Anda di halaman 1dari 14

DILEMA PELAKSANAAN DIVERSI PADA

SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK


Nurlely Darwis

Abstrak
Menangani anak yang berhadapan dengan hukum, senantiasa harus memperhatikan
kondisi anak yang berbeda dari orang dewasa. Sifat dasar anak sebagai pribadi yang
masih labil, masa depan anak sebagai aset bangsa, dan kedudukan anak di
masyarakat yang masih membutuhkan perlindungan dapat dijadikan dasar untuk
mencari suatu solusi alternatif penempatan anak dalam kedudukan anak sebagai
obyek hukum; Dalam kondisi kekosongan hukum dan masih adanya hambatan
mengenai pelaksanaan proses diversi, tata cara, dan koordinasi, pelaksanaan diversi
tersebut, Mahkamah Agung RI mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak (PERMA DIVERSI).

I. Latar Belakang Masalah peradilan pidana formal, penempatan


Sebagaimana diketahui, anak anak dalam penjara, dan stigmatisasi
merupakan generasi penerus cita-cita terhadap kedudukan anak sebagai
perjuangan bangsa dalam rangka narapidana.
mewujudkan sumber daya manusia Pada dasarnya penyimpangan
yang berkualitas. Anak memerlukan tingkah laku atau perbuatan melanggar
pembinaan secara terus menerus demi hukum yang dilakukan oleh anak,
kelangsungan hidup, pertumbuhan, disebabkan oleh berbagai faktor, antara
perkembangan fisik maupun mental dan lain adanya dampak negatif dari
sosial serta perlindungan dari segala perkembangan pembangunan yang
kemungkinan yang akan cepat, arus globalisasi di bidang
membahayakan masa depan mereka. komunikasi dan informasi, kemajuan
Dengan demikian anak merupakan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
insan yang sangat membutuhkan perubahan gaya dan cara hidup
perlindungan atau berhak mendapatkan sebagian orang tua, telah membawa
perlindungan khusus, terutama perubahan sosial yang mendasar dalam
perlindungan hukum dalam sistem kehidupan masyarakat. Hal ini mungkin
peradilan pidananya. dapat dikategorikan sebagai salahsatu
Dalam menangani anak yang penyebab sangat berpengaruh terhadap
berhadapan dengan hukum, senantiasa nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak
harus memperhatikan kondisi anak yang yang kurang atau tidak memperoleh
berbeda dari orang dewasa. Sifat dasar kasih sayang, asuhan, bimbingan dan
anak sebagai pribadi yang masih labil, pembinaan dalam pengembangan sikap,
masa depan anak sebagai aset bangsa, perilaku, penyesuaian diri, serta
dan kedudukan anak di masyarakat pengawasan dari orang tua, wali, atau
yang masih membutuhkan perlindungan orang tua asuh akan mudah terseret
dapat dijadikan dasar untuk mencari dalam arus pergaulan masyarakat dan
suatu solusi alternatif bagaimana lingkungannya yang kurang sehat dan
menghindarkan anak dari suatu sistem merugikan perkembangan pribadinya.
1
merupakan negara yang paling banyak
Melihat kenyataan yang ada memidanakan anak yaitu hingga April
berdasarkan data Komisi Perlindungan 2015 ada 6.006 kasus anak berhadapan
Anak Indonesia (KPAI), Indonesia dengan hukum. Masalah pengasuhan
mencapai 3.160 kasus, pendidikan
1
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 3 1.764 kasus, kesehatan dan napza
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

68
1.366 kasus dan cybercrime atau Dalam perkembangannya untuk
pornografi mencapai 1.032 kasus. melindungi anak, terutama perlindungan
Sementara lebih dari 4000 anak khusus yaitu perlindungan hukum dalam
diantaranya mendekam di Lembaga sistem peradilan, telah terdapat 2 (dua)
Pemasyarakatan (Lapas). Padahal di undang-undang yang mengatur khusus
Indonesia hanya ada 16 Lembaga tentang peradilan anak. Yang pertama
Pemasyarakatan Anak (Lapas Anak). adalah Undang-undang No. 3 Tahun
“Seharusnya tidak semua anak 1997 tentang Pengadilan Anak yang
dimasukkan dalam penjara. Mengingat berganti menjadi Undang-undang No. 11
penjara bukan proses pembelajaran Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
mental yang mereka dapatkan, tapi Pidana Anak. Walaupun Undang-
pembelajaran secara internal dari undang ini baru akan berlaku 2 tahun
narapidana yang lebih dewasa.”2 sejak diresmikan pada tanggal 30 Juli
Fenomena di atas menunjukkan 2012, yang artinya baru akan efektif
bahwa penanganan terhadap anak berlaku mulai 30 Juli 2014.
sebagai pelaku tindak pidana oleh Terdapat beberapa perubahan
aparat penegak hukum melalui proses dan perkembangan, khususnya dalam
peradilan yang selama ini berlangsung, Undang-undang No. 11 Tahun 2012
cenderung merugikan masa depan tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
anak. Keadaan tersebut bukan saja (UUSPPA) yang baru disahkan oleh
sangat memprihatinkan, namun sangat Presiden bersama DPR pada 30 Juli
mengkhawatirkan karena hal itu 2012 lalu dibandingkan dengan Undang-
menggambarkan bahwa sesungguhnya undang No. 3 Tahun 1997 tentang
penanganan terhadap anak yang diduga Pengadilan Anak. Tujuannya adalah
melakukan tindak pidana belum benar- untuk semakin efektifnya perlindungan
benar mencerminkan perlindungan anak dalam sistem peradilan demi
anak. terwujudnya Sistem Peradilan Pidana
Bagaimanapun tindak pidana yang yang Terpadu (“integrated criminal
di lakukan oleh anak-anak, sesuai justice system”).
dengan Konvensi Hak Anak (KHA) UU SPPA mengatur mengenai
dinyatakan bahwa tak seorang anak pun keseluruhan proses penyelesaian
boleh menjalani siksaan atau kekerasan perkara anak yang berhadapan dengan
lain, perlakuan atau hukuman yang tidak hukum mulai tahap penyelidikan sampai
manusiawi atau menurunkan martabat.3 dengan tahap pembimbingan setelah
Prinsip perlindungan hukum terhadap menjalani pidana. Substansi yang paling
anak sudah dikenal di dunia mendasar dalam UU SPPA adalah
internasional bahkan PBB telah pengaturan secara tegas mengenai
mempunyai konvensi hak-hak anak keadilan restoratif dan diversi yang
(Convention on the Rights of the Child) dimaksudkan untuk menghindari dan
yang kemudian diratifikasi oleh menjauhkan anak dari proses peradilan
pemerintah Republik Indonesia dengan sehingga dapat menghindari
Keputusan Presiden Nomor 36 tahun stigmatisasi terhadap anak yang
1990. Indonesia sebagai negara pihak berhadapan dengan hukum dan
dalam konvensi hak-hak anak tersebut diharapkan anak dapat kembali ke
mempunyai kewajiban untuk dalam lingkungan sosial secara wajar.
memberikan perlindungan khusus Pengaturan diversi secara tegas
terhadap anak yang berhadapan dengan telah diatur dalam Undang-Undang
hukum. Sistem Peradilan Pidana Anak (UU
SPPA) sebagai landasan hukum untuk
bisa diterapkannya penyelesaian
2 perkara tindak pidana yang dilakukan
Tri Kurniawan, KPAI: Ada 6.006
oleh anak melalui proses diluar
Kasus Anak Berhadapan dengan Hukum,
www.metronews.com, (Jakarta, 22 Juli 2015). pengadilan. Penyelesaian dengan
3
Konvensi Hak-Hak Anak konsep diversi dan restorative justice
Internasional Pasal 37 merupakan suatu bentuk penyelesaian

