Anda di halaman 1dari 54

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KONSELING, KONDISI SOSIAL


EKONOMI KELUARGA, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG SMK
TERHADAP MINAT SISWA SMP MASUK KE SMK DI KABUPATEN
KEPULAUAN SANGIHE

NUR FADLI UTOMO


NIM 14702251055

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan


untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Menyetujui untuk diajukan pada ujian tesis

Pembimbing,

Prof. Sukardi, M.Ed, MS., Ph.D


NIP. 19530519 197811 1 001

Mengetahui:
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Direktur,

iii
Prof. Dr. Mochamad Bruri Triyono, M.Pd
NIP. 19560216 198603 1 003
ABSTRAK

NUR FADLI UTOMO: Pengaruh Layanan Bimbingan Konseling, Kondisi Sosial


Ekonomi Keluarga, dan Persepsi Siswa Tentang SMK Terhadap Minat Siswa SMP
Masuk Ke SMK di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan gambaran dan


seberapa besar minat siswa SMP Negeri di Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk masuk
ke SMK serta faktor-faktor yang berhubungan dan mempengaruhi minat siswa SMP
untuk melanjutkan ke SMK.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan ex-post facto.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu SMP
Negeri 1 Tahuna, SMP Negeri 2 Tahuna Timur, dan SMP Negeri 5 Tahuna dengan
responden yang terdiri dari kelas IX karena mereka telah dihadapkan pada pilihan
untuk melanjutkan ke jenjang SMA atau SMK. Populasi untuk penelitian ini berjumlah
332 orang siswa kelas IX SMP dan teknik sampel yang digunakan adalah propotional
random sampling sehingga sampel yang didapat berjumlah 178 orang siswa. Penelitian
ini menggunakan instrumen angket untuk mengumpulkan data dan menggunakan
analisis regresi sederhana dan berganda untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Hasil penelitian mengemukakan bahwa layanan bimbingan konseling (BK),
kondisi sosial ekonomi keluarga, dan persepsi siswa mengenai SMK berhubungan dan
berpengaruh terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke SMK. Layanan BK melalui
bimbingan karir dan kegiatan sosialisasi SMK di SMP mendorong siswa-siswi SMP
untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai SMK dan bisa menumbuhkan minat anak
terhadap SMK. Kondisi sosial ekonomi keluarga merupakan faktor penentu kemana
dan setinggi mana pendidikan seorang anak dari suatu keluarga, pada penelitian di
kabupaten kepulauan Sangihe ini diketahui bahwa semakin tinggi tingkat sosial
ekonomi keluarga maka semakin kecil minat anak untuk melanjutkan ke SMK, begitu
juga sebaliknya. Persepsi siswa SMP mengenai SMK terbentuk dari proses pengolahan
informasi yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh si anak, terlepas apakah hal
tersebut merupakan informasi yang negatif atau positif, benar atau bohong. Persepsi
siswa SMP tersebut yang menambah besar minat anak untuk melanjutkan ke SMK dan
juga bisa memperkecil minat anak untuk melanjutkan ke SMK. Pengaruh secara
bersamaan ketiga variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 69,9%
sehingga membuktikan bahwa layanan BK, kondisi sosial ekonomi keluarga, dan
persepsi siswa mengenai SMK sangat berpengaruh dan memberikan kontribusi yang
besar terhadap minat siswa SMP untuk melanjutkan ke SMK.

iii
Kata Kunci: Minat siswa, bimbingan konseling, kondisi sosial ekonomi keluarga,
persepsi siswa, sekolah menengah kejuruan, sangihe.

ABSTRACT

NUR FADLI UTOMO: Impact of Guidance and Counseling Services, Family’s


Socio-Economic Conditions and Junior High School Student’s Perceptions about
Vocational High School Towards Student’s Interests go to Vocational High School in
Regency of Sangihe Islands. Thesis. Yogyakarta: Graduate School, Yogyakarta
State University, 2016.

This study is aimed to identify and reveal the pictures and how much state junior
high school student’s interest in Regency of Sangihe Islands to enter vocational high
school and the factors that associated and affected towards the junior high school
students’s interest go to vocational school.
This study used a quantitative method with ex-post facto approach. Research
conducted at state junior high school in Regency of Sangihe Islands ie SMP Negeri 1
Tahuna, SMP Negeri 2 East Tahuna, and SMP Negeri 5 Tahuna with respondents
consisted of class IX because they have been faced with the choice to proceed to senior
high school or vocational high school. The population for this research consisted of
332 students of class IX junior high school and sampling technique used was
proportional random sampling so that the sample obtained are 178 students. This study
used questionnaires to collect data and use simple and multiple regression analysis to
test the effect of independent variables on the dependent variable.
The results of the study suggested that guidance and counseling services, family’s
socio-economic condition, and perceptions of students about vocational high school
related and affect the interest of the students to go on to vocational school. Guidance
and counseling services through career guidance and vocational school’s socialization
activities in junior high school encourages students to know more and able to grow the
child's interest about vocational high school. Family’s socio-economic condition is a
decisive factor where education level the child has as high as the socio-economic status
of the child came from, in a study at the Regency of Sangihe islands is known that the
higher the socio-economic level, the smaller the child's interest going to vocational
high school, and vice versa. Perception of junior high school students about vocational
high school’s form of information processing by seen, heard, and felt, regardless of
whether it is a negative or positive information, true or false. Perception of the junior
high school students that adding greatly to children's interests to continue to vocational
high school and also can reduce the child's interest to continue to SMK. Simultaneously
impact of the three independent variables on the dependent variable are 69.9% thus
proving that the guidance and counselling services, family’s socio-economic

iii
conditions, and perceptions of students about vocational school are very influential and
contributed greatly to the junior high school students’s interest go to vocational school.

Keyword: Student’s interest, guidance counseling, family’s socio-economic


conditions, vocational high school, sangihe.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Mahasiswa : Nur Fadli Utomo
Nomor Mahasiswa : 14702251055
Program Studi : Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2016


Yang membuat pernyataan

Nur Fadli Utomo


NIM 14702251055

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis mampu melaksanakan penelitian sampai
dengan penulisan tesis ini. penyelesaian tesis ini merupakan perwujudan dua dimensi
tanggung jawab penulis, secara vertikal dan horisontal.
Tesis ini dapat tersusun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Secara khusus, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Sukardi,
M.Ed, MS., Ph.D, selaku dosen pembimbing yang selalu memberi dukungan dan
masukan selama penelitian hingga penulisan tesis ini. secara khusus juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Soenarto, Ph.D dan Dr. Putu Sudira, M.P.,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (PPs UNY) yang telah memberi
dukungan dalam perspektif sebagai guru, kolega, dan personal. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Bapak Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd,
MA., yang telah memberi ijin
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Bapak Prof. Dr.
Mochamad Bruri Triyono, M.Pd yang telah memberi dukungan dan fasilitas
selama proses penyusunan proposal hingga laporan tesis ini.

iii
3. Bapak Prof. Dr. Herminarto Sofyan, dan Prof. Dr. Sudji Munadi yang telah
menjadi Pakar dalam validasi instrumen penelitian ini.
4. Para Kepala Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang telah
memberi jin untuk bisa melaksanakan penelitian di sekolah, dan para guru yang
telah memberi kesempatan dan dukungan nyata dalam penelitian ini.
5. Bapak ….. selaku Reviewer yang telah memberi koreksi dan saran terhadap
kelayakan tesis ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa S2 PTK kelas Vokasi D angkatan tahun 2014 yang
telah memberi dorongan dan motivasi kepada penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung.

Secara khusus rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis
sampaikan kepada Ayah dan Ibu, Bapak Tugiyo. dan Ibu Waryatun, S.Pd, serta adik
Rifqi Prabantoro., yang telah memberi dukungan dan doa yang tiada henti hingga
terselesaikannya studi ini.

Semoga segala bantuan yang telah penulis terima mendapat balasan dari Allah
SWT. Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, serta meningkatkan minat anak-anak terhadap pendidikan vokasi dan
pada khususnya SMK.

