Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KITAB TAFSIR MAFATIHUL GAYB;

KARYA FAKHRUDDIN AR-RAZI

Rizqi Sastyaningrum1, Ummatun Marhumah Ayu Qur’ani2, Mihda Karam Khan3


Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq jember

Abstrak
Artikel ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis kitab tafsir Mafatihul
Gayb karya Fakhruddin Ar-Razi. Yang mana Fakhruddin Ar-Razi merupakan
seorang mufassir yang mempunyai latar belakang pemikiran teologis akidah
dan mazhab yang dianutnya, sehingga mempengaruhinya dalam corak tafsir
yang dihasilkannya. Sehingga penulis ingin mengkaji dan menganalisis kitab
tafsir Mafatihul Gayb karya Fakhruddin Ar-Razi ini, khususnya pada sumber
penafsiran, metode dan corak yang digunakan, serta memberikan contoh asli
penafsiran dalam kitab tafsir ini.
Kata Kunci: Al-Qur’an, Tafsir, Mafatihul Gayb
Latar Belakang
Keilmuan seorang mufassir ternyata mempengaruhi corak tafsir yang dihasilkannya.
seorang mufassir yang berlatar belakang pemikiran teologis, akidah dan mazhab yang
dianutnya, maka ia akan cenderung untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan corak paham yang
dianutnya. Seperti pada artikel ini yang akan membahas kitab tafsir Mafatihul Gayb karya
Fakhruddin Ar-Razi. Fakhruddin Ar-Razi mempunyai paham akidah dan mazhab yang
dianutnya yaitu paham asy’ari (sunni) dan mazhab syafi’i. dengan demikian dalam
penafsirannya Fakhruddin Ar-Razi untuk membela akidah dan mazhab yang dianutnya, ia
sangat berambisi untuk mengkritik pemahaman-pemahaman yang berseberangan dengannya.
Fakhruddin Ar-Razi juga merupakan seorang sufi, karena pemikirannya sangat fanatik
dengan filsafat, sesuai dengan paham yang dianutnya. Sehingga tidak heran, dalam
penulisannya terdapat beberapa argumen yang mengandung filsafat. Dalam kitab tafsir
Mafatihul Gayb karya Fakhruddin Ar-Razi ini, penafsirannya tergolong dalam beberapa corak,
yaitu corak teologis, corak falsafi, dan corak ilmi. Namun, pada kenyataanya kitab tafsir ini
lebih condong pada penafsiran yang bercorak teologis, karena telah diketahui bahwa seorang
Fakhruddin Ar-Razi merupakan ulama yang berpaham asy’ari (sunni). Untuk itu maka pada
artikel ini, penulis ingin menganalisis atau mengkaji kitab tafsir Mafatihul Gayb karya
Fakhruddin Ar-Razi, mulai dari bagaimana metode penafsirannya, sumber tafsir yang
digunakan, serta corak yang ada dalam kitab tafsir ini.
Kerangka Teori
Tafsir teologi
Menurut Abdul Mustaqim tafsir teologis merupakan karakter penafsiran yang ditulis
bukan hanya oleh pengikut sekte teologis tertentu. Tetapi juga untuk membela dan mengkritik
perspektif teologis tertentu. Baginya, tafsir dengan karakter ini bakal banyak membahas tentang
topik teologis daripada mengungkapkan isi pokok Al-Qur’an.1 Definisi lain juga mengatakan
bahwa Tafsir teologis adalah tafsir yang digunakan untuk membenarkan setiap perbuatan dan
ketetapan dalam ideologis, yang telah nukil oleh tiap-tiap sekte dalam tubuh umat islam.2 Dari
beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tafsir teologis adalah penafsiran yang
berdasarkan suatu paham tertentu dan digunakan untuk membela dan mengkritik pandangan
paham teologis yang lainnya. Tafsir teologis juga bisa dikatakan tafsir kalam.
Klasifikasi
Sepanjang ucapan lisan dijadikan sebagai cara meyakinkan sesuatu, maka perlu mendalami
ilmunya (ilmu tauhid), yaitu ilmu yang membicarakan persoalan Tuhan. Ilmu tauhid juga
disebut ilmu teologis atau ilmu kalam. Dalam hal ini, muncul aliran-aliran dengan berbagai
metode berpikirnya, untuk mengambil keputusan yang dilakukan oleh para ulama aliran
teologis dalam mengatasi masalah atau persoalan nya. Sehingga muncul aliran-aliran teologis,
dua diantaranya yang sering bertentangan yaitu teologi Mu'tazilah yang disebut aliran rasional
dan teologi Asy-'Ari yang disebut aliran tradisional, sehingga muncul perbedaan pendapat
dalam menguraikan masalah teologi atau ajaran-ajaran dalam aliran teologi tersebut. Berikut
penulis uraikan kategori persoalan dalam teologi:3
1. Ketuhanan
Mengenai ketuhanan atau tauhid mu'tazilah dan Asy-'Ari bertolak belakang,
mu'tazilah berpandangan bahwa Allah tidak layak untuk diberi sifat yang
menggambarkan adanya penyerupaan Tuhan, karena baginya itu tidak masuk akal dan
mustahil, maka mereka menampilkan ayat-ayat yang secara dzohir menggambarkan
adanya penyerupaan Tuhan dengan mengalihkan arti kata itu ke kata yang lain, dengan
melalui kebahasaan secara ketat, contohnya dalam Q. S. Shad ayat 75 yaitu kata tangan
diartikan sebagai kekuasaan. Sedangkan pandangan Asy-'Ari yaitu Allah SWT
mempunyai sifat-sifat tersebut, seperti tangan, kaki dan lainnya, namun hanya secara
simbolis dan tidak boleh diartikan secara harfiah. Karena sifat-sifat Allah tersebut tidak
boleh dibandingkan dengan manusia atau makhluknya.

