Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO - LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dalam penyusunan makalah ini pastinya ada campur tangan dari berbagai
pihak, tak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Siti Roudotul
Jannah, MA. selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya serta memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka
dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfat bagi para pembaca.
Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
ii | P a g e
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Periode Filsafat India…………………………………….. 3
B. Sifat – sifat Filsafat India………………………………………..... 5
C. Sejarah Periode Filsafat Cina……………………………………... 6
D. Sifat – sifat Filsafat Cina………………………………………….. 10
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah periode - periode Filsafat Timur (India) ?
2. Bagaimanakah sifat filsafat timur (India) ?
3. Apa sajakah periode -periode filsafat timur (Cina) ?
4. Bagaimanakah sifat filsafat timur (Cina) ?
1|Page
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan filsafat timur dengan
sistem periode khususnya di India
2. Untuk mengetahui sifat dari filsafat timur (India)
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan filsafat timur dengan
sistem periode khususnya di Cina
4. Untuk mengetahui sifat dari filsafat timur (Cina)
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
1
Ach. Dhofir Zuhry,”Filsafat Timur”,(Malang: Madani,2013), hlm 14
4|Page
Ini terbukti manakala mencermati tradisi sebelumnya (Purva paksa) pada hampir
seluruh system filsafat, Sankaracharya, misalnya sebelum membangun system
monoisme (Advaita), terlebih dahulu mengevaluasi dan mencermati sistem –
system yang telah ada. Kemudian dengan kekuatan intuisi, analisis dan logika,
ia mampu membawa sistem advaita melampaui sistem – sistem lainnya.
4. Periode Skolastik (300M-1500 M). periode pemberian komentar dan
eksplanasi pada sistematika – sistematika falsafi di India, khususnya terhadap
Guadapada (500),Islam (612) dan Shakara (700). Periode seperti Kumarila,
Samkara, Ramanuja, Madhava dan lain-lainnya. Masa ini diwarnai dengan
perdebatan filsafat dan ilmu logika. Periode ini disebut juga periode skolastik
karena filsafat India berada di bawah pengaruh faylasuf Muslim,seperti : al-
Kindi (8800-870),ar-Razi (8865-925),al-Farabi (872-925), Ibnu Sina2 (980-
1037),al-Ghazali (1059-1111) dan Ibnu Arabi (1165-1240). Pada periode ini juga
mulai berkembang filsafat Theistik dari Vhaisnavisme dan Shaivisme :
Ramanuja (1100), Madva (1200),Kabir (1400-1518).
5. Periode Kegelapan (1500M-1900M). Ini adalah periode lahirnya agama
Sikh(isme) oleh Guru Nanak (1449-1538) serta pengaruh Akbar (1556-1605) dan
Syaikh Ahmad (1564-1624). Periode ini juga periode kolonialisasi di bawah
kekuasaan Barat; Ram Mohun Roy (1772-1833), pendiri masyarakat Brahmo;
Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri masyarakat Arya dan Ramakrisna
(1836-1886)
6. Periode Kontemporer (1850M-2000M). Pada periode filsafat India mencapai
puncak kematangannya. Ini ditandai dengan lahirnya pemikir-pemikir fenomenal
seperti : Rabindranath Tagore (1861-1941), Swami Vivekananda (1863-1902),
Mahandhas Karamchand (Mahatma) Gandhi (1869-1948), Aurobindo Ghose
(1872-1950), Muhammad Iqbal (1877-1938), Sarvepalli Radhakrisnan (1888-
1975). Puncaknya India meraih kemerdekaanya pada 1947.3
Pada masa Kontemporer terdapat seorang tokoh muslim yang ikut andil dalam
bagian filsafat India, ia adalah Muhammad Iqbal, yang juga murapakan patriot
muslim di India yang selalu menyuarakan kebebasan sebagai protes terhadap
ulama yang dituduh memenjarakan Islam dengan melalaikan karakter
2
Ach. Dhofir Zuhry,”Filsafat Timur”,,hlm 15
3
Ach. Dhofir Zuhry,”Filsafat Timur”,,hlm 16
5|Page
progresifnya,terutama ajarannya tentang “takdir”,dan melawan relisitas
politik di masanya. Iqbal mempunyai karya filsafatnya yang terpenting,
dimana sorotan utama dalam buku ini adalah terjadinya stagnasi pemikiran
Islam selama hampir 500 tahun yang dinilai penyebabnya antara lain
adalah filsafat Plato yang cenderung menafikan eksistensi individu dengan
konsep idealismenya dan memandang rendah ilmu yang diperoleh melalui
pancaindera serta tertutupnya ijtihad. 4
6|Page
Aditama,2007) hlm 60
7|Page
6) Dalam semua sistem ditemukan sejumlah pengertian yang tidak timbul dari
pandangan filsafat, melainkan yang merupakan warisan dari zaman kuno dan
yang memegang peranan penting dalam semua sistem – sistem itu (kecuali
dalam carvaka), misalnya : karena dengan dan kelahiran
kembali,mukti,Samsara, Atman dan Brahmana. Demikian pula prinsip –
prinsip etika (menguasai diri,hormat terhadap hidup,dan sebagainya).
