Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangkatan anak bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia karena hal tersebut sudah

sangat lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Begitu pentingnya kehadiran seorang

anak ini sehingga menimbulkan berbagai peristiwa hukum, misalnya ketiadaan

keturunan/anak, perceraian, poligami dan pengangkatan anak merupakan berbagai peristiwa

hukum yang terjadi karena alasan di dalam perkawinan itu tidak memperoleh keturunan.

Didalam ilmu hukum kita mengenal pengangkatan anak atau adopsi (adoptie, adoption, atau

adoption) sebagai suatu lembaga hukum, dimana dalam arti ini pengangkatan anak akibatnya

bernilai yuridis.1

Pengangkatan anak bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan para calon orang tua

angkat, namun lebih pada kepentingan calon anak angkat terhadap jaminan atas kepastian,

keamanan,keselamatan dan pemeliharaan serta pertumbuhan anak.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Anak menyatakan

bahwa tujuan pengangkatan anak adalah untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat

kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun tujuan dan motif

untuk mengangkat seorang anak adalah karna belum mempunyai anak, adanya harapan atau

kepercayaan akan mendapatkan anak setelah mengangkat anak atau sebagai pancingan, masih

ingin menambah anak dari anak yang lain jenis dari anak yang telah di punyai, untuk dipakai

1
Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, 2012, Jakarta: Sinar Grafika, hal.1.

1
sebagai teman untuk anak tunggal yang sudah ada, karna belas kasihan terhadap anak

terlantar, miskin atau anak yatim dan sebagainya.2

Peraturan yang mengatur mengenai pengangkatan anak dengan bertujuan melindungi dan

mensejahterakan anak diatur diantaranya dalam :

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

2. Undang-Undang Nomor 35Tahun 2014 atas perubahan terhadap Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

3. SEMA No. 6 Tahun 1983 sebagai penganti SEMA No. 2 Tahun 1979 tentang Prosedur

Pengangkatan Anak WNI dan WNA

4. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

5. Masalah pengangkatan anak bukanlah masalah baru, termasuk di Indonesia.

Sejak zaman dahulu telah dilakukan pengangkatan anak dengan cara dan motivasi yang

berbeda-beda, sesuai dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta

berkembang didaerah yang bersangkutan. Pengangkatan anak merupakan suatu perbuatan

hukum maka pengangkatan anak harus melalui proses hukum, dengan adanya penetapan

hakim di pengadilan, diharapkan pengangkatan anak dikemudian hari memiliki adanya

kepastian hukum bagi anak agkat maupun bagi orang tua angkat.

2
M.Budiharto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum, 1985, Jakarta: Akademika Pressindo, hal.9-10.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penulisan ini, adalah :

1. Apa saja syarat pengangkatan anak?

2. Bagaimana proses pengangkatan anak yang legal/sah menurut hukum di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi dalam proses

pengangkatan anak.

2. Untuk mengetahui proses pengangkatan anak yang legal/sah menurut hukum di

Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak (adopsi) adalah suatu tindakan mengambil anak orang lain untuk

dipelihara dan diperlakukan sebagai anak turunannya sendiri, berdasarkan ketentuan-

ketentuan yang disepakati dan sah menurut hukum yang berlaku di masyarakat yang

bersangkutan.3

Menurut Soerjono Soekanto, Pengangkatan anak adalah sebagai perbuatan mengangkat

anak untuk dijadikan anak sendiri, atau secara umum berarti mengangkat seseorang dalam

kedudukan tertentu yang menyebabkan timbulnya hubungan yang seolahseolah didasarkan

pada faktor hubungan darah. Adopsi harus dibedakan dengan pengangkatan anak dengan

tujuan semata-mata untuk pemeliharaan (anak itu) saja.4

Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan anak dari

lingkungan kekuasaan orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas

perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan keluarga

orangtua angkat.5

Menurut M. Budiarto pengangkatan anak dalam hukum islam hanya dapat dibenarkan

apabila memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Tidak memutus hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandung dan
keluarganya.

3
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Ed. 1. Cet. 2, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1989), hlm. 44.
4
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989, hlm. 52.
5
Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, PP Nomor 54 Tahun 2007, LN Tahun 2007
Nomor 123, TLN Nomor 4768, pasal 1 angka ke 5.

4
2. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya, melainkan
tetap sebagai ahli waris dari orang tua kandungnya, demikian juga orang tua angkatnya
tidak berkedudukan sebagai pewaris dari anak angkatnya.
3. Anak angkat tidak boleh menggunakan nama orang tua angkatnya secara langsung,
kecuali sekedar sebagai alamat atau tanda pengenal diatas.
4. Orang tua angkatnya tidak bertindak sebagai wali dalam perkawinan anak angkatnya.6

Dalam pengangkatan anak dibuat surat perjanjian pengangkatan anak. Surat perjanjian

pengangkatan anak adalah surat yang dibuat oleh kedua belah pihak yakni antara pihak orang

tua kandung dan pihak orang tua angkat. Isi suratnya adalah tentang hak dan kewajiban untuk

kedua belah pihak. Dengan adanya surat perjanjian tersebut sah di mata hukum dan memiliki

kekuatan hukum yang kuat. Sehingga apabila ada masalah dikemudian hari dapat

diselesaikan secara hukum yang berlaku. Surat perjanjian pengangkatan anak ini penting

sekali agar pihak orang tua kandung tidak bisa mengambil kembali anaknya yang sudah

diserahkan dengan pihak orang tua angkat. Secara faktual telah diakui bahwa pengangkatan

anak telah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat di Indonesia dan telah merambah dalam

praktek melalui Lembaga Peradilan Agama bagi yang beragama islam dan Lembaga

Peradilan Negeri bagi yang beragama non-islam.

2.2 Syarat Pengangkatan Anak


6
M.budiarto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari segi Hukum, Akademika Presindo, 1985, Jakarta, h. 24

5
Syarat anak yang akan diangkat menurut Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2007 tentang

pelaksanaan pengangkatan anak adalah:

Pasal 12

(1) Syarat anak yang akan diangkat, meliputi:

a. Belum berusia 18 (delapan belas) tahun;

b. Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan;

c. Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak;

d. Memerlukan perlindungan khusus.

(2) Usia anak yang Usia anak angkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi:

a. Anak belum berusia 6 (enam) tahun, merupakan prioritas utama;

b. Anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan belum berusia 12 (dua belas) tahun,

sepanjang ada alasan mendesak;

c. Anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai dengan belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, sepanjang anak memerlukan perlindungan khusus.

Pasal 13 Calon orang tua angkat harus memenuhi syarat-syarat:

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima)

tahun;

c. Beragama sama dengan agama calon anak angkat;

d. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan;

e. Berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun;

6
f. Tidak merupakan pasangan sejenis

g. Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak;

h. Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial;

i. Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak;

j. Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan

terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak;

k. Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat;

l. Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam) bulan, sejak izin

pengasuhan diberikan; dan

m. Memperoleh izin Menteri dan/atau kepala instansi sosial.

2.3 Prosedur Pengangkatan Anak

Tata cara pengangkatan anak telah diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Adapun

prosedur yang harus dijalani dalam pengangkatan anak ini adalah :

1. Permohonan pengangkatan anak diajukan kepada instansi sosial kabupaten/kota dengan


melampirkan:
a. Surat penyerahan anak dari orang tua/walinya kepada instansi sosial.
b. Surat penyerahan anak dari instansi sosial propinsi/kabupaten/kota kepada organisasi
sosial.
c. Surat penyerahan anak dari organisasi sosial kepada calon orang tua angkat.
d. Surat keterangan persetujuan pengangkatan anak dari keluarga suami-istri calon orang
tua angkat.
e. Fotokopi surat tanda lahir calon orang tua angkat.
f. Fotokopi surat nikah calon orang tua angkat.

7
g. Surat keterangan sehat jasmani dan berdasarkan keterangan dari dokter pemerintah.
h. Surat keterangan sehat secara mental berdasarkan keterangan dokter psikiater.
i. Surat keterangan penghasilan dari tempat calon orang tua angkat bekerja.

2. Permohonan izin pengangkatan anak diajukan pemohon kepada dinas sosial/instansi sosial
propinsi/kabupaten/kota dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ditulis tangan sendiri oleh pemohon di atas kertas bermaterai cukup
b. Ditandatangani sendiri oleh para pemohon (suami-istri)
c. Mencantumkan nama anak dan juga asal usul anak yang akan diangkat.
d. Dalam hal calon anak angkat tersebut sudah berada dalam asuhan keluarga calon orang
tua angkat dan tidak berada dalam asuhan organisasi sosial, maka calon orang tua
angkat harus dapat membuktikan kelengkapan surat-surat mengenai penyerahan anak
dan orang tua/wali keluarganya yang sah kepada calon orang tua angkat yang disahkan
oleh instansi sosial tingkat kabupaten/kota setempat, termasuk surat keterangan
kepolisian dalam hal latar belakang dan data anak yang diragukan (domisili anak
berasal).
3. Proses penelitian kelayakan.
4. Sidang Tim Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak (PIPA) Daerah.
5. Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial / Instansi Sosial Propinsi / Kabupaten / Kota bahwa
calon orang tua angkat dapat diajukan ke Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama untuk
mendapatkan ketetapan sebagai orang tua angkat. Pengadilan yang dimaksud adalah
Pengadilan tempat anak yang diangkat tersebut berada (berdasarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 6 tahun 1983 tentang Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2
Tahun 1979 mengenai pengangkatan anak). Untuk Pengadilan Agama dapat mrmberikan
penetapan anak berdasarkan Hukum Islam berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Peradilan Agama.

BAB III

8
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Syarat dalam pengangkatan anak diatur dalam Pasal 12 dan 13 Peraturan Pemerintah No.54

Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, dijelaskan bahwa ada beberapa syarat

yang harus dipenuhi oleh calon orangtua, jadi tidak serta merta langsung bisa membawa anak

pulang ke rumah, namun calon orang tua harus memenuhi syarat tersebut terlebih dahulu, hal

tersebut dilakukan agar anak jatuh pada tangan yang tepat, karna anak memiliki hak untuk

dilindungi dan mendapatkan kasih sayang.

Adapun Tata cara pengangkatan anak telah diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dimana hal

tersebut dilakukan dengan cara mengajukan sebuah permohonan kepada instansi sosial

kabupaten/kota dengan berbagai prosedur yang berlaku.

3.2 Saran
Dalam pengangkatan anak memang harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku,
untuk menghindari permasalahan-permasalahan yang timbul dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
9
Buku :
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Ed. 1. Cet. 2, 1989, Jakarta: Akademika Pressindo

M.Budiharto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum, 1985, Jakarta: Akademika
Pressindo
Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, 2012, Jakarta: Sinar Grafika
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, 1989, Bandung: Citra Aditya Bakti

Undang-Undang :
Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, PP Nomor 54 Tahun 2007, LN
Tahun 2007 Nomor 123, TLN Nomor 4768, pasal 1 angka ke 5.

10

Anda mungkin juga menyukai