Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kasus Pelanggaran HAM di

Indonesia Marsinah
SEPTEMBER 11, 2014 | HUN.

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hak Asasi Manusia merupakan unsur normatif yang melekat pada diri
setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir
kematiannya
menimbulkan

sebagai

anugrah

Tuhan. Di

gesekan-gesekan

antar

dalamnya
individu

tidak

dalam

jarang
upaya

pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa
memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu
lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Memperbincangkan marutnya dinamika hak asasi manusia, khususnya
perburuhan selama dekade terakhir nampaknya cukup mengingatkan
pada nama ini: Marsinah. Terdapat alasan pasti untuk menghadirkan
kembali ingatan tentang orang tersebut: misteri kematiannya yang
tidak pernah terungkap hingga sekarang. Tidak pernah diketahui
secara pasti oleh siapa ia dianiaya dan dibunuh, kapan dan di mana ia
mati pun tak dapat diketahui dengan jelas, apakah pada Rabu malam 5
Mei 1993 atau beberapa hari sesudahnya. Liputan pers, pencarian
fakta, penyidikan polisi, pengadilan sekalipun nyatanya belum mampu
mengungkap kasusnya secara tuntas dan memuaskan. Kendati hakim
telah memvonis siapa yang bersalah dan dihukum, orang tak percaya
begitu saja; sementara kunci kematiannya tetap gelap sampai kini,
lebih dari satu dasawarsa berselang.
Barangkali memang bukan fakta-fakta pembunuhan itu yang menjadi
penting di sini, melainkan jalinan citra yang lantas tersaji melalui
serangkaian

representasi

media

yang

rumit.

Para

pembunuh

mengesankan Marsinah diperkosa. Segenap aktivis menyanjungnya


sebagai teladan kaum pejuang buruh. Para aparat pusat dibantu
aparat setempat konon merekayasa penyidikan sekaligus membuat
skenario pengadilan, termasuk dilibatkannya tersangka palsu dalam
rangkaian pengungkapan kasus tersebut. Tak ketinggalan, para aktivis
hak asasi manusia menganugerahi Yap Thiam Hien Award

bagi

kegigihannya. Termasuk para seniman yang mengabadikannya dalam


monumen, patung, lukisan, panggaung teater dan seni rupa instalasi;
para feminis mengagungkannya sebagai korban kekerasan terhadap
perempuan dan khalayak awam yang prihatin dan simpati memberi
sumbangan bagi keluarganya.
Pada aras citra inilah tulisan ini kemudian mengambil pijakan. Mungkin
orang tak akan banyak tahu siapa Marsinah seandainya ia tidak
dibunuh dan kasusnya tidak gencar diberitakan oleh media massa. Ia
tidak

hanya

dianggap

mewakili

nasib

malang

jutaan

buruh

perempuan yang menggantungkan masa depannya pada pabrik-pabrik


padat berupah rendah, berkondisi kerja buruk sekaligus tak terlindungi
hukum.

Lebih

dari

itu,

mediasi

dan

artikulasi

pembunuhannya

menyediakan arena diskursif bagi pertarungan berbagai kepentingan


dan hubungan kuasa: buruh-buruh, pengusaha, serikat buruh, lembaga
swadaya masyarakat, birokrasi militer, kepolisian dan sistem peradilan.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mulai mengalami kemajuan
dalam bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumeninstrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang komitmen
penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan
ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita
karena semakin egoisnya manusia dalam pemenuhan hak masingmasing. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul Kasus
Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia Marsinah, untuk

memberikan informasi mengenai apa itu pelanggaran HAM

diikuti

seluk beluk kasus Marsinah.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul makalah ini Kasus Pelanggaran Hak Asasi


Manusia di Indonesia, maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1.2.1

Apa pengertian pelanggaran HAM ?

1.2.2

Apa saja macam-macam pelanggaran HAM?

1.2.3

Apa contoh pelanggaran HAM di Indonesia?

1.2.4

Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?

Tujuan

Tujuan kami mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di
Indonesia yaitu :
1.3.1

Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.

1.3.2

Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.

1.3.3 Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia.


1.3.4

Mengetahui lebih dalam mengenai terjadinya kasus Marsinah.

1.3.5

Upaya

Marsinah.

Manfaat

penyelesaian

pelanggaran

HAM

khususnya

kasus

Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi


penulis dan pembaca.
1.4.1 Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan
tentang pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.
1.4.2 Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai
bahan kajian atau referensi tambahan bagi ilmu kenegaraan serta
memperkaya informasi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan
tidak mendapatkan

atau

dikhawatirkan

tidak

akan

memperoleh

penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme


hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk
aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UndangUndang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran


kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara
atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar
atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.
2.2 Klasifikasi Pelanggaran HAM di Indonesia
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan massal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan
tindakan kekerasan.

(UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM).

2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil

seperti

pengusiran

penduduk

secara

pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.


Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
2.3 Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Kasus Marsinah (1993)

paksa,

Kasus tersebut berawal dari unjuk rasa buruh yang dipicu surat edaran
gubernur

setempat

mengenai

penaikan

UMR.

Namun

PT.

CPS,

perusahaan tempat Marsinah bekerja memilih bergeming. Kondisi ini


memicu geram para buruh.
Senin 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT. CPS berunjuk rasa
dengan mogok kerja hingga esok hari. Ternyata menjelang selasa
siang, manajemen perusahaan dan pekerja berdialog dan menyepakati
perjanjian. Intinya mengenai pengabulan permintaan karyawan dengan
membayar upah sesuai UMR. Sampai di sini sepertinya permasalahan
antara perusahaan dan pekerja telah beres.
Namun esoknya 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa
digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo untuk diminta
mengundurkan diri dari CPS. Marsinah marah dan tidak terima, ia
berjanji

akan

menyelesaikan

persoalan

tersebut

ke

pengadilan.

Beberapa hari kemudian, Marsinah dikabarkan tewas secara tidak


wajar. Mayat Marsinah ditemukan di gubuk petani dekat hutan
Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Posisi mayat ditemukan
tergeletak dalam posisi melintang dengan kondisi sekujur tubuh penuh
luka memar bekas pukulan benda keras, kedua pergelangannya lecetlecet, tulang panggul hancur karena pukulan benda keras berkali-kali,
pada sela-sela paha terdapat bercak-bercak darah, diduga karena
penganiayaan dengan benda tumpul dan pada bagian yang sama
menempel kain putih yang berlumuran darah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang
yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang
dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah
Anggota TNI. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto
(pekerja di bagian ontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya

di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi
dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita,
Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS)
mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan
sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12
tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi
Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat
kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para
terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah
Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan
sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini
adalah direkayasa.
Kasus kematian Marsinah menjadi misteri selama bertahun-tahun
hingga akhirnya kasusnya kadaluarsa tepat tahun ini, tahun 2014.
Mereka yang tertuduh dan dijadikan kambing hitam dalam kasus ini
pun akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Di zaman Orde Baru,
atas nama stabilitas keamanan dan politik, Negara telah berubah
wujud

menjadi

sosok

yang

menyeramkan,

siap

menculik,

mengintimidasi dan bahkan menghilangkan secara paksa siapa saja


yang berani berteriak atas nama kebebasan menyuarakan aspirasi.
2.4 Faktor Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Faktor

penyebab

dari

kasus

Marsinah

yang

pertama

adalah

perussahaan CPS yang tidak mengikuti himbauan gubernur setempat


untuk menaikkan UMR. Walaupun kebijakan kenaikan UMR tersebut
sudah dikeluarkan, CPS tetap bergeming. Kondisi ini memicu geram
para pekerjanya sehingga menyebabkan mereka melakukan aksi unjuk
rasa dan mogok kerja.

Lalu faktor penyebab kedua, adalah manajemen perusahaan CPS yang


telah menyepakati perjanjian penaikan UMR namun rupanya diikuti
dengan memberhentikan 13 pekerjanya dengan cara mencari-cari
kesalahan pasca tuntutan kenaikan UMR. Hal ini menjadikan Marsinah
penuh amarah.
Fakor yang lain dapat diuraikan sebagai berikut :
Dari segi ekonomi :
1. Terjadi kredit macet
2. Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
3. Banyak perusahaan yang tidak dapat membayar hutangnya
Dari segi politik :
1. Pemimpian saat itu telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya
2. Terjadi kekacauan dan kerusuhan di mana-mana
3. Terjadi perpecahan dalam kubu kabinet Soeharto

Solusi Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Terkait kasus Marsinah, solusi dari pemerintah sendiri, pemerintah


semestinya segera mengusut tuntas kasus pembunuhan Marsinah
sampai

selesai

hingga

mendapatkan

hasil

yang

nyata,

dan

menegakkan tiang keadilan dan ketegasan dalam kerapuhan hukum di


Indonesia sehingga rakyat dapat kembali mempercayai peranan dari
pemerintah dan aparat penegak hukum dalam penegakan HAM di
Indonesia.
Sementara solusi dari hasil rangkuman kami sekelompok, adalah
adanya kepastian hukum dalam menjamin keamanan setiap orang.
Setiap orang perlu menghargai hak-haknya sendiri dan hak orang lain.
2.6 Upaya Pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia

1) Periode tahun 1945 1950 Di periode ini, pemikiran HAM masih


menekankan pada hak merdeka, hak bebas berserikat, serta hak bebas
menyampaikan pendapat. Pemikiran HAM telah mendapat pengakuan
secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk ke
dalam hukum dasar negara, yaitu UUD 1945. Komitmen terhadap HAM
pada periode awal kerdekaan ditunjullam dalam Maklumat Pemerintah
tanggal 1 November 1945. Di periode ini (1945-1950) memberikan
keleluasaan

terhadap

rakyat

untuk

mendirikan

partai

politik

sebagaimana yang telah tertera pada Maklumat Pemerintah pada


tanggal 3 November 1945 :
1. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena
segala aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat dipimpin
ke jalan yang teratur dengan adanya partai-partai tersebut.
2. Pemerintah berharap partai-partai itu telah tersusun sebelum
dilangsukannya pemilihan anggota badan perwakilan rakyat pada
Januari 1946. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan yang
signifikan

terhadap

sistem

pemerintahan

dari

presidensial

menjadi sistem parlementer.


2) Periode tahun 1950 1959 Periode ini dalam perjalanan, Indonesia
dikenal dengan sebutan Periode Demokrasi Parlementer dimana
pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan momentum yang
membanggakan. Indikator tentang pemikiran HAM pada periode ini
mengalami pasang, menurut ahli hukum tata negara memiliki 5
aspek :
1. Semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam
ideologinya masing-masing.
2. Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi, betul- betul
menikmati kebebasannya.

3. Pemilu sebagai pilar lain dari demokrasi harus bertanggung jawab


dalam suasana kebebasan, fair (adil) dan demokratis.
4. Parlemen/dewan perwakilan rakyat sebagai wakil rakyat semakin
efektif mengontrol terhadapt kinerja eksekutif.
5. Wacana & pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang
kondusif,

sejalan

dengan

tumbuhnya

kekuasaan

yang

memberikan ruang kebebasan.


3) Periode tahun 1959 1966 Pada periode ini, sistem pemerintahan
Indonesia adala sistem demokrasi terpimpin diamana kekuasaan
terpusat dan berada di tangan presiden. Dalam kaitannya dengan HAM
yaitu telah terjadinya sikap restriktif (pembatasan yang ketat oleh
kekuasaan) terhadap hak sipil dan hak politik warga negara.
4) Periode tahun 1966 1998 Pada awal masa periode ini telah
diadakan

beberapa

seminar

tentang

HAM.

Salah

satu

seminar

dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan


tentang

perlunya

pembentukan

pengadilan

HAM,

Komisi,

dan

pengadilan HAM di wilayah Asia. Pada tahun 1968 diadakan Seminar


Hukum Nasional II yang merekomendasikan perlunya hak uji materiil
guna melindungi HAM. Fungsi dari hak uji materiil itu sendiri dalam
rangka pelaksanaan TAP MPRS XIV/MPRS/1996. Namun, pada tahun
1970-an sampai akhir 1980-an, HAM mengalami kemunduran. Dalam
hal ini, upaya masyarakat dilakukan melalui pembentukan jaringan dan
lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi seperti
kasus Tanjung Priok, kasus Kedung Ombo, kasus DOM di Aceh, dan lain
sebagainya.

Menjelang

periode

1990-an,

upaya

masyarakat

nampaknya memperoleh hasil yang mengesankan karena terjadi


pergeseran strategi pemerintahan, dari Represif dan Defensif menjadi
Akomodatif. Salah sau sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan
penegakan HAM yaitu dibentuknya KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES

Nomor 50 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, dimana KOMNAS HAM
memiliki tugas:
1. Memantau & menyelidiki pelaksanaan HAM & memberi saran
serta pendapat kepada pemerintah perihal HAM.
2. Membantu pengembangan kondisi-kondisi yang kodusif bagi
pelaksanaan HAM sesuai pancasila dan UUD 1945 (termasuk hasil
amandemen UUD NKRI 1945), Piagam PBB, Deklarasi Universal
HAM dan deklarasi atau perundang-undangan lainnya yang
terkait dengan penegakan HAM.
5) Periode tahun 1998 sekarang Pada saat ini dilakukan pengkajian
terhadap beberapa kebijakan pemerintah pada masa orde baru yang
berlawanan dnegan pemajuan dan perlindungan HAM. Kemudian,
dilakukan penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan
kemasyarakatan di indonesia, serta pengkajian dan ratifikasi terhadap
instrumen HAM internasional semakin ditingkatkan. Strategi pada
periode ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
1. Tahap status penentuan (prescriptive Status) Pada tahap ini telah
ditetapkan beberapa ketentuan perundang-undangan tentang
HAM, seperti UUD 1945, TAP MPR, UU, dan peraturan pemerintah
dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
2. Tahap penataan aturan secara konsisten ( rule consistent
behavior ) Ditandai dengan pemghormatan dan pemajuan HAM
dengan dikeluarkannya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
dan disahkannya sejumlah konvensi HAM. Selain itu juga
dirancangkan program Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM)
pada tanggal 15 Agustus 1998 yang didasarkan kepada :
3. Persiapan pengesahan perangkat Internasional di bidang HAM

