IKHWAN AL SHAFA
Dosen Pengampuh :
Oleh ;
FATHUL GHAFFARI
NIM : 233206080011
segala taufiq dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah sejarah pemikiran islam pada semester
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang telah mampu menuntun kita dari masa kelam
menuju masa yang penuh dengan sinar-sinar keindahan dan keselamatan dalam
beragama.
Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasi kepada bapak Dr. Fawaizul
Umam, M.Ag. dan Dr. H. Safrudin Edi Wibowo, Lc, M.Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Islam yang telah membimbing kami dalam
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati makalah ini tidak akan
luput dari salah dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritikan yang
Selanjutnya penulis berdoa dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
Hady, M. S. (2007). Filsafat ikhwan ash-shafa. ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 8(2), 117-140.
https://doi.org/10.18860/ua.v8i2.6199
2
Hady, M. S. (2007). ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 8(2), 117-140.
PEMBAHASAN
3
Hady, M. S. (2007). ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 8(2), 117-140.
setia) persahabatan mereka tak memandang perbedaan di tengah-tengah mereka,
siapa yang ikut bergabung dengan mereka maka dianggap sebagai sahabat setia.4
4
MJS Channel, “Ikhwan al-Shafa oleh Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag”, 27 September 2023, Video
6:56, https://www.youtube.com/watch?v=Q3wdZlVOAJY&t=467s
5
Izzati, H. (2016). Pemikiran Pendidikan Ikhwan Al-Shafa. Jurnal Al-Mutaaliyah: Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(1), 99-
110.http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/mutaaliyah/article/view/1606
6
MJS Channel, “Ikhwan al-Shafa oleh Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag”, Video 15:21
7
Izzati, H. (2016). Pemikiran Pendidikan Ikhwan Al-Shafa. Jurnal Al-Mutaaliyah: Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(1), 99-
110.http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/mutaaliyah/article/view/1606
Ada beberapa teori mengenai kelompok Ikhwan al-Shafa, meskipun ada
sebagian anggota yang diketahui, tidak mudah mengetahui secara pasti siapa dan
berapa banyak anggota yang terkumpul di dalamnya. Mereka sangat piawai dalam
menutup identitas dari kelompok mereka, sehingga mereka menyebut diri mereka
sebagai orang yang tidur di dalam gua. Kemunculannya sebagai intelektual yang
tersembunyi namun memiliki dampak yang nyata dalam dinua ilmu pengetahuan8.
1. Isma’ili / Syi’ah
Anggapan ini didasari karena corak dan model kajian mereka sama seperti
ajaran esoterisme Isma’ili / Syi’ah
2. Sunni-Sufi
Anggapan ini didasari dengan adanya hadist yang diriwayatkan oleh aisha
dan juga berisikan referensi tentang khulafaur Rasyidin dalam karya
Rasa’ilnya, yang mana kelompok Syi’ah tidak akan melakukan demikian.
Juga di dalamnya terdapat celaan terhadap kelompok Rafidhi, penerimaan
Ijma’ sebagai landasan hukum dan di dalamnya berisi orientasi sufisme
3. Mu’tazilah
Di dasari dengan ontologi Ikhwan al-Shafa yang berlandaskan Neo-
Platonisme, yang menghubungkan metode dengan realitas yang lebih tinggi
dari sesuatu yang bersifat indrawi. Senada dengan aliran mu’tazilah, mereka
menghubungkan keinginan bebas manusia dengan keadilan tuhan.
4. Menurut Abu Hayyan at-Tauhidi
Dimana Abu Hayyan mengungkapkan bahwa dia sezaman mereka dan
kemudian menyebutkan nama-nama yang ada di dalamnya seperti, Abu
Sulaiman al-Busti atau yang biasa dikenal dengan al-Muqaddasi, Ali bin
8
MJS Channel, “Ikhwan al-Shafa oleh Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag”, Video 15:21
Harun al-Zanjani, Muhammad al-Nahrajuri atau al-Mihrajani, al-Afwi dan
Zayd bin Rafi’i.9
Dalam karyanya yang berupa ensiklopedi ada dua pemikiran ikhwan al-shafa yang
terpenting, yaitu tentang filsafat dan kosmologi (cabang ilmu astronomi yang
menyelidiki asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dari alam semesta).