1
Ridhoul Wahidi; Amaruddin Asra, Corak Teologis-Filosofis Dalam Penafsiran Alqur’an, Jurnal Syahadah,
Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 31
2
Opin Rahman., M. Gazali Rahman, Tafsir Idiologi dalam Tafsir Teologi Sunni, Muktazilah dan Syiah, Asy-
Syam: Jurnal Hukum Islam, 2020
3
Abdul Razak & Rohison Anwar, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2016, hal. 15-36
2. Predestinasi
Predestinasi4 yaitu sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan, takdir Tuhan.
Artinya suatu hubungan antara Tuhan dan manusia. Dalam aliran mu'tazilah,
berpandangan bahwa manusia memiliki peran utama dalam setiap perbuatan ataupun
tindakan yang mereka lakukan dan bertanggung jawab atasnya, kaum ini menolak
takdir predestinasi bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah. Dan mu'tazilah
berpandangan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dalam setiap
tindakannya. Sedangkan Asy-'Ari berpandangan bahwa segala sesuatu yang berkaitan
dengan manusia, yakni tindakan manusia juga, sudah ditetapkan oleh kehendak Allah
dari awal, dan Asy-'Ari mengambil pandangan determinasi mutlak.
3. Manusia
Menurut mu'tazilah, manusia mempunyai kebebasan yang mutlak dalam
berbuat serta berpendapat yang baik dan buruk. Karena manusialah yang menciptakan
perbuatannya itu sendiri. Sedangkan asy-'Ari, mengambil jalan tengah antara
mu'tazilah dan jabariyah, kaum Asy-’Ari berpendapat bahwa manusia adalah ciptaan
Allah, yang mana Allah SWT adalah sebagai sang Pencipta (khaliq) dan manusia
adalah yang berupaya (kasb). Karena sejatinya hanya Allah sang Pencipta yang
menciptakan segala sesuatu, termasuk di dalamnya perbuatan atau keinginan manusia.
Studi Kasus
Studi tentang tafsir teologis ini, khususnya tafsir Mafatihul Gayb karya Fakhruddin Ar-
Razi sudah banyak dilakukan, namun lebih cenderung pada satu pembahasan khusus saja,
seperti pada Jurnal yang pertama yaitu karya Tatan Setiawan dan Muhammad Panji Romdom
yang berjudul “Analisis Manhaj Khusus Dalam Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Al-Razi”,
tulisan ini memfokuskan pada metodologi khusus yang digunakan Ar-Razi dalam
menafsirkan ayat Al-Qur'an. Kedua, karya Wakhida Nurul Muntaza dan Baidi yang berjudul
“Studi Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Fakhruddin Al-Razi 1149-1209 M”, dalam jurnal
ini hanya difokuskan pada tokoh Fakhruddin Al-Razi serta pemikirannya dalam kitab tafsir
mafatihul ghaib. Sedangkan pada artikel ini, penulis menjelaskan mulai dari definisi tafsir
teologis, klasifikasi dalam aliran mu'tazilah dan asy-'Ari, biografi seorang Fakhruddin Ar-Razi
dan pada pembahasan dijelaskan mulai dari sumber, metode, corak dan contoh dalam penafsiran
kitab tafsir Mafatihul Gayb karya Fakhruddin Ar-Razi.
Biografi Fakhruddin Ar-Razi
Fakhruddin Ar-Razi memiliki nama lengkap yaitu Muhammad bin ‘Umar bin Al-Hasan
bin ‘Ali At-Taimi Al-Bakri Ath-Thuburustani Ar-Razi. Beliau memiliki kunyah yaitu Abu
Abdillah dan memiliki laqab yaitu Fakhruddin dan Syaikh Al-Islam. Fakhruddin Ar-Razi

4
Ibid, Abdul Razak & Rohison Anwar, Ilmu Kalam…. .. .. . , hal. 95
adalah putra dari Imam Khatib As-Syafi'i dan nasabnya bersambung hingga ke Abu Bakar As-
Siddiq, yaitu khalifah pertama setelah Rasulullah SAW wafat. Fakhruddin Ar-Razi lahir pada
tanggal 15 Ramadhan, pada tahun 544 H/1149 M. Beliau lahir dalam keluarga yang terkemuka
dengan keilmuan. Ayahnya adalah seorang ulama mazhab Syafi'i dan menjadi seorang khatib.5
Fakhruddin Ar-Razi sejak dididik oleh Ayahnya sudah terlihat semangatnya dalam belajar,
terlebih ilmu tentang agama. Selama perjalanan intelektualnya beliau banyak melakukan
perjalan untuk berdiskusi dengan ulama di berbagai daerah. Bahkan beliau pernah berdebat
dengan kaum dan ulama-ulama yang berpaham mu'tazilah dan memutuskan untuk kembali ke
Ray. Sebagaimana mazhab yang dianutnya yaitu Syafi'i, maka beliau termasuk dalam aliran
Asy-’Ari atau dengan kata lain Sunni, jadi tidak heran jika dalam perjalanannya beliau kontra
dengan paham mu'tazilah, terlebih dalam pemikiran-pemikiran. Fakhruddin Ar-Razi wafat pada
tanggal 10 Syawwal tahun 606 H/1210 M. Terlihat dari keahlian Fakhruddin Ar-Razi yang
banyak menguasai berbagai disiplin ilmu, beliau banyak mempunyai murid juga. Dan
sepanjang perjalanan intelektualnya, beliau menjadi cendekiawan muslim dengan banyak
menghasilkan karya, diantaranya yaitu:
1. Mafatihul Gayb atau disebut Kitab Tafsir Al-Kabir
2. Dalail Al-I'jaz
3. Syarh Al-Wajiz
4. Al-Burhan Fi Qiraah Al-Qur'an
5. Risalah Al-Juhar, dan kitan-kitab lainnya.
Pembahasan
1. Sumber Penafsiran Kitab Tafsir Mafatihul Gayb, Karya Fakhruddin Ar-Razi
Kitab Tafsir Mafatihul Gayb ini tergolong dalam tafsir bil al-ra’yi dan masuk pada
kategori mahmud (terpuji), karena Fakhruddin Ar-Razi dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an
berdasarkan ijtihadnya sendiri, menggunakan akal, yang mana Fakhruddin Al-Razi berpegang
pada pemahamannya yaitu paham Asy-’Ari yang dianutnya serta dalam penafsirannya sesuai
dengan Al-Qur’an dan sunnah. Sumber yang digunakan dalam tafsir bil al-ra’yi yaitu
1. Al-Qur’an
2. Mengutip dari hadits nabi, seraya menjaga dari hadits dhoif dan maudhu’
3. Mengambil penafsiran sahabat yang shohih
4. Mendasarkan kepada Bahasa arab, karena Al-Qur’an diturunkan dengan
Bahasa arab

5
Ulil Azmi, Studi Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Ar-Razi, Basha’ir: Jurnal Studi Alquran dan tafsir, Vol.
2, No. 2, 2022, hal. 120-121
Namun, perlu ditegaskan bahwa secara kuantitas jumlah Riwayat yang digunakan
dalam tafsir bil al-ra’yi jauh lebih kecil dibandingkan dengan ijtihadnya seorang mufasir.
Berikut contoh penafsiran Fakhruddin Ar-Razi dalam Kitab Tafsir Mafatihul Gayb, dalam
surah Al-Fatihah ayat pertama:

Sumber: Maktabah Asy-Syamilah

Terjemah: “Adapun Yang Mulia mengatakan: atas nama Allah Yang Maha
Pemurah, Yang Maha penyayang, ada dua jenis penelitian: jenis pertama: Telah
diketahui di kalangan ulama bahwa Allah SWT memiliki seribu satu Nama Suci yang
menyucikan, dan itu terdapat dalam kitab dan Sunnah, dan tidak diragukan lagi bahwa
mencari masing-masing nama tersebut merupakan suatu kehormatan yang tinggi., dan
juga, pengetahuan tentang nama tersebut tidak terjadi kecuali didahului dengan
pengetahuan tentang nama tersebut, dan Atas nama Allah, saya mulai melakukan
ketaatan, dan makna ini tidak menjadi ringkasan yang diketahui sampai setelah berdiri
di bagian ketaatan, yang merupakan doktrin sejati dan karya murni dengan bukti dan
bukti, dan dengan jawaban atas kecurigaan, dan total ini mungkin telah melebihi
sepuluh ribu pertanyaan”.
Dari penafisiran di atas, terlihat bahwa Fakhruddin Ar-Razi dalam penafiran
surah Al-Fatihah ayat pertama, beliau langsung mengungkapkan tentang makna
basmalah berdasarkan penelitian atau riset terdahulu yang beliau pilih, kemudian beliau
memberi komentar terhadap ungkapan tersebut atau dikatakan beliau melakukan tarjih
yang artinya memilih satu pendapat atas pendapat yang lain.
2. Metode dan Corak Penafsiran Kitab Tafsir Mafatihul Gayb, Karya Fakhruddin Ar-
Razi
Kitab Tafsir Mafatihul Ghayb ini menggunakan metode tahili (analitis) hal ini terbukti
dalam penafsirannya Fakhruddin Ar-Razi menjabarkan secara mendalam mulai dari aspek
kebahasaan, pendapat atau Riwayat terdahulu, mengaitkan munasabah ayat, asbabun nuzul,6
menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan ayat yang sedang dibahas secara urut
berdasarkan urutan mushaf dan mulai menganalisa dengan ijtihadnya. Fakhruddin Ar-Razi
dalam kitabnya juga menggunakan metode muqarran (komparatif) hal ini terbukti dalam
penafsirannya beliau membandingkan pendapat para ulama atau antara ayat dengan ayat,
dengan mengutamakan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan.
Adapun corak yang terlihat dalam kitab tafsir mafatikhul ghayb ini yaitu condong pada
corak teologis yang mana Fakhruddin ar-razi dalam penafsirannya lebih mengunggulkan dan
membela mazhab yang dianutnya yaitu mazhab syafi’I dalam bidang fiqih sedangkan dalam
bidang Aqidah membela mazhab asy’ari. Karena kefanatikannya terhadap mazhab yang
dianutnya, membuatnya terpengaruhi dalam corak tafsir yang dihasilkannya.
3. Contoh Penafsiran
Fakhruddin Ar-Razi telah dikenal sebagai seorang teolog yang sangat terkenal
dikalangan umat islam. Karena kemumpuniannya dalam mazhab yang dianutnya yaitu mazhab
syafi’I yang tergolong dalam teologi sunni. Karena kefanatikannya tersebut kemudian
mempengaruhinya dalam penafsira terhadap Al-Qur’an dan mengedepankan paham yang
dianutnya. Berikut penulis jabarkan beberapa contoh penafsiran Fakhruddin Ar-Razi dalam
kitab tafsirnya Mafatihul Ghayb:
1. QS. Al-An’am (6): 97:

Sumber: Maktabah Asy-Syamilah

6
Muhammad Mansur, Tafsir Mafatih Al-Ghaib (Historisistas dan Metodologi), Sleman: Lintang Hayuning
Buwana, 2019, hal. 82
Terjemah ayat: “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui”.
Pada pembahasan QS. Al-An’am ini, Fakhruddin Ar-Razi memulai dengan menyebutkan 7
macam permasalahan. Salah satu permasalahannya yaitu pada pendapat yang kelima dijelaskan bahwa
lafadz ‫ت ٱ ْلب ِر وٱ ْلبحْ ِر‬
ِ ‫ ظُلُ َٰم‬mengarah kepada pembahasan tentang doktrin-doktrin Mujassimah yang
berpendapat bahwa Allah serupa dengan makhluk-Nya, yang difokuskan pada lafadz ‫ت ٱ ْلبحْ ِر‬ ِ ‫ظُلُ َٰم‬,
sedangkan doktrin yang menafikan sifat Allah (Mu’attilah) difokuskan pada lafadz ‫ت ٱ ْلب ِر‬
ِ ‫ظُلُ َٰم‬.
2. QS. Al-Baqarah (2): 269:

Sumber: Maktabah Asy-Syamilah

Dalam pembahasan QS. Al-Baqarah ayat 269 ini, Fakhruddin Ar-Razi banyak mengungkapkan
argumentasinya mazhab sunni. Yang mana Ar-Razi menjelaskan secara detail masalah tentang
perbuatan seorang hamba Allah dengan mengedepankan argumentasi mazhab sunni. Namun, disini
penulis hanya menukil masalah yang ketiga saja, karena pembahasan dalam tafsirnya sangat luas dan
tidak mungkin untuk disampaikan keseluruhannya.
Terjemah QS. Al-Baqarah ayat 269: “Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang
Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak.
Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab”.
Masalah ketiga: Dengan ayat ini para sahabat berargumentasi bahwa amal perbuatan seorang
hamba diciptakan untuk Tuhan Yang Maha Esa, karena hikmah jika diartikan sebagai Ilmu tidak
dijelaskan oleh ilmu-ilmu niscaya, karena dimiliki oleh binatang, orang gila, dan anak-anak, dan hal-
hal tersebut tidak dapat disebut sebagai hukum, karena dijelaskan dengan ilmu-ilmu teoritis, dan jika
kita menjelaskannya dengan tindakan indrawi, maka jelaslah persoalannya.Berdasarkan kedua
perkiraan tersebut, maka diperlukan pencapaian pengetahuan teoritis. dan perbuatan inderawinya
dibenarkan oleh yang lain, dan menurut penilaian orang lain, dan yang lain itu tidak lain adalah Tuhan
Yang Maha Esa, dengan persetujuan. Hal ini menunjukkan bahwa perbuatan seorang hamba adalah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Kesimpulan
Pada kitab tafsir Mafatihul Gayb karya Fakhruddin Ar-Razi ini, jika dilihat dari sumber
penafsirannya banyak menggunakan sumber penafsiran bil al-ra’yi, namun juga menggunakan bil
ma’tsur pada beberapa penafsirannya. Kemudian untuk metode penafsirannya beliau menggunakan
metode tahlili atau analitis, karena beliau menjelaskan tafsirannya secara rinci, salah satunya jika dilihat
dari tartibnya menggunakan tartib mushafi atau urutan suratnya sesuai dengan mushaf. Kemudian untuk
corak penafsirannya sangat jelas Fakhruddin Ar-razi menggunakan atau lebih condong pada corak
teologis, yang mana beliau fanatik terhadap mazhab dan paham yang dianutya yaitu mazhab syafi’I dan
beraliran sunni, yang salah satu latar belakang beliau menafsirkan Al-Qur’an adalah untuk membela
mazhabnya dari kaum mu’tazilah.

Daftar Pustaka
Abdul Rozak, R. A. (2019). Ilmu Kalam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Amaruddin, R. W. (2014). Corak Teologis-Filosofis dalam Penafsiran Al-Qur'an. Syahadah: Jurnal
Ilmu Al-Qur'an dan Keislaman, 31.
Azmi, U. (2022). Studi Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib Karya Ar-Razi. Basha'ir: Jurnal Studi Al-
Qur'an dan Tafsir, 120-121.
Mansur, M. (2019). Tafsir Mafatih Al-Ghaib (Historitas dan Metodologi). Sleman: Lintang Hayuning
Buwana.
Opin Rahman, M. G. (2020). Tafsir Ideologi: Bias Idiologi dalam Tafsir Teologi Sunni, Muktazilah,
dan Syi'ah. As-Syams: Jurnal Hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai