Disusun Oleh :
Kaharuddin
0402021 0890
Fakultas Hukum
Fakultas Hukum
Makassar
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akan tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada takdir Ilahi, di mana
Pada umumnya manusia tidak akan puas dengan apa yang dialaminya,
semua keluarga memiliki kesempatan untuk memiliki anak kandung. Banyak yang
menyebabkan hal ini terjadi karena alasan medis, karena usia, atau karena belum
bisa dipercaya untuk memiliki anak oleh Tuhan. Bagi keluarga yang belum
dikarunia anak, adopsi merupakan jalan yang tepat. Banyak keluarga yang
kandung. Namun ada juga yang mengadopsi anak untuk meringankan beban
orang tua kandung si anak, terlebih lagi jika orang tua kandung anak tersebut
Jika dalam perkawinan itu tidak diperoleh anak berarti tidak ada yang
tersebut. Oleh karena itu orang akan melakukan cara apa saja dan mengorbankan
biaya berapa saja mendapatkan anak dalam perkawinan bahkan ada yang
melakukan program bayi, tidak jarang juga mendapatkan anak walaupun berusaha
Peraturan mengenai tata cara dan akibat hukum dari pengangkatan anak
tentang eksistensi lembaga adopsi itu sendiri dalam sumber-sumber yang berlaku
terdapat dalam Burgelijk Wetboek, hukum adat yang merupakan The Living Law
yang berlaku di masyarakat Indonesia, maupun hukum islam yang merupakan
islam.
perwarisan dengan istilah anak luar kawin atau anak yang diakui. Sedangkan
hal tidak dibenarkan. Hanya yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa
larangan yang dimaksudkan yaitu pada status pengangkatan anak menjadi anak
kandung sendiri, dengan menempati status yang persis sama dalam segala hal.
anak sendiri dalam hal kasih sayang, nafkah sehari-hari, pendidikan dan lain-lain
orang tuanya, dan orang tuanya wajib melindungi anaknya dengan berbagai cara.
Oleh sebab itu hubungan antara seorang anak dengan orang tua harus dipelihara
anak pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pemutusan hubungan antara orang
tua kandung dengan anak kandung. Dengan demikian, maka pengangkatan anak
adalah pada dasarnya tidak sesuai dengan azas pengangkatan anak dan tidak dapat
dianjurkan.
penghambat usaha perlindungan anak. Oleh sebab pengangkatan anak yang pada
terhadap anak kandung dalam rangka melindungi anak (mental, fisik,dan sosial).
asal-usul orang tua kandung kepada anak kelak. Pengangkatan anak menyangkut
nasib anak yang harus dilindungi, sebab anak adalah tunas, potensi, dan generasi
anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan
sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Hal ini bertitik tolak dari konsepsi
bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta
hukum perlindungan anak yang telah menjadi bagian dari hukum yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat sesuai dengan adat istiadat dan motivasi yang
dari adat kebiasaan masyarakat muslim di Indonesia dan telah merambah dalam
Pada pasal 171 huruf (h), secara definitif disebutkan bahwa “Anak Angkat adalah
anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan
dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua
dinyatakan bahwa “Anak Angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari
lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
penetapan pengadilan.
Karena Negara dan Pemerintah Indonesia berkewajiban dan bertanggung
jawab terhadap ketertiban jalannya praktik pengangkatan anak, baik dari segi
Edaran Nomor 2 Tahun 1979, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun
Nomor 23 Tahun 2002, dan beberapa yurisprudensi tetap yang selama ini menjadi
kepadanya.
adopsi telah berubah menjadi untuk kesejahteraan anak. Hal ini tercantum dalam
pengangkatan anak seperti misalnya ingin mendapatkan tenaga kerja yang murah,
kalanya keluarga yang telah mempunyai anak kandung, merasa perlu lagi untuk
yang sah sebagai pihak yang membuat persetujuan. Anak merupakan objek
uang serta penyerahaan sebagai imbalan kepada yang punya anak dan mereka
sifat bisnis pengangkatan anak. Sehubungan dengan ini, maka harus dicegah
Salah satu isu adopsi yang menyimpang muncul beberapa tahun silam
oleh orang warga negara asing pasca bencana tsunami dan gempa di Nanggroe
Aceh Darussalam. Dimana kurang lebih 300 anak pasca bencana tsunami Aceh
yang dilarikan oleh World Help yang tidak jelas penyelesaianya, dan banyak
pihak menduga anak-anak ini dilarikan ke Amerika. Selain itu di suatu hari di
awal tahun 2010 ada seorang perempuan TKW yang pulang ke kampung halaman
membawa aib karena telah diperkosa oleh majikannya di Arab Saudi dan telah
hamil 8 bulan saat itu, dalam kondisi yang tertekan oleh ekonomi dan kemarahan
orang tuanya, dia terpaksa menjual bayi yang ada dalam rahimnya. Kasus ini
sangat miris. Bahkan di tahun 2010 tercatat insiden serupa. Komisi Perlindungan
mencatat ada banyak sekali motif di balik penjualan anak, namun tetap sulit
sebagai komoditas.”
