Anda di halaman 1dari 2

Yohana Damayanti Br Kaban

1710611313
Penelitian Hukum – D

1.1 LATAR BELAKANG


Secara umum dapat dijelaskan bahwa anak harus diberlakukan dengan tidak
membedakan perlakuan dalam segala hal yang berhubungan dengan warga negara atas
dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender. Perlindungan Anak itu
sendiri meliputi ruang lingkup yang cukup luas, dalam arti bahwa perlindungan anak
tidak hanya mengenai perlindungan atas jiwa dan raga si anak, tapi mencakup pula
perlindungan atas semua hak serta kepentingannya yang dapat menjamin pertumbuhan
dan perkembangan yang wajar. Dalam hal menjamin seorang anak agar kehidupannya
bisa berjalan normal maka negara telah memberikan perlindungan hukum yakni Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.1
Anak yang melakukan pelanggaran hukum sangat dipengaruhi beberapa faktor
lain di luar diri anak. Untuk melakukan perlindungan terhadap anak dari pengaruh proses
formal sistem peradilan pidana, maka timbul pemikiran manusia atau para ahli hukum
dan kemanusiaan untuk membuat aturan formal tindakan mengeluarkan seorang anak
yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindak pidana dari proses peradilan
pidana dengan memberikan alternatif lain yang dianggap lebih baik untuk anak.
kebijakan penganggulangan kejahatan merupakan usaha yang rasional dari
masyarakat sebagai reaksi dari sebuah kejahatan. 2 Pada hakikatnya anak tidak dapat
untuk melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan kerugian
baik fisik, mental maupun sosial dalam berbagai bidang kehidupan. Perlindungan juga
harus diberikan kepada anak yang melakukan perbuatan menyimpang maupun perbuatan
yang melanggar hukum, khususnya dalam pelaksanaan peradilan pidana anak yang asing
bagi dirinya. Anak perlu mendapat perlindungan dari kesalahan penerapan peraturan
perundang-undangan yang diberlakukan terhadap dirinya yang menimbulkan kerugian
1
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2
Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice,
Bandung: Refika Aditama, hal. 15
mental, fisik, maupun sosial.3 Penanganan perkara anak yang tidak dibedakan dengan
perkara orang dewasa dipandang tidak tepat karena sistem yang demikian akan
merugikan kepentingan anak yang bersangkutan. Misalnya, anak akan merasa stres dan
ketakutansehingga menjadi lebih pendiam dan kurang kreatif. Untuk itu pemerintah
mengesahkan undang-undang mengenai anak-anak khususnya bagi anak yang melakukan
tindak pidana di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan tujuan: (1) untuk mengetahui realita tindak pidana yang dilakukan oleh
anak di Polres Wonogiri kedua, (2) untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap
anak yang menjadi pelaku tindak pidana ketiga, dan (3) untuk mengetahui bentuk
perlindungan hukum yang diberikan kepada anak yang melakukan tindak pidana.
Sementara itu manfaat penelitian ini adalah: Pertama, secara teoritis diharapkan (1) dapat
menambah wawasan berpikir serta ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum pidana
khususnya dalam hal perlindungan hukum dalam penyelesaian perkara tindak pidana
yang dilakukan oleh anak; dan (2) sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan bagi mahasiswa serta para pembaca terkait. Perlindungan hukum terhadap
anak yang melakukan tindak pidana. Kedua, secara praktis adalah penelitian ini
bermanfaat bagi masyarakat, karena dengan adanya penelitian ini memberikan informasi
serta pemahaman kepada masyarakat terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak
yang melakukan tindak pidana dan memberikan masukan bagi aparat penegak hukum
dalam rangka menegakkan keadilan.

3
Maidi Gultom, 2008, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia,
Bandung:Rafika Aditama, hal. 2.

Anda mungkin juga menyukai