PENDAHULUAN
Pengangkatan anak bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia karena hal tersebut sudah
sangat lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Begitu pentingnya kehadiran seorang
hukum yang terjadi karena alasan di dalam perkawinan itu tidak memperoleh keturunan.
Didalam ilmu hukum kita mengenal pengangkatan anak atau adopsi (adoptie, adoption, atau
adoption) sebagai suatu lembaga hukum, dimana dalam arti ini pengangkatan anak akibatnya
bernilai yuridis.1
Pengangkatan anak bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan para calon orang tua
angkat, namun lebih pada kepentingan calon anak angkat terhadap jaminan atas kepastian,
bahwa tujuan pengangkatan anak adalah untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat
kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun tujuan dan motif
untuk mengangkat seorang anak adalah karna belum mempunyai anak, adanya harapan atau
kepercayaan akan mendapatkan anak setelah mengangkat anak atau sebagai pancingan, masih
ingin menambah anak dari anak yang lain jenis dari anak yang telah di punyai, untuk dipakai
1
Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, 2012, Jakarta: Sinar Grafika, hal.1.
1
sebagai teman untuk anak tunggal yang sudah ada, karna belas kasihan terhadap anak
Peraturan yang mengatur mengenai pengangkatan anak dengan bertujuan melindungi dan
3. SEMA No. 6 Tahun 1983 sebagai penganti SEMA No. 2 Tahun 1979 tentang Prosedur
Sejak zaman dahulu telah dilakukan pengangkatan anak dengan cara dan motivasi yang
berbeda-beda, sesuai dengan sistem hukum dan perasaan hukum yang hidup serta
hukum maka pengangkatan anak harus melalui proses hukum, dengan adanya penetapan
kepastian hukum bagi anak agkat maupun bagi orang tua angkat.
2
M.Budiharto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum, 1985, Jakarta: Akademika Pressindo, hal.9-10.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penulisan ini, adalah :
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi dalam proses
pengangkatan anak.
Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengangkatan anak (adopsi) adalah suatu tindakan mengambil anak orang lain untuk
ketentuan yang disepakati dan sah menurut hukum yang berlaku di masyarakat yang
bersangkutan.3
anak untuk dijadikan anak sendiri, atau secara umum berarti mengangkat seseorang dalam
pada faktor hubungan darah. Adopsi harus dibedakan dengan pengangkatan anak dengan
Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan anak dari
lingkungan kekuasaan orangtua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas
orangtua angkat.5
Menurut M. Budiarto pengangkatan anak dalam hukum islam hanya dapat dibenarkan
1. Tidak memutus hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandung dan
keluarganya.
3
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Ed. 1. Cet. 2, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1989), hlm. 44.
4
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989, hlm. 52.
5
Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, PP Nomor 54 Tahun 2007, LN Tahun 2007
Nomor 123, TLN Nomor 4768, pasal 1 angka ke 5.
4
2. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya, melainkan
tetap sebagai ahli waris dari orang tua kandungnya, demikian juga orang tua angkatnya
tidak berkedudukan sebagai pewaris dari anak angkatnya.
3. Anak angkat tidak boleh menggunakan nama orang tua angkatnya secara langsung,
kecuali sekedar sebagai alamat atau tanda pengenal diatas.