Jutaan anak di negeri ini terlantar dan jumlahnya bertambah setiap tahun.
prikemanusiaan dengan modus adopsi. Fakta menunjukkan bahwa saat ini, banyak
mengerti dan diabaikan. Anak-anak kita ini kelak akan tumbuh dewasa menjadi
adalah kasus yang besar tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara asal orang
tua yang mengadopsinya, Irlandia. Setelah melalui proses hukum tristan kembali
ke ibu kandungnya. Tristan adalah salah satu contoh adopsi orang asing,
walaupun dalam praktek terdapat jual beli, adopsi anak bernama asli Erwin
Pengasuhan yang masih jauh dari tujuan adopsi yang sebenarnya atau
adopsi yang tidak sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku (Adopsi Ilegal),
oleh karena itu bagi orang yang hendak mengadopsi anak hendaknya memenuhi
peraturan hukum yang berlaku sebab trafficking bukan saja persoalan penjualan
anak untuk dieksploitasi baik seksual maupun tenaga kerja melainkan sudah
meliputi penjualan janin dalam kandungan dan penjualan anak dengan alasan
adopsi.
Dengan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
ilegal?
dan
TINJAUAN PUSTAKA
membedakannya dari dua sudut pandang, yaitu pengertian secara etimologi dan
secara terminologi.
1. Secara etimologi
dalam bahasa Arab disebut “tabbani” yang menurut prof. Mahmud Yunus
pengangkatan seorang anak untuk sebagai anak kandungnya sendiri. Jadi di sini
penekanannya pada persamaan status anak angkat dari hasil pengangkatan anak
antara lain :
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijumpai arti anak angkat, yaitu
anak orang lain yang diambil dan disamakan dengan anaknya sendiri. Sedangkan
dalam Ensiklopedia Umum disebutkan bahwa adopsi adalah suatu cara untuk
mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan
atau untuk mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak mampu memiliki anak.
Akibat dari adopsi yang demikian itu ialah bahwa anak yang diadopsi kemudian
memiliki status sebagai anak dengan segala hak dan kewajibannya. Sebelum
melaksanakan adopsi, calon orang tua harus memenuhi syarat-syarat untuk benar-
Anak pasal 1 ayat 9 menyatakan bahwa anak angkat adalah anak yang haknya
dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang
lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
pengambilan anak orang lain ke dalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga
antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul suatu
hukum kekeluargaan yang sama, seperti antara orang tua dengan anak sendiri”.
angkat, yaitu :
2) Menurut syariat adat dan kebiasaan yang berlaku pada manusia, tabanni ialah
keluarganya yang tidak ada pertalian nasab kepada dirinya sebagai anak yang
atas yang mungkin mempermudah kita untuk memahami istilah adopsi ini. Istilah
anak angkat pengertian pertamalah menurut beliau yang lebih tepat untuk kultur
nasabnya sendiri.
Oleh karena itu anak yang diangkat tersebut bukan sebagai anak pribadi
menurut syariat Islam dan tidak ada ketetapan sedikitpun dari syariat Islam kalau
mengambil patokan hukum Islam yang membenarkan arti yang demikian itu.
persis dengan pengertian adopsi menurut hukum Barat, yaitu di mana arahnya
orang lain ke dalam keluarganya dengan mendapatkan status dan fungsi yang
kepada hak untuk mendapatkan warisan dari orang tuanya yang mengangkat dan
larangan kawin dengan keluarganya sendiri, hal ini jelas bertentangan dengan
Hukum Islam.
pengertian pengangkatan anak dengan tidak memberikan status yang sama persis
angkat, tetapi hal ini hanya berbeda dari sudut etimologi dan sistem hukum yang
pengertian untuk memberikan status yang sama dari anak angkat menjadi anak
persis sama pula. Sedangkan istilah anak angkat adalah pengertian menurut
Hukum Adat, dalam hal ini masih mempunyai bermacam istilah dan pengertian
keturunan kedua setekah ayah dan ibu. Sekalipun dari hubungan tidak sah dalam
kacamata hukum tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi
pada kemampuan anak, jika anak mencapai umur 18 tahun, namun belum mampu
menghidupi dirinya, maka ia termasuk kategori anak. Namun berbeda apabila dia
seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin. Dalam
belum cukup umur, yaitu mereka yang melakukan perbuatan (tindak pidana)
sebelum berumur 16 tahun. Sedangkan dalam Konvensi Hak Anak, anak adalah
undang yang berlaku bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah
yakni :
perkawinan yang sah atau hasil perbuatan suami istri yang sah
kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
f. Anak asuh yaitu anak yang dirawat oleh seseorang atau lembaga
secara wajar.