Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

(ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ISLAM DAN TOKOH-


TOKOH FILSUF MUSLIM DAN PEMIKIRANNYA)

KELOMPOK 7
Dosen Pengampu:
Dr. EMY HERAWATI, M.Pd. I

Nama Kelompok:
1.MUFIDAH JIHAN (23.01.0312)
2.REJA ARISKI (23.01.0276)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-QUR’ANIYAH


MANNA BENGKULU SELATAN
T.A 2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik .
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karna pengalaman kami yang sangat
sedikit dalam membuat makalah. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Minggu, 30 Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Islam…………..………………………………………….3
B. Sejarah Filsafat Islam……………………..…………………………………..5
C. Tokoh- tokoh Filsafat Islam……………......………………………………...10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………….….13
B. Saran…………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama adalah sebuah ajaran yang universal dan abstrak, ia merupakan suara langit yang
berusaha untuk menyentuh realitas. Ajaran semacam ini tidak akan mampu turun ke bumi
kalau tanpa diperantarai oleh akal dan rasionlaitas. Bahasa agama selamanya akan terus
melangit, tidak akan mampu dipahami oleh manusia di bumi kalau peran akal untuk
mensosialisasikan bahasa tersebut dinafikan. Akal adalah perangkat utama untuk
mengkomunikasikan bahasa langit itu kepada penduduk bumi dan inilah yang terjadi di Islam.

Oleh karena itu, tokoh-tokoh filsof muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Shina, Ibnu Rushd,
Ibnu ‘Araby, Mulla Shadra dan sederet filsof muslim lainnya mempunyai ghirrah untuk
menerapkan filsafat sebagai logika formal dalam memahami agama. Dan terbukti, setelah
agama bisa didekatkan dengan filsafat, Islam mengalami kejayaan dalam ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain sebagai
berikut:

1. Apa saja aliran-aliran filsafat Islam?

2. Bagaimana karakteristik masing-masing aliran filsafat Islam?

3. Bagaimana pengaruh aliran-aliran filsafat Islam terhadap kehidupan masyarakat?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang ada, tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan aliran-aliran filsafat Islam.

2. Dapat menunjukkan karakteristik dari aliran-aliran filsafat Islam.

3. Dapat mendiskripsikan pengaruh aliran-aliran filsafat Islam terhadap kehidupan


masyarakat.

4
1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam.

A. Peripatetik (memutar atau berkeliling)

Merujuk kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika


mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah
menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang
kuat pada daya-daya rasio.

Filsafat paripatetik ini berasumsi bahwa yang namanya wujud itu bukan satu tingkat tetapi
bertingkat-tingkat. Wujud ini diistilahkan dengan akal. Maka dalam paripatetik selalu populer
dengan istilah akal satu, akal dua, akal tiga dan sebagainya. Ini merupakan penggambaran
hirarkisitas aktualisasi wujud tersebut. Semakin jauh tingkat wujud tersebut dari wujud utama,
maka wujud tersebut kualitasnya semakin rendah dan begitu sebaliknya, semakin tinggi
tingkatan wujud tersebut hingga mendekati aqal pertama maka kualitas wujud tersebut
semakin suci dan luhur.

Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037),
Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi (w.1274).

B. Aliran Iluminasionis (Isyraqi).

Tokoh pelopor munculnya filsafat iluminatik ini adalah Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Nama
lengkapnya adalah Sihabuddin Yahya ibn Habasy ibn Amirak Abu Alfutuh Suhrawardi. Ia
dilahirkan di kota kecil, Suhraward, Persia lau pada tahun 549/1154 M. Suhrawardi disebut juga
Al-Syaikh Al-Maqtul, seperti halnya Socrates, ia dibunuh oleh penguasa Islam pada waktu itu
karena pemikiran filsafatnya yang dianggap menentang maenstream pemikiran pada waktu itu.

Filsafat Isyraqiyyah ini pada mulanya digunakan Suhrawardi untuk mengkritik filsafat
peripatetiknya Ibnu Shina. Dalam serangannya yang mungkin paling sengit pada Ibnu Shina,
Suhrawardi menolak secara empatik pandangan Ibnu Shina sebagai filsof Timur (masyriqi).

1
Majid fakhry, Sejarah Filsafat Islam, Pustaka Jaya, 1996, hlm 162

5
Dalam pandangan Suhrawardi, filsafat Paripatetik yang diusung oleh Ibnu Shina dan kawan-
kawan tidak layak diklaim sebagai filsafat Timur. Ada perbedaan yang mendasar antara filsafat
paripatetik dengan filsafat Timur. Serangan dan kritik utama Suhrawardi lebih merujuk pada
buku yang berjudul Kararis al-Hikmah, yang dinisbahkan oleh Ibnu Shina sebagai metode filsafat
timur.

Pertama-tama Suhrawardi menegaskan karaguan atas klaim Ibnu Shina bahwa Kararis
didasarkan atas prinsip-prinsip ketimuran. Kemudian, ia melanjutkannya dengan menolak
sengit penegasan Ibn Shina bahwa Kararis merupakan filsafat baru atas dasar sepasang
argumen berikut: Pertama, tidak ada filsafat Timur sebelum Suhrawardi menciptakan filsafat
iluminasi. Kedua, Suhrawardi bersikeras menunjukkan bahwa Kararis sesungguhnya disusun
semata-mata sesuai dengan kaidah-kaidah Peripatetik (qawaid al-masyasya’in) yang sudah
mapan, yang terdiri dari masalah-masalah yang hanya dimasukkan dalam apa yang olehnya
dikhususkan sebagai philosophia generalis (al-hikam al-ammah).

C. Aliran Irfani (Tasawuf)

Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional. Jika pengenalan
rasional bertumpu pada akal maka pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang
terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.

D. Aliran Transendental (Madzhab Isfahan).

Filsafat madzhab Isfahan ini lebih dikenal dengan Al-Hikamtul Muta’aliyyah atau fislafat tinggi.
Munculnya madzhab Isfahan ini tak terlepas dari pergelokan politik pada waktu itu. Isfahan
adalah sebuah daerah di daratan Persia. Istilah ini mula-mula dipopulerkan oleh Nasr, Corbin
Asytiyani dan selanjutnya diperluas oleh sarjana-sarjana lainnya. Pendiri madzhab ini adalah Mir
Damad yang kelak melahirkan murid tersohornya Mulla Shadra sebagai penerus dan
pengembang madzhab Isfahan ini. Oleh karena itu filsafat Hikmah (Al-Hikmatul Muta’aliyyah)
atau mdazhab Isfahan ini merupakan fiilsafat yang bermuara pada kedua tokoh guru murid
tersebut.

Madzhab ini muncul ketika dinasti Shafawiyah mulai memindahkan ibukotanya dari Tibriz,
kemudian ke Qazwin dan terakhir di Isfahan. Pada periode ini, Madzhab Isfahan berhasil
membangun teologi yang kukuh, dan Persia mengalami salah satu periode terbesar dalam
kemakmuran politik dan materialnya.2

2
Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013, hlm100

6
Namun pada perjalanan selanjutnya, dalam usaha yang tak kenal untuk memperkuat legitimasi
kekuasaannya dinasti shafawiyyah membutuhkan ahli fiqh dan para ahli Syi’ah dogmatis. Ini
belum lagi para pengkhutbah dan para ulama yang ditugaskan untuk menyebarluaskan idiologi
negara.

Inti madzhab isfahan ini adalah upaya untuk menyatukan kekuatan yang beragam dan
bertentangan dalam sejarah intelektual Islam ke dalam kesatuan epistemologis dan ontologis
yang selaras. Hingga puncak gerakan ini pada diri Mulla Shadra As-Syirazi, upaya-upaya Mir
Damad haruslah dianggap sebagai kerangka persiapan..

Pada mulanya terdapat beragam pertentangan intelelektual Islam. Satu sisi ada kelompok
filsafat, kemudian kaum sufistik dan dogmatikawan Syi’ah. Ketiga kelompok ini memunculkan
pandangan yang berbeda sehingga berpotensi menimbulkan perpecahan. Hal ini terutama para
doktrinal Syi’ah yang didukung oleh penguasa Shafawiyyah hendak membabat habis para
filosof. Praktik filsafat yang diupayakan oleh para filosof Persia dianggap sebagai amalan
berbahaya dan mempunyai resiko bahaya bagi merek asendiri.

Hal ini mempengaruhi terhadap kebijakan politik Bani shafawiyyah. Penguasa shafawiyyah tidak
mengalokasikan anggaran untuk studi filsafat. Hal ini diperparah dengan serangan yang keras
dari para dogmatikawan Syi’ah. Mereka menilai negatif para filsof dengan menganggap bahwa
para filosof adalah orang-orang kafir dan menghina Tuhan. Tantangan yang hendak dipenuhi
oleh madzhab Isfahan adalah mengawinkan semua diskursus yang beragam dan bertentangan
mengenai pemahaman yang sah yang secara historis telah mengkotak-kotakan kaum muslimin
dan selanjutnya menemptkan Syi’ah yang memimpin semua itu. Butir-butir penting isinya
bukan hanya membuat tradisi filsafat madzhab peripatetik dan ilumininsme, melainkan juga
gnosis versi Ibnu Arabi san Syai’ah periode pasca Ghaibah.

Terilhami oleh cita-cita itu, Mulla Shadra, sebagai murid kaliber Mir Damad, kemudian
mengembangkan filsafat yang revolusioner dan ambisius dalam upaya membuat sintesis yang
menyeluruh, bukan hanya antara orientasi-orientasi beragam dalam tradisi paripatetik dan
illuminisme Islam, melainkan yang lebih mendasar lagi, mengkoordinasikan sintesis yang sulit
itu dengan dioktrin gnosis dan doktrin fiqh Syai’ah.

Filsafat ini secara umum bertumpu pada tiga teori yaitu kesatuan wujud (wahdatul wujud),
keutamaan wujud (ashalatul wujud), gerak substansial (alkharokatul jauhuhariyyah) dan
kemanunggalan yang mengetahui dan diketahui (ittihad al-‘aqil wa ma’qul). Filsafat ini berusaha
menjembatani antara paradigma rasional empiristik dengan spiritula –mistik.

7
Oleh karena itu, titik tolak dari seluruh bangunan filsafat Isfahan ini adalah konsep Ada (wujud).
Jadi obyek material filsafat ini yang paling pokok adalah Being atau Ada.

2.2 Karakteristik Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Islam.

A. Peripatetik (memutar atau berkeliling)

Kerakter aliran Peripatetik ini sebagai berikut:

1. Menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan
yang kuat pada daya-daya rasio.

2. Logika yang dibangun adalah logika emanasi.

B. Aliran Iluminasionis (Isyraqi).

Kerakter aliran filsafat ini sebagai berikut:

1. Lebih suka menggunakan keraifan lokal dari nenek moyangnya yaitu budaya
zoroasterisme, budaya lokal, yakni budaya ketimuran.

2. Dasar epistemologinya adalah hati atau intuisi.

3. Logika yang dibangun adalah logika emanasi.

C. Aliran Irfani (Tasawuf).

Kerakter aliran filsafat Irfani ini sebagai berikut:

1. Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional.

2. Pengenalan sufistik bertumpu pada hati.

D. Aliran Madzhab Isfahan (Teosofi Transeden).

Kerakter aliran filsafat ini sebagai berikut:

1. Berdasarkan pada konsep ada (Being).

2. Menjembatani antara paradigma rasional empiristik dengan spiritula –mistik.

3. Pemikirannya lebih terbuka.

8
2.1 Pengaruh Aliran-aliran Filsafat Islam Terhadap Kehidupan Masyarakat.

Filsafat Islam ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para
filosof dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat
(Yunani).

Dalam Islam ilmu merupakan hal yang sangat dianjurkan. Dalam Al Quran kata al-ilm dan kata-
kata jadiannya digunakan lebih 780 kali. Hadis juga menyatakan mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim. Dalam pandangan Allamah Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi: ilmu yang
diwajibkan kepada setiap muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia pada hari
akhirat, dan mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya, penciptanya, para nabinya,
utusan Allah, pemimpin Islam, sifat Tuhan, hari akhirat, dan hal-hal yang mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam pandangan keilmuan Islam, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa relasi
dan relevansinya dengan kuasa ilahi. Mempelajari alam berarti akan mempelajari dan mengenal
dari dekat cara kerja Tuhan. Dengan demikian penelitian alam semesta (jejak-jejak ilahi) akan
mendorong kita untuk mengenal Tuhan dan menambah keyakinan terhadapnya. Fenomena
alam bukanlah realitas-realitas independen melainkan tanda-tanda Allah SWT. Fenomena alam
adalah ayat-ayat yang bersifat kauniyyah, sedangkan kitab suci ayat-ayat yang besifat qauliyah.
Oleh karena itu ilmu-ilmu agama dan umum menempati posisi yang mulia sebagai obyek ilmu.

Untuk pengaruh aliran filsafat Islam dapat dilihat dari berbagai sisi. Karena para tokoh
pemikirnya itu juga beragam sudut pandangnya. Misalnya Ibnu Sina yang cenderung lebih
kepada persoalan kesehatan. Begitu juga tokoh-tokoh yang lain.Dari itu, pengaruh aliran aliran
tersebut sangat terasa bagi kita.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3
Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013, hlm104

9
Filsafat Islam muncul pada awalnya adalah diorong oleh sebuah cita-cita terciptanya
keterpaduan antara akal dan wahyu, rasio dan hati, agama dan logika. Memang, meskipun
dalam ajaran Islam, aqal mendapatkan porsi yang cukup besar, namun dalam praktiknya umat
Islam justru banyak yang meninggalkan aqal. Kehendak umat Islam untuk jauh dari tradisi
rasionalitas itu justru dengan alasan untuk praktik keberagamaan itu sendiri. Secara umum
umat Islam mempunyai asumsi kuat bahwa Islam adalah wahyu yang keberadaannya harus
diterima secara taken for granted, sebuah produk yang sudah sempurna sehingga
pengimplementasiannya ke dalam ranah empirik tidak memerlukan sentuhan rasionalitas lagi.

Menurut Kartanegara (2006) dalam filsafat Islam ada empat aliran yakni: 1). Peripatetik
(memutar atau berkeliling). Ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah
menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme). Tokoh-tokohnya yang
terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196),
dan Nashir al Din Thusi (w.1274). 2). Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran,
Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. 3).
Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional.
Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi. 4). Aliran Hikmah Muta’aliyyah
(Teosofi Transeden). Diwakilioleh seorang filosof syi’ah yakni Mulla Shadra, dia seorang filosof
yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.

Daftar Pustaka

- Nasr, Sayyed Hosein. 2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Bandung: Mizan.

- Ziai, Hosein. 2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Bandung: Mizan.

- Bagir, Haidar. 2006. Buku Saku Filasafat Islam. Bandung: Mizan.

10
- Abuddin Nata, M.A.1997.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

- Zuhairini. Dra, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai