Anda di halaman 1dari 18

FILSAFAT

ISLAM

PEMIKIRAN
FILSAFAT
MULLA SHADRA
Dosen Pengampu :
H. Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I., M.Ag.
Dr. Andewi Suhartini, M.Ag.
KELOMPOK 14
PAI 5 C
Ihsan Abdurrahman1192020104

Indah Lestari 1192020106

Intan Lestari 1192020109


01 RIWAYAT HIDUP
MULLA SHADRA

02 PEMIKIRAN FILSAFAT
MULLA SHADRA

03 PENGARUH PEMIKIRAN FILOSOFIS


MULLA SHADRA TERHADAP
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM
01
RIWAYAT HIDUP
MULLA SHADRA
Mulla Sadra adalah seorang Filsuf Safawiyah yang
terkemuka. Nama aslinya adalah Muhammad bin Ibrahim
bin Yahya al-Qawami al-Syirazi, dengan gelar “Shadr al-
Din” atau “Shadr al-Muta'alihin”, seorang Syiah yang
berhasil menambahkan ajaran-ajaran Imam Syiah Dua Belas
ke dalam pencampuran Peripatetisisme, Akbarisme, dan
Illuminasionisme. Mulla Sadra lahir kira-kira tahun 980
H/1572 M dan meninggal pada tahun 1050 H/ 1640 M, dia
merupakan filosof pertama yang membawa susunan dan
keserasian lengkap ke dalam pembahasan-pembahasan
mengenai masalah-masalah filsafat.
Mulla Sadra adalah seorang anak tunggal dari
keluarga Iran. Ayahnya sangat menaruh harapan
besar padanya, untuk itu setelah ayahnya Zaman ini merupakan zaman kejayaan paham
meninggal dia pindah ke kota Isfahan untuk Syiah Dua Belas Imam karena paham ini dijadikan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sebagai paham resmi negara. Saat itulah dia mulai
terutama dalam bidang ilmu rasional (logika dan mencurahkan perhatian pada ilmu-ilmu tekstual
falsafah) dan tradisional (irfan, tafsir, dan hadits). seperti hadits, tafsir, juga disiplin ilmu yang lain;
Di sana dia bertemu dengan gurunya yang selain itu dia juga mempelajari ilmu-ilmu
pertama; yakni Syekh Baha’i, kemudian ada juga rasional(al-‘ulum al-‘aqliyyah) kepada seorang
Mir Damad, guru kedua yang sekaligus sebagai filosof peripatetik yang bernama Abu al-Qasim
teman dekat. Dia hidup pada masa kejayaan Fendiriski. Tiga gurunya inilah; Syekh Baha'i, Mir
Dinasti Safawi yang ketika itu dipimpin oleh Damad, serta Fendiriski yang merupakan pelopor
Syah Abbas I. Madzhab Pemikiran Isfahan yang terkenal di Iran
telah berhasil melatar belakangi lahirnya falsafah
Mulla Sadra
KARYA-KARYA MULLA SHADRA
1. Al-Hikmah al-Muta'aliyyah fi al-Ashfar al-'Aqliyyah al-'Arba'ah
2. Al-Mabda' wa al-Ma'ad
3. Syawahid al-Rububiyyah fi al-Manahij al-Sulukiyyah
4. Al-Mafatih al-Ghaib
5. Kitab al-Masya'ir
6. Tafsir al-Qur'an al-Karim; Asrar al-Ayat wa Anwar al-Bayyinat Mutasyabihat
al-Qur'an, Al-Masa'il al-Qudsiyyah, Ajwibah al-Masa'il, dll.
7. Kasr Al-Ashnam Al-Jahiliyyah fi Dzamm al-Mutashawwifin
02
PEMIKIRAN FILSAFAT
MULLA SHADRA
Pemikiran Filsafat
Mulla Shadra
Hal pertama yang digeluti oleh Mulla Shadra adalah persoalan metafisika yang didasari oleh
pertanyaan tentang keberadaan Tuhan. Persoalan esensi dan eksistensi menjadi tema sentral dalam
uraian filsafatnya. Filsafat Mulla Shadra dinilai mampu mempertemukan beberapa aliran filsafat
yang berkembang sebelum Mulla Shadra. Pergelutan Mulla Shadra dengan esensi dan eksistensi
Allah melahirkan sebuah system filsafat yang tertata.
Shadra menggunakan istilah al-Hikmah al-Muta’aliyyah (filsafat transendental) yang
merupakan sinonim dari istilah filsafat tertinggi atau lebih dikenal dengan filsafat hikmah.
Salah satu bentuk pemikiran pendidikan Mulla Shadra adalah Filsafat Hikmah, yaitu
kebijaksanaan yang diperoleh lewat pencerahan spiritual atau intuisi intelektual dan disajikan
dalam bentuk yang rasional, yakni menggunakan argumen rasional. secara ontologis, hikmah
didasarkan pada tiga hal:

CONCEPT
Tasyqiq
(Gradasi Wujud)

Ashalah al-wujud Gerak Substansial


(Prinsipianitas (Al-harokhah Al-
Eksistensi) Jauhariyyah)
Pemikiran Filsafat
Mulla Shadra
Ashalah al-wujud Tasyqiq Gerak Substansial
(Prinsipianitas (Gradasi Wujud) (Al-harokhah Al-
Eksistensi) Jauhariyyah)
Bagi Mulla Shadra wujud
Sadra menyatakan eksistensi adalah realitas tunggal yang Mulla Shadra berpendapat
bersifat positif, pasti, tertentu muncul dalam gradasi (tahap) bahwa gerak tidak hanya
dan nyata. Bagi Shadra, yang berbeda. Tahap paling terjadi pada empat kategori
Tuhan adalah wujud mutlak. tinggi dalam hierarki wujud ini aksiden (kuantitas, kualitas,
Sedangkan akal tidak adalah Tuhan yang Maha posisi dan tempat), akan
mempunyai wujud eksternal, Tinggi dan tahap yang paling tetapi gerak juga terjadi pada
tetapi hanya merupakan rendah adalah Materi Awal, substansi. Kita lihat dalam
kandungan dalam fikiran yang menjadi bahan segala dunia eksternal perubahan
Tuhan, yakni ide-idenya. bahan (maddah al mawadd benda material dari keadaan
atau hayula). yang satu ke keadaan yang
lain.
03
PENGARUH PEMIKIRAN
FILOSOFIS MULLA SHADRA
TERHADAP
PERKEMBANGAN ISLAM
Pengaruh Filsafat
Mulla Shadra

Argumen Mulla Sadra tentang keberadaan Tuhan melalui agumen kemendasaran wujud
(disebut juga burhan al-shiddiqin), yang mencakup konsep ashalah al-wujud, wahdah al-wujud dan
tasykik al wujud, telah menjadi rujukan yang dominan dalam filsafat Islam, dan berhasil membentuk
pandangan Tauhid filosof Islam kontemporer seperti Murtadha Muthahhari, Thabathaba’i, Taqi
Mishbah Yasdi, dan lain-lain.
Sintesis pemikiran yang Mulla Shadra lakukan juga memberi pengaruh besar terhadap
perkembangan filsafat di Persia, India, juga Irak, awalnya pemikiran Mulla Shadra dibangkitkan oleh
Ali Nuri, dan Mulla Ismail Khawaju’i, kemudian dilanjutkan oleh ahli waris mazhab Shadrian,
seperti Hajji Mulla Hadi Sabzawari di Khurasan, dan Mulla Ali Mudarris di Teheran.
Di India pengaruh Mulla Shadra muncul sejak pertengahan abad ke
11 H/17 M, tidak lama setelah kematiannya. Maulana Maududi
(abad ke 20 M) sebagai motor penggerak penyebaran pemikiran
Mulla Shadra melalui terjemahannya terhadap karya Mulla Shadra ke
dalam bahasa Urdu.

Di Irak, pemikiran Mulla Shadra terus diajarkan melalui tokoh


besar termasyhur Muhammad Baqir al-Shadr (abad ke 14 H/ 20
M) yang tergolong sebagai ulama kontemporer melalui pusat-
pusat pendidikan di Najaf.
Kebangkitan kembali filsafat Islam di Iran masa pemerintahan Pahlevi, ditandai
dengan banyaknya karya Mulla Shadra dicetak dalam kurun lima puluh tahun
terakhir ini, Mulla Shadra juga telah diperkenalkan di Barat dan bagian bagian lain
dunia non-Islam oleh sejumlah pemikir kontemporer.

Di Indonesia telah beredar banyak karya-karyanya yang tidak bisa dilepaskan dari
para pengstudi filsafat yang telah mengenyam pendidikan baik di Persia, dan para
pegiat filsafat Islam yang lain seperti Kang Jalal, Mas Haidar Baqir, Dimitri
Mahayana, bahkan yang turut mewarnai pemikiran Mulla Shadra di Indonesia
alumni Chicago yakni Mulyadhi Kartanegara misalnya.
REFERENSI

Andi Muhammad Ikbal Salam, Usri. (2021). Pemikiran Mulla Shadra dan Pengaruhnya
terhadap Filsafat Kontemprorer. Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah
Buton, 550.
Fahham, Achmad Muchaddam. (2004)). Tuhan dalam Filsafat Allamah Thabathabai.
Jakarta: Teraju.
Guntur, Andi Muhammad. (2015). Skripsi: Pengaruh Pemikiran Mulla Shadra terhadap
Perkembangan Filsafat Islam Kontemporer. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar (UINAM).
Muthahhari, Murtadha. (2002). Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra. Bandung:
Mizan.
Salam, A. M. (2021). Pemikiran Mulla Shadra dan Pengaruhnya terhadap Filsafat
Kontemporer. Sang pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, 550.
Wikipedia bahasa Indonesia. (2021). Mulla Sadra. Dipetik desember 1, 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Mulla_Sadra
THANK YOU!
Any Question?
TYPOGRAPHY

“In Him there is no room


for non-existence or
imperfection”
—Mulla Sadra

Anda mungkin juga menyukai