69
tindak pidana yang telah berkembang di perlindungan terhadap hak-hak anak,
beberapa negara dalam menanggulangi baik sebagai tersangka, terdakwa,
kejahatan.4 maupun sebagai terpidana/narapidana,
Menurut Jack E. Bynum dalam sebab perlindungan terhadap hak-hak
bukunya Juvenile Delinquency a anak ini merupakan tonggak utama
Sociological Approach, mengatakan dalam Peradilan Pidana Anak.6
bahwa “Diversion is an attempt to divert, Dapat diketahui bahwa sejak awal
or channel out, youthful offenders from Agustus 2014, perkara anak yang
the juvenile justice system”. berhadapan dengan hukum wajib
(Terjemahan bebas: diversi adalah mengupayakan diversi, akan tetapi
sebuah tindakan untuk mengalihkan Peraturan Pemerintah mengenai
atau menempatkan pelaku anak dari pelaksanaan proses diversi, tata cara,
sistem peradilan anak). Sedangkan dan koordinasi, pelaksanaan diversi
Paulus Hadisuprapto mendefinisikan belum ada, sehingga para penegak
diversi sebagai suatu mekanisme yang hukum baik penyidik, penuntut umum
memungkinkan anak dialihkan dari mapun hakim kesulitan untuk
proses peradilan menuju proses melaksanakan kewajiban diversi ini
pelayanan sosial.5 karena kekosongan hukum tersebut.
Adapun berdasarkan UUSPPA Selain itu pada implementasinya upaya
tersebut diatas, diversi adalah diversi memiliki beberapa hambatan
pemberian kewenangan kepada aparat seperti belum adanya ruangan mediasi
penegak hukum untuk mengambil dan ruangan khusus anak, sikap
tindakan-tindakan kebijakan dalam keluarga korban dan masyarakat yang
menangani atau menyelesaikan menganggap konsep ini kurang mampu
masalah pelanggaran anak dengan tidak memenuhi tanggung jawab pelaku, dan
mengambil jalan formal antara lain belum adanya Peraturan Pemerintah
menghentikan atau tidak meneruskan sebagai pelaksana Undang-Undang No.
dari proses peradilan pidana atau 11 tahun 2012.
mengembalikan kepada masyarakat. Dalam kondisi kekosongan hukum
Penerapan diversi dapat dilakukan di dan masih adanya hambatan-hambatan
dalam semua tingkatan pemeriksaan, mengenai pelaksanaan proses diversi,
dimaksudkan untuk mengurangi dampak tata cara, dan koordinasi, pelaksanaan
negatif keterlibatan anak dalam proses diversi tersebut, Mahkamah Agung RI
peradilan tersebut. mengeluarkan Peraturan Mahkamah
Dalam Peradilan Pidana Anak Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang
terdapat beberapa unsur yang saling Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam
terkait yaitu: Penyidik Anak, Penuntut Sistem Peradilan Pidana Anak (PERMA
Umum Anak, Hakim Anak dan Petugas DIVERSI), yang ditetapkan di Jakarta,
Permasyarakatan Anak. Dalam pada tanggal 24 Juli 2014 dan
pembentukan peraturan perundang- diundangkan dalam Berita Negara
undangan yang mengatur tentang Republik Indonesia Tahun 2014.
Peradilan Pidana Anak, hak-hak anak Kekosongan hukum tersebut menjadi
merupakan dasar pembentukan dasar pertimbangan Mahkamah Agung
peraturan perundang-undangan mengeluarkan PERMA DIVERSI.
tersebut. Ini berarti bahwa peradilan Seperti yang diketahui,
pidana anak yang adil memberikan keberadaan anak dilingkungan yang ada
memang perlu mendapatkan perhatian
4
dan perlindungan khususnya anak yang
Marlina, Peradilan Pidana Anak di berhadapan dengan hukum karena pada
Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan haketnya anak tidak dapat melidungi
Restorative Justice, (Bandung, Refika Aditama,
2009), hal. 17.
5 6
Paulus Hadisuprapto, Delinkuensi Maidin Gultom, Perlindungan Hukum
Anak: Pemahaman dan Penanggulangannya, Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan
(Malang: Bayumedia Publishing, 2008), hal. Pidana Anak Di Indonesia, (Bandung, Refika
131 Aditama, 2013), hal.6

70
dirinya dari berbagi macam tindakan dari Hawnah Schaft seperti yang dikutip
yang menimbulkan kerugian mental, oleh Hadisuparpto yaitu :
fisik, sosial dalam berbagi bidang Suksesnya peradilan anak jauh
kehidupan. Anak harus mendapatkan lebih banyak bergantung pada
perlindungan oleh individu, kelompok, kualitas dari probation officer
organisasi sosial dan pemerintah (petugas Bapas) dari pada
khususnya, yang paling utama oleh hakimnya. Pengadilan anak yang
Pembimbing Kemasyarakatan yang tidak memliki korps pengawasan
mempunyai peranan penting terhadap percobaan yang membimbing
kesejahteraan anak dan masa depannya dengan bijaksana dan kasih
dari berbagai kesalahan penerapan sayang kedalam lingkungan anak
hukum terhadap anak yang menghadapi dan memberikan petunjuk bagi
masalah dengan hukum apalagi dalam standar pemikiran yang murni bagi
proses penyelesaian perkara pidana anak mengenai hidup yang besar,
anak. hanyalah mengakibatkan fungsi
Pembimbing Kemasyarakatan pengadilan anak menjadi kabur
adalah ”Petugas Kemasyarakatan pada kalau tidak ingin sia-sia.9
Balai Pemasyarakatan yang melakukan
bimbingan terhadap warga binaan Maka dengan pentingnya peran
pemasyarakatan.”7 Proses diversi Pembimbing Kemasyarakatan dalam
dilakukan melalui musyawarah dengan proses penyelesaian perkara anak nakal
melibatkan anak dan orang tua/walinya, baik dari tingkat penyidikan, penuntutan,
korban dan/atau orangtua/walinya, putusan dan sampai menjalani pidana,
pembimbing kemasyarakatan, dan demi melindungi dan mengupanyakan
pekerja sosial profesional berdasarkan apa yang paling baik terhadap anak
pendekatan keadilan restoratif. Selain itu dalam proses penyelesaian perkaranya,
juga, dalam hal diperlukan, musyawarah untuk sebesar-besanya bagi masa
tersebut juga dapat melibatkan tenaga depan dan kesejahteraan anak tersebut.
kesejahteraan sosial, dan/atau Akan tetapi pada kenyataannya
masyarakat.8 pengaturan prosedur pelaksanaan
Namun demikian, penanganan diversi sebagaimana yang terdapat
anak yang bermasalah dengan hukum dalam Pasal 8 UU SPPA masih bersifat
saat ini belum dapat dilaksanakan abstrak yaitu hanya menyebutkan
secara terpadu oleh aparat penegak bentuk diversi melalui musyawarah
hukum yang terkait dengan tugas-tugas berdasarkan Keadilan Restoratif yang
Pembimbing Kemasyarakatan, sehingga melibatkan pelaku dan keluarganya,
satu sama lainnya belum dapat korban dan keluarganya, Pembimbing
melaksanakan ketentuan yang Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial
diamanatkan oleh Undang-Undang Profesional serta masyarakat.
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Sebagaimana diketahui secara
Peradilan Pidana Anak dan masih umum meningkatnya kasus pelanggaran
terkesan adanya penonjolan hukum ini ternyata tidak diiringi
kepentingan masing-masing aparat pembenahan sistem peradilan. Proses
penegak hukum. Padahal begitu peradilan yang dijalani anak saat ini
pentingnya keberadaan Pembimbing dinilai tidak menempatkan anak sebagai
Kemasyarakatan dalam sistem peradilan anak. Putusan pengadilan juga tidak
anak, hal ini tergambar dalam peryataan menjamin efektif untuk mencegah anak
mengulangi perbuatan serupa.
7
Meskipun Undang-Undang mengatur
Lilik Mulyadi, Pengadilan Anak Di tentang anak telah banyak diatur, tetapi
Indonesia Teori Praktek Dan Permasalahnya,
(Bandung: Mandar Maju, 2005), hal. 24
8 9
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Paulus Hadisuprapto, Juvenile
Dihukum Catatan Pembahasan UU Sistem Deliquency, Pemahaman Dan
Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), (Jakarta: Penanggulangannya, (Bandung: Citra Aditya,
Sinar Grafika, 2013), hal. 140 1998), hal. 64