4. Desiminasi informasi dan pendidikan tentang HAM 3. Penentuan


skala prioritas pelaksanaan HAM 4. Pelaksanaan isi perangkat
internasional di bidang HAM yang telah diratifikasikan melalui
perundang-undangan nasional. Untuk lebih melindungi HAM di
Indonesia, pemerintah telah membuat UU HAM No. 39 tahun
1999 serta UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.
Melalui keputusan Presiden No. 40 tahun 2004, Pemerintah telah
mengesahlan RANHAM kedua diamana merupakan kelanjutan
RANHAM Indonesia yang pertama tahun 1998-2003. RANHAM
disusun untuk menjamin peningkatan penghormatan, pemajuan,
pemenuhan,

dan

perlindungan

HAM

di

Indinesia

dengan

mempertimbangkan nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan budaya


bangsa indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh
manusia

sesuai

dengan

kiprahnya.

Setiap

individu

mempunyai

keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
Dalam

kehidupan

bernegara

HAM

diatur

dan

dilindungi

oleh

perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik


yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau
bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara
peradilan
pengadilan

HAM
HAM.

sebagaimana

terdapat

Sementara

menyangkut

dalam
Kasus

Undang-Undang
Marsinah

yang

merupakan dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat, karena


merupakan kasus penghilangan seseorang secara paksa. Marsinah
adalah tumbal dari apa yang namanya penindasan atas nama
stabilitas keamanan dan politik pada zaman Orde Baru. Penindasan
kepada Marsinah adalah bentuk ketakutan negara pada sosok-sosok

yang

berani

berjuang

dan

mengobarkan

semangat

kebebasan,

kesejahteraan dan kesetaraan. Negara menciptakan teror ketakutan


kepada siapa saja yang ingin melakukan aksi perlawanan. Negara juga
telah mengabaikan kasus ini, membiarkannya menjadi misteri yang tak
terpecahkan selama bertahun-bertahun. Ini jelas sebuah anomali dan
paradoks jika kita komparasikan dengan tujuan pembentukan dan
kewajiban negara ini. Marsinah hanyalah satu dari ribuan potret buruh
perempuan di Indonesia yang seringkali harus dihadapkan dengan
berbagai persoalan pelik yang mendasar. persoalan kesejahteraan,
kekerasan,eksploitasi dan diskriminasi seolah terus menjadi pekerjaan
rumah yang menumpuk bagi pemerintah untuk diselesaikan. Realitas
kekinian memperlihatkan bahwa sampai hari ini begitu banyak buruh
perempuan di Indonesia yang masih ambil bagian dalam rangka
pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Menguak kasus Marsinah berarti
harus mengurai banyak benang kusut, benang kusut yang mungkin
hanya dapat terurai dari tangan mereka yang benar-benar peduli untuk
mengurainya.
3.2

Saran Sebagai

makhluk

sosial

kita

selayaknya

mampu

mempertahankan dan memperjuangkan hak kita sendiri. Di samping


itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga hak orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai
pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Sudah
saatnya pemerintah membuka mata lebar-lebar akan kasus Marsinah
dan kasus-kasus yang dialami oleh buruh saat ini. Pemerintah
sebaiknya

berani

membuka

ulang

kasus

Marsinah

atas

nama

demokrasi dan HAM. Hilang dan matinya Marsinah sudah barang tentu
adalah sesuatu yang direkayasa sehingga sampai saat ini kasusnya
tidak pernah menemui titik terang. Padahal keadilan yang tertinggi
adalah keadilan terhadap Hak Asasi Manusia.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.omahmunir.com/pages-10-kasus-marsinah.html
http://buser.liputan6.com/read/52757/marsinah-dan-misterikematiannya
http://fuad-myers.blogspot.com/2011/11/analisa-kasus-pelanggaranham-berat.html
http://sarubanglahaping.blogspot.com/2013/10/analisis-kasuspembunuhan-marsinah.html
Http://www.Yudhe.Com/8-Kasus-Besar-Yang-Tetap-Menjadi-Misteri-DiIndonesia/
http://ubpeacemaker.blogspot.com/2011/11/memahami-hammarsinah-pahlawan-kaum.html
http://abunavis.wordpress.com/2007/12/11/marsinah-dalamrepresentasi-media-analisis-semiotika-berita-kasus-marsinah-padamajalah-tempo-1993-1994/
http://hukum.kompasiana.com/2014/05/01/refleksi-21-tahun-kasusmarsinah-650551.html
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/08/173402558/KasusMarsinah-Sulit-Diungkap-Lagi
http://www.arahjuang.com/2014/05/08/marsinah-dan-perjuanganburuh-sepanjang-masa/

Anda mungkin juga menyukai