4. Orang tua angkatnya tidak bertindak sebagai wali dalam perkawinan anak angkatnya.6
Dalam pengangkatan anak dibuat surat perjanjian pengangkatan anak. Surat perjanjian
pengangkatan anak adalah surat yang dibuat oleh kedua belah pihak yakni antara pihak orang
tua kandung dan pihak orang tua angkat. Isi suratnya adalah tentang hak dan kewajiban untuk
kedua belah pihak. Dengan adanya surat perjanjian tersebut sah di mata hukum dan memiliki
kekuatan hukum yang kuat. Sehingga apabila ada masalah dikemudian hari dapat
diselesaikan secara hukum yang berlaku. Surat perjanjian pengangkatan anak ini penting
sekali agar pihak orang tua kandung tidak bisa mengambil kembali anaknya yang sudah
diserahkan dengan pihak orang tua angkat. Secara faktual telah diakui bahwa pengangkatan
anak telah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat di Indonesia dan telah merambah dalam
praktek melalui Lembaga Peradilan Agama bagi yang beragama islam dan Lembaga
5
Syarat anak yang akan diangkat menurut Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2007 tentang
Pasal 12
(2) Usia anak yang Usia anak angkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
b. Anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan belum berusia 12 (dua belas) tahun,
c. Anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai dengan belum berusia 18 (delapan belas)
b. Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima)
tahun;
d. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan;
6
f. Tidak merupakan pasangan sejenis
g. Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak;
i. Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak;
l. Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam) bulan, sejak izin
Tata cara pengangkatan anak telah diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Adapun
7
g. Surat keterangan sehat jasmani dan berdasarkan keterangan dari dokter pemerintah.
h. Surat keterangan sehat secara mental berdasarkan keterangan dokter psikiater.
i. Surat keterangan penghasilan dari tempat calon orang tua angkat bekerja.
2. Permohonan izin pengangkatan anak diajukan pemohon kepada dinas sosial/instansi sosial
propinsi/kabupaten/kota dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ditulis tangan sendiri oleh pemohon di atas kertas bermaterai cukup
b. Ditandatangani sendiri oleh para pemohon (suami-istri)
c. Mencantumkan nama anak dan juga asal usul anak yang akan diangkat.
d. Dalam hal calon anak angkat tersebut sudah berada dalam asuhan keluarga calon orang
tua angkat dan tidak berada dalam asuhan organisasi sosial, maka calon orang tua
angkat harus dapat membuktikan kelengkapan surat-surat mengenai penyerahan anak
dan orang tua/wali keluarganya yang sah kepada calon orang tua angkat yang disahkan
oleh instansi sosial tingkat kabupaten/kota setempat, termasuk surat keterangan
kepolisian dalam hal latar belakang dan data anak yang diragukan (domisili anak
berasal).
3. Proses penelitian kelayakan.
4. Sidang Tim Pertimbangan Izin Pengangkatan Anak (PIPA) Daerah.
5. Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial / Instansi Sosial Propinsi / Kabupaten / Kota bahwa
calon orang tua angkat dapat diajukan ke Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama untuk
mendapatkan ketetapan sebagai orang tua angkat. Pengadilan yang dimaksud adalah
Pengadilan tempat anak yang diangkat tersebut berada (berdasarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 6 tahun 1983 tentang Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2
Tahun 1979 mengenai pengangkatan anak). Untuk Pengadilan Agama dapat mrmberikan
penetapan anak berdasarkan Hukum Islam berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Peradilan Agama.
BAB III
8
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syarat dalam pengangkatan anak diatur dalam Pasal 12 dan 13 Peraturan Pemerintah No.54
Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, dijelaskan bahwa ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi oleh calon orangtua, jadi tidak serta merta langsung bisa membawa anak
pulang ke rumah, namun calon orang tua harus memenuhi syarat tersebut terlebih dahulu, hal
tersebut dilakukan agar anak jatuh pada tangan yang tepat, karna anak memiliki hak untuk
Adapun Tata cara pengangkatan anak telah diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dimana hal
tersebut dilakukan dengan cara mengajukan sebuah permohonan kepada instansi sosial
3.2 Saran
Dalam pengangkatan anak memang harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku,
untuk menghindari permasalahan-permasalahan yang timbul dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
9
Buku :
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Ed. 1. Cet. 2, 1989, Jakarta: Akademika Pressindo
M.Budiharto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum, 1985, Jakarta: Akademika
Pressindo
Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, 2012, Jakarta: Sinar Grafika
Soerjono Soekanto, Intisari Hukum Keluarga, 1989, Bandung: Citra Aditya Bakti
Undang-Undang :
Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, PP Nomor 54 Tahun 2007, LN
Tahun 2007 Nomor 123, TLN Nomor 4768, pasal 1 angka ke 5.
10