71
aplikasinya belum dirasakan oleh Anak II. Permasalahan dan tujuan
Yang Berhadapan Dengan Hukum Dalam mengkaji pelaksanaan
(ABH), sehingga timbul pertanyaan, diversi yang mengalami perubahan dan
bagaimana hukum dibuat hanya pengembangan terutama setelah
dijadikan tumbal belaka, bukan dikeluarkannya Perma No. 4 Tahun
penerapan semata untuk memperbaiki 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
sistem akhlak anak untuk lebih baik, Diversi dalam UU SPPA, dalam hal ini
tetapi penerapan Undang-Undang Anak masyarakat umum perlu mengetahui
lebih identik Anak Yang Berhadapan mengenai peranan aparat penegak
Dengan Hukum (ABH) 93% masuk hukum masing-masing dalam UU SPPA
melalui proses pengadilan, tidak tersebut terutama dalam hal bagaimana
dilakukan preventif dengan upaya implementasi Perma No. 4 Tahun 2014
pendekatan secara dialogis tentang pelaksanaan diversi dan
kemasyarakatan. bagaimana kesiapan institusi terkait
Akhirnya diperlukan penanganan setelan ada implementasi Perma No. 4
alternatif, seperti Restorative Justice Tahun 2014 tentang pelaksanaan diversi
(Keadilan yang memulihkan) sebagai dalam perkara pidana anak.
pilihan bagi penanganan anak yang Pada dasarnya artikel ini diangkat
berkonflik dengan hukum. Sebuah untuk mengetahui implementasi Perma
upaya yang patut diapresiasi oleh No. 4 Tahun 2014 tentang pelaksanaan
kalangan umum bahwa Pemerintah diversi oleh masing-masing institusi
telah mengadakan reformasi hukum di yang terlibat, utamanya dalah hal
bidang pembaruan undang-undang atau kesiapan institusi yang ada ketika
substansi hukum (legal substance menangani perkara.
reform). Terutama mengenai Sistem
Peradilan Pidana Anak (Juvenile Justice III. Kajian Teoritis/Konsepsional
System). Sebagaimana komitmen dari Dalam sistem peradilan pidana
Pemerintah Indonesia terhadap amanat didalamnya lembaga-lembaga yang
Konstitusi dan komitmen sebagai negara bekerja sama dalam sistem ini adalah
anggota Konvensi Hak-hak Anak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan
terdapat perubahan dan pengembangan lembaga pemasyarakatan. Dalam
dalam pengaturan Undang-undang. sistem ini terdapat sub sistem yaitu
Dengan adanya Perma No. 4 Polisi sebagai penyidik, Jaksa sebagai
Tahun 2014 yang dikeluarkan MA untuk penuntut umum, Hakim sebagai
menyambut berlakunya Undang-Undang pemutus dan lembaga pemasyarakatan
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem yang kesemuanya harus bekerja sama
Peradilan Pidana Anak (UUSPPA), secara erat. Demikian juga halnya
merupakan tujuan yang mulia termuat dalam penanganan perkara anak
dalam ketentuan tersebut guna delinkuen, dalam prakteknya terkait erat
mengimplementasikan asas dengan sistem yang didalamnya terdiri
kepentingan terbaik bagi anak. Namun dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
ketika dipersinggungkan dengan tujuan dan lembaga eksekusi (lembaga
pemidanaan yang selama ini dianut pemasyarakatan). Penegakan hukum
dalam hukum pidana Indonesia maka tersebut terkait erat dengan kebijakan
akan menimbulkan beberapa hal yang criminal (criminal policy) atau politik
kontradiktif. Sehingga diperlukan kriminal yang merupakan “suatu usaha
persiapan yang matang guna rasional untuk menanggulangi
menerapkan ketentuan tersebut ke kejahatan”.10
dalam sistem peradilan pidana saat ini. Dapat diketahui bahwa pengertian
Melalui gambaran latar belakang anak yang berhadapan dengan hukum
di atas maka Penulis terdorong untuk adalah anak yang berkonflik dengan
perlu mendapat kejelasan tentang hukum, anak yang menjadi korban, dan
“Implementasi Perma No. 4 Tahun
2014 Tentang Pelaksanaan Diversi”. 10
Sudarto, Hukum dan hukum Pidana,
(Bandung: Alumni Bandung, 1981), hal.38

72
anak yang menjadi saksi tindak pidana. dalam tahanan memberikan beban
Anak yang berkonflik dengan hukum mental berlipat bagi si anak, ditambah
adalah anak yang telah berumur 12 (dua lagi tekanan psikologis yang harus
belas) tahun, tetapi belum berumur 18 dihadapi mereka yang duduk dalam
(delapan belas) tahun yang diduga persidangan sebagai pesakitan. Proses
melakukan tindak pidana. Anak Korban penghukuman yang diberikan kepada
adalah anak yang belum berumur 18 anak lewat sistem peradilan pidana
(delapan belas) tahun yang mengalami formal dengan memasukkan anak ke
penderitaan fisik, mental, dan/atau dalam penjara ternyata tidak berhasil
kerugian ekonomi yang disebabkan oleh menjadikan anak jera dan menjadi
tindak pidana. Anak yang menjadi saksi pribadi yang baik untuk menunjang
tindak pidana adalah anak yang belum proses tumbuh-kembangnya.
berumur 18 (delapan belas) tahun yang Dengan diterbitkannya Undang-
dapat memberikan keterangan guna Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
kepentingan penyidikan, penuntutan, Sistem Peradilan Pidana Anak yang
dan pemeiksaan di sidang pengadilan mencabut Undang-Undang Nomor 3
tentang suatu perkara pidana yang Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
didengar, dilihat dan /atau dialaminya dan akan berlaku efektif pada tahun
sendiri. 2014 mendatang telah menempatkan
Dalam kaitannya dengan anak sebagai subyek hukum pidana
penegakkan hukum pidana terhadap yang tidak lagi diberikan sanksi
anak delinkuen, maksud dan tujuannya bersandarkan pada orientasi
adalah perlindungan masyarakat untuk pembalasan semata, namun lebih
mencapai kesejahteraan masyarakat. mengarah kepada sanksi-sanksi yang
Berkaitan dengan hal tersebut dalam bersifat restoratif (pemulihan keadaan).
hubungannya anak sebagai pelaku SPPA dilaksanakan berdasarkan asas
tindak pidana (anak delinkuen) dapat Perlindungan, Keadilan, Non
diselesaikan melalui 2 (dua) cara yaitu diskriminasi, Kepentingan terbaik untuk
penal dan non penal. Paulus anak, Penghargaan terhadap pendapat
Hadisuprapto mengatakan bahwa anak, Kelangsungan hidup dan tumbuh
penggunaan sarana penal atau jalur kembang anak, Pembinaan dan
hukum pidana cenderung merugikan pembimbingan anak, Proporsional,
masa depan anak karena membekaskan Perampasan kemerdekaan dan
“stigma” pada anak. Delinquency adalah pemidanaan sebagai upaya terakhir
perilaku kenakalan anak yang apabila dan Penghindaran pembalasan.
dilakukan oleh orang dewasa dianggap Membahas masalah anak yang
kejahatan atau pelanggaran hukum.11 berhadapan dengan hukum sungguh
Bahwa banyak kuantitas anak suatu hal atau cara yang sangat
yang bermasalah dengan hukum yang bertentangan jika diterapkan kepada
harus menjalani proses peradilan anak melihat bahwa tindakan anak
pidana. Di usianya yang masih sangat memiliki motivasi dan karakteristik
muda, mereka harus mengalami proses tertentu yang jelas berbeda dari pelaku
hukum atas perkara pidana yang orang dewasa. Seperti yang
demikian panjang dan melelahkan mulai diungkapkan dalam konvensi hak-hak
dari tahap penyidikan oleh polisi, anak secara tegas menyatakan bahwa:
penuntutan oleh jaksa hingga ke tahap “In all actions concerning children,
persidangan oleh hakim serta whether undertaken by public or private
pelaksanaan putusan hakim. Sejak social welfare institution, courts of law,
tahap penyidikan, aparat hukum telah administrative authorities or legislative
diberi kewenangan oleh undang-undang bodies, the best interest of child shall be
untuk melakukan penahanan. Situasi a primary consider an (dalam semua
tindakan yang menyangkut anak yang
11
Paulus Hadisuprapto, Teori dilakukan oleh lembaga-lembaga
Kriminologi (Latar belakang intelektual dan kesejahteraan sosial pemerintah atau
parameternya), (Malang: Selaras, 2011), hal.62 swasta, lembaga peradilan, lembaga

73
pemerintah atau badan legislatif, berpartisipasi dan menanamkan rasa
kepentingan terbaik anak akan tanggung jawab kepada anak.
merupakan pertimbangan utama)”. 12 Sedangkan menurut Menurut
Diversi merupakan satu-satunya Setya Wahyudi, Diversi sebagai bentuk
cara untuk menjawab segala pengalihan atau penyampingan
tantangantangan diragukan di atas pada penanganan kenakalan anak dari proses
saat ini.13 Kata diversi berasal dari peradilan anak konvensional, ke arah
bahasa Inggris diversion yang bermakna penanganan anak yang lebih bersifat
penghindaran atau pengalihan.14 Diversi pelayanan kemasyarakatan, dan diversi
merupakan sebuah tindakan atau dilakukan untuk menghindarkan anak
perlakuan untuk mengalihkan suatu pelaku dari dampak negatif praktek
kasus dari proses formal ke proses penyelenggaraan peradilan anak.16
informal atau menempatkan ke luar Adapun tujuan dari diversi itu sendiri
pelaku tindak pidana anak dari sistem adalah sebagai berikut:
peradilan anak. atau menempatkan ke a. Mencapai perdamaian
luar pelaku tindak pidana anak dari antara korban dan anak;
sistem peradilan pidana. Artinya tidak b. Menyelesaikan perkara
semua masalah perkara anak nakal anak diluar proses
mesti diselesaikan melalui jalur peradilan;
peradilan formal, dan memberikan c. Menghindarkan anak dari
alternatif bagi penyelesaian dengan perampasan
pendekatan keadilan demi kepentingan kemerdekaan;
terbaik bagi anak dan dengan d. Mendorong masyarakat
mempertimbangkan keadilan bagi untuk berpartisipasi;
korban.15 e. Menanamkan rasa
Diversi sendiri diartikan dalam UU tanggung jawab kepada
SPPA adalah pengalihan penyelesaian anak.17
perkara anak dari proses peradilan Hal lain yang perlu diperhatikan
pidana ke proses di luar peradilan adalah kategori kenakalan perbuatan
pidana. Diversi merupakan bagian dari yang telah dilakukan oleh si anak.
keadilan restoratif yaitu penyelesaian Kategori tersebut tujuannya untuk
perkara tindak pidana dengan mengelompokkan kejahatan menjadi
melibatkan pelaku, korban, keluarga tiga (tiga) yaitu sebagai berikut: 18
pelaku/korban, dan pihak lain untuk a. Kejahatan tingkat ringan
bersama-sama mencari penyelesaian Perbuatan yang tergolong pada
yang adil dengan menekankan tingkat kejahatan ringan adalah
pemulihan kembali pada keadaan sebagai berikut pencurian ringan,
semula, dan bukan pembalasan. Diversi penyerangan ringan tanpa
bertujuan mencapai perdamaian antara menimbulkan luka, atau
korban dan anak, menyelesaikan kerusakan ringan pada harta
perkara anak di luar proses peradilan, benda.
menghindarkan anak dari perampasan b. Kejahatan tingkat sedang
kemerdekaan, mendorong anak untuk Perbuatan yang tergolong pada
tingkat kejahatan sedang adalah
12
Konvensi Hak-Hak Anak tipe kejahatan yang didalamnya
Internasional Pasal 37 terdapat kombinasi antara
13
Nandang Sambas, Pembaruan Sistem semua kondisi yang menjadi
Pemidanaan Anak di Indonesia, (Yogyakarta: pertimbangan ketepatan untuk
Graha Ilmu, 2010), hal. 25.
14
DS. Dewi, Mediasi Penal: Penerapan
16
Restorative Justice Di Pengadilan Anak Setya Wahyudi, Implementasi Ide
Indonesia, Depok: Indie Publishing, 2011), Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan
hal. 51. Pidana Anak di Indonesia, (Yogyakarta:
15
Marlina, Peradilan Pidana Anak di di Genta Publishing,2011), hal. 59.
17
Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,2009), DS. Dewi, Op.cit, hal. 60.
18
hal. 158. Ibid, hal. 61.

74
menyelesaiakannya apakah orang tua/walinya, Pembimbing
melalui diversi atau tidak. Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial
c. Kejahatan tingkat berat Profesional berdasarkan pendekatan
Untuk kejahatan berat berat keadilan restoratif, dalam hal diperlukan
serperti kasus penyerangan musyawarah diversi dapat melibatkan
seksual dan penyerangan fisik Tenaga Kesejahteran Sosial, dan/atau
yang menimbulkan luka parah. masyarakat.
Berdasarkan kategori diatas maka Kesepakatan diversi harus
kejahatan/kenakalan tingkat ringan dan mendapatkan persetujuan korban
sedang dapat diselesaikan melalui dan/atau keluarga anak korban serta
diversi sedangkan dalam kasus kesediaan anak dan keluarganya,
kejahatan/kenakalan pada tingkat berat kecuali untuk tindak pidana yang berupa
penyelesaiannya tidak bisa melalui pelanggaran, tindak pidana ringan,
diversi atau dengan kata lain diversi tindak pidana tanpa korban, atau nilai
bukanlah suatu jalan penyelesaian. kerugian korban tidak lebih dari nilai
Selain beberapa pertimbangan di atas upah minimum provinsi setempat. Hasil
terdapat pula syarat-syarat untuk kesepakatan diversi dapat berbentuk
melakukan diversi terhadap anak nakal antara lain perdamaian dengan tanpa
yang melakukan tindak pidana yakni: 19 gangti kerugian, penyerahan kembali
a. Pelaku anak yang baru pertama kepada orang tua/wali, keikutsertaan
kali melakukan tindak pidana dalam pendidikan atau pelatihan di
b. Umur anak relatif masih muda lembaga pendidikan atau LPKS paling
c. Implementasi bentuk program- lama 3 (tiga) bulan, atau pelayanan
program diversi yang dikenakan masyarakat. Hasil kesepakatan diversi
pada anak mendapat disampaikan kepada penngadilan negeri
persetujuan orangtua/ wali, untuk memperoleh penetapan
maupun anak yang bersangkutan kesepakatan, yang kemudian Penyidik
d. Kejahatan yang dilakukan dapat menerbitkan penetapan penghentian
tindak pidana yang ringan penyidikan, atau Penuntut Umum
ataupun yang berat (dalam kasus menerbitkan penetapan pengehentian
tertentu) penuntutan.
e. Anak telah mengaku bersalah Proses peradilan pidana anak
melakukan tindak dilanjutkan dalam hal proses diversi
pidana/kejahatan tidak menghasilkan kesepakatan, atau
f. Masyarakat mendukung dan kesepakatan diversi tidak dilaksanakan.
tidak keberatan, atas pengalihan Pengawasan atas proses diversi dan
pemeriksaan ini. pelaksanaan kesepakatan yang
g. Jika pelaksanaan program dihasilkan berada pada atasan langsung
diversi gagal, maka pelaku anak pejabat yang bertanggung jawab di
tersebut dikembalikan untuk setiap tingkat pemeriksaan. Selama
diperiksa secara formal. proses diversi berlangsung sampai
Pada Pasal 7 UU SPPA dengan kesepakatan dilaksanakan,
dinyatakan bahwa pada tingkat Pembimbing Kemasyarakatan wajib
penyidikan, penuntutan, dan melakukan pendampingan,
pemeriksaan perkara anak di pengadilan pembimbingan dan pengawasan.
negeri wajib diupayakan diversi. Diversi Sebagaimana telah dikemukakan
dilaksanakan dalam hal tindak pidana oleh penulis dalam bab pendahuluan
yang dilakukan diancam dengan pidana bahwa terbitnya PERMA DIVERSI
penjara di bawah 7 (tujuh) tahun, dan dilatarbelakangi oleh kekosongan
bukan merupakan pengulangan tindak hukum mengenai pelaksanaan proses
pidana. Proses diversi dilakukan melalui diversi, tata cara, dan koordinasi,
musyawarah dengan melibatkan anak pelaksanaan diversi pada UUSPPA, hal
dan orang tua/walinya, korban dan/atau ini dapat dilihat dalam pertimbangan

19
Ibid, hal. 15.

75
PERMA DIVERSI yang menyatakan: 20 bersangkutan. Selanjutnya, hakim yang
a. Bahwa berdasarkan Pasal 5 menjadi fasilitator diversi menentukan
sampai dengan Pasal 14, Pasal hari musyawarah diversi antara para
29, Pasal 42 dan Pasal 52 ayat pihak yang melibatkan anak, korban dan
(2) sampai dengan ayat (6) orangtua atau walinya, pembimbing
Undang-Undang Nomor 11 tahun kemasyarakatan, pekerja sosial
2012 tentang Sistem Peradilan profesional, perwakilan masyarakat dan
Pidana Anak wajib pihak-pihak lain yang dipandang perlu
mengupayakan diversi pada hadir dalam proses diversi.21
tingkat penyidikan, penuntutan, Setelah hari musyawarah diversi
dan pemeriksaan perkara anak di ditentukan, maka proses musyawarah
pengadilan dengan dapat dilakukan dengan beberapa
mengutamakan pendekatan tahapan. Tahapan tersebut terdapat
keadilan restoratif”. dalam Pasal 5 Peraturan Mahkamah
b. Bahwa Undang-Undang Nomor Agung Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
11 Tahun 2012 tentang Sistem Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam
Peradilan Pidana Anak belum Sistem Peradilan Pidana Anak, yang
mengatur secara jelas tentang mengatur sebagai berikut : 22
tata cara dan tahapan proses a. Musyawarah diversi dibuka oleh
diversi”. fasilitator diversi dengan
c. Bahwa berdasarkan perkenalan para pihak yang
pertimbangan pada huruf a dan b hadir, menyampaikan maksud
maka perlu menetapkan dan tujuan musyawarah diversi
Peraturan Mahkamah Agung serta tata tertib musyawarah
Republik Indonesia tentang untuk disepakati oleh para pihak
Pedoman Pelaksanaan Diversi yang hadir.
Dalam Sistem Peradilan Pidana b. Fasilitator Diversi menjelaskan
Anak”. tugas Fasilitator Diversi.
c. Fasilitator Diversi menjelaskan
PERMA ini dibuat dengan ringkasan dakwaan dan
pertimbangan bahwa diversi merupakan Pembimbing Kemasyarakatan
proses yang harus diupayakan pada memberikan informasi tentang
tingkat penyidikan, penuntutan, dan perilaku dan keadaan sosial
pemeriksaan perkara anak di pengadilan Anak serta memberikan saran
dengan mengutamakan pendekatan untuk memperoleh penyelesaian.
keadilan restoratif. Hal tersebut d. Fasilitator Diversi wajib
merupakan amanah Undang-Undang memberikan kesempatan kepada
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem :
Peradilan Pidana Anak. Oleh sebab itu, 1) Anak untuk didengar
Mahkamah Agung selaku lembaga keterangan perihal dakwaan.
tertinggi dalam lingkup peradilan pidana 2) Orangtua/Wali untuk
menetapkan PERMA sebagai pedoman menyampaikan hal-hal yang
pelaksanaan diversi di pengadilan. berkaitan dengan perbuatan
Tahapan proses diversi berdasarkan Anak dan bentuk
PERMA tersebut dimulai dengan penyelesaian yang
penunjukan Fasilitator Diversi oleh diharapkan.
Ketua Pengadilan yang terdapat dalam 3) Korban/Anak
Pasal 1 ayat (2) mengatur sebagai Korban/Orangtua/Wali untuk
berikut: “Fasilitator Diversi adalah Hakim memberi tanggapan dan
yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan bentuk penyelesaian yang
untuk menangani perkara anak yang diharapkan.

20
Perma No. 4 tahun 2014 tentang
21
Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Ibid, Pasal 1 ayat 2.
22
UUSPPA Ibid, Pasal 5

76
Pekerja Sosial Profesional menerbitkan penetapan penghentian
memberikan informasi pemeriksaan perkara. Sedangkan
tentang keadaan sosial proses diversi mengalami kegagalan
Anak Korban serta dengan tidak tercapainya kesepakatan
memberikan saran untuk para pihak, maka perkara pidana yang
memperoleh penyelesaian. melibatkan anak tersebut dilanjutkan ke
e. Bila dipandang perlu, Fasilitator tahap selanjutnya. Hal ini berdasarkan
Diversi dapat memanggil Pasal 13 Undang-Undang Nomor 11
perwakilan masyarakat maupun Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
pihak lain untuk memberikan Pidana Anak, yaitu, Proses peradilan
informasi untuk mendukung pidana anak dilanjutkan dalam hal
penyelesaian. Proses diversi tidak menghasilkan
f. Bila dipandang perlu, Fasilitator kesepakatan; atau kesepakatan diversi
Diversi dapat melakukan tidak dilaksanakan.
pertemuan terpisah (Kaukus) Hasil dari musyawarah diversi yang
dengan para pihak. telah disepakati bersama sebaiknya
g. Fasilitator Diversi menuangkan dilaksanakan demi efektifnya
hasil musyawarah ke dalam pelaksanaan upaya diversi dalam sistem
Kesepakatan Diversi. peradilan pidana anak. Berikut
h. Dalam menyusun kesepakatan gambaran proses diversi sesuai Perma
diversi, Fasilitator Diversi Diversi UUSPPA:
memperhatikan dan
mengarahkan agar kesepakatan
tidak bertentangan dengan
hukum, agama, kepatutan
masyarakat setempat,
kesusilaan; atau memuat hal-hal
yang tidak dapat dilaksanakan
Anak, atau memuat itikad tidak
baik.

Proses diversi mencapai


kesepakatan dimana para pihak
bersepakat damai dengan beberapa
ketentuan, maka hasil kesepakatan
diversi, antara lain: Perdamaian dengan
atau tanpa ganti kerugian; Penyerahan
kembali kepada orang tua atau wali;
Keikutsertaan dalam pendidikan,
pelatihan keterampilan dan pemenuhan
hak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
diselenggarakan di Lembaga
Penempatan Anak Sementara (LPAS).
23

Proses diversi mencapai


kesepakatan, maka fasilitator diversi
membuat berita acara kesepakatan
diversi yang ditandatangani oleh para
pihak dan dilaporkan kepada ketua
pengadilan. Kemudian, ketua
pengadilan mengeluarkan penetapan
kesepakatan diversi. Hakim akan

23
Ibid, Pasal 1 ayat 20

77
Gambar 1. Proses Diversi;

Pra kondisi Metode Hasil

Pra Musyawarah Pemulihan


Syarat
Diversi K
E
P
Pihak-pihak: Syarat-syarat U
Kriteria 1. Korban dan keluarga Keputusan T
Kasus 2. Pelaku dan keluarga U Tempat
3. Wakil masyarakat S pelaksanaan
A
N
Unsur pendukung
Dua
Kategori
Kasus

Dari bagan di atas, dapat dijelaskan serius menyangkut


sebagai berikut: kehormatan.
1). Pra syarat berdasarkan 3). Dua kategori kasus
karakteristik Diversi: a) Kasus kenakalan anak yang
a) Pengakuan atau pernyataan telah bersentuhan dengan
bersalah dari pelaku; sistem peradilan pidana;
b) Persetujuan dari pihak korban b) Kasus kenakalan anak yang
untuk melaksanakan belum bersentuhan dengan
penyelesaian diluar sistem sistem peradilan pidana.
peradilan pidana anak yang 4). Metode penyelesaian
berlaku; musyawarah pemulihan
c) Persetujuan dari kepolisian, a) Sesuai dengan kebiasaan
sebagai institusi yang memiliki bermusyawarah yang telah
kewenangan diskresioner, melembaga dalam
atau dari Kejaksaan; masyarakat;
d) Dukungan komunitas b) Dapat mengakomodasikan
setempat untuk keterlibatan masyarakat atau
melaksanakan penyelesaian pihak ketiga lainnya dalam
diluar sistem Peradilan Pidana proses penyelesaian (bukan
Anak. hanya korban dan pelaku);
2). Kriteria kasus : c) Tujuan yang hendak dicapai
a) Bukan kasus kenakalan melalui proses musyawarah
anak yang mengorbankan adalah untuk memulihkan
kepentingan orang banyak segala kerugian dan “luka”
dan bukan pelanggaran lalu yang telah diakibatkan oleh
lintas jalan; peristiwa kenakalan anak
b) Kenakalan anak tersebut tersebut.
tidak mengakibatkan 5). Pihak-pihak yang dilibatkan
hilangnya nyawa manusia, dalam musyawarah pemulihan:
luka berat atau cacat seumur a) Korban dan keluarga korban
hidup; (a). Penting karena dalam
c) Kenakalan anak tersebut sistem peradilan
bukan merupakan kejahatan pidana, korban kurang
terhadap kesusilaan yang dilibatkan padahal ia

78
adalah bagian dari sebagai wakil
konflik; masyarakat);
(b). Suara atau (b). Tidak memiliki
kepentingan korban kepentingan dalam
penting untuk di kasus yang dihadapi
dengar dan merupakan (dapat bertindak
bagian dari putusan impartial);
yang akan diambil; (c). Memperhatikan
(c). Keluarga korban perlu keseimbangan gender
dilibatkan sebab agar aspirasi
umumnya dalam perempuan senantiasa
masyarakat Indonesia, terwakili dalam
konflik pidana sering pengambilan
menjadi persoalan keputusan.
keluarga, apalagi bila 6). Tempat pelaksanaan
korban masih dibawah musyawarah pemulihan
umur. a) Musyawarah pemulihan
b) Pelaku dan keluarga pelaku dapat dilakukan pada tingkat
(a). Pelaku merupakan Rukun warga (RW) di
pihak yang mutlak lingkungan dimana kasus
dilibatkan; kenakalan anak tersebut
(b). Keluarga pelaku terjadi (Tempat Kejadian
dipandang perlu untuk Perkara/ TKP);
dilibatkan lebih b) Di Sekolah, khususnya
disebabkan karena dalam hal kenakalan anak
usia pelaku yang yang terjadi di sekolah dan
belum dewasa (anak); baik pelaku maupun
(c). Pelibatan keluarga korbannya berasal dari
pelaku juga dipandang sekolah dimaksud.
sangat penting, karena 7). Unsur pendukung
keluarga sangat a) Pada tahap awal Lembaga
mungkin menjadi Swadaya Masyarakat (LSM)
bagian dari dibutuhkan sebagai inisiator
kesepakatan dalam untuk mendorong
penyelesaian seperti penggunaan musyawarah
halnya pembayaran pemulihan sebagai alternatif
ganti rugi. penyelesaian;
c) Wakil masyarakat b) Pada tahap awal Lembaga
(a). Untuk mewakili Swadaya Masyarakat (LSM)
lingkungan dimana juga dibutuhkan sebagai
peristiwa pidana konsultan dan fasilitator
tersebut terjadi; dalam tahap pelaksanaan
(b). Agar kepentingan- musyawarah pemulihan.
kepentingan yang 8). Syarat-syarat keputusan hasil
bersifat publik musyawarah pemulihan
diharapkan tetap dapat a) Dapat dilaksanakan oleh
terwakili dalam para pihak sendiri dengan
pengambilan tanpa memerlukan bantuan
keputusan. instansi penegak hukum
d) Wakil masyarakat tersebut, dalam sistem peradilan
haruslah memenuhi kriteria pidana;
(a). Tokoh atau pihak yang b) Putusan tidak bersifat punitif,
dianggap tokoh tetapi lebih merupakan
masyarakat setempat solusi dengan
(memiliki legitimasi memperhatikan kepentingan

79
terbaik bagi anak, korban, Peradilan Pidana
dan masyarakat, seperti Anak Di Indonesia,
misalnya berupa restitusi Bandung, Refika
(ganti rugi) atau community Aditama, 2013.
service order (kewajiban Hadisuprapto, Paulus, Delinkuensi
kerja sosial); Anak: Pemahaman
c) Putusan didasarkan pada dan
adanya kesepakatan semua Penanggulangannya,
pihak yang terlibat dan dapat Malang: Bayumedia
dilaksanakan. Publishing, 2008.
d) Pengawasan pelaksanaan ---------------------, Juvenile Deliquency,
putusan dilakukan sendiri Pemahaman Dan
oleh masyarakat dan atau Penanggulangannya,
dengan bantuan LSM Bandung: Citra
sebagai inisiator. Aditya, 1998.
Dengan menggunakan konsep ini, ---------------------, Teori Kriminologi
hasil yang diharapkan adalah (Latar belakang intelektual dan
berkurangnya jumlah anak-anak yang parameternya), Malang: Selaras,
terlibat proses peradilan pidana 2011.
menghapuskan stigma/cap negatif dan Marlina, Peradilan Pidana Anak di
mengembalikan anak menjadi manusia Indonesia
normal sehingga diharapkan dapat Pengembangan
berguna kelak di kemudian hari, pelaku Konsep Diversi dan
pidana anak dapat menyadari Restorative Justice,
kesalahannya, sehingga tidak Bandung, Refika
mengulangi kesalahannya, mengurangi Aditama, 2009.
beban kerja aparat penegak hukum, Mulyadi, Lilik, Pengadilan Anak Di
menghemat keuangan Negara, tidak Indonesia Teori
menimbulkan rasa dendam karena Praktek Dan
pelaku telah dimaafkan oleh korban, Permasalahnya,
korban cepat mendapat ganti kerugian, Bandung: Mandar
memberdayakan orang tua dan Maju, 2005.
masyarakat dalam mengatasi kenakalan Sambas, Nandang, Pembaruan
anak dan mengintegrasikan kembali Sistem Pemidanaan
anak ke dalam masyarakat. Anak di Indonesia,
Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Daftar Pustaka Soemitro, Metode Penelitian Hukum,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
Buku Soekanto, Soerjono, Penelitian
Dewi DS., Mediasi Penal: Penerapan Hukum Normatif,
Restorative Justice Di Jakarta: Raja
Pengadilan Anak Grafindo Persada,
Indonesia, Depok: 2011.
Indie Publishing, 2011. Sudarto, Hukum dan hukum Pidana,
Djamil, M. Nasir, Anak Bukan Untuk Bandung: Alumni Bandung,
Dihukum Catatan 1981.
Pembahasan UU Wahyudi, Setya, Implementasi Ide
Sistem Peradilan Diversi dalam
Pidana Anak (UU- Pembaharuan Sistem
SPPA), Jakarta: Sinar Peradilan Pidana
Grafika, 2013. Anak di Indonesia,
Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Yogyakarta: Genta
Terhadap Anak Publishing,2011.
Dalam Sistem

80
Peraturan dan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
Konvensi Hak-Hak Anak Internasional Tentang Kesejahteraan Anak.
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 1999 Tentang Hak Asasi
tentang Pengadilan Manusia (HAM).
Anak yang telah
direvisi menjadi Website/Majalah
undang-Undang Tri Kurniawan, KPAI: Ada 6.006
Nomor 11 Tahun Kasus Anak
2012 Tentang Sistem Berhadapan dengan
Peradilan Pidana Hukum,
Anak. www.metronews.com
Peraturan MA No. 4 Tahun 2014 , Jakarta, 22 Juli
tentang Pedoman 2015.
Pelaksanaan Diversi
Pada UUSPPA
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan
Anak.

81

Anda mungkin juga menyukai