sehingga anak paham bahwa nasehat orang
tua demi kebaikannya. Anak usia dini belum mampu menangkap perintah yang beruntun dengan kalimat
panjang. Anak akan menganggap orang tua cerewet dan bosan mendengar nasehat orang tua yang
menggunakan kalimat panjang dan beruntun.

B.SARAN
para orang tua yang seharusnya bertugas membimbing anak hendaknya orang tua tidak menuntut
anak untuk melakukan semua keinginan maupun harapan orang tua tanpa memberi kesempatan anak
mengemukakan pendapat dan keinginan anak dan sebagai orang tua jangan egois merasa dirinyalah yang
paling benar tanpa memikirkan perasaan anak, Anak akan merasa tertekan dan terancam ketika orang
tua mengarahkan anak secara kaku. mendidik anak tidak dengan cara kekerasan , berkata yang kasar dan
suara yang keras akan menimbulkan efek trauma pada diri anak dan anak akan tambah menjadi nakal dan
tidak mau menurut namun ada cara lain yang bisa dimengerti anak yaitu dengan sentuhan kasih sayang,
pendekatan kepada anak sehingga terjalainnya suatu komunikasi yang baik dan sangat membantu tunbuh
kembang anak dimasa depan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tamanpintar.net/cara-efektif-mengatasi-anak-nakal.html/

http://www.anneahira.com/anak-nakal.htm

http://digilib.uin-suka.ac.id/3991/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

http://anakdananaknakal.blogspot.com/2012/07/1.html

http://tipsanak.com/1762/definisi-anak-nakal-dan-beragam-penyebabnya/

http://tipscaramendidikanak.blogspot.com/2013/07/mendidik-anak-yang-keras-kepala.html

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan :Narkoba/Napza


ok Bahasan :1.Pengertian,Jenis,Akibat penyalah gunaan,Dampak,dan Pencegahan Narkoba

Waktu :30 Menit

Sasaran :Siswa/Pelajar

Hari/Tanggal :

Tempat :Stikes Wira Husada Yogyakarta

Pelaksana :Winda Astuti

A.TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit siswa diharapkan mampu memahami tentang
Narkoba.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan selama + 30 menit Siswa dapat :

a. Menjelaskan kembali pengertian Narkoba


b. Menyebutkan jenis jenis Narkoba
c. Menyebutkan kembali akibat penyalah gunaan narkoba.
d. Menyebutkan kembali dampak narkoba.
e. Menyebutkan kembali pencegahan narkoba.

C. MATERI
a. Pengertian Narkoba
b. Jenis jenis Narkoba
c. Akibat penyalahgunaan Narkoba
d. Dampak Narkoba
e. Cara Mencegah Narkoba.
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

E. MEDIA
 Leaflet
 Lembar Balik

F. KEGIATAN BELAJAR/PENYULUHAN
NO. TAHAP KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN AUDIEN WAKTU
KEGIATAN

1. 1.Mengucapkan salam 1.Menjawab salam

Pendahuluan 2.Memperkenalkan diri 2.Memperhatikan 5 Menit

3.Apersepsi 3.Mendengarkan

4.Menjelaskan tujuan 4.Memperhatikan

2. 1.Menyampaikan Materi : 1.Mendengarkan

Penyajian a.Pengertian Narkoba. 15 Menit


Materi
b.Jenis jenis Narkoba

c.Akibat penyalahgunaan Narkoba

d.Dampak Narkoba

e.Pencegahan Narkoba

2.Melakukan Demonstrasi 2.Memperhatikan.

3.Memberi kesempatan untuk audien 3.Bertanya.


untuk bertanya dan mencoba
melakukan demonstrasi.
3. 1.Menyimpulkan Materi 1.Mendengarkan.

Penutup 2.Memberikan pertanyaan evaluasi 2.Menjawab Pertanyaan 10 Menit

3.Kontrak pertemuan berikutnya 3.Memperhatikan.

