Oleh:
Anjas Riyantoni
Email : riyantonianjas@gmail.com
(Program StudiAhwal Al-Syakhsyiyyah,, IAIM Nu Metro Lampung)
ABSTRAK
Secara naluri insani, setiap pasangan suami isteri berkeinginan untuk
mempunyai anak, demi menyambung keturunan dan mewarisinya serta
menjadi pelengkap kebahagian dalam rumah tangga. Pasangan suami istri
pada umumnya sangat mendambakan akan kehadiran seorang anak yang akan
menjadi pewaris keturunan, tempat curahan kasih sayang dan perekat tali
perkawinan. Namun kenyataannya, masih banyak perkawinan yang tidak
memiliki keturunan. Bagi pasangan yang tidak memiliki anak kandung,
dimungkinkan untuk melakukan pengangkatan anak. Pengangkatan anak,
sering juga diistilahkan dengan adopsi. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
Untuk mengetahui konsep adopsi anak perspektif hukum Islam (2) Untuk
mengetahui apakah konsep adopsi anak yang dilakukan di Kecamatan Abung
Tengan, Kabupaten Lampung Utara sudah sesuai dengan hukum Islam dan
hukum positif. Jenis penelitian ini adalah Penelitian lapangan (field research)
dengan meneliti objek secara langsung lokasi yang akan diteliti agar
mendapatakan hasil yang maksimal. Teknik pengumpulan data dikakukan
dengan tig acara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini adalah (1) Konsep pengangkatan anak dalam Islam dan dalam
hukum positif adalah pekerjaanyang sangat mulia, merupakan bagian dari
amal baik yang yang dapat mendekatkan diri pelakunya kepada Allah SWT.
Tujuan mengangkat anak menurut Hukum Islam bertujuan untuk kepentingan
yang terbaik bagi anak. (2) Konsep pelaksanaan adopsi yang terjadi pada
masyarakat Kinciran tidak sesuai dengan hukum Islam maupun hukum positif
Indonesia. Yang mana dalam mengadopsi anak masyarakat Kinciran
menjadikan anak angkat sebagi anak kandung nya dan berakibat pada
kewarisan dan perwalian anak angkat tersebut, dan juga dalam mengadopsi
anak masyarakat Kinciran tidak dilakukan permohonan kepengadilan
sehingga tidak ada penetapan dari pengadilan.
Kata Kunci : Adopsi Anak, Hukum Islam, Hukum Positif
ABSTRACT
Human instinct, every married couple wants to have children, in order to continue
their offspring and inherit them and become a complement to happiness in the
household. Married couples in general really yearn for the presence of a child
who will be the heir to the offspring, a place for affection and a glue for marriage.
But in reality, there are still many marriages that do not have children. For
couples who do not have biological children, it is possible to adopt children.
Adoption of children, often also termed adoption. The objectives of this study are
(1) to determine the concept of child adoption from the perspective of Islamic law
(2) to determine whether the concept of child adoption carried out in Abung
Tengan District, North Lampung Regency is in accordance with Islamic law and
positive law. This type of research is field research by examining the object
directly at the location to be studied in order to get maximum results. The data
collection technique was carried out with three events, namely observation,
interviews and documentation. The results of this study are (1) The concept of
adoption in Islam and in positive law is a very noble job, which is part of good
deeds that can bring the perpetrator closer to Allah SWT. The purpose of
adopting a child according to Islamic law is for the best interests of the child. (2)
The concept of implementing the adoption that occurred in the Kinciran
community is not in accordance with Islamic law or positive Indonesian law.
Which in adopting the children of the Kinciran community makes the adopted
child their biological child and results in the inheritance and guardianship of the
adopted child, and also in adopting the child of the Kinciran community there is
no court application so that there is no decision from the court.