Yogyakarta, Agustus 2016

Nur Fadli Utomo


NIM. 14702251055

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... iii


ABSTRACT ....................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 13
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 13
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 14
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 14
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ..................................................................................... 16
1. Minat ........................................................................................... 16
2. Layanan Bimbingan Konseling ................................................... 22
3. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga .............................................. 35

iii
4. Persepsi ....................................................................................... 40
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 44
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 45
D. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 47
E. Hipotesis Penelitian........................................................................... 49
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 51
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 52
D. Variabel Penelitian ............................................................................ 53
1. Identifikasi Variabel ................................................................... 53
2. Definisi Operasional Variabel .................................................... 54
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 55
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................... 57
1. Hasil Uji Validitas Instrumen ..................................................... 57
2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................. 59
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 60
1. Deskripsi Data ............................................................................ 60
2. Persyaratan Analisis ................................................................... 61
a. Uji Normalitas ..................................................................... 61
b. Uji Homoskedastisitas ......................................................... 61
c. Uji Linearitas ....................................................................... 62
d. Uji Multikolinearitas ........................................................... 62
3. Pengujian Hipotesis .................................................................... 63
a. Analisis Korelasi ................................................................. 63
b. Analisis Regresi ................................................................... 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................... 65
1. Data Layanan BK ....................................................................... 65
2. Data Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ..................................... 68
3. Data Persepsi Siswa SMP tentang SMK .................................... 70
4. Data Minat siswa SMP Melanjutkan ke SMK ........................... 72
B. Uji Persyaratan Analisis Data ......................................................... 74
1. Uji Normalitas Data .................................................................... 74
2. Uji Heterokedastisitas ................................................................. 75
3. Uji Linearitas .............................................................................. 76
4. Uji Multikolinearitas .................................................................. 77
C. Pengujian Hipotesis Penelitian . ....................................................... 78
1. Uji Korelasi Hubungan antara Variabel Independen dan
Dependen ..................................................................................... 78
2. Pengaruh Layanan Bimbingan Konseling (BK) terhadap
Minat siswa SMP masuk ke SMK ............................................... 79

iii
3. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Minat
siswa SMP masuk ke SMK ......................................................... 80
4. Pengaruh Persepsi Siswa SMP tentang SMK terhadap Minat
siswa SMP masuk ke SMK ......................................................... 82
5. Pengaruh Layanan BK, Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga, dan
Persepsi siswa SMP tentang SMK terhadap Minat siswa SMP
masuk ke SMK ........................................................................... 83
D. Pembahasan ..................................................................................... 85
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 94
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 95
B. Implikasi .......................................................................................... 96
C. Saran ................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 104

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2009-2013


...................................................................................................... 2
Tabel 2 : Angka Partisipasi Sekolah (APS) ......................................................... 5
Tabel 3 : Data kenakalan remaja berdasarkan umur di Kabupaten Sangihe ....... 10
Tabel 4 : Sampel per masing-masing Sekolah .................................................... 52
Tabel 5 : Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................. 56
Tabel 6 : Hasil uji validitas Butir Angket variabel Layanan BK ........................ 57
Tabel 7 : Hasil uji validitas Butir Angket Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ... 57
Tabel 8 : Hasil uji validitas Butir Angket Persepsi siswa SMP tentang SMK ... 58
Tabel 9 : Hasil uji validitas Butir Angket Minat siswa SMP masuk ke SMK ... 58
Tabel 10: Kisi-Kisi Instrumen Setelah uji Validitas butir angket ....................... 58

iii
Tabel 11: Tabel kriteria tingkatan reliabilitas Guilford ...................................... 59
Tabel 12: Tabel perhitungan Alpha Cronbach’s instrumen angket ................... 60
Tabel 13: Deskripsi data Layanan BK................................................................. 66
Tabel 14: Tabel frekuensi data Layanan BK ....................................................... 66
Tabel 15: Deskripsi data Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga .............................. 68
Tabel 16: Tabel frekuensi data Sosial Ekonomi Keluarga .................................. 68
Tabel 17: Deskripsi data Persepsi Siswa tentang SMK ....................................... 70
Tabel 18: Tabel frekuensi data Persepsi Siswa tentang SMK ............................. 71
Tabel 19: Deskripsi data Minat siswa SMP melanjutkan ke SMK ..................... 72
Tabel 20: Tabel frekuensi data Minat Siswa SMP melanjutkan ke SMK ........... 72
Tabel 21: Tabel nilai Skewness dan Kurtosis ...................................................... 74
Tabel 22: Tabel nilai signifikansi Linearitas variabel Independen ..................... 77
Tabel 23: Tabel nilai tolerance dan VIF untuk uji multikolinearitas .................. 78
Tabel 24: Hasil uji korelasi ................................................................................. 79
Tabel 25: Analisis regresi pengaruh X1 terhadap Y ........................................... 80
Tabel 26: Analisis regresi pengaruh X2 terhadap Y ........................................... 81
Tabel 27: Analisis regresi pengaruh X3 terhadap Y ........................................... 82
Tabel 28: Analisis regresi pengaruh X1,X2,X3 secara bersamaan terhadap Y .. 84
Tabel 29: Tabel hubungan variabel independen dan dependen .......................... 88

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat .......................... 45


Gambar 2 : Hubungan dan Hipotesis variabel bebas terhadap variabel terikat .. 53
Gambar 3 : Histogram Pareto tabel frekuensi data Layanan BK ........................ 67
Gambar 4 : Histogram Pareto data Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga .............. 69
Gambar 5 : Histogram Pareto tabel frekuensi data Persepsi siswa ke SMK ...... 71
Gambar 6 : Histogram Pareto frekuensi data Minat siswa SMP ke SMK .......... 73
Gambar 7 : Normalitas QQ Plot ......................................................................... 75

iii
Gambar 8 : Scatterplot uji heterokedastisitas ..................................................... 76

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuisioner Penelitian .................................................................... 104


Lampiran 2 : Ringkasan Wawancara ................................................................. 121
Lampiran 3 : Data Penelitian ............................................................................. 136
Lampiran 4 : Uji Persyaratan Analisis Data ....................................................... 157

iii
Lampiran 5 : Uji Korelasi dan Regresi .............................................................. 172
Lampiran 6 : Surat-Surat Kelengkapan .............................................................. 178

ABSTRAK

NUR FADLI UTOMO: Pengaruh Pendidikan Pra-Vokasional, Kondisi Sosial


Ekonomi, dan Persepsi terhadap Minat Siswa SMP Negeri di Kabupaten Kepulauan
Sangihe dalam Melanjutkan Pendidikan ke SMK. Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.

iii
Penanaman pola pikir mengenai pendidikan kejuruan saat masih di pendidikan
dasar dan menengah pertama juga sangat penting untuk meningkatkan minat siswa.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi sosial ekonomi dan persepsi
juga dianggap turut memberikan kontribusi terhadap minat siswa baik itu positif
ataupun negatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor


pembentuk minat siswa SMP Negeri di Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk
melanjutkan pendidikan ke SMK, yaitu Pendidikan Pra-Vokasional, Kondisi Sosial
Ekonomi, dan Persepsi Siswa SMP.

Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto dengan pendekatan penelitian


kuantitatif. Penelitian ini akan dilakukan di seluruh SMP Negeri di Kabupaten
Kepuluan Sangihe. Penelitian memiliki tiga variabel bebas yaitu Pendidikan Pra-
Vokasional (X1), Kondisi Sosial Ekonomi (X2), dan Persepsi (X3), dengan variabel
terikat yang akan diteliti yaitu Minat Siswa SMP ke SMK (Y). Pengambilan data
dilakukan dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, kemudian di
analisis dengan metode statistik dan diuji hipotesisnya dengan menggunakan analisis
regresi.

Kata Kunci: minat, pra-vokasional, kondisi sosial ekonomi, persepsi.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

iii
Di era ekonomi global dan serba digital ini, pendidikan kejuruan sangat

diperlukan untuk menunjang Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja dan

siap berwirausaha. Latar belakang peningkatan SDM melalui pendidikan kejuruan

ini juga didorong oleh UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Bab II Pasal 3 yang berisi Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Dari pasal diatas, untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi diri

yaitu dengan melalui pendidikan kejuruan di SMK.

Sebagai Negara berkembang, pendidikan kejuruan di Indonesia tak bisa

lepas dari faktor ekonomi, masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa lapisan

ekonomi dari yang mampu sampai yang kurang mampu. Selain itu, beragamnya

suku-suku di Indonesia memunculkan banyak pemahaman-pemahaman sosial di

tiap-tiap suku mengenai pendidikan secara umum dan SMK itu sendiri. Misalnya

di kawasan Indonesia tengah seperti Sulawesi Utara, terlebih di kabupaten

kepulauan Sangihe bahwa pendidikan belum merupakan pilihan utama dalam

meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masih mengandalkan sektor pertanian

dan buruh. Tingkat ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sangihe direpresentasikan

iii
melalui data Persentase Penduduk Miskin dari BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe

berikut.

Tabel 1

Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2009-2013


(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Sangihe)

Indeks Kedalaman
Tahun Dalam Persentase
Kemiskinan

2009 13,23 2,30

2010 13,22 2,27

2011 11,69 1,38

2012 10,66 1,62

2013 12,29 1,56

Dari data Tabel 1, walaupun menurun secara bertahap selama periode 2009 sampai

akhir 2013, Kabupaten Kepulauan Sangihe masih tergolong memiliki angka

kemiskinan yang cukup besar yang tentu saja merupakan indikasi kondisi sosial

ekonomi masyarakat yang kurang mampu dan secara langsung berdampak pada

kelangsungan Pendidikan dari anak keluarga miskin tersebut, karena tingkat sosial

ekonomi mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi status sosial

ekonomi seseorang maka semakin selektif dalam memilih jenis pendidikan. Jadi

faktor sosial ekonomi turut menentukan jenis pendidikan yang ditempuh oleh

seseorang.

iii
Jenjang pendidikan pada pendidikan formal terdiri dari: (1) pendidikan

dasar (SD dan SMP), (2) Pendidikan menengah (SMA dan SMK), dan (3)

Pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana). Untuk siswa kelas IX dan VIII SMP

(Sekolah Menengah Pertama), mereka harus memikirkan apakah mereka akan

melanjutkan ke SMA atau melanjutkan ke SMK. Berdasarkan PP No. 17 tahun

2010 pasal 76, fungsi dari pendidikan menengah umum (SMA) adalah

meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan tinggi dan atau untuk hidup mandiri di masyarakat, sedangkan

pendidikan menengah kejuruan (SMK) berfungsi membekali peserta didik dengan

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan menengah kejuruan merupakan

pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan

pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang

tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan

mengembangkan ketrampilan diri untuk dapat hidup secara mandiri di kemudian

hari. Hubungan antara Pendidikan Kejuruan dan Kondisi Sosial Ekonomi adalah

sangat erat, dimana kondisi sosial ekonomi memaksa dan memberikan pilihan

hidup yang sedikit untuk menempuh pendidikan dan memperoleh pekerjaan yang

layak dengan waktu dan biaya yang seminimal mungkin karena perguruan tinggi

merupakan opsional, pendidikan kejuruan menjadi cara alternatif yang “akrab”

dengan kalangan masyarakat sosial ekonomi menengah kebawah, sehingga dari

iii
faktor ini akan terbentuk minat yang baik muncul secara terpaksa ataupun sukarela

di dalam diri siswa untuk melanjutkan pendidikan ke SMK.

Menurut Crow & Crow dalam Sunarto (2010), timbulnya minat siswa

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) faktor dorongan dari dalam, (2) faktor motif

sosial, dan (3) faktor emosional. Faktor-faktor tersebut membentuk minat siswa

yang berujung pada keputusan siswan seperti contoh yaitu dalam melanjutkan

pendidikan ke SMK, ke SMA, atau tidak melanjutkan pendidikan. Minat siswa

sangat penting karena merupakan langkah awal siswa SMP untuk melanjutkan ke

langkah yang lebih serius yaitu mengambil keputusan dan memilih pendidikan

lanjutan yang sesuai minatnya. Di Kabupaten Kepulauan Sangihe sendiri, minat

siswa SMP ke SMK yang dapat dilihat dari data BPS yaitu 54.48% untuk SMA dan

45.58% untuk SMK, dimana jumlah siswa SMK lebih sedikit dari siswa SMA

dimana ini belum memenuhi target program alih fungsi SMA yaitu 30% untuk

SMA dan 70% untuk SMK. Rasio jumlah siswa SMA dan SMK yang tidak

berimbang juga merupakan dampak dari kurangnya penyelenggaraan sekolah

kejuruan di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun ajaran 2014/2015 yang

jumlahnya masih lebih sedikit dari SMA, dimana ada 13 SMA (62%) dan 8 SMK

(38%). Minat siswa SMP untuk berpartisipasi ke pendidikan menengah dan

kejuruan juga masih rendah, dilihat dari tabel Angka Partisipasi Sekolah (APS)

menurut kelompok umur untuk SMA/sederajat (16-18) :

Tabel 2

iii
APS (sumber: sangihekab.bps.go.id)

2011 2012 2013

62,6 57,9 63

Dari data APS diatas, bisa dipastikan minat siswa ke SMA atau SMK juga masih

rendah jika dilihat dari keseluruhan populasi. Dalam penyediaannya, sarana di

sekolah kejuruan di Kabupaten Kepulauan Sangihe masih banyak belum memadai,

dimana jumlahnya masih sangat sedikit dan letak sebagian besar SMK dengan

sarana yang memadai berada di ibukota kabupaten yaitu Tahuna.

Faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa SMP masuk ke SMK adalah

faktor tingkat pengetahuan siswa akan SMK, serta kelebihan dan kekurangan SMK.

Pengetahuan siswa berasal dari informasi-informasi yang diperoleh dari berbagai

macam media massa, baik berbentuk cetak maupun elektronik. Sumber informasi

lain mengenai SMK yaitu bisa berasal dari Pendidikan Pra-Vokasional dan

Pendidikan Bimbingan Konseling di sekolah. Pendidikan Pra-Vokasional

memberikan informasi mengenai SMK dan berbagai pelatihan-pelatihan pengantar

vokasional dan pelatihan pemanfaatan teknologi dasar seperti pencarian informasi,

dan entrepreneur berbasis media online. Selain pendidikan pra-vokasional, ada

juga pendidikan bimbingan konseling dimana guru BK memberikan pengarahan-

pengarahan mengenai kelanjutan pendidikan siswa, serta memberikan layanan

informasi bagi siswa.

iii
Pelaksanaan pengantar pendidikan kejuruan di SMP diawali dengan

pengenalan-pengenalan pada pendidikan di cabang vokasional yang disebut Pra-

Vokasional. Pendidikan pra-vokasional datang dalam banyak bentuk, seperti

kursus non-formal, pendidikan formal di kelas melalui Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM), ataupun kegiatan ekstrakulikuler di sekolah seperti Pramuka dan PMR. Hal

lain yang masih butuh perhatian di SMP yaitu masih kurangnya guru memberikan

pemahaman kepada siswa dalam pemanfaatan bidang keahlian teknologi informasi

yang bijak. Pendidikan Pra-Vokasional mengenai bidang teknologi informasi bisa

di aplikasikan ke dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

TIK di SMP, di dalam TIK sendiri terdiri dari pendidikan pra-vokasi berbasis

teknologi seperti pendidikan dan perakitan komputer, dan pemanfaatan internet dan

media informasi online. Dengan modal awal tersebut yang dicampur dengan sistem

pengajaran dan materi yang menarik, dapat membuat siswa berpikir dan

memunculkan minat untuk masuk ke pendidikan kejuruan lanjut di SMK. Contoh

lain dari kegiatan ekstrakurikuler, seperti Palang Merah Remaja (PMR),

memberikan pendidikan pra-vokasi mengenai tindakan P3K, pendidikan kesehatan

untuk diri sendiri dan orang lain, serta pemberian obat-obatan pada kasus kesehatan

yang umum dijumpai dan selain itu, bisa memberikan pandangan dan

memunculkan minat siswa untuk masuk ke sekolah keperawatan di kemudian hari.

Faktor pembentuk minat lain berdasarkan ketersediaan informasi selain

pendidikan pra-vokasional adalah kegiatan bimbingan dan konseling (BK). BK

merupakan bagian dari kegiatan atau proses pendidikan di dalam sekolah,

iii
pernyataan tersebut telah lahir sejak diterapkannya secara formal kegiatan

bimbingan di sekolah, yaitu pada saat diberlakukannya kurikulum 1976 dimana

masa itu memiliki istilah yang dikenal adalah Bimbingan dan Penyuluhan (BP).

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia

memiliki pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai

prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling

merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara

konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang

dihadapi klien. Dengan bimbingan dan konseling tersebut, anak didik akan

melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan, atau telah

diatur dalam suatu aturan norma.

Bimbingan dan konseling (BK) sebenarnya telah ditempatkan pada posisi

yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Pada dasarnya disekolah

ada tiga komponen yang sangat penting yang dapat mewarnai suatu sekolah yaitu

pertama manajemen dan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah,

kedua bidang pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang studi,

dan yang ketiga adalah bidang pembinaan kesiswaan yang dilaksanakan oleh

seluruh personil sekolah baik tenaga pendidik maupun non-kependidikan. Dari

ketiga bidang tersebut keberadaan bimbingan dan konseling ada pada bidang ketiga

yaitu pembinaan kesiswaan berkaitan dengan pembentukan sikap kepribadian dan

iii
pengembangan bakat minat dalam upaya pengembangan dirinya secara optimal.

Ketiga bidang tersebut seharunya mampu berjalan sinergis dan integral saling

berhubungan, harmonis dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah. Namun pada

kenyataanya pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah masih banyak

mengalami hambatan dan kritikan dikalangan siswa, masyarakat dan bahkan teman

seprofesi sendiri seperti guru dan kepala sekolah yang merasa belum merasa puas

dengan kinerja bimbingan dan konseling disekolah. Hal ini tentunya menjadi

tantangan tersendiri bagi guru bimbingan dan konseling untuk dapat merefleksi diri

tentang kinerjanya selama ini disekolah (Azzet, 2011).

Masalah pendidikan BK pada SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe secara

umum sama seperti penjelasan diatas yaitu belum optimalnya guru dalam

membimbing dan mengarahkan siswa karena rasio guru BK dan siswa yang terlalu

timpang dan perbedaan pelayanan informasi di tiap sekolah membuat pemahaman

siswa mengenai SMK sangat beragam, sehingga memunculkan kesenjangan

informasi dan membuat persepsi siswa mengenai SMK yang sangat bervariasi.

Selain itu layanan BK di sekolah-sekolah masih berkutat pada mengurus anak-anak

nakal, belum mengarahkan rencana pendidikan anak/siswa kedepannya secara

keseluruhan, sehingga muncul pemahaman dalam diri siswa secara umum bahwa

siswa yang berurusan dengan BK adalah siswa-siswa yang bermasalah. Pada

akhirnya, BK malah tidak fokus terhadap tugas utamanya, yaitu seperti melakukan

layanan bimbingan karir dan hal sejenis, dalam upaya membentuk persepsi siswa

iii
mengenai karir mereka kedepannya melalu pendidikan kejuruan dan langkah-

langkah untuk mencapainya.

Persepsi siswa merupakan faktor yang muncul dari hasil pemahaman siswa

terhadap pendidikan kejuruan (SMK) yang timbul berdasarkan asumsi-asumsi yang

berasal dari dirinya sendiri sebagai hasil dari pengolahan-pengolahan informasi

yang didapatkan dari berbagai sumber dan pengaruh pergaulan dengan lingkungan

sekitar. Persepsi siswa banyak dipengaruhi dari faktor-faktor diatas yaitu

Pendidikan pra-vokasional, layanan bimbingan BK dan kondisi sosial ekonomi

keluarga, tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitar di luar sekolah seperti

teman-teman dan masyarakat sekitar, selain itu media massa berpengaruh dalam

mempengaruhi alur persepsi siswa terhadap SMK, seperti citra SMK (dalam hal ini

STM) yang identik dengan tawuran, kenakalan remaja, dan kualifikasi yang tidak

mumpuni. Kenakalan remaja menjadi masalah yang cukup diperhatikan, seperti

dijelaskan dalam Tabel 3 di halaman berikutnya mengenai tingkat kenakalan

remaja di Kabupaten Sangihe:

Tabel 3

Data kenakalan remaja berdasarkan umur di Kabupaten Sangihe Tahun 2011-


2013

Tahun
Umur Total
2011 2012 2013
15 2 5 3 10

iii
16 3 3 2 8
17 2 1 3 6
Jumlah 7 9 8 24
Sumber: Kantor Kejaksaan Negeri, Mapolres, dan Pengadilan Negeri Tahuna

Jumlah kenakalan remaja di usia sekolah menengah terbilang cukup banyak dan

sebagian dilakukan oleh siswa STM seperti kasus pengeroyokan dan tawuran,

walaupun masih terbilang sedikit tetapi keterlibatan siswa dalam tindakan menjurus

kriminal sangat tidak diharapkan. Kenakalan remaja juga menjadi salah satu

pemberi stimulus kepada persepsi siswa SMP mengenai pendidikan kejuruan dan

juga terhadap minat siswa untuk masuk ke SMK.

Berdasarkan penjelasan dari berbagai faktor diatas bahwa persepsi sangat

berhubungan ke minat siswa, tetapi tidak diketahui seberapa besar pengaruhnya

terhadap minat siswa itu sendiri. SMK sebagai pihak penyelenggara pendidikan

kejuruan dan tentunya Dinas Pendidikan itu sendiri harus bisa mensiasati dengan

mengadakan seminar dan berbagai kegiatan yang mengikutsertakan siswa-siswa

SMP dalam rangka mempromosikan SMK sebagai lembaga pendidikan yang

memiliki citra positif dan inovatif.

Dari penjelasan latar belakang diatas, peneliti berniat untuk mengungkap

hubungan antara faktor dan minat siswa SMP ke SMK dengan faktor-faktornya

adalah Layanan Bimbingan Konseling, Kondisi Sosial Ekonomi, Persepsi siswa

iii
terhadap SMK, dan dampaknya terhadap minat siswa SMP di Kabupaten

Kepulauan Sangihe ke SMK.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, diidentifikasi beberapa masalah yang

jadi perhatian adalah sebagai berikut :

- Kondisi sosial ekonomi orang tua yang rata-rata masih menengah kebawah

dilihat dari tingkat pendapatan orang tua siswa yang kecil, pekerjaan orang

tua yang rata-rata bekerja sebagai buruh dan petani, dan tingkat pendidikan

orang tua yang rata-rata lulusan SMP dan SMA. Stereotipe dari siswa

bahwa siswa yang tidak mampu melanjutkan ke SMK. Semakin tinggi

kondisi sosial ekonomi orang tua, maka semakin bervariasi juga tingkat

pendidikan yang akan ditempuh anaknya.

- Rasio perbandingan SMA dan SMK yang masih di dominasi oleh SMA,

dan keberadaan SMK Negeri yang memiliki fasilitas yang memadai

sebagian besar terletak di ibukota Kabupaten.

- Jumlah siswa SMK yang lebih sedikit dari siswa SMA.

- Minat siswa SMP ke SMK yang masih kurang dilihat dari APS untuk

partisipasi pendidikan untuk umur 16-18 tahun.

- Pendidikan Pra-Vokasional di SMP belum optimal dalam memberikan

informasi mengenai SMK kepada siswa.

iii
- Pendidikan Pra-Vokasional masih hanya memberikan kemampuan

ketrampilan hidup (Life-Skills) seperti Pramuka dan Palang Merah, belum

memberikan informasi mengenai pemanfaatan teknologi untuk kepentingan

pencarian informasi dan berwirausaha.

- Peran Bimbingan Karir (BK) di SMP yang belum optimal dalam

mengarahkan siswa mengenai pemilihan jenjang pendidikan selanjutnya.

- Peran bimbingan karir yang masih belum memberikan wawasan mengenai

pengembangan potensi ekonomi dan SDM lokal melalui SMK.

- Kesenjangan tingkat pemahaman tiap sekolah mengenai SMK karena

perbedaan program bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh guru BK

di tiap sekolah.

- Anak/siswa masih takut untuk menemui BK, karena pemahaman siswa

mengenai BK bahwa jika siswa berhubungan dengan BK maka akan

dianggap sebagai anak nakal.

- Tingkat kenakalan remaja di sekolah maupun di luar sekolah yang cukup

banyak.

- Citra SMK yang masih kurang baik.

- Persepsi siswa terhadap SMK masih kurang sehingga siswa enggan untuk

melanjutkan, SMK identik dengan kualifikasi kemampuan SDM yang

kurang dan anak-anak yang nakal.

iii
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka faktor-faktor yang dianggap

memiliki pengaruh terhadap minat siswa SMP melanjutkan ke SMK dibatasi

lingkup permasalahan yaitu, layanan bimbingan konseling, kondisi sosial ekonomi

keluarga siswa, dan persepsi siswa terhadap SMK. Faktor-faktor tersebut diduga

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat siswa untuk melanjutkan ke

SMK di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Pada sub-bab Kajian Teori ini akan mengulas teori-teori menurut para ahli dan

sintesis dari penulis mengenai variabel penelitian yaitu tentang minat siswa masuk

ke SMK, bimbingan dan konseling, sosial ekonomi keluarga, dan persepi siswa

terhadap SMK.

1. Minat

a. Definisi

Menurut Slameto (2003:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Selain itu, menurut Krapp (Dale

iii
H. Schunk, Paul Pitrich, Judith Meece (2012:320)) menjelaskan bahwa minat

situasional merupakan suatu keadaan psikologis menyangkut tertarik pada

sebuah tugas atau aktivitas. Seseorang yang benar-benar berminat terhadap

sesuatu, maka akan mempengaruhi sikap dan perilakunya terhadap suatu hal

tersebut. Walaupun hal yang diminati tersebut kadang terdapat banyak

hambatan untuk mencapainya, tetapi dengan dorongan minat, hal-hal tersebut

bisa dicapai walaupun tidak didukung sarana penunjang yang memadai. Begitu

juga sebaliknya. Sesuai dengan Purwanto (2010:56) yang menjelaskan bahwa

minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi

perbuatan itu, dan minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan sesuatu yang sesuai keinginannya. Adanya dorongan

yang kuat dari keinginan tersebut akan lebih mendorong seseorang untuk

memusatkan perhatian dan usahanya terhadap sesuatu yang diminatinya

tersebut.

Kemudian, menurut Chamid dan Rochmanudin (2011:8), minat adalah

suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai

keinginan untuk mengetahui, memiliki, mempelajari dan membuktikan.

Timbulnya minat menurut Crow & Crow dalam Soenarto (2003) dipengaruhi

oleh tiga faktor, yaitu: (1) faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu

atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, (2) faktor motif

sosial, yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri dan dalam ilmu

iii
pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan

kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh

penghargaan dari keluarga atau temen, dan (3) faktor emosional, yaitu minat

yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Minat dapat digolongkan menjadi

dua,yaitu minat instrinsik dan minat ekstrinsik. Minat instrinsik merupakan

minat yang timbulnya dari dalam diri siswa sendiri tanpa pengaruh dari luar,

sedangkan minat ekstrinsik merupakan minat yang timbulnya akibat pengaruh

dari luar.

Mangal (2007) dalam Soenarto (2003) menyatakan bahwa ‘interest’

may be referred to as the key factor and a driving force that helps us in paying

attention as well as remaining enganged in our so attented activities. Our

interest are very much linked with our want, motives, drives and basic needs.

Keterangan ini menunjukkan bahwa minat berkaitan erat dengan faktor

pendorong dalam diri seseorang yang membantu orang tersebut melakukan

aktivitas-aktivitas yang sesuai. Minat tersebut sangat berkaitan erat dengan

masalah keinginan, motif, dorongan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Minat

yang memberikan seseorang suatu dorongan dan motif terhadap sesuatu

semakin kuat.

Berdasarkan teori perkembangan vokasional para siswa SMP pada

dasarnya telah mulai menimbang-nimbang dan memikirkan pekerjaan tertentu.

Mereka juga menyadari bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang

iii
diidamkan memerlukan sarana pengetahuan dan keterampilan tertentu yang

harus dimiliki yang bisa diperoleh melalui pendidikan. Kondisi psikologis di

atas akan membawa para remaja untuk menentukan pilihan jenis pendidikan

dan pelatihan yang akan diikuti (Munadi, 2006). Sarana pengetahuan dan

ketrampilan yang mumpuni tentunya meningkatkan kesadaran siswa mengenai

pendidikan yang sesuai dengan dirinya.

Dari uraian berbagai teori diatas, penulis menyimpulkan bahwa minat

merupakan faktor pendorong siswa untuk melakukan atau memberikan

perhatian lebih terhadap sesuatu. Minat tidak hanya terjadi begitu saja, tetapi

juga didukung oleh faktor eksternal seperti kondisi sosial ekonomi keluarga

serta informasi terpadu dari layanan bimbingan konseling, dan faktor internal

seperti persepsi yang berasal dari pemahaman siswa berdasarkan informasi

yang didapatkannya.

b. Menumbuhkan Minat Vokasional Siswa

Menurut Baharuddin & Wahyuni (2009:24) cara untuk

membangkitkan minat belajar siswa antara lain: (1) Dengan membuat materi

yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari

bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk

mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa

(kognitif, afektif, dan psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif. (2)

iii
Pemilihan jurusan atau bidang studi, yang tentu saja dipilih sendiri oleh siswa

sesuai dengan minatnya.

Selain itu, untuk menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa

yaitu dengan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada siswa

mengenai objek tersebut, mendekatkan siswa dengan objek tersebut sehingga

bisa di eksplor oleh siswa dan membiasakan siswa berinteraksi dengan objek

tersebut, sehingga muncullah kesan positif sehingga membuat siswa tertarik

dan berdampak pada pengembangan minat siswa kepada objek tersebut.

Menurut Sobur (2003:244) ada dua faktor yang mempengaruhi

timbulnya minat yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam

adalah semua faktor yang berada dalam diri individu baik faktor fisik maupun

faktor psikis contohnya motif, perhatian, sikap, dan prestasi. Faktor dari luar

adalah semua faktor yang berada di luar individu, seperti lingkungan, tempat

tinggal, orang tua dan latar belakang ekonomi. Kemudian, menurut

Sukmadinata (2002:146), untuk membangkitkan motif belajar anak yaitu

pemilihan bahan ajar yang tepat, memberikan dorongan untuk menemukan

(discovery), menerjemahkan apa yang diajarkan ke dalam bentuk dan bahasa

yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan disampaikan secara lebih

aktif sehingga anak dapat terlibat dalam proses belajar yang kemudian

meningkatkan minat belajar yang berjangka panjang.

iii
Ditambahkan oleh Roe, Kolodziej, Stoodt-Hill dan Burns (2013:341)

bahwa untuk menumbuhkan minat siswa terhadap pendidikan vokasional dan

dunia kerja, beberapa cara berikut bisa dilakukan di sekolah dan di dalam kelas,

yaitu:

1) Menampilkan dan memberikan media baca yang sesuai minat siswa dan

tingkatan bacaan siswa

2) Memberikan saran buku apa yang sesuai dengan minat siswa

3) Melakukan review buku bersama siswa

4) Menggunakan kegiatan belajar sembari memberikan rangsangan yang

sesuai dengan minat siswa

5) Memberanikan siswa untuk berdiskusi mengenai minatnya

6) Memberikan waktu di kelas untuk membaca bacaan yang sesuai minat

siswa dan berhubungan dengan pembelajaran di kelas

Beberapa cara diatas bisa terlaksana dengan adanya pengetahuan dasar dari

guru mengenai macam-macam pendidikan vokasional. Studi terbaru dari jurnal

yang dikemukakan oleh Al-Dajeh (2012:3) mengenai minat terhadap

pendidikan vokasional sangat tergantung pada kemampuan dan pengetahuan

guru mengenai apa itu pendidikan vokasional, terkadang ketidaktahuan siswa

bisa juga diakibatkan oleh kurangnya pemahaman guru di SMP mengenai

pendidikan vokasional. Didukung oleh studi Bunker dan Shadbolt (2009:342)

di dalam jurnal Australian Family Physician yang menyatakan terdapat potensi

iii
pengaruh yang signifikan mengenai pemberian informasi tentang karir dan

berbagai pilihannya selama di pendidikan dasar dan pendidikan menengah

pertama dalam meningkatkan minat karir melalui pendidikan kejuruan.

Tentunya, hal tersebut juga harus didukung dengan kemampuan dan

pengetahuan guru mengenai pendidikan kejuruan.

Berdasarkan uraian teori oleh para ahli diatas, maka disimpulkan

bahwa untuk menumbuhkan minat siswa yaitu bisa melalui pemberian

informasi yang diperantarai oleh layanan BK sekolah, pemberian bahan ajar

yang menarik mengenai satu subjek pelajaran, dan memberikan dorongan

mental kepada siswa untuk bisa tertarik dan berminat terhadap suatu hal.

Menumbuhkan minat siswa mengenai pendidikan kejuruan dan SMK bisa

diawali dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke SMK atau Politeknik di

daerah sekitar, memberikan gambaran karir yang akan ditempuh melalui jika

siswa masuk ke SMK, tingkat peluang kerja dan efesiensi biaya yang akan

dikeluarkan jika menempuh pendidikan di SMK, dan memberikan informasi

mengenai berbagai prestasi-prestasi SMK di tingkat nasional dan internasional.

2. Layanan Bimbingan Konseling

a. Definisi

iii
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan

“counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar

kata guide berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot), 3)

mengelola (to manage), dan 4) mengendalikan (to steer). Natawidjaya (dalam

Yusuf dan Nurihsan, 2006:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai suatu

proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya bahwa

dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai

dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan

kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati

kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti lepada

kehidupan masyarakat pada umumnya. Depdiknas (2004:4) mengemukakan

bahwa bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan dan bukan

layanan pengajaran, sehingga ketika guru pembimbing masuk ke kelas fokus

utama adalam memberikan pelayanan secara langsung.

Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses

pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal

dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Oemar Hamalik, (2000:193)

mengartikan bimbingan sebagai penolong individu agar dapat mengenal dirinya

dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-

iii
masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya Bimbingan pun dapat diartikan

sebagai adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu

perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara

maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya

maupun bagi masyarakat.

Yusuf dan Nurihsan, (2006:6) mengemukakan bahwa konseling

merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna

bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar dia mampu

tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialaminya dalam

kehidupannya. Prayitno (2007:106) mengartikan konseling adalah proses

pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli

kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Kedua pendapat di atas

menunjukkan bahwa konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan

kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada

diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya

pada masa yang akan datang.

Menurut Prout dan Wadkins (2014:1), Konseling adalah membantu

orang lain untuk memahami apa yang tampaknya tidak masuk akal bisa menjadi

masuk akal. Ini adalah proses pemberdayaan yang memungkinkan orang untuk

iii
terhubung dengan kekuatan yang ada di dalam diri mereka, yang mungkin

mereka tidak sadar bahwa kekuatan tersebut ada di dalam diri mereka. Hal yang

sama dinyatakan oleh Hough (2010:1) bahwa konseling adalah membantu

orang lain baik secara individu atau grup dalam berkomunikasi sosial,

menaikkan kepercayaan diri akan kekuatan yang ada di dalam dirinya,

meyakinkan bahwa setiap orang itu unik dan punya kelebihan masing-masing,

dan membantu dalam menyelesaikan masalah melalui metode tertentu.

Konseling berfungsi untuk meyakinkan bahwa perubahan bisa saja terjadi dan

mengurangi tingkat stress terhadap klien terhadap tantangan yang akan atau

sudah dia hadapi. Sama halnya diatas, konseling di dalam sekolah adalah untuk

memberi kepercayaan diri kepada siswa dan kiat-kiat mengenai apa yang harus

dilalui dalam mencapai tujuan pendidikan dan hidup dari siswa.

Berdasarkan uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa layanan bimbingan

konseling di sekolah yaitu memberikan pengarahan dan pembimbingan kepada

siswa menjalani, mencapai dan meningkatkan kesejahteraan hidup melalui

pendidikan, membantu menyelesaikan masalah-masalah siswa di sekolah

melalui cara yang sesuai dengan umur dan tingkat pendidikan siswa,

meningkatkan kepercayaan diri dan membantu siswa secara mental dalam

menghadapi suatu masalah di luar sekolah.

b. Mengidentifikasi Bimbingan Konseling untuk Siswa

iii
Menurut Ferguson (2009:4), sebelum memulai bimbingan kepada

siswa, sebisa mungkin bagi guru atau tim bimbingan, sangat penting bagi tim

BK untuk mengajari siswa juga untuk mempersiapkan diri dan informasi guna

memastikan pada saat melakukan kegiatan BK bisa berjalan secara maksimal,

seperti sikap self-awareness (mawas diri), kemampuan perencanaan,

kemampuan manajemen, kemampuan marketing dari siswa, dan mengetahui

dunia kerja sesuai karir yang diinginkan oleh siswa.

1) Self-Awareness

Siswa harus mawas diri terhadap kemampuan dirinya, sehingga siswa

mengetahui apa kelebihan dan kelemahan dirinya, dan apa yang harus

dipersiapkan dalam melanjutkan pendidikannya.

2) Kemampuan Perencanaan

Penting bagi siswa mengetahui seberapa baik kemampuan dalam

mengambil keputusan dan menentukan tujuan jangka pendek dan

jangka panjangnya. Siswa juga bisa memperkirakan seberapa baik

kemampuan adaptasi terhadap situasi-situasi pada karir yang

diinginkannya.

3) Kemampuan Manajemen

Kemampuan siswa untuk bisa mengatur waktu, finansial, dan gaya

hidupnya. Siswa bisa memperkirakan seberapa baik kemampuan

manajemennya.

4) Kemampuan Marketing

iii
Kemampuan marketing membuat siswa bisa bertahan dalam persaingan

kerja nantinya, dimana siswa tahu bagaimana caranya mencari kerja,

membangun relasi, dan mecari kerja sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya.

5) Mengetahui Situasi Dunia Kerja

Siswa harus tahu bagaimana situasi dunia kerja sesuai karir yang

diinginkan, sehingga siswa tahu apa yang harus dikuasai sesuai tren

karirnya, tahap yang harus dilalui, dan pelatihan-pelatihan apa saja yang

sesuai dengan karirnya.

Kesadaran siswa sangat penting guna mencocokkan pola pikir tim BK dan

siswa untuk memaksimalkan proses BK dan mencapai karir yang diinginkan

oleh siswa

c. Asas Layanan Bimbingan Konseling

Keberhasilan Bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh

diwujudkannya asas-asas sebagaimana yang dikemukakan oleh Yusuf dan

Nurihsan (2006:22) yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Rahasia

Asas Rahasia mengandung makna bahwa bimbingan dan konseling

menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang

iii
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau

keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.

2) Sukarela

Asas sukarela mengandung makna bahwa bimbingan dan konseling

menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien)

mengikuti, menjalani layanan kegiatan yang diperlukan baginya.

3) Terbuka

Asas terbuka menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi

sasaran layanan kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura

dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam

menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang bermanfaat

bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing

berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien).

4) Kegiatan

Asas kegiatan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang

menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam

penyelenggaraan layanan kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru

pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap

layanan kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan

baginya.

5) Mandiri

iii
Asas mandiri menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling

yakni peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan

konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan cirri-ciri

mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu

mengambil keputusan , mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan

bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi

berkembangnya kemandirian peserta didik.

6) Terkini

Asa kekinian yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan

bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien)

dalam kondisi yang terjadi sekarang atau terkini. Layanan yang

berkenaan dengan “masa depan” atau kondisi “masa lampau” pun

dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa

yang diperbuat sekarang.

7) Dinamis

Asas dinamis yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama

kehendaknya selalu bergerak maju, tidak menoton dan terus

berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangannya dari waktu ke waktu.

8) Terpadu

iii
Asas terpadu berupa asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak

lain saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama

antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus

dikembangkan. Koordinasi segenap layanan kegiatan bimbingan dan

konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9) Harmonis

Asas harmonis yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan

bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada,

tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai

dan norma agama, hukum dan peraturan, adapt istiadat, ilmu

pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau

kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat

dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak

didasarkan nilai atau norma yang dimaksudkan itu.

10) Ahli

Asas ahli menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional.

Dalam hal ini agar para pelaksana bimbingan dan konseling

hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan

iii
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik

dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan

dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan

konseling.

11) Alih Tangan kasus

Asas alih tangan kasus menghendaki agar pihak-pihak yang tidak

mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara

cepat dan tuntas mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak

yang lebih ahli

12) Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani yaitu berupa asas bimbingan dan konseling

yang menghedaki agar bimbingan dan konseling secara keseluruhan

dapat menciptakan suasana yang mengayomi mengembangkan

keteladanan memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan

yang seluas-luasnya kepada peserta didik atau klien untuk maju.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa asas layanan bimbingan konseling

merupakan dasar bagi guru BK dalam melakukan proses bimbingan konseling

baik dalam segi bimbingan perilaku ataupun bimbingan karir siswa. Asas

layanan bimbingan merupakan koridor bagi guru BK dalam memberikan apa

saja bisa didapatkan siswa dari layanan bimbingan konseling.

d. Bimbingan Karir di Sekolah

iii
Bimbingan karir merupakan bidang dalam bimbingan dan konseling,

yang dimana lebih berfokus pada pembimbingan karir atau pekerjaan yang akan

diambil oleh siswa.

Menurut Brown dan Lent (2013:11), bimbingan dan konseling karir

biasanya terjadi antara klien individu dan konselor, meskipun banyak konselor

karir juga memperkerjakan konseling kelompok atau lokakarya, khususnya di

lingkungan pendidikan di mana sejumlah klien berhadapan dengan tantangan

perkembangan mengenai dunia kerja secara umum. Bimbingan dan Konseling

Karir di SMP sama seperti bimbingan pada umumnya, yang berbeda hanya

pendekatan dan intensitas dalam proses BK. Di SMP, pendekatan yang

digunakan lebih child-friendly seperti pembicaraan yang harus diawali tentang

hobi siswa atau hal-hal yang disukainya, berbeda dengan proses BK pada

dewasa yang to-the-point. Berbeda dengan Young dan Domene dalam Gysbers,

Heppner, dan Johnston (2014:4) yang menyatakan bahwa bimbingan konseling

dan bimbingan karir merupakan dua hal berbeda dan harus dilakukan secara

terpisah, karena bimbingan karir tidak mengikutsertakan beberapa hal layaknya

bimbingan dan konseling secara umum, seperti masalah keluarga, kesulitan

secara mental, dan masalah hubungan sosial.

Berkaitan dengan sekolah, Bimbingan Karir dapatlah dipandang

sebagai suatu proses perkembangan yang berkesinambungan yang membantu

peserta didik melalui perantara kurikuler yang dapat membantu terutama dalam

iii
hal perencanaan karir, pembuatan keputusan, perkembangan keterampilan atau

keahlian, informasi karir dan pemahaman diri (Dewa Ketut Sukardi, 1987).

Bimbingan karir atau jabatan (vocational guidance) merupakan salah satu jenis

bimbingan yang berusaha membantu siswa dalam memecahkan masalah karir

untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya, baik pada waktu itu

maupun pada masa yang akan datang (Anas Salahudin, 2010).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto (non-eksperimen) yaitu

penelitian yang dimana rangkaian-rangkaian variabel bebas telah terjadi, ketika

peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat (Sukardi,

2003:174). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengamatan diwujudkan ke

dalam angka-angka, dan diolah dengan menggunakan analisis statistik dengan

bantuan software statistik IBM SPSS.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

iii
Penelitian akan dilaksanakan bulan Januari s/d Maret 2016 pada siswa

kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sekolah yang akan

dijadikan lokasi penelitian berdasarkan tingkat akreditasi A dan B, yaitu:

- SMP Negeri 1, Tahuna, Jl. Dr. Sutomo No.35, dengan Akreditasi A

- SMP Negeri 2 Tahuna Timur, Jl. Baru Tona, dengan Akreditasi B

- SMP Negeri 5 Tahuna, Jl. Gereja Imanuel, dengan Akreditasi A

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di

Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk Semester Genap tahun ajaran 2015/2016.

Dipilihnya kelas IX SMP karena mereka sudah dihadapkan pada pilihan untuk

melanjutkan studi ke SMK, SMA, MA atau berhenti studi karena alasan tertentu.

Populasi per sekolah untuk kelas IX yaitu (1) SMPN 1 Tahuna: 181 siswa, (2)

SMPN 2 Tahuna Timur: 88 siswa, dan (3) SMPN 5 Tahuna: 63 siswa, kemudian

dengan total populasi keseluruhan yaitu 332 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel Penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random

Sampling karena kondisi populasi yang terdiri dari beberapa lapisan atau kelompok

iii
yang individual dengan karakteristik tertentu (Sukardi, 2003:60). Berdasarkan tabel

pengambilan sampel Isaac (1981:193) maka diperoleh jumlah sampel yaitu:

Tabel 4 : Sampel per masing-masing Sekolah

Sekolah Kelas Populasi Sampel

SMPN 1 Tahuna IX 181 97

SMPN 2 Tahuna Timur IX 88 47

SMPN 5 Tahuna IX 63 34

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel bebas yang akan diteliti adalah layanan bimbingan konseling (X1),

kondisi sosial ekonomi keluarga (X2), dan persepsi siswa (X3). Variabel terikat

yang akan diteliti yaitu minat siswa untuk melanjutkan studi ke SMK bidang

keahlian teknologi (Y).

X1 H2, H6

H3, H7 Y
X2

H4, H8
X3

iii
H5, H9

Gambar 2 : Hubungan dan Hipotesis variabel bebas terhadap variabel terikat

Keterangan:

X1 : Layanan Bimbingan Konseling

X2 : Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

X3 : Persepsi Siswa tentang SMK

Y : Minat Siswa SMP untuk Melanjutkan Pendidikan ke SMK

2. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan identifikasi variabel diatas, maka didefinisikan variabel

operasional yang bertujuan untuk menginterprestasikan variabel yang akan diukur

adalah sebagai berikut:

a. Layanan bimbingan konseling adalah layanan yang diberikan sekolah

kepada siswa melalui guru bimbingan konseling (BK) untuk membimbing

dan memberikan wawasan karir kepada siswa agar mereka bisa mencapai

dan mengetahui tahap-tahap pendidikan yang harus dicapai sesuai karir

yang diinginkannya. Layanan BK di daerah-daerah seperti di Kabupaten

Kepulauan Sangihe diharapkan bisa memberikan bimbingan kepada siswa

agar bisa mengenyam pendidikan kejuruan supaya bisa meningkatkan

potensi ekonomi lokal dan SDM lokal.

iii
b. Kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan yang didasarkan pada jumlah

penghasilan orang tua dan tingkat pendidikannya. Kedudukan ekonomi

keluarga yang semakin tinggi dapat berdampak selektifnya pendidikan yang

akan ditempuh oleh siswa. Kondisi sosial ekonomi keluaga juga yang

melatarbelakangi minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke SMK atau

SMA, atau bahkan tidak melanjutkan pendidikan.

c. Persepsi siswa adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan

kesan, penilaian, pendapat, merasakan, dan menginterpretasikan sesuatu

berdasarkan informasi yang ditampilkan. Persepsi siswa mengenai

pendidikan kejuruan di SMK dapat dibentuk dari elemen-elemen informasi

yang diterima siswa baik itu berbentuk positif dan negatif. Kadang,

informasi yang didapat siswa berasal dari sumber yang tidak kredibel

sehingga memunculkan persepsi siswa yang bias. Persepsi siswa yang harus

dibentuk adalah persepsi positif siswa mengenai SMK yang inovatif dan

kompetitif sehingga bisa berpengaruh positif terhadap minat siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke SMK terutama bidang keahlian teknologi.

d. Minat siswa SMP untuk melanjutkan pendidikan ke SMK adalah keadaan

dimana siswa memberikan perhatian lebih terhadap SMK dan disertai

keinginan untuk mempelajari maupun mengetahui lebih jauh lagi mengenai

pendidikan di SMK terlebih lagi mengenai jurusan yang berkaitan dengan

bidang keahlian teknologi. Adanya minat, maka siswa akan secara aktif

berhubungan dengan SMK yang diikuti dengan peningkatan perhatian dan

iii
kemampuan untuk menguasai lebih jauh lagi suatu pendidikan kejuruan di

SMK.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini terdiri dari pemberian angket dan

wawancara. Teknik angket digunakan untuk memperoleh seluruh data faktual yang

diperlukan untuk semua variabel yang diberikan kepada siswa responden.