4.Mengucapkan salam. 4.Menjawab salam

G. EVALUASI
a. Mampu menjelaskan Pengertian Narkoba
b. Mampu menyebutkan Jenis jenis Narkoba
c. Mampu menyebutkan Akibat penyalahgunaan Narkoba
d. Mampu menjelaskan Dampak Narkoba
e. Mampu menjelaskan Cara Mencegah Narkoba.
H. SUMBER PERPUSTAKAAN
1.Margono, Hendy (2002). Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Kumpulan
Catatan Kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa FKUI Press.
2.Capita Selekta Kedokteran
3.Keperawatan Medical Bedah II
Lampiran Materi

NARKOBA/NAPZA

1. Pengertian Napza.
NAPZA merupakan singkatan dari Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif.Narkotik adalah,
adalah zat/bahan aktif yang bekerja pada sistem syaraf pusat (otak), yang dapat menyebabkan penurunan
sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit (nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan).
Zat yang termasuk golongan ini, antara lain:Putaw (heroin), Morfin, dan Opiat lainnya.

Psikotropika, adalah zat bahan aktif bukan narkotika, bekerja pada sistem syaraf pusat dan dapat
menyebabkan perasaan khas pada aktifitas mental dan perilaku serta dapat menimbulkan
ketergantungan (ketagihan). Zat yang termasuk golongan ini, antara lain: Shabu-shabu, Amphetamin, dan
Ekstasi.

Zat Adiktif, adalah zat bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika, bekerja pada sistem syaraf
pusat dan dapat menimbulakn ketergantungan. Zat yang termasuk golongan ini adalah:LSD, Psisolin,
Psilosibin, Meskalin, Ganja dan beberapa pelarut seperti lem, cat, dan lain-lain.

2. Jenis dan Efek samping Narkoba


1.Heroin

Adalah candu yang langsung diekstrak dari opium poppy. Fungsi sebenarnya adalah untuk
menyembuhkan orang yang ketergantungan pada morfin. Setelah diinjeksi langsung ke dalam darah,
heroin akan berubah menjadi morfin dan langsung tersebar ke seluruh tubuh memalui peredaran darah.
seperti endorfin lainnya heroiin yang menjadi morfin menyebabkan efek euforia, kesenangan dan
bahkan disebut sebagai rasa “orgasme”.

2.Kokain
Adalah kristal tropane alkaloid yang didapat dari daun tumbuhan coca. Efeknya adalah stimultan yang
menekan sistem saraf utama menimbulkan sensasi yang disebut euphoric sense dan kegembiraan juga
dipercaya meningkatkan energi efek-efek inilah yang menyebabkan zat ini cukup populer dan banyak
digunakan. kokain adalah zat yang ampuh untuk mempengaruhi sistem saraf, efeknya bisa terasa dari 20
menit sampai berjam-jam, tergantung dosis dan cara penggunaannya. Tanda awal ketika mulai
menggunakan adalah hiperaktif, tidak tenang, tekanan darah meningkat, denyut nadi meningkat, dan
euforia. Euforia kadang diikuti dengan rasa tidak nyaman dan depresi dan ketagihan untuk
menggunakan lagi. Gairah seksual bisa meningkat ketika menggunakan obat ini, namun penggunaan
dalam jangka panjang akan mengakibatkan paranoia, impotensi dan hal buruk lainnya.

3.Crack cocaine

Sering disebut sebagai “crack”, dipercaya mulai dibuat dan dipopulerkan sejak awal 80an. Karena efek
bahaya dari eter yang digunakan untuk memproduksi kokain murni produsen mencoba untuk
menghilangkannya dari campuran ammonia. Biasanya proses filtrasi juga menentukan. Baking soda saat
ini lebih banyak digunakan sebagai basis daripada amonia dengan alasan aroma yang tidak menyengat
dan lebih rendah kadar racunnya.

