id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tindakan Khusus Terhadap Anak
a. Pengertian Anak
Pengertian anak di Indonesia dibedakan menurut batasan umurnya
dan diatur menurut bidang hukumnya masing-masing.Secara yuridis
kedudukan seorang anak menimbulkan akibat hukum.Dalam lapangan
hukum keperdataan, akibat hukum terhadap kedudukan seorang anak
menyangkut kepada persoalan-persoalan hak dan kewajiban, seperti masalah
kekuasaan orang tua, pengakuan sahnya anak, penyangkalan sahnya anak,
perwalian pendewasaan, serta masalah pengangkatan anak dan lain-
lain.Sedangkan dalam lapangan hukum pidana menyangkut masalah
pertanggungjawaban pidana (Nandang Sambas, 2013:4).
Beberapa pengertian anak akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Anak secara sosiologis
Seseorang dapat dikategorikan sebagai seorang anak bukan semata-
mata berdasarkan pada batas usia yang dimiliki seseorang, melainkan
dipandang dari segi mampu tidaknya seseorang untuk dapat hidup
mandiri menurut pandangan sosial kemasyarakatan dimana ia berada
(Nandang Sambas, 2013:2).
2) Anak secara yuridis
Hukum di Indonesia memiliki banyak Undang-Undang yang
mencantumkan penjelasan anak yang berbeda-beda, maka pengertian
anak antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat (2), anak adalah seseorang yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.
b) Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak, anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
b. Hak-Hak Anak
Anak adalah generasi muda penerusang bangsa, dengan adanya
fakta bahwa banyak terjadi pelanggaran yang korbannya anak maka
pemerintah membuat berbagai macam peraturan untuk melindungi hak anak
agar anak dapat berkembang dengan baik.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak Dalam Pasal 13 ayat (1) menyatakan setiap anak dalam pengasuhan
orangtua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :
1) Diskriminasi
2) Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual
3) Penelantaran
4) Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan
5) Ketidakadilan
6) Perlakuan salah lainnya
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan,
perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan situasi dan kondisi
yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
manusiawi ke arah hal yang positif. Ini berarti dilindunginya anak untuk
memperoleh dan mempertahankan haknya untuk hidup, mempunyai
kelangsungan hidup, bertumbuh kembang dan perlindungan dalam
pelaksanaan hak dan kewajibannya sendiri atau bersama para pelindungnya
(Arief Gosita, 1996:14).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak menjelaskan betapa pentingnya untuk memperhatikan anak dengan
memenuhi berbagai kebutuhannya karena anak adalah modal dan aset
negara di masa depan, khususnya dijelaskan dalam Pasal 2 mengenai
penyelenggaraan perlindungan anak harus berdasarkan prinsip :
1) non diskriminasi
2) kepentingan terbaik bagi anak
3) hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan
4) penghargaan terhadap anak
Penulisan ini membahas mengenai perlindungan anak dari segi
hukum, khususnya saat proses peradilan berlangsung yaitu mulai dari proses
penyelidikan, penyidikan, penututan, pemeriksaan perkarahingga Putusan
Pengadilan. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, hak-hak anak dalam proses peradilan pidana
diatur dalam Pasal 3 yaitu :
1) Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan
sesuai dengan umurnya.
2) Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.
3) Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam,
tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya.
4) Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya
terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.
5) Memperoleh keadilan dimuka pengadilan anak yang obyektif, tidak
memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum.
6) Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya
oleh anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
1) Teori Biologis
Menurut teori ini tingkah laku delinkuen pada anak muncul
karena faktor-faktor fisiologis dan stuktur jasmaniah seseorang, juga
dapat cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Hal itu terjadi karena :
a) Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau
melalui kombinasi gen dapat juga disebabkan oleh tidak adanya
gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan
tingkah laku, dan anak-anak menjadi delinkuen secara potensial.
b) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa
(abnormal) sehingga memunculkan perilaku delinkuen.
c) Melalui pewarisan jasmaniah tertentu yang menimbulkan
tingkah laku delinkuen atau sosiopatik. Misalnya cacat
jasmaniah bawaan brachydactylisme (berjari-jari pendek) dan
diabetes insipidus (sejenis penyakit gula) itu erat berkorelasi
dengan sifat-sifat kriminal serta penyakit mental.
2) Teori Psikogenis (Psikologis dan Psikiatris)
Teori ini menekankan sifat-sifat delinkuen anak dari aspek
psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor intelegensi, ciri
kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi,
internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial,
kecenderungan psikopatologis.
Argumen sentral dari teori ini adalah delinkuen merupakan
bentuk penyelesaian atau kompensasi dari masalah psikologis dan
konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal sosial dan pola-pola
hidup keluarga dan yang patologis, misalnya dalam keluarga broken
home jelas membuahkan masalah psikologis penyesuaian diri yang
terganggu pada diri anak-anak sehingga mereka mencari kompensasi
di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya
dalam bentuk perilaku delinkuen. Ringkasnya, kejahatan anak
merupakan reaksi terhadap masalah psikis anak itu sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
b. Manfaat Viktimologi
Viktimologi dapat digunakan untuk memahami kedudukan korban
sebagai sebab dasar terjadinya kriminalitas, untuk mengerti akan
permasalahan kejahatan, delikuensi sebagai satu proporsi yang sebenarnya
secara dimensional dalam mencari kebenaran. Selain itu Viktimologi dapat
bermanfaat untuk dijadikan pedoman dalam upaya memperbaiki berbagai
kebijakan/perundang-undangan yang selama ini terkesan kurang
memperhatikan aspek perlindungan korban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
b. Bentuk-Bentuk Pornografi
Pada asalnya pornografi terbatas pada tulisan dan atau gambar
wanita nakal yang membangkitkan birahi, namun istilah ini kemudian
berkembang dan semakin meluas sehingga pornografi dipahami sebagai
segala bentuk produk media massa yang bernuansa seksual, baik secara
legal maupun tidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
b. Perlindungan Anak
Pengertian perlindungan adalah pemberian jaminan atas keamanan,
kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung atas segala bahaya yang
mengancam pihak yang dilindungi. Sedangkan pengertian perlindungan
hukum adalah hal perbuatan melindungi menurut hukum. Lili Rasjidi dan
I.B. Wyasa Putra mengemukakan bahwa hukum dapat difungsikan tidak
hanya mewujudkan kepastian, tetapi juga jaminan perlindungan dan
keseimbangan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, namun juga
prediktif dan inspiratif (Abintoro Prakoso, 2013:13).
Pengertian perlindungan anak terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, Pasal 1 angka 2
menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin
terwujudnya perlindungan anak, pertama didasarkan atas pertimbangan
bahwa anak merupakan golongan yang rawan, disamping itu karena adanya
golongan anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, baik rohani, jasmani, maupun sosial.
Perlindungan terhadap anak didasari oleh prinsip-prinsip sebagai
berikut (Maidin Gultom, 2012:70-72) :
1) Anak tidak dapat berjuang sendiri. Anak adalah modal utama
kelangsungan hidup Negara, untuk itu hak-haknya harus dilindungi.
Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-haknya karena banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari
fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu
keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.
Pengertian perlindungan hukum terhadap anak adalah usaha untuk
melindungi hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum agar anak yang
berhadapan dengan hukum tidak menjadi korban penyalahgunaan
wewenang selama proses pidana berlangsung. Bentuk perlindungan hukum
yang diberikan tersebut contohnya pada tahap penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan/atau pemeriksaan di sidang pengadilan, atas dasar inisiatif
dari aparat penegak hukum, aparat keamanan, dan atau dari permohonan
yang disampaikan oleh anak harus mendapat perlakuan khusus (Saristha
Natalia, 2013:1).
Indonesia sudah memiliki beberapa peraturan yang menunjukan
adanya relevansi yang cocok dengan konsep perlindungan anak dan
perlindungan hukum terhadap anak yang sistemik seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang telah
diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak.
1. Hak Anak Sebagai Korban Tindak Pidana
Secara yuridis hak saksi dan korban secara jelas diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban yaitu dalam Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan bahwa seorang
Saksi dan Korban berhak :
1) memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan
harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan
kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
2) ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
3) memberikan keterangan tanpa tekanan;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
4) mendapat penerjemah;
5) bebas dari pertanyaan yang menjerat;
6) mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
7) mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
8) mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
9) mendapat identitas baru;
10) mendapatkan tempat kediaman baru;
11) memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan
kebutuhan;
12) mendapat nasihat hukum; dan/atau
13) memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir.
Secara teoritis, bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan
dapat diberikan dalam berbagai cara, tergantung pada penderitaan/kerugian
yang diderita oleh korban. Misalnya, untuk kerugian yang sifatnya
mental/psikis tentunya bentuk ganti rugi dalam bentuk materi/uang tidaklah
memadai apabila tidak disertai dengan upaya pemulihan mental
korban.Sebaliknya, apabila korban hanya menderita kerugian secara
materiil, pelayanan yang sifatnya psikis terkesan terlalu berlebihan (Sharista
Natalia, 2013: 10).
Perlindungan hukum yang diberikan pada korban atau saksi dapat
diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau
pemeriksaan di sidang pengadilan, atas dasar inisiatif dari aparat penegak
hukum, aparat keamanan, dan atau dari permohonan yang disampaikan oleh
korban (Saristha Natalia, 2013: 1).
Bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan yang lazim
diberikan, antara lain sebagai berikut (Johan Runtu, 2012: 12-13) :
1) Pemberian Restitusi dan Kompensasi.
Pengertian kompensasi yaitu kerugian yang diberikan oleh
negara karena pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian
sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya, sedangkan restitusi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
B. Kerangka Pikiran
Tindak Pidana
Kekerasan Seksual Bentuk-Bentuk
Kekerasan Seksual
Anak
Perlindungan Hukum
Terhadap Anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
kepada anak yaitu hak-hak korban tindak pidana maupun pelakunya yang
masih anak. Dari paparan di atas penulis ingin menjelaskan bahwa apakah
sudah efektifkah perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak.
commit to user