Wawancara digunakan untuk mendukung data yang di dapat dari hasil angket.

Instrumen pengumpulan data berupa angket yang disusun berdasarkan

skala Likert yang memuat 4 (empat) pilihan jawaban yang sifatnya closed ended

questioner atau kuesioner tertutup. Pilihan jawaban Kuesioner terdiri dari Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 5 : Kisi-Kisi Instrumen

Jumlah
No Variabel Indikator Butir Kisi-Kisi
Instrumen
1 Layanan - Program 6 1,2,3,4,5,6
Bimbingan bimbingan
Konseling konseling
- Identifikasi diri 8 7,8,9,10,11,12,13,14
siswa
- Layanan
Informasi karir 6 15,16,17,18,19,20

iii
2 Kondisi - Pekerjaan 1 1
Sosial Orang Tua
Ekonomi - Pendidikan 1 2
Keluarga Orang Tua
- Pendapatan 1 3
Orang Tua

3 Persepsi - Pengetahuan 12 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12


Siswa - Keyakinan 10 13,14,15,16,17,18,19,
Tentang 20,21,22
SMK - Sumber 1 23
Informasi

4 Minat Siswa - Perhatian 8 1,2,3,4,5,6,7,8


untuk - Ketertarikan 10 9,10,11,12,13,14,
Melanjutkan 15,16,17,18
Pendidikan - Kemampuan 8 19,20,21,22,23,24,
ke SMK 25,26

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen angket yang dibuat harus memenuhi validitas dan reliabilitas

instrumen, serta melalui proses validasi untuk kestabilan dan konsistensi

Instrumen. Validitas instrumen ditelaah secara teoritis dan empiris, dimana telaah

teoritis berdasarkan masukan dari para ahli (expert judgement) dan telaah empiris

yaitu berdasarkan ujicoba di lapangan.

1. Hasil Uji Validitas Instrumen

Berdasarkan analisis validitas instrumen dengan menggunakan Product

Moment Pearson yaitu kriteria valid butir angket dimana rhitung > rtabel dimana

iii
rtabel adalah 0,361. Perhitungannya menggunakan IBM SPSS diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 6 : Hasil uji validitas Butir Angket variabel Layanan BK (X1)

Jumlah Butir Urutan/Nomor Butir


Var N rtabel Jumlah Butir
Gugur yang gugur

X1 30 0,361 20 - -

Tabel 7 : Hasil uji validitas Butir Angket Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

(X2)

Jumlah Butir Urutan/Nomor Butir


Var N rtabel Jumlah Butir
Gugur yang gugur

X2 30 0,361 5 - -

Tabel 8 : Hasil uji validitas Butir Angket Persepsi siswa SMP tentang SMK

(X1)

Jumlah Butir Urutan/Nomor Butir


Var N rtabel Jumlah Butir
Gugur yang gugur
X3 30 0,361 23 2 2, 6

Tabel 9 : Hasil uji validitas Butir Angket Minat siswa SMP masuk ke SMK

(Y)

Jumlah Butir Urutan/Nomor Butir


Var N rtabel Jumlah Butir
Gugur yang gugur
Y 30 0,361 24 4 8, 16, 25, 26

iii
Setelah dianalisis menggunakan product moment pearson, total

keseluruhan jumlah butir angket yang gugur berjumlah 6 butir pernyataan dari

72 pernyataan sehingga merubah jumlah angket keseluruhan menjadi 66 butir

pernyataan. Setelah melalui uji validitas dan terdapat butir angket yang gugur,

maka kisi-kisi angket berubah menjadi sebagai berikut:

Tabel 10 : Kisi-Kisi Instrumen Setelah uji Validitas butir angket

Jumlah Butir
No Variabel Indikator Kisi-Kisi
Instrumen
1 Layanan - Program 6 1,2,3,4,5,6
Bimbingan bimbingan
Konseling konseling
- Identifikasi diri 8 7,8,9,10,11,12,13,14
siswa
- Layanan
Informasi karir 6 15,16,17,18,19,20
2 Kondisi - Pekerjaan Orang 1 1
Sosial Tua
Ekonomi - Pendidikan 1 2
Keluarga Orang Tua
- Pendapatan 1 3
Orang Tua
3 Persepsi - Pengetahuan 10 1,2,3,4,5,7,8,9,10
Siswa - Keyakinan 10 11,12,13,14,15,16,17,
Tentang 18,19,20
SMK - Sumber 1 23
Informasi
4 Minat Siswa - Perhatian 7 1,2,3,4,5,6,7
untuk - Ketertarikan 9 8,9,10,11,12,13,14,
Melanjutkan 15,16
Pendidikan - Kemampuan 6 17,18,19,20,21,22
ke SMK

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

iii
Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui dan

menunjukkan seberapa konsisten suatu instrumen dapat diandalkan untuk

mengukur dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan Alpha Cronbach's dan dihitung dengan bantuan aplikasi IBM

SPSS. Kriteria reliabilitas yang digunakan adalah kriteria yang dikemukakan oleh

Guilford (1956:145) untuk menentukan bahwa instrumen ukur tersebut tergolong

baik.

Tabel 11 : Tabel kriteria tingkatan reliabilitas Guilford

< 0,20 Hubungan yang sangat kecil


0,20 – 0,40 Hubungan yang kecil
0,40 – 0,60 Hubungan yang cukup erat
0,60 – 0,80 Hubungan yang erat (reliabel)
0,80 – 1,00 Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan aplikasi IBM SPSS terhadap

hasil ujicoba angket, maka diperoleh nilai Aplha Cronbach’s sebagai berikut:

Tabel 12 : Tabel perhitungan Alpha Cronbach’s instrumen angket

Nilai Alpha
Variabel Keputusan
Cronbach’s
Layanan BK (X1) 0,875 Reliabel
Kondisi Sosial Ekonomi (X2) 0,662 Reliabel
Persepsi siswa tentang SMK (X3) 0,743 Reliabel
Minat siswa masuk ke SMK (Y) 0,927 Reliabel

iii
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas diatas menunjukkan bahwa keempat

variabel yaitu Layanan BK, Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga, Persepsi siswa

tentang SMK, dan Minat siswa masuk ke SMK memenuhi kriteria reliabilitas

instrumen dan dapat digunakan untuk mengukur dan mengambil data di dalam

penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Untuk mendeskripsikan data hasil penelitian secara kuantitatif, data dari

semua variabel penelitian ditabulasikan dengan memaparkan nilai maksimum dan

minimum, rerata, median, modus, standar deviasi, varians, dan range nilai pada

masing-masing variabel. Disajikan juga ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan

aturan banyak dan lebarnya kelas menggunakan Kriteria Sturgess yaitu:

k = 1 + 3,322 log n , dengan lebar kelas : c = (Xn – Xi)/k

Keterangan : k : banyaknya kelas Xn : skor terbesar

n : jumlah responden Xi : skor terkecil

c : lebar kelas

2. Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

iii
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kondisi variabel penelitian

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi statistik SPSS.

Pengambilan keputusan normalitas data dapat berasal pada nilai Sig, jika

probabilitas >0,05 maka berdistribusi normal, dan jika <0,05 maka tidak

berdistribusi normal (Sujarweni, 2008:48).

b. Uji Heterokedatisitas

Digunakan untuk mengukur residual dari varians apakah sama atau tidak,

jika variansnya sama, maka telah terjadi homokedastisitas, dan apabila variansnya

berbeda, maka telah terjadi heterokedastisitas. Analisis uji varians

Heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z

Prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X=Y hasil prediksi)

dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y=Y prediksi-

Y riil).

iii

Anda mungkin juga menyukai