4.PCP (Phencyclidine)
PCP (phencyclidine) adalah obat disosiasi yang sebenarnya digunakan untuk anestesi, menghasilkan efek
halusinogen dan neurotoksik. Obat ini umumnya dikenal dengan nama Angel Dust, dan juga dikenal
sebagai Wet, Sherm, Sherman Hemsley, Rocket Fuel, Ashy Larry, Shermans Tank, Wack, Halk Hogan,
Ozone, HannaH, Hog, Manitoba Shlimbo, dan Embalming Fluid, dan beberapa nama lain. Meskipun efek
psikoaktif obat ini hanya bertahan beberapa jam saja, total eliminasi dari tubuh bisa lebih panjang,
biasanya sampai selama minggu. PCP dikonsumsi sebagai sampingan oleh pengguna narkoba terutama
di Amerika Serikat di mana permintaan obat dipenuhi oleh produsen ilegal. Obat ini diproduksi dalam
bentuk bubuk dan bentuk cair (PCP terlarut paling sering pada eter), tetapi biasanya itu disemprotkan ke
bahan berdaun seperti ganja, mint, oregano, peterseli atau Jahe Daun, dan rokok. PCP memiliki efek
kuat pada sistem saraf mengubah fungsi persepsi (halusinasi, delusi, pemikiran delirium atau bingung),
fungsi motorik (kiprah goyah, kehilangan koordinasi, dan gerakan mata terganggu atau nistagmus) dan
regulasi sistem saraf otonom (detak jantung yang cepat, pengaturan suhu yang berubah). Obat ini telah
dikenal untuk mengubah mood dengan cara yang tak terduga.

5.Psilocybin mushrooms

Atau disebut jamur psilocybian, adalah jamur yang mengandung zat psikedelik yaitu psilocybin dan
psilocin, dan kadang-kadang tryptamines psikoaktif lainnya. Ada beberapa istilah sehari-hari untuk jamur
psilocybin yang paling umum disebut magic mushrooms or shrooms. Ketika psilocybin telah tertelan zat
itu dipecah untuk menghasilkan psilocin, yang bertanggung jawab atas efek halusinogen. Efek
memabukkan psilocybin yang mengandung jamur biasanya berlangsung antara 3 sampai 7 jam
tergantung pada dosis.

6.Ganja
Atau dikenal sebagai Marijuana dalam bentuk herbal, adalah produk psikoaktif dari Tumbuhan Cannabis
sativa. Manusia telah mengkonsumsi ganja sejak prasejarah, meskipun di abad ke-20 terjadi peningkatan
dalam penggunaannya untuk tujuan rekreasi, agama atau spiritual, dan juga obat. Diperkirakan bahwa
sekitar empat persen dari populasi orang dewasa di dunia menggunakan ganja setiap tahunnya. Ganja
memiliki efek psikoaktif dan fisiologis bila dikonsumsi, biasanya dengan merokok atau konsumsi
langsung. Jumlah minimum THC diperlukan untuk memiliki efek psikoaktif adalah sekitar 10 mikrogram
per kilogram berat badan. Keadaan mabuk akibat konsumsi ganja adalah bahasa sehari-hari dikenal
sebagai “high”, yang merupakan kondisi di mana mental dan fisik terasa berubah karena konsumsi
ganja. Setiap pengguna memiliki pengalaman yang berbeda dipengaruhi beberapa faktor seperti
potensi, dosis, komposisi kimia, metode konsumsi dan sebagainya.

7.Opium

Merupakan resin narkotika yang terbentuk dari lateks yang dikeluarkan oleh polong biji muda dari bunga
opium (Papaver somniferum). Bunga ini berisi sampai 16% morfin, suatu alkaloid opiat, yang paling
sering diproses secara kimia untuk menghasilkan heroin untuk perdagangan obat ilegal. Opium secara
bertahap telah digantikan oleh berbagai semi-sintetik, dan opioid sintetik dengan efek yang semakin
kuat, dan dengan anestesi umum lainnya. Proses ini dimulai pada 1817, ketika Friedrich Wilhelm Adam
Sertürner melakukan isolasi morfin murni dari candu setelah setidaknya tiga belas tahun penelitian dan
percobaan yang hampir menjadi bencana pada dirinya sendiri dan tiga anak laki-lakinya.
8.Ekstasi (MDMA)

Adalah entactogen psychedelic semisintetik dari keluarga phenethylamine yang efeknya jauh lebih
ringan dari kebanyakan narkotik lainnya yang memproduksi psychedelics. Ekstasi digunakan sebagai
sampingan dan sering digunakan dengan seks dan berhubungan dengan obat-obatan klub sebagai
entheogen selain itu digunakan untuk melengkapi berbagai jenis praktek untuk transendensi termasuk
dalam meditasi, psychonautics, dan psikoterapi psikedelik. Dampak utama dari MDMA termasuk
peningkatan kesadaran indra, perasaan keterbukaan, euforia, empati, cinta, kebahagiaan, rasa
kejernihan mental dan penghargaan peningkatan musik dan gerakan. Sensasi taktil yang dirasakan
beberapa pengguna, membuat kontak fisik dengan orang lain lebih menyenangkan.

3. Akibat penyalahgunaan Narkoba.


Akibat seseorang terlibat menyalah gunakan obat-obatan terlarang, pada awalnya mandapat
tawaran oleh temannya. Bisa juga mereka hanya sebatas ingin mengetahui dan merasakan, terutama bila
mereka memiliki teman pemakai obat-obatan terlarang tersebut atau karena adanya tekanan dari
temannya, akhirnya dengan terpaksa ikut mencobanya.

Namun secara singkat faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba, adalah sebagai berikut:

1. Keingintahuan yang besar tanpa sadar akibatnya.


2. Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran.
3. Keinginan untuk bersenang-senang.
4. Keinginan untuk mengikuti tren atau gaya.
5. Keinginan untuk diterima oleh lingkungannya.
6. Menghindari dari rasa kebosanan.
7. Adanya salah pengertian, bahwa pengguanaan sekali tidak menimbulkan ketagihan

4. Peran orang tua menjauhkan anaknya dari narkoba


a. Bantu mereka untuk selalu berfikir positif tentang dirinya seperti memberikan dorongan dengan pujian
yang positif setiap anak berhasil melakukan tugasnya misalnya bekarja membersihakan rumah, juara
kelas, dan menolong teman dalam kesulitan.
b. Sediakan waktu untuk anak. Ajak mereka bicara apa saja yang sifatnya positif, termasuk kehidupan dunia
remaja, sekolah.
c. Ajari mereka tentang fakta narkoba seperti memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat
untuk lebih mengetahui tentang penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.
d. Memanfaatkan waktu yang tepat untuk berbicara tentang narkoba dengan anak bersamaan ketiaka acara
televisi membahas narkoba dan minuman keras.
e. Gunakan kalimat yang mudah diingat dan dipahami oleh anak, contohnya:Narkoba dan minuman keras
akan membuat kamu sakit.

5. Ciri-ciri anak pengguna narkoba dan minuman keras:

1. Adanya perubahan tingkah laku yang tiba-tiba terhadap kegiatan sekolah, keluarga, dan teman-
teman.
2. Suka marah yang tidak terkendali.
3. Mencuri uang di rumah, sekolah, atau toko untuk membeli narkoba dan minuman keras.
4. Sering menipu karena kehabisan uang jajan.
5. Berat badan tuerun derastis, karena nafsu makan yang tidak menentu.

6. Dampak narkoba:
A. Kondisi fisik

1. Dampak yang ditimbulakn terhadap kondisi fisik misalnya gangguan impotensi, gangguaan fungsi
ginjal, kanker usus, aritmia jantung, dan pendarahan otak.

2. Akibat bahan campuran atau pelarut menimbulkan infeksi.

3. Akibat alat yang digunakan tidak steril,menimbulkan berbagai infeksi, terjangkitnya hepatitis,
dan HIV serta AIDS.

B. Kondisi mental.

1. Timbulnya perilaku yang tidak wajar.


2. timbulnya perasaan defresi dan ingin bunuh diri.

3. Gangguan perspsi dan daya pikir.

C. Kondisi kehidupan sosial.

1. Gangguan terhadap prestasi sekolah, kuliah, dan bekerja.

2. Gangguan terhadap hubungan dengan keluarga, dan teman

3. Gangguan terhadap perilaku normal, munculnya keinginan untuk mencuri dan melukai orang
lain.

7. Kiat pencegahan narkoba.


Langkah-langkah yang paling tepat untuk mencegah peredaran dan penyalah gunaan narkoba lebih
meluas adalah melihat kepedulian para oarng tua, pendidik, dan segenap anggota masyarakat secara
terpadu. Hal ini tidak lain agar keterlibatan semua elemen masyarakat akan membantu pihak pemerintah
dalam membasmi penggunaan narkoba sebagai paenyakit masyarakat yang setiap tahun jumlah
penggunanya terus meningkat.

A.Peran orang tua

Keberadaan orang tua merupakan pendidik utama bagi putra putrinya sekalogus menjadi figur
untuk menjadi panutan, teladan, dan yang dihormati. Dengan figur tersebut, peran orang tua sangat
besar, sehingga diharapkan mampu melakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

1. Terciptanya suasana harmonis, hangat, gairah, penuh kasih sayang, perhatian, dan penuh dengan rasa
kekeluargaan

2. Selalu mendengarkan dan menghargai pendapat anak, sekaligus untuk memberikan bimbingan agar
mereka mampu membuat suatu keputusan yang bijaksana.

3. Selalu memberikan pujian jika anak berbuat baik, atau memperoleh prestasi, misalnya juara kelas,
hatam mengaji bagi yang beragama islam.

4. Selalu meluangkan waktu untuk berkumpul dan berdiskusi dengan anak dirumah.
5. Menanmkan nilai-nilai budi pekerti, disiplin, dan selalu melaksanakan perinatah dan menjauhi
larangan agama.

B. Peran pendidik.

Sebagai mana diketahui bahwa para pendidik merupakan pengganti orang tua di sekolah. Dengan
predikat seperti itulah keberadaan pendidik harus mendidik siswanya penuh dengan rasa kasih sayang
dan penuh dedikasi, oleh karena pendidik di sekolah sangat dianjurkan untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:

1. Kenalilah setiap anak didiknya dengan baik.

2. Selalu bersikap sensitif terhadap keberadaan dan permasalahan setiap anak didiknya.

3. Membina dan mengembangkan kepribadian anak didiknya seoptimal mungkin.

4. Menanmkan nilai-nilai budi pekarti, moral, dan spiritual sesuai dengan agamanya masing-masing
dan pancasila.

5. Selalu menciptakan saling percaya, keterbukaan, dan bersikap jujur.

C.Peran anggota masyarakat.

Tiap anggoata masyrakat memilki tanggung jawab sekaligus mempunyai kesempatan yang
seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalah
gunaan dan peredaran narkoba di lingkungan masyarakat. Peran serta anggoata masyrakat dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Gunakan obat secara wajar, sesuai dengan resp dokter.

2. Kembangkan potensi yang dimiliki serta melibatkan diri sebagai anggoata masyrakat dalam
berbagai kegiatan positif.

3. Belajar cara mengatasi berbagai permasalahan dan tekanan hidup, tanpa mengalihkan kepada
penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.

4. Mengembangkan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat yang bersipat positif, misalnya
kegiatan olah raga, kebersihan lingkungan, pengajian.
DAFTAR PUSTAKA

1.Margono, Hendy (2002). Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Kumpulan
Catatan Kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa FKUI Press.
2.Capita Selekta Kedokteran.
3.Keperawatan Medical Bedah II.

Anda mungkin juga menyukai