Ini lah yang memberikan corak kesatuan kepada semua aliran- aliran dan
sistem-sistem walaupun berbeda – beda satu sama lain.5
Cina memunculkan tantangan yang lebih besar kepada sejarawan ilmu Eropa.
Basis pengetahuan umumnya ialah keduniaan ini, meskipun lebih didasarkan pada
harmoni antara pribadi ketimbang keteraturan – keteraturan abstrak. Namun bahkan
pada zaman kuno sudah terdapat sinkronisme dalam gerakan-gerakan filosofis di
Eropa dan Cina.
Hingga zaman Renaissans teknologi Cina lebih maju dari Eropa. Bahkan
transformasi masyarakat Eropa semuanya berasal dari Cina yang meliputi : kompas
magnetik,serbuk mesiu,dan mesin cetak.6
Negeri Cina mempunyai prinsip yaitu Substansialitas, yang bagi kerajaan
tersebut prinsip itu sekaligus sebagai yang tertua dan terbaru. Pada mulanya kita
melihat Cina maju ke kondisi sebagaimana ia dijumpai dewasa ini;karena perbedaan
antara eksistensi objektif dengan kebebasan gerakan subjektif di dalamnya,masih
diinginkan,setiap perubahan ditiadakan,dan ketetapan waktu yang senantiasa
berulang, melangsungkan apa yang akan kita sebut sebagai sejarah sebenarnya.
Cina dan India seolah – olah berada di luar sejarah dunia,
______________________
5
Burhanuddin Salam,”Pengantar Filsafat”,(Jakarta:Bumi aksara,2012) hlm 207
6
Jerome R. Ravertz,”Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan”,(Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2004) hlm 23
8|Page
Sebagaimana praanggapan tentang unsur-unsur yang kombinasinya harus
9|Page
10 | P a g
e
2. Taoisme
a) Religius : Wei Po-yang (kurang lebih 142), Yu Fan
(164-233),Ko Hung (250-330).
b) Neo-Taoisme: Wong Pi (226-249), Hsiang Hsiu (221-
300), Kuo Hsiang (312). Ku haun (420-483), T’ai-ahih
Shu-ming (474-546).8
3. Buddhisme
Buddhisme memasuki Tiongkok pada permulaan abad ke I,
pada abad ke IV dank e V terwujudlah “Ketujuh Mashab”.
Pengaruhnya besar sampai pada akhir abad ke X. Beberapa
nama : Chi-Tsang (549-632), Chih-k’ai (538-597), Shen Hsiu
(600-700) dan lain-lain.9
8
Burhanuddin Salam,”Pengantar Filsafat”,(Jakarta:Bumi Aksara,2012) hlm 221
9
Burhanuddin Salam,”Pengantar Filsafat”,,hlm 222
11 | P a g
e
2. Confucius dan Confucianisme.
Confucius (551-479) adalah nama latin dari K’ung Fu-Tzu (Guru
K’ung). Menurut K’ung Fu Tzu kekacauan sosial adalah akibat
ditinggalkannya adat – istiadat dan tata kemasyarakatan kuno. Satu-satunya
jalan untuk memperbaiki keadaan ialah : kembali ke tata kemasyarakatan
lama di mana setiap orang mempunyai dan mengerti hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya sendiri. maka diusahakannya “membenarkan nama” (Chong
ming) ; nama-nama harus sesuai lagi dengan kenyataan, jadi persesuaian
antara kedudukan dan sikap orang. Dengan demikian tercapailah
“keseimbangan yang seharusnya” (i), yang menyatakan diri dalam cara-cara
yang tepat,cara bertindak yang baik .
Pengertian – pengertian lain yang sangat penting ialah : Te = kebajikan
; yen = sikap yang sebenarnya terhadap sesame manusia;dan syiau =
menjalankan kewajibannya sebagai anak. Pengertian - pengertian ini sukar
diterjemahkan karena isinya dalam perjalanan sejarah bertambah dan
berubah dan dipengaruhi oleh pikiran-pikiran Buddhisme dan Taoisme. Jasa
Confucius ialah bahwa ia meneruskan pikiran-pikiran warisan zaman dulu
dengan membentuknya sebagai suatu keseluruhan, suatu system, “thus being
a creator through being a transmitter”.
Perkembangan CONFUCIANISME selanjutnya : MECIUS (Meng Tse,
kurang lebih 472-189). Syun Tze (298-238).
Confucianisme selama dinasti – dinasti Ch’in (225-207) dan Han (206
sebelum masehi) dengan kemenangan Confucianisme sebagai ajaran
orthodox pada tahun 136 sebelum Masehi.
3. Mo Tze dan Mashab Mohist.
Mo Tze (kurang lebih 479 – 381) dan Mashabnnya mempunyai
pengaruh yang penting. Ia mengajarkan “cinta kepada sesame manusia
yang universal” sebagai dasar filsafatnya (chien ai). “Universal love” ini
tak hanya menguntungkan bagi yang mencintai,jadi timbal-balik. Inilah
dasar daripada “utilitarisme” Mo Tze dan perbedaan terbesar dengan filsafat
Confucious. Dalam perkembangan selanjutnya (300-200) dikerjakan metode
dialektik.
9| P a g e
4. Laotze dan Mashab Taoisme.
Lao Tze ( kira-kira 350 sebelum Masehi) dengan bukunya
yang terkenal : Tao Te Ching (buku tentang jalan dan kebajikan)
menitikberatkan selalu berubahnya kenyataan. Semua perbuatan
manusia harus sesuai dengan Tao itu,perkembangan selanjutnya
Taoisme berubah sifatnya menjadi magi belaka. Nama-nama
yang terpenting : Chuang Tze dan Lio Tze.
5. Dialektisi (kira-kira 370 ebelum masehi).
Kung-sun Lung, Hui Ship. Perhatian besar untuk teori-teori
pengetahuan,dengan kegemaran untuk membuat paradoks-
paradoks, seperti terdapat pada Zeno.
6. Mashab Hukum.
Buku – buku terkenal: Chang Tze dan Han Fei Tze (kira-
kira 359 sebelum Masehi). Hukumlah yang merupakan asas
persatuan suatu Negara seluruh kekuasaan harus dipusatkan di
tangan raja,rakyat harus tetap miskin dan lemah, ketakutan akan
membawa orang kebajikan,orang-orang jahat harus mennguasai
orang baik,diktator yang amoral.
10 | P a g e
Pengetahuan tidaklah di kejar “asal mengetahui saja” melainkan
untuk di terapakan pada kelakuan manusia. Cita-cita mereka tak lain
menjadi “the innersage” artinya orang yang telah membentuk kebajikan
dalam dirinya sendiri yang “bijaksana” betul-betul maka yang di titik
beratkan ialah:
10
Burhanuddin Salam,”Pengantar Filsafat”,(Jakarta:BumiAksara,2012) hlm 218
11|
12| P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada sejarah filsafat India terdapat 6 periode yaitu : 1) Zaman Veda (1500
SM-800 SM), 2) Zaman Epos (600 SM-400SM), 3) Zaman Sutra (300 SM-300M),
4) Zaman Skolastik (300M-1500 M), 5) Zaman Kegelapan (1500M-1900M), 6)
Zaman Kontemporer (1850M-2000M). Dimana setiap periode terdapat
perkembangan – perkembangan pola fikir atau sistem pemikiran pemikiran filsafat
di India tersebut. Sedangkan pemikiran filsafat India itu sendiri masuk dalam sifat –
sifat khusus yang ada di dalam filsafat India, antara lain sifat – sifat itu terdiri dari :
1) Suasana dan bakat orang India yang berlainan dengan bakat orang Yunani (
seperti misalnya ternyata dalam bahasa mereka).
2) Seluruh pengetahuan dan filsafat diabdikan kepada usaha pembebasan atau
penebusan itu.
3) Berpangkal pada buku – buku kuno (Veda) yang kekuasaannya takdapat
diganggu-gugat, hanya dapat ditafsirkan dan diterangkan lebih lanjut.
4) Perumusan – perumusan umumnya kurang tajam, tidak tegas membeda-bedakan
antara misalnya : sifat-sifat diri ;
konkrit –abstrak, hidup-tak-hidup, kesatuan persamaan,sebab- alasan. Hal ini
mengakibatkan seluruh filsafat India mendapat sifat samar yang mempersukar
pemecahan besar.Karena pengaruh maha-besar dari tulisan-tulisan kuno itu,
maka sistem- sistem filsafat sering sukar dibedakan corak-coraknya yang khusus,
sering sukar juga untuk mengikuti jalan pikiran dan mencapai sintesis.
5) Berhubung dengan itu nampak juga kekuatan asimilasi yang sangat besar,hingga
unsur-unsur yang bertentangan satu sama lain dimasukkan dalam satu sistem :
“syncretisme”.
6) Dalam semua sistem ditemukan sejumlah pengertian yang tidak timbul dari
pandangan filsafat, melainkan yang merupakan warisan dari zaman kuno dan
yang memegang peranan penting dalam semua sistem – sistem itu (kecuali dalam
carvaka), misalnya : karena dengan dan kelahiran kembali,mukti,Samsara,
12| P a g e
Atman dan Brahmana. Demikian pula prinsip – prinsip etika (menguasai
diri,hormat terhadap hidup,dan sebagainya).
Untuk Sejarah filsafat Cina terdapat periode pengetahuan klasik pada
tahun 136 SM – 1932 M dimana terdapat interpretasi dan penafsiran tulisan-tulisan.
Yaitu : Periode pengetahuan klasik pada tahun 136 SM-1932 M di mana terdapat
ada interpretasi dan penafsiran tulisan-tulisan yaitu periode confucianisme yang
terbagi menjadi 4 macam : a. Berdampingan, b. Mendahalui Neo-Confucianime ,
c. Chou tunyi, d. Mashab teks baru periode Taoisme terbagi menjadi 2 macam :
a) Religious, b) Neo-taoisme Buddhisme
Buddhisme memasuki Tiongkok pada permulaan abad , ke 1 pada abad ke IV
dan V terwujudlah “ketujuh mashab”.
Sifat – sifat yang dapat menjadi dasar pemikiran filsafat Cina antara lain :
bagi filsuf-filsuf Tionghoa manusia dan dunia merupakan satu kesatuan, satu
“kosmos” kesatuan mana tak boleh di ganggu oleh perbuata-perbuatan manuia yang
tidak selayaknya. Hanya kalau tata dan kesatuan yang ada itu tetap terpelihara,
semua orang akan selamat. Maka yang ditinjau oleh filsuf-filsuf Tionghoa ialah
bagaimanakah sikap orang terhadap dunia, terhadap sesamanya manusia dan
terhadap “surga”. Itulah yang mereka lebih tititk beratkan “what man is”(=his
moral qualities) dari pada “what he has” (= his intellectual and material capacities).
Pengetahuan tidaklah di kejar “asal mengetahui saja” melainkan untuk di
terapakanpada kelakuan manusia. Cita-cita mereka tak lain menjadi “the innersage”
artinya orang yang telah membentuk kebajikan dalam dirinya sendiri yang
“bijaksana” betul-betul maka yang di titik beratkan ialah:
7) Etika, bukanlah logika atau metafisika.
8) Sistem-sistem filsafat dalam arti normal hampir-hampir tak ada, akan tetapi ini tak
berarti bahwa de facto tidak ada system- sistem arti “organic unity of ideas”
(seperti halnya pada socrate dan juga plato).
Walaupun nampaknya dalam fislafat Tionghoa hampir taka da kemajuan dan
perkembangan akan tetapi para “penafsir” juga mengemukakan buah-buah
pikiranya sendiri, hingga apa yang dulu-dulunya masih terkandung dalam system-
sistem lama berupa “benih”, lama kelamaaan menjadi nampak.
12| P a g e
13|
DAFTAR PUSTAKA
R. Ravertz, Jerome. 2004. Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
14| P a g e
12|