Anda di halaman 1dari 7

1.

Latar Belakang
Suatu ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai pasangan suami dan istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pengertian perkawinan. 1
Selanjutnya Keluarga terdiri bapak, ibu dan anak.
Keinginan memiki anak bagi pasangan suami istri merupakan cita-cita setiap
pasangan suami istri dengan tujuan anak tersebut dapat mengangkat drajat orang
tuanya. Tetapi terdapat juga pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun akan tetapi
belum dikaruniai anak, sehingga memilih untuk mengangkat anak atau dalam bahasa
medisnya “mengadopsi”. Mengadopsi adalah mengambil (mengangkat) atau
mengambil anak dari orang lain secara sah menjadi anak dalam keluarga. 2 Mengadopsi
anak sendiri sering kita jumpai disekeliling kita bahkan merupakan kebutuhan dalam
masyarakat dan merupakan bagian dari sistem hukum kekeluargaan kerena
menyambung kepentingan orang perorangan dalam anggota keluarga. Mengadopsi anak
di Indonesia terdapat dalam UU Hukum Perdata, Hukum Islam dan Hukum Adat.
Minatnya mengadopsi anak di masyarakat bukan lagi hal yang tabu dalam
lingkungan masyarakat di Indonesia, begitu pula dalam masyarakat kambung bugis,
kelurahan kamalaputi, kecamatan kota, kebupaten sumba timur. Tetapi dalam
prakteknya masih cukup banyak masyarakat yang belum paham mekamisme
mengangkat anak malaui jalur hukum sehingga katidaktahuan konsep hak dan
kewajiban dari anak angkat dan orang tua angkatnya dapat tercipta.
Masih cukup banyak anak angkat yang belum mengerti tentang hak pewarisannya
atas orang tua angkatnya. Contohnya masih terdapat anak angkat yang beranggapan
bahwa dirinya memiliki hak waris yang sama dengan anak kandung orangtua
angkatnya.
Data yang tercatat dalam Pengadilan Agama Waingapu sejak tahun 2016-2021
terdapat 1 (satu) kasus terkait pengangkatan anak yang terjadi di Kebupaten Sumba
Timur. Data tersebut membuktikan bahwa banyaknya anak angkat dalam keluaga
beragama islam di kebupaten sumba timur yang malakukan pengangkatan anak tidak
melalui jalur hukum. Sehingga tidak menutup kemungkinan kekeliruan hadir terhadap
kewajiban dan hak dari anak angkat dan orang tua angkatnya.
Pengangkataan anak dilakukan dengan tujuan yang berbeda beda salah satunya
seperti ingin mengangkat anak dengan tujuan anak tersebut menjadi umpan pasangan
suami istri untuk mendapatkan anak kandung. Tindakan tersebut sering dilakukan
pasangan suami istri sebagai alasan untuk mengangkat anak.
Pendangan Majelis Ulama yang dilahirkan dari rapat kerja nasional majelis ulama
indonesia tahun 1984 yang berjalan pada bulan jumadil akhir 1405 hijriyah/ maret 1984
memfatwakan mengenai mengangkat anak menjadi :
a. Agama Islam melegalkan keturunan (nasab) yang absah, yaitu anak yang hadir dari
perkawinan (pernikahan).
b. Mengadopsi anak dengan pandangan anak itu putus hubungan keturunan (nasab)
dengan orang tua kandungnya yaitu bertentangan dengan syari’ah Islam.
1
UU Republik Indonesia No. 1 Thn 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1 Ayat 1
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia

1
c. Mengenai mengadopsi anak karena tidak mengubah martabat nasab dan agamanya,
dilaksanakan atas rasa tanggung jawab sosial untuk merawat, mengurus dan
membimbing mereka dengan cukup belas kasih, seperti anak kandung merupakan
kelakuan yang mulia dan termasuk amal saleh yang diteruskan bagi agama Islam.
d. Mengadopsi anak indonesia yang oleh warga negara asing kecuali berbenturan
dengan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945, juga menurunkan kualitas bangsa.3
Dalam islam mengangkat anak tidak boleh memutuskan hubungan nasab maupun
mengubah status nasab dan agamanya.
Berbicara mengenai anak angkat tidak terlepas dari hak dan kewajiban dari anak
angkat maupun orang tua angkatnya yang telah tercantum pada undang-undang Nomor
23 Thn 2002 BAB III dan Pasal 26 tentang Perlindungan Anak. Berlandaskan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia tahun 1984, mengangkat anak cuma sebatas tanggung jawab
sosial, semacam membiayai kebutuhan hidup, pendidikan dan pengasuhan. Orang tua
angkat dilarang untuk melerai anak yang diadopsi dengan orangtua kandungnya. Dan
tidak boleh pula untuk menyembunyikan eksitensi orang tua kandungnya. Seorang anak
angkat juga tidak boleh menyatakan orang tua angkatnya sebagai orang tua kandung. 4
Oleh karena itu, anak yang diangkat tidak boleh dihilangkan hak dan kewajibannya
baik dari orang tua kandung maupun dari orangtua angkatnya.
Diindonesia mengadopsi anak telah diatur tententang tata cara mengadopsi anak
seperti yang termuat dalam peraturan perpu Nomor 23 Thn 2002 pasal 39-41 Tentang
Perlindungan Anak. Sementara itu dalam hukum islam tata cara mengangkat anak
sebagai berikut :
a. Nasab anak tetaplah pada orangtua kandungnya
b. Menuntun, bertanggung jawab dan memelihara dengan baik pada anak angkat
c. Hak perwalian nikah
d. Kemahraman antara anak dan keluarga angkat
e. Anak angkat tidak mendapatkan warisan.5
adapun mengadopsi anak dengan melalui jalur hukum yaitu persidanagan agar anak
tersebut mempunyai kepastian hukum dan adapun mengadopsi anak tanpa
menggunakan jalur hukum bahkan sering terjadi mengadopsi anak dengan cara
membeli anak tersebut dengan menggunakan uang berapun apabila anak tersebut sering
mengalami sakit-sakitan. Hal magis ini dapat kita jumpai di beberapa daerah tertentu.
Dalam Negara Indonesia terdapat 2 badan hukum (lembaga peradilan) yang
mengatur tentang pegangkatan anak, yaitu pengadilan agama, sebagaimana yang
termuat dalam penjelasan Pasal 49 Huruf a Angka 20 UU No. 3 Thn 2006 perubahan
atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yaitu:
“Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,memutus dan
menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang orang yang beragama

3
Salahuddin, 2017, “Analisis Yuridis Kewajiban Anak Angkat Untuk Memelihara Orang Tua Angkat”,
Medan: Universitas Sumatera Utara, 87.
4
https://www.republika.co.id/berita/qv434a320/perkara wajib diperhatikan dalam adopsi anak menurut
islam. dikutip pada 08, agustus 2022.
5
https://dalamislam.com/info islami/tata cara adopsi anak dalam islam dikutip pada 08 agustus 2022.

2
Islam,salah satunya dalam bidang perkawinan termasuk penetapan asal usul
seorang anak dan penetapan pegabgkatan anak berdasarkan hukum Islam”.
Ketentuan ini berlaku untuk orang-orang Islam, sedangkan bagi mereka yang non
muslim pengangkatan anak dapat dilakukan di Pengadilan Negeri.6
Mengadopsi anak akan melahirkan konsekuensi yuridis, apalagi membahas anak
dalam rana keluarga. Karena anak akan mewarisi peninggalan orangtuanya ketika
orangtuanya telah meninggal dunia. Dibeberapa daerah masih terdapat kekeliruan
dalam mewarisi harta peninggalannya terhadap anak kandung dan anak angkat.
Beberapa keluarga masih beranggapan bahwa hak waris anak angkat setara dengan hak
waris anak kandung. Tetapi pada kenyataannya anak angkat yang sah atau anak angkat
yang memiliki kepastian hukum sekali pun berbeda hak warisnya dengan anak kandung
dalam memperoleh warisan dari orangtuanya. Untuk itu penulis tertarik untuk
melakukan penilitian dan kajian hukum yang berjudul : Tinjauan Yuridis HakAnak
Angkat Dalam Pewarisan Berdasarkan Hukum Waris Islam. (Studi Kasus Kampung
Bugis Kelurahan Kamalaputi Kecamatan Kota Kebupaten Sumba Timur). Karena
mayoritas masyarakat kambung bugis memeluk agama islam untuk itu penulis tertarik
melakukan penelitian terkait hak anak angkat dalam pewarisan berdasarkan hukum
islam.
Sehingga dalam pemahaman mewarisi peninggalan orangtua pada anak angkat
dan anak kandung agar terciptanya keadilan dan tidak mengalami kekeliruan
berdasarkan hukum waris islam. Dengan melalui penggunaan hukum islam, kompilasi
hukum islam dan hukum perdata menjadi dasar. Diharapkan agar tercapainya keadilan
dalam pewarisan antara anak kandung dan anak angkat dalam masyarakat kampung
bugis kelurahan kamalaputi kecamatan kota kebupaten sumba timur.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep hak waris dari anak angkat menurut Hukum Islam yang berlaku
di Indonesia ?
2. Apakah anak angkat yang berada di derah kampung bugis dapat menerima waris
dari orang tua angkatnya?
3. Tujuan Penelitian
Sehubungan akan pembahasan yang telah dibahas diatas, adapun juga tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui Bagaimana konsep hak waris dari anak angkat menurut hukum
islam yang berlaku di Indonesia?
2. Untuk mengetahui apakah anak angkat yang berada di daerah kampong bugis dapat
menerima waris dari orang tua angkatnya?
4. Manfaat Penelitian
Sekiranya hasil penelitian ini bisa bermanfaat baik itu secara teoritis maupun
praktis.
1. Secara teoritis

6
Sandra Gunawan, 2018/2019,”status kewarisan anakangkat di tinjau dari hukum islam”,Jambi:
universitas islam negeri sultan thaha saifuddin jambi.

3
a. Dapat memberikan kontribusi terhadap pemikiran dalam hukum keluarga tentang
hak waris anak angkat berdasarkan hukum waris islam dan hukum yang terkait
maupun teori-teori yang ada.
b. Diharapkan menjadi referensi bagi para pelaku pengangkataan anak kususnya
bagi yang beragama islam
c. Menawarkan jalan keluar yang lebih komprehensif bagi permasalahan dan
hambatan dalam pewarisan anak angkat.
2. Secara Praktis
Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca dalam persoalan dalan hak
waris anak angkat berdasarkan hukum waris islam dan diharapkan hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan umtuk masyarakat
terkhususnya dalam pelaksanaan hukum kewarisan Islam.
5. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam suatu penelitian.
Bagaimanapun, tujuan dilakukan penelitian ialah agar dapat memecahkan suatu
permasalah yang akan diteliti. Untuk dapat memecahkan permasalahan, tentu sangat
tergantung pada pilihan metode penelitiannya. Dalam metode penelitian itu sendiri pada
intinya berkaitan dengan cara memperoleh data.7 “Metode penelitian ialah hal yang
penting dan merupakan Blueprint penelitian, yang artinya ialah segala gerak dan
aktivitas penelitian yang tercermin di dalam metode penelitian” tegas Mamudji.
sehingga posisinya ialah menjelaskan seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam rangka menjawab akan untuk membuktikan asumsi yang
dikemukakan atau pokok-pokok permasalahan”.8
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum ini yaitu normatif-empiris (terapan), yang merupakan
penelitian terhadap ketentuan ketentuan hukum positif (perundangundangan) dan
dokumen tertulis secara In Action (faktual) dalam mengkaji pelaksanaan atau
implementasi terhadap suatu peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
masyarakat.9 Untuk itu tujuan dari penelitian ini yaitu agar dapat memastikan
apakah hasil penerapan hukum dalam suatu peristiwa hukum sudah sesuai atau
tidak dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pendekatan Penelitian
Dalam pendekatan penelitian ini sangat diperlukan untuk suatu metode
penelitian yang dimana dalam penelitian hukum normatif-empiris berfokus pada
norma hukum dan penerapan hukum dalam masyarakat.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan dalam penelitian ini
berdasarkan pada pendekatan:
a. Pendekatan undang-undang (statute approach)
Dalam metode penelitian hukum, pendekatan undang-undang ini dilakukan
dengan cara “menelaah dan menganalisis semua undang-undang dan regulasi

7
Bachtiar, “metode penelitian hukum”, Unpam Press, UniversitasPamulang, Jl.SuryaKencana No.1,
Pamulang I TangerangSelatan I Banten, Januari 2019, h. 128-129
8
Ibid h 197
9
Muhaimin, “metodepenelitian hukum” ,Mataram University Press, juni 2020, h. 115

4
yang terkait dengan permasalahan hukum yang hendak teliti”.10 Tujuan dari
pendekatan ini untuk dapat mengetahui pemikiran dasar dari undang-undang
yang berlaku dalam masyarakat apakah sesuai atau tidak dalam implikasinya
b. Pendekatan konseptual (conceptual approach)
Pendekatan konseptual berpijak dari pandangan pandangan dan doktrin yang
berkembang dalam ilmu hukum.11 Pemahaman atas pandangan pandangan dan
doktrin tersebut merupakan dasar bagi peneliti dalam membangun suatu
pandangan hukum untuk memecahkan permasalahan hukum yang hendak
diteliti.
c. Pendekatan Sosiologi Hukum
Dalam pendekatan sosiologi bertujuan untuk menganalisis mengenai
bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika suatu sistem norma itu
bekerja di dalam masyarakat.12 Tujuan dari pendekatan sosiologi hukum pada
intinya bertujuan untuk mengkaji hukum dalam konteks social. Sehingga dalam
bekerjanya hukum tidak terlepas dari realita social dimana hukum itu tumbuh.
c. Sumber Data
Pada penelitian ini sumber data yang akan dipakai oleh peneliti dalam
merupakan sumber data Primer dan Sekunder.
a. Data Primer
Data primer didapatkan secara langsung melalui studi lapangan kehidupan
masyarakat yaitu dengan cara wawancara, pengamatan dan kuesioner.
b. Data Sekunder
1. Bahan hukum primer berupa perpu yang dipakai peneliti untuk penelitian.
2. Bahan Hukum Sekunder
Menjelasan mengenai bahan hukum primer, buku, surat kabar, majalah,
jurnal hukum, artikel, kamus, jurnal maupun skripsi terdahulu yang
didapatkan secara offline maupun online yang berhubungan dengan hak
waris anak angkat yang berdasarkan hukum waris islam.
d. Metode Pengumpulan Data
Syafrizal Helmi Situmorang data adalah kumpulan informasi atau nilai yang
didapatkan dari hasil observasi (pengamatan) suatu bahan. Jadi menurutnya data
cuma diperoleh dari hasil observasi (pengamatan) objek saja. KBBI
mendefinisikan data sebagai tafsir atau bahan nyata yang dapat digunakan sebagai
landasan kajian untuk membuat analisis dan kesimpulan. Sehingga dalam kegiatan
penelitian data yang didapatkan dari hasil observasi maupun keterangan secara
nyata atau sumber lain yang dapat dipercaya wajib berupa fakta.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002) menjelaskan data Penelitian adalah semua
bentuk fakta dan angka yang bisa dijadikan bahan untuk menata suatu informasi.
Sehingga fakta dalam bentuk apapun nantinya bisa dijdikan data untuk penelitian,
dan sumbernya sendiri bisa dari sumber manapun yang dapat terpercaya. Sehingga
dalam penelitian fakta dan angka yang di dapatkan dri sumber yang terpercaya
10
Op.Cit. Bachtiar, h. 82
11
Op.Cit Munaimin. H. 57
12
Ibid, h. 87

5
dapat dijadikan sebagai bahan penyusunan data untuk penelitian. Dalam penelitian
ini jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data yang bersifat primer dan data yang
bersifat sekunder.
1. Data Bersifat Primer
Data primer dari penelitian ini diperoleh melalui konsioner dan wawancara.
Menurut kbbi, arti kata konsioner yaitu alat riset atau survei yang terdiri atas
serangkaian pernyataan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari
kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau melalui pos.
Wawancara menurut kbbi yaitu tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan
sebagainya) yang dibutuhkan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya
terhadap suatu hal, untuk dimuat disurat kabar, disiarkan melalui radio, atau
ditayangkan pada layar televisi.
Pengumpulan data melalui wawancara ini dilakukan hanya untuk cek silang
(cross check) atas kuesioner yang telah dikumpulkan/diterima. Wawancara
hanya dilakukan terhadap narasumber yang dipilih yang selanjutnya disebut
pemberi informasi, masyarakat sebagai responden dalam hal ini yang
mengangkat anak melalui jalur persidangan maupun diluar jalur persidangan.
2. Data Bersifat Sekunder
Data sekunder didapatkan melalui mempelajari dan mengkaji bahan-bahan
kepustakaan atau literatur yang berupa bahan-bahan hukum baik bahan hukum
primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan tinjauan yuridis
hak anak angkat dalam pewarisan berdasarkan hukum waris islam. Yang
didapatkan dari buku, jurnal, internet, atau kamus.
e. Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengelolaan data dilakukan dengan melakukan dengan
cara membagikan konsioner kemudian melakukan wawancara kepada narasumber
terpilih untuk menyingkronkan konsioner agar mendapatkan informasi yang akurat
kemudian menyingkronkan dengan hak waris anak angkat menurut hukum islam.
Sehingga memperoleh penelitian yang sistematis secara logis untuk memperoleh
gambaran umum dan jawaban dari hasil penelitian.
f. Metode AnalisisData
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu secara kuantitatif
(menguraikan data dalam bentuk rumusan angka dan tabel) dan secara kualitatif
(menguraikan data secara kualitas dan komprehensif dalam bentuk logis, kalimat
yang teratur, tidak adanya tumpang tindih dan efektif untuk memudahkan
pemahaman dan interpretasi data).

6. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian
Bab 2 Tinjauan Pustaka

6
Pengertian jenis waris dalam hukum islam berdasarkan :
a. hubungan darah,
b. wasiat.
Bab 3 Metode Penelitian
Pada bab ini memuat mengenani jenis penelitian yang digunakan untuk menelaah
permasalahan yang ditulis oleh penulis.
Bab 4 Pembahasan
1.1. Konsep waris
4.1.1 Pengertian waris menurut hukum islam
4.1.1.1 pewaris
4.1.1.2 ahli waris
4.1.1.3 objek waris
4.1.2 Siapa saja yang punya hak mendapat warisan
4.1.3 Besarnya pembagian hak waris anak
4.1.3.1 Anak kandung
4.1.3.2 Anak angkat
1.2. Hak waris anak angkat di kampung bugis menurut kompilasi hukum islam
4.2.1 Gambaran kampung bugis
Bab 5 Penutup
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian sebagai buah yang dihasilkan dan juga berisi
tentang saran yang direkomendasikan oleh penulis atas masalah yang dikaji.

Anda mungkin juga menyukai