9
MJS Channel, “Ikhwan al-Shafa oleh Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag”, Video 17:10-19:53
10
Hady, M. S. (2007). ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 8(2), 117-140.
Dari dua hal inilah yang menjadi pondasi awal ikhwan al-shafa dalam menjawab
segala permasalahan yang terjadi. Berikut akan dijelaskan dua hal penting ini.
Menurut mereka jika dilihat dari penganut ilmu filsafat sendiri memiliki
tiga tingkatan :
11
MJS Channel, “Ikhwan al-Shafa oleh Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag”, Video 25:25-34:00
12
Hady, M. S. (2007). ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 8(2), 117-140.
sudah sampai di tingkatan ini mereka akan menjalani hidup dengan baik
karena orang yang sudah paham hakikat akan membuahkan kesadaran.
3. Berkata dan berbuat sesuai dengan ilmunya, artinya ekspresi dirinya sesuai
dengan ideal yang ada di kepalanya, Otomatis kata-katanya baik dan tingkah
lakunya baik. Di mana arah pengkajian filsafat Ikhwan al-Shafa seperti ilmu
tasawuf.
13
Hady, M. S. (2007). ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam, 8(2), 117-140.
Pembahasannya berbasis simbolik, khususnya simbolik bilangan. Kunci dalam
memahami segala sesuatu dengan bilangan.
Pembahasan Rasa’il tepatnya terdapat pada risalah ke-16 yang berjudul al-
sma’ wa al-’alam. Mereka membagi seluruh struktur menjadi dua bagian;
Pertama, makhluk ruhani (al-jawahir al-ruhaniyyah) yang berada di alam ruhani
atau yang disebut dengan alam transendental. Kedua, wujud fisik (al-jawahir al-
jismaniyyah) digolongkan ke dalam dua dimensi lain, yaitu dimensi atas (al-'alam
al-'alawi), disebut juga alam semesta, dan dimensi bawah (al-'Alam al-sufla) atau
alam orbit dan bintang, serta alam yang mengalami proses penampakan dan
kehancuran serta terletak di bawah Bulan, atau sering disebut dengan wilayah
sub-bulan. Di antara dimensi-dimensi tersebut terdapat keselarasan dan
keselarasan. Keharmonisan inilah yang menjadi alasan terbentuknya hubungan
dan ikatan yang sangat erat satu sama lain.14
Oleh karena itu, segala sesuatu selain Tuhan Yang Maha suci mempunyai
beberapa pasang, yang membuktikan bahwa hanya ada satu Tuhan, unik dan
tunggal, yang tidak memperanakkan dan tidak memperanakkan. Secara
pemahaman, Tuhan adalah kebalikan dari alam, sebagaimana diyakini para nabi
dan filosof. Kesimpulan dualitas dan komposisi alam semesta sebagai satu
realitas dari berbagai sudut pandang sebagai bukti kesatuannya. Menurut mereka,
pembuktian kesucian, kesatuan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan ketuhanan
dapat dibuktikan melalui penalaran filosofis dengan menggunakan logika berpikir
matematis. Hal yang sama berlaku untuk departemen lain. Dengan ini, Ikhwan al-
Shafa mencoba melakukan pemurnian agama melalui pendekatan filosofis.
14
Darraz, M. A. (2014). Kosmologi Ikhwan al-Shafa’. Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary
Journal of Islamic Studies, 10(1), 68-95. https://doi.org/10.18196/aiijis.2014.0032.68-95
satuan fisik dilakukan melalui proses menurut waktu dan periode. Sebaliknya
penciptaan suatu entitas spiritual tidak mengalami proses peristiwa dalam ruang,
waktu, dan materi dalam arti proses kreatif berlangsung secara bersamaan. Pada
tataran Ikhwan al-Shafa akan mencoba menjelaskan struktur entitas ruhani
menjadi tiga bagian;15
15
Darraz, M. A. (2014). Kosmologi Ikhwan al-Shafa’. 10(1), 68-95.
16
Darraz, M. A. (2014). Kosmologi Ikhwan al-Shafa’. 10(1), 68-95.
asal mula terbentuknya benda-benda mutlak. Mereka kemudian menyimpulkan
bahwa benda mutlak adalah himpunan benda fisik yang ada di alam semesta ini.17
BAB III
PEMUTUP
17
Darraz, M. A. (2014). Kosmologi Ikhwan al-Shafa’. 10(1), 68-95.
A. Kesimpulan
Ihkwan al-Shafa sebuah kelompok intelektual muslim yang gerakannya
bersifat laten atau rahasia untuk menghindari dari penguasa pada saat itu kerap
menindas para pemikir yang bermunculan. Kelompok ini memiliki corak
keagamaan, politik dan filsafat, yang muncul di daerah bashrah pada masa bani
buwaih di abad ke-10. Kelompok ini memfokuskan perhatiannya di bidang
da’wah dan pendidikan, kemunculannya atas dasar inisiatif ingin membersihkan
ajaran agama dari pengaruh-pengaruh pemikiran barat. Sehingga mereka
menggunakan media filsafat untuk menjaga agama tetap tegak pada posisi
kesuciannya tanpa ada pengaruh luar yang dapat merusaknya.
Mereka melakukan perkumpulan untuk berdiskusi menyelesaikan berbagai
permasalah yang terjadi pada kala itu. Hasil dari sebuah pemikiran mereka
tertuang dalam karyanya yang bersifat ensiklopedi dengan membahas banyak
bidang keilmuan yang kemudian diberi nama Rasa’il Ikhwan al-Shafa. Di dalam
karyanya ini ada dua poin terpenting yang mendasari sebuah pemikiran kelompok
ini yang pertama mengenai filsafat dan kedua tentang kosmologi. Mereka
mencoba menjelaskan posisi filsafat dan agama kemudian tentang kosmologi dan
agama. Mereka mencoba menjabarkan sebauh keilmuan yang nantinya akan
bermuara pada ajaran agama, dalam hal ini agama islam.
Menurut Ikhwan al-Shafa dalam rasa’ilnya filsafat memiliki empat ranah
pengakajian, yaitu; tentang matematika, logika, fisika dan ketuhanan. Mereka
memiliki corak pengkajian filsafat yang bebeda dengan Ibnu Rusyd atau Thomas
Aquinas, perbedaannya terdapat pada sebuah pemaknaan yang dinilai lebih jauh
dari pada pemaknaan secara rasionalitis dan sillogistik yang di anut oleh
Aristoteles. Menurut Ikhwan al-Shafa penggunaan filsafat adalah sebagai metode
untuk memperoleh kebaikan manusiawi, yakni mengaplikasikan keilmuan yang
dimiliki secara potensial, dengan itu maka manusia akan dapat merealisasikan
karakter kemanusiaan secara benar.
Pada bagian kedua dalam hal sesuatu yang sangat mendasari pemikiran
Ikhwan al-Shafa adalah tentang kosmologi. Yang mana mereka menjelaskan
tentang struktur penciptaan alam semesta dengan membaginya menjadi dua
bagian entitas; pertama, entitas spiritual (al-jawahir al-ruhaniyyah) atau alam
transenden. Kedua, entitas fisik (al-jawahir al-jismaniyyah) yang juga terbagi
menjadi dua, alam bawah dan alam atas, yang keduanya memiliki keselarasan atau
hubungan yang tidak dapat terpisahkan.
Menurut yang penulis tangkap dari pemikiran Ikhwan al-Shafa tentang
Kedudukan filsafat dan agama memiliki relevansi di era global saat ini, yang
mana filsafat sebagai metode dalam mengkaji ajaran agama. Untuk menjaganya
dari sebuah pemikiran barat yang bertujuan merusak agama dari dalam. Dari
inilah kita yang hidup di era yang semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
akan sadar bahwa mungkin saja terjadi pengrusakan ajaran agama dari dalam,
sehingga akan kesadaran inilah kita bisa turut menjaga kesucian ajaran agama
yang kita yakini sebagai pedoman dalam menghambakan diri pada sang pencipta
dari bebagai tuduhan-tuduhan yang dapat merusak kesucian dan kedudukannya
sebagai wujud dari pemberian tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Darraz, M. A. (2014). Kosmologi Ikhwan al-Shafa’. Afkaruna:
IndonesianInterdisciplinary Journal of Islamic Studies, 10(1), 68-95.
https://doi.org/10.18196/aiijis.2014.0032.68-95
MJS Channel, “Ikhwan al-Shafa oleh Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag”, 27 September
2023, Video 6:56, https://www.youtube.com/watch?
v=Q3wdZlVOAJY&t=467s