FILSAFAT ISLAM
“PEMIKIRAN MULLA SHADRA TERHADAP METAFISIKA &
ETIKA”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri Mata Kuliah Filsafat Islam
Dosen Pengampu : Dr. Aep Wahyudin.M.Ag.M.I.Kom.
Disusun Oleh :
Anis Susana
(1214040011)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, Sholawat beserta salam
saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW juga kepada keluarga,
sahabat serta kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Tidak lupa kepada dosen
pengampu Mata Kuliah Filsafat Islam Dr. Aep Wahyudin.M.Ag.M.I.Kom. yang
telah membimbing saya sehingga saya bisa selesaikan makalah mengenai
“Pemikiran mulla sadra”
Makalah ini saya susun atas bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari
bahwa masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasa. Oleh karena itu saya terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga saya bisa melakukan perbaikan makalah
ini menjadi makalah yang baik dan benar.
BAB I
A. Latar Belakang
Muhammad ibn Ibrahim Yahya Qowami Syirazi, yang dikenal dengan
nama Shadr Al-Din Syirazi atau Mulla Shadra, dilahirkan di Syiraz pada 979
H/1571 M dari keluarga Qawam yang terkenal dan terhormat. Ayahnya
dikenal sebagai seorang penasehat raja dan bekerja sebagai ahli hokum islam
dipemerintahan Syafawi tepatnya di Provinsi Fars.
Shadr Al- Muta’allihin atau Mulla Shara menyebut filsafanya sebagai
Al-Hikmah Al-Muta’aliyah (Filsafat Transendental). Penamaan itu dipakai
sebagai sinonim dari istilah filsafat teringgi (Al-Hikmah Al-Ulya), lawan dari
matemaika dan fisika, dalam klasifikasi filsafat tradisional.
Pemikiran yang digeluti oleh mulla shadra adalah persoalan metafisika
yang didasari oleh pertanyaan tentang keberadaan Tuhan, yakni menggunakan
argument rasional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana riwayat hidup mulla shadra ?
2. Bagaimana pemikiran dari mulla shadra?
3. Bagaimana analisa penulis terhadap pemikiran mulla shadra?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Haidar Bagir, 2005: 193
bag Aristoteles bahwa pada puncaknya tujuan dari tindakan-tindakan etis
adalah kebahagaan yang bersifat intelektual.