PENDAHULUAN
pelengkap kebahagian dalam rumah tangga.1 Pasangan suami istri pada umumnya
sangat mendambakan akan kehadiran seorang anak yang akan menjadi pewaris
1
Muhammad Rais, Kedudukan Anak Angkat Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum Adat
Dan Hukum Perdata (Analisis Komparatif), Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2,
Desember 2016. hlm.183.
keturunan, tempat curahan kasih sayang dan perekat tali perkawinan. 2
individu dan dua kepribadian yang berbeda. Setiap keluarga pasti sangat
harta kekayaan orang tua. Keinginan untuk mempunyai anak merupakan suatu
keingainan yang manusiawi dan alami. Namun kadang kala keinginan alami
tersebut terganjal oleh takdir dari Allah SWT. Sebagai seorang manusia hanya
bisa berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai keinginan yang manusiawi
tersebut, namun Allah lah pemberi takdir. Apapun cara yang dilakukan bila Allah
2
Imam Fauzi, Status Kewarisan Anak Angkat Pasal 209 Khi Menurut Hukum Islam, Jurnal
Al Wasith: Jurnal Studi Hukum Islam || Vol. 1 No. 2 (2016), hlm. 81.
3
Al- Hadi, Al- Qur’an Terjemah Edisi Doa, Depok: Al-Hudd Kelompok Gema Insani,
2012. hlm.528.
dengan adopsi.4 Bagi keluarga yang tidak mempunyai anak, mereka akan berusaha
untuk memperoleh anak meskipun anak tersebut bukan hasil dari perkawinannya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengangkat anak
kandung sendiri.
menjadi masalah di kemudian hari karena anak angkat tersebut tidak mempunyai
kepastian hukum baik bagi anak angkat maupun orang tuanya. Ada aspek tentang
pengangkatan anak ataupun yang seringkali disebut adopsi yang kurang dipahami
dan tidak sesuai menurut hukum Islam yang telah ditentukan dari Zaman
negatif.5
yang melakukan adopsi, yang mana beberapa keluarga tersebut menasabkan anak
angkat dengan bapak angkatnya dan juga sudah masuk ke dalam daftar kartu
selanjutnya salah satu diantara keluarga tersebut ada yang menyatakan akan
atau akibat hukum di dalamnya, bisa terjadi saling mewarisi diantaranya dan juga
bisa terjadi perwalian ataupun tidak ada batas kemahraman. Secara hukum Islam
tidak dikenal perpindahan nasab dari ayah kandungnya ke ayah angkatnya. Oleh
anak di antaranya yaitu pertama penelitian dari Sukardi dengan judul “Adopsi
Anak Dalam Hukum Islam”.8 Kedua dari Imam Fauzi dengan judul Status
Kewarisan Anak Angkat Pasal 209 KHI Menurut Hukum Islam.9 Ketiga dari
terdahulu dengan penelitian saan ini yaitu terletak pada fokus masalah yang
7
Abidin, Rekonseptualisasi Akibat Hukum Pengangkatan Anak Menurut Kajian Kompilasi
Hukum Islam, hlm. 13.
8
Sukardi, Adopsi Anak Dalam Hukum Islam, Jurnal Studi Gender Dan Anak, Vol. 5, No. 2
(2018), hlm. 173.
9
Imam Fauzi, Status Kewarisan Anak Angkat Pasal 209 Menurut Hukum Islam, Jurnal Al
Wasith: Jurnal Studi Hukum Islam, vol. 1 no. 2 (2016), hlm. 81.
10
Abidin, Rekonseptualisasi Akibat Hukum Pengangkatan Anak Menurut Kajian Kompilasi
Hukum Islam, Jurnal USM Law Review Vol 1 No 1 Tahun 2018, hlm.12.
11
Misnan, Problematika Anak Angkat Dalam Perspektif Hukum Islam, TAQNIN : Jurnal
Syariah dan Hukum Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2020, hlm. 21.
Angkat Dalam Perspektif Hukum Islam, sedangkan penelitian saat ini
peniliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait “Konsep Anak Adopsi
Perspektif Hukum Islam dan hukum positif (Studi Kasus Di Kecamatan Abung
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini ditinjau dari segi tempat penelitian merupakan penelitian
atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk
menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga
meneliti objek secara langsung lokasi yang akan diteliti agar mendapatakan hasil
dicatat.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data
primer. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara
dengan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, phak yang melakukan adosi anak di
dalam karya ilmiah ini berupa, Jurnal, buku-buku yang berkaitan dengan
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Setelah
data terkumpul maka peneliti mengolah data dan menganalisis secara kualitatif
HASIL PENELITIAN
Adopsi atau pengangkatan anak adalah perbuatan atau tindakan yang tidak
dilakukan oleh semua masyarakat, hanya beberapa orang saja yang melakukukan
adopsi dan tentunya memiliki alasan mengapa sampai melakukan adopsi. Faktor
utama yang menjadi penyebab atau alasan dalam mengangkat anak adalah karena
13
W. Gulo, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm. 239.
sudah lama menikah tidak kunjung juga memperoleh anak dan ada yang memang
sudah divonis tidak subur dan tidak bisa mempunyai anak. Menurut Bapak
Solihin, adopsi atau disebut juga pengangkatan anak adalah mengambil atau
mengasuh anak orang lain untuk diasuh ataudibesarkan oleh orang tua angkat
dengan tidak menghilangkan identitas anak tersebut dari orang tua kandungnya.
Maksudnya yaitu nasab anak angkat tersebut tetap pada bapak kandungnya bukan
bapak angkatnya.
hasil sebagai berikut: Pasangan bapak S dan ibu TI mengatakan bahwa untuk
hartanya dalam hal ini kewarisannya maka warisanya akan diberikan kepada anak
angkatnya tersebut.
dilakukan sesuai dengan tata cara yang berlaku di dalam masyarakat yang
bersangkutan. Yang mana setelah tata cara ini dilakukan menurut peraturan di
14
Wawancara dengan Bapak Solihin (tokoh Agama) Desa Kinciran, Kecamatan Abung
Tengah, pada tanggal 10 Febuari 2022.
PEMBAHASAN
melakukan adopsi menganggap bahwa anak angkat atau anak adopsi adalah anak
orang lain yang diangkat dijadikan sebagai anak sendiri, yang mana menganggap
perindahan nasab yaitu menasabkan kepada orang tua angkat. Dalam hal ini
diperkuat dengan dokumen mengenai anak angkat tersebut yang mana anak
angkat tersebut masuk ke dalam kartu keluarga (KK) sebabagai anak kandung,
dan juga dalam akta kelahiran tertera nama orang tua kandungnya adalah dari
dengan kewarisan dan perwalian anak angkat, orang tua angkat dalam
orang tua angkat mengatakan bahwa bapak angkatnya lah yang akan menjadi
wali nikahnya kelak, dan juga seorang lagi mengatakan bahwa wali nikahnya
pengangkatan anak yang dikenal oleh hukum barat/hukum sekuler dan praktik
kandungnya, anak angkat memiliki hak waris sama dengan hak waris anak
kandung, orang tua angkat menjadi wali mutlak terhadap anak angkat. Hukum
pengangkatan anak secara formal dan berlaku bagi seluruh pengangkatan anak di
setelah anak tersebut dewasa atau pada saat anak tersebut menjelang menikah
jika anak itu perempuan, dengan cara memberikan pengertian baik dari aspek
KESIMPULAN
Perkawinan tanpa kehadiran seorang anak akan terasa tidak lengkap, karena
kehadiran anak dalam rumah tangga memiliki banyak makna. Pengangkatan anak
15
Andi Syamsu Alam, M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, hlm. 43.
16
Andi Syamsu Alam, M. Fauzan, Hukum Pengangkatan perspektif Islam, hlm. 207.
dalam Islam adalah pekerjaan yang sangat mulia, merupakan bagian dari amal
baik yang yang dapat mendekatkan diri pelakunya kepada Allah SWT. Tujuan
terbaik bagi anak. Begitu juga tujuan dalam hukum positif Indonesia, Dengan
dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan
sesuai dengan hukum Islam maupun hukum positif Indonesia. Yang mana dalam
kandung nya dan berakibat pada kewarisan dan perwalian anak angkat tersebut,
DAFTAR PUSTAKA