JURNAL
Oleh
ABSTRACT
Adoption is a legal act which transfers a child from their parents’ authority,
legal guardian, or other people who are liable for their caring, education and raising
the child in to an adopted family. It is no longer a strange thing in today’s Indonesian
society because adopting child has been frequently done in Indonesia.The results of
the research demonstrate that the factors that encourage child adoption in
Mandailing community in Panyabungan Utara Subdistrict is to pass on and maintain
a lineage of the family who does not have any biological child, to maintain marital
bond so that a divorce can be prevented. However, the motivation of child adoption
has been developed today; it is now done to provide the adopted child prosperity.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempunyai anak merupakan tujuan dari adanya perkawinan untuk
menyambung keturunan serta kelestarian harta kekayaan. Mempunyai anak adalah
kebanggaan dalam keluarga. Namun, demikian tujuan tersebut terkadang tidak dapat
tercapai sesuai dengan harapan. Beberapa pasangan hidup, tidaklah sedikit dari
mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh keturunan. Sedang keinginan untuk
mempunyai anak nampaknya begitu besar. Sehingga kemudian di antara pasangan
suami istri ada yang mengangkat anak.1
Pengangkatan anak sebenarnya bukanlah merupakan suatu hal aneh bagi
masyarakat Indonesia karena tujuan dan akibat hukum pengangkatan anak ini sangat
1
Rahma Amir, Kedudukan Anak Angkat Dalam Hak Waris Pada Masyarakat Islam Di Kota
Palopo (Relevansinya Pada Pengadilan Agama Palopo), IAIN Palopo, 2016, h. 176.
WAHDAH NORA HARAHAP |3
penting dalam kehidupan masyarakat baik sebagai suatu cara untuk meneruskan
keturunan, maupun sebagai perwujudan dari perasaan kasihan. Pengangkatan anak
akan menimbulkan akibat hukum baik terhadap anak yang diangkat maupun bagi
orang yang mengangkat.
Hukum yang mengatur pengangkatan anak tersebut dalam kitab undang-
undang hukum perdata, kita tidak menemukan ketentuan yang mengatur masalah
adopsi atau pengangkatan anak, yang ada hanya ketentuan tentang pengakuan anak
diluar kawain, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan hukum mengenai
pengangkatan anak dapat berpedoman kepada :
1. Hukum Tertulis
a. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1979 Tentang Pengangkatan
Anak bahwa pengangkatan anak menurut pengamatan Mahkamah Agung
permohonan pengesahan pengangkatan anak yang diajukan kepada
Pengadilan Negeri yang kemudian diputus tampak kian hari kian bertambah.
Keadaan tersebut merupakan gambaran bahwa kebutuhan akan pengangkatan
anak dalam masyarakat makin bertambah dan dirasakan bahwa untuk
memperoleh jaminan kepastian hukum itu hanya didapat setelah memperoleh
suatu keputusan pengadilan.
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak pada
Pasal 12 ayat (3) Pengangkatan anak dilakukan untuk kepentingan
kesejahteraan anak yang dilakukan di luar adat dan kebiasaan, dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.
c. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Penyempurnaan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979 menyatakan bahwa
pengangkatan anak warga negara Indonesi oleh oranga Asing hanya dapat
dilakukan dengan suatu penetapan pengadilan negeri.
d. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 1989 tentang Pengangkatan
Anak yakni mengatur mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang
tua angkat dalam melakukan pengangkatan anak.
WAHDAH NORA HARAHAP |4
2
Hotmariani Simbolon, Pengangkatan Anak dan Akibat Hukumnya Terhadap Harta Benda
Perkawinan Orang Tua Angkat (Kajian Pada Masyarakat Batak Toba di Medan), Tesis Program
Pasca Sarjana USU, Medan, 2001, h. 1.
3
B.Bastian Tafal,1983, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat Akibat
Dikemudian Hari, Cv. Rajawali, Jakarta,h. 45
4
Hilman,Hadikusuma,2003, Hukum Waris Adat, Pt. Citra Aditya Bakti,Bandung, h. 80
5
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, h. 80.
WAHDAH NORA HARAHAP |6
Struktur adat Mandailing dikenal dengan apa yang disebut Dalihan Natolu
atau tiga kelompok masyarakat yang merupakan tumpuan yang terdiri dari Kahanggi,
Anak Boru dan Mora. Ketiga unsur (kelompok) ini mempunyai fungsi dan kedudukan
yang berbeda-beda satu sama lain.Perkawinan yang terjadi pada masyarakat
Mandailing tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan, guna agar dapat
meneruskan marga, namun tidak tidak dapat disangkal adapula keluarga tertentu yang
pada kenyataannya tidak dapat mempunyai keturunan. Oleh karena itu umumnya
mereka melakukan pengangkatan anak sebagai kelangsungan keluarga sebagai
penerus keturunan. Sebagaimana keseluruhan masyarakat Mandailing menganut
agama islam, bahwa didalam agama islam sendiri tidak ada larangan mengenai
pengangkatan anak. Oleh karena itu pada masyarakat Mandailing saat ini telah
banyak melakukan pengangkatan anak. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan
penelitian dengan judul: “Analisis Yuridis Kedudukan Anak Angkat Ditinjau Dari
Hukum Adat Mandailing Di Kecamatan Panyabungan Utara”
Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya pengangkatan anak pada
masyarakat Mandailing di Kecamatan Panyabungan Utara?
2. Bagaimana syarat-syarat dan proses pengangkatan anak pada masyarakat
Mandailing dikecamatan Panyabungan Utara?
3. Bagaimana akibat hukum pengangkatan anak terhadap hak dan kewajiban di
keluarga angkat pada masyarakat Madailing dikecamatan Panyabungan Utara?
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini
ialah:
1. Untuk mengetahui menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
pengangkatan anak pada masyarakat Mandailing di Kecamatan Panyabungan
Utara.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis syarat-syarat dan proses pengangkatan anak
pada masyarakat Mandailing dikecamatan Panyabungan Utara.
WAHDAH NORA HARAHAP |7
kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok
permasalahan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir
yang dimulai dari yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan pada hal-hal
yang khusus.
III. Hasil Penelitian
Faktor pengangkatan anak pada masyarakat adat di Kecamatan
Panyambungan Utara
9
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Aisah (orang tua angkat) di Desa Mompang Julu, tanggal
24 Nopember 2017.
10
Hasil wawancara dengan Rudi Silaban (Orang Tua angkat) di Desa Hutadame, tanggal 10
Nopember 2017.
WAHDAH NORA HARAHAP |9
diberikanlah anak tersebut kepada keluarga atau orang lain yang belum atau tidak
mempunyai anak dengan harapan anak yang bersangkutan akan selalu sehat dan
panjang usia.11Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa selain faktor
pemancing dan memberikan berkat juga pengangkat anak terdapat juga faktor
kepercayaan dimana pengangkatan anak dapat memberikan kesembuhan dari
penyakit anak yang diangkat.
Belas kasihan juga dibutuhkan terhadap anak yang tidak mempunyai orang tua
(yatim piatu). Berdasarkan kemanusiaan seharusnya adopsi terhadap anak yatim piatu
merupakan suatu kewajiban moral bagi orang memiliki kemampuan lebih untuk
menafkahi anak yatim piatu.12Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa dalam
pandangan masyarakat adat bahwa pengangkatan anak merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk kemanusiaan.
Syarat untuk dapat melaksanakan pengangkatan anak dalam masyarakat adat
berbeda-beda, tetua adat menyebutkan disebabkan banyaknya pembagian suku itu
sendiri. Di dalam penelitian ini khususnya pada masyarakat Mandailing mengikuti
adat istiadat dari daerah Sipirok, pasalnya pada zaman nenek moyang Mandailing
tersebut berasal dari Sipirok, dari awal mula nenek moyang Mandailing tersebutlah
adanya adat istiadat yang diturunkan kepada masyarakat setempat. Masyarakat
Mandailing mayoritas menganut agama islam, ada juga sebagian yang beragama
kristen, sehingga dalam pelaksanaan pengangkatan anak berbeda pula sesuai agama
yang dianut.
Pengangkatan anak yang dilakukan oleh masyarakat adat Mandailing di desa
Mompang Julu yang mayoritas menganut agama Islam, maka pengangkatan anak
dilakukan dengan upacara yang memicu pada aturan adat disertai dengan mengisi
acara pengajian dengan tujuan agar dalam pengangkatan anak tersebut di ridhai oleh
Allah SWT dengan maksud yang bermanfaat bagi kehidupan keluarganya serta
11
Hasil wawancara dengan Rudi Silaban (Orang Tua angkat) di Desa Hutadame, tanggal 10
Nopember 2017.
12
Hasil wawancara dengan Emil Sulaiman Nasution (Pengetua Adat) Mandailing, tanggal 24
Juli 2017.
WAHDAH NORA HARAHAP |10
13
Hasil wawancara dengan Ibu Nuriyah (Orang Tua Angkat), pada tanggal 24 Juni 2017.
14
Ibid
WAHDAH NORA HARAHAP |11
mengangkat anak tersebut. Dan biasanya dilakukan pembelian marga yang sama
dengan orang tua yang mengangkatnya.
Kedudukan anak angkat menurut hukum adat adalah tetap sebagai anak yang
sah dengan tidak memutuskan hubungan darah dengan orang tua kandungnya sesuai
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007. Di dalam keluarga masyarakat
Mandailing peran laki-laki lebih dominan daripada anak perempuan sebab adat
Mandailing menganut sistem kekerabatan patrilineal, anak laki-laki merupakan
penerus keturunan ataupun marga dalam silsilah keluarga. Anak laki-laki sangat
berarti kehadirannya dalam suatu keluarga.
Orang Tua Asal yang menyerahkan anak kandungnya untuk diangkat oleh
orang lain, maka putuslah hubungan antaraorang tua asal dengan anaknya, jadi juga
putuslah hubungan hukum antara kerabat orang tua asal dengan anak tersebut dan
hapuslah segala hak dan kewajiban yang di sedianya ada atau akan ada karena
perhubungan itu.
Orang tua asal kemudian tidak lagi mempunyai kekuasaan orang tua terhadap
anak tersebut, selanjutnya ia kehilangan hubungan waris- mewariskan dengan anak
tersebut, serta kehilangan hak dan kewajiban lain yang sedianya ada dari
perhubungan orang tua asal dengan anak kandungnya. 15Anak yang sudah diadopsi
orang lain mengakibatkan hubungan dengan orang tua kandungnya menjadi putus.
Seorang anak telah diangkat oleh orang tua angkatnya, maka akan timbul
akibat hukum dari perbuatan pengangkatan (adopsi) tersebut. Contoh pada hukum di
Indonesia, bila seorang anak telah diangkat oleh keluarga angkatnya, maka anak
tersebut akan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama seperti anak kandung.
Masyarakat Panyabungan Utara pada dasarnya mengangkat anak dengan
alasan untuk meneruskan keturunan (marga) dan mempererat tali persaudaraan
dimana anak tersebut dipelihara, dibesarkan seperti anak kandung dan memberikan
pendidikan yang sama baik kepada anak angkat dan anak kandung tanpa membeda-
15
Rusli Padika,2014,Hukum Pengangkatan Anak, Sinar Grafika,Jakarta, h.54
WAHDAH NORA HARAHAP |12
bedakan antara anak angkat dan anak kandung. 16 Dengan demikian anak angkat telah
diberikan haknya sebagai anak dimana mereka di sekolahkan dan di biayai
kehidupanya serta di didik seperti anaknya sendiri. Maka anak angkat memiliki
kewajiban terhadap orang tua angkat seperti orang tua kandungnya.
Sehubungan dengan adanya hak dan kewajiban dari anak angkat, dalam
penjelasan diatas, kedudukan anak angkat terhadap orang tua angkat mempunyai
kedudukan sebagai anak sendiri atau kandung. Anak angkat berhak atas hak mewaris
dan keperdataan.
16
Hasil Wawancara Dengan Bapak Abdul Rasad (Kepala Desa Torbanuaraja), tanggal 08
Nopember 2017.
WAHDAH NORA HARAHAP |13
angkat juga berhak mewarisi harta orang tua angkatnya namun mengenai jumlah
bagian anak angkat sesuai dengan kesepakatan keluarga yang melakukan
pengangkatan anak.
Saran
1. Terhadap faktor-faktor yang melatarbelakangi pengangkatan anak pada
masyarakat adat Mandailing di Kecamatan Panyambungan Utara, maka sebaiknya
pengangkatan anak tersebut apabila sudah dilakukan melalui adat sebaiknya
didaftarkan kembali ke Pengadilan agar anak angkat memiliki jaminan kepastian
hukum.
2. Mengingat pengangkatan anak yang dilakukan secara adat dikalangan masyarakat
Mandailing di Kecamatan Panyabungan Utara adalah sah menurut hukum adat
namun perlu dipertegas jugamelalui penetapan pengadilan tentang pengangkatan
anak yang dilakukan secara adat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.
3. Mengingat anak angkat yang diangkat melalui proses pengangkatan anak menurut
hukum adat Mandailing dipersamakan dengan anak kandung sama-sama
mendapatkan hak waris yang sama, maka kedudukan anak angkat tersebut perlu
dipertegas melalui penetapan pengadilan, agar anak angkat yang diangkat melalui
adat memiliki jaminan kepastian hukum yang kuat.
WAHDAH NORA HARAHAP |15
V. Daftar Pustaka
Amir,Rahma, Kedudukan Anak Angkat Dalam Hak Waris Pada Masyarakat Islam Di
Kota Palopo (Relevansinya Pada Pengadilan Agama Palopo), IAIN Palopo,
2016.
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Hadikusuma,Hilman, Hukum Waris Adat, Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
Rusli Padika, Hukum Pengangkatan Anak, Sinar Grafika,Jakarta, 2014.
Susanti, Dyah Ochtorina dan A’aan Efendi, Penelitian Hukum (Legal Research),
Sinar Grafika, Jakarta, 2014.