Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

Materi: Kajian Tokoh Tasawuf

Dosen Pengampu:

Semester; III B Oleh;

Fitriyah

Aisyatur Rafiqah

Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA)

Guluk-Guluk Sumenep Madura

Tahun 2020-2021

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Al-Hallaj


Husain bin manshur al-hallaj atau yang lebih di kenal dengan al –hallaj
adalah salah satu tokoh sufi yang menggemparkan dunia tasawuf pada abad ke-
3 H. Hal itu merupakan akibat dari ucapan-ucapannya yang sangat
mengejutkan dalam menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Al-Hallaj di lahirkan di kota Thur yang bercorak Arab di kawasan
Baidhah, Persia Tenggara pada tahun 244 H atau 858 M. Kakeknya adalah
seoaran penganut zoroaster dan ayahnya memeluk islam. Di usianya yang
sangat muda ia mulai mempelajari tata bahasa arab , membaca al-gur’an dan
tafsir serta teologi. Ketika berusia 16 tahun al-Hallaj merampungkan studinya ,
tapi masih merasa kebutuhannya kurang untuk menginternalisasikan ilmu yang
telah di dapatnya. Pamannya menceritakan tentang Sahl at-Tustari kepada al-
Hallaj, sehingga diapun tertarik dan pindah ke Tustar untuk berkhidmat dan
mengangabdi pada tokoh sufi tersebut.
Dua tahun kemudian , al-Hallaj tiba-tiba meninggalkan Sahl dan
pindah ke Bashrah. Di Bashrah ia bertemu dengan Amr al-Makki yang secara
formal menasbihkannya sebagai sufi. Amr adalah salah satu murid junaid yang
sangat berpengaruh saat itu. Al-Hallaj menemani Amr selama 18 bulan, lalu
meninggalkannya.1
Harun Nasution mengemukakan bahwa al-Hallaj di tuduh memiliki
hubungan dengan gerakan Qaramithah, yakni salah satu sekte syi’ah pada akhir
abad ke-9 H yang mempunyai paham komunis dan sering melakukan teror.
Bahkan pernah menyerang Mekkah pada tahun 930 M.
B. Ajaran Al-Hallaj
Ajaran-ajaran al-Hallaj bercorak tasawuf falsafi karena bahasa-
bahasanya sulit di pahami oleh masyarakat awam sebab tingkatan tasawufnya
yang sudah sangat tinggi. Adapun ajaran- ajaranya ialah;

1
A. Qusyairi Ismail dkk Trilogi Ahlussunnah (Pasuruan: Pustaka Sidogiri 2012)Hal 291-292
1. Hulul
Hulul dapat dikatakan sebagai suatu tahap di mana manusia dan Tuhan
bersatu bersatu secara rohaniah. Pada dasarnya hulul di sini merupakan
perkembangan bentuk lain dari ittihad-nya Abu Yazid. Akan tetapi terdapat
beberapa perbedaan dari keduanya . Dalam ittihad diri Abu Yazid
mengalami fana’ terlebih dahulu lalu baqa’ yakni roh manusia naik pada
derajat ketuhanan sehingga yang tersisa hanya diri Allah pada dirinya.
Sedangkan dalam hulul diri al-Hallaj tidak hancur melainkan roh manusia
turun dari derajatnya dan Allah mengambil tempat di dalamnya. Di dalam
ittihad yang dilihat hanya satu wujud, sedangkan dalam hulul ada dua wujud
, tapi bersatu dalam satu tubuh. Hal ini sangat jelas berdasarkan al-Hallaj
dibawah ini:
“Saya adalah rahasia Yang Mahabesar dan bukanlah Yang
Mahabesar itu saya. Saya hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah
antara kami.”
Ungkapan ini menunjukkan adanya dua wujud dalam satu tubuh, yaitu
roh manusia dan roh Tuhan yang bercampur dalam diri manusia.2
Sementara itu, hulul-Nya Tuhan kepada manusia erat kaitannya dengan
maqamat sebagaimana telah disebutkan, terutaman maqam fana. Fana bagi
Al-Hallaj mengandung tiga tingkatan:
a. Tingkat menfanakan semua kecendrungan dan keinginan jiwa.
b. Tingkat menfanakan semua fikiran (Tajrid aqli), khayalan,
perasaan dan perbuatan hingga tersimpul semata-mata hanya
kepada Allah
c. Tingkat menghilangkan semua kekuatan ikir dan kesadaran.
Tujuan dari hulul adalah mencapai persatuan secara batin. Untuk itu
Hamka berpendapat bahwa hulul adalah ketuhanan (lahut) menjelma ke
dalam diri insan, dan hal ini terjadi pada saat kebatinan seorang insan telah
suci bersih dalam menempuh perjalanan hidup kebatinan.3
1. Haqiqah Muhammadiyah
Mengenai teori penciptaan al-Hallaj menganut teori emanasi. Dalam
teori emanasi ( pancaran, percikan atau pengaliran) Tuhan diibaratkan
2
Drs. A. Bachrun Rif’i, M. Ag. Dan Drs. H. Hasan Mud’is, M. Ag. Filsafat Tasawuf ( Bandung : CV Pustaka Setia
2010) Hal 101-102
3
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf (Jakarta : Raja Wali Pers 1996) Hal 240-241
sebagai sumber cahaya. Semisal matahari yang memancarkan cahayanya ke
seluruh penjuru dunia.
Dalam teori al-Hallaj, pancaran pertama dinamakan nur muhammad .
dari nur muhammad inilah, segala sesuatu yang ada di dunia diciptakan.
Dan al-Hallaj merupakan tokoh sufi pertama kali yang mengatakan bahwa
kejadian alam ini pada mulanya adalah dari nur muhammad.

2. Wahdat al-adyan
Menurut paham ini hakikat semua agama adalah satu karena semua
mempuyai tujuan yang satu, yaitu mengakui dan menyembah Allah, Tuhan
semesta alam , Tuhan semua agama. Nama agama itu berbagai macam. Ada
Islam, Kristen , Yahudi dan lain-lain. Semuanya hanyalah perbedaan nama,
namun hakikatnya sama saja. Sebab dari nur muhammad merupakan
sumber dari segala sesuatu, termasuk petunjuk atau agama. Oleh karena itu,
antara satu dengan lainnya tidak dapat dikatakan perbeda.

Inti ajaran dari Wahdah al adyan adalah sebenarnya nama agama yang
berbagai macam, seperti Islam, Nasrani, Yahudi dan yang lain-lain hanyalah
perbedaan nama dari hakikat yang satu saja. Nama berbeda, satu tujuan. Segala
agama adalah agama Allah maksudnya ialah menuju Allah. Orang memilih
suatu agama, atau lahir dalam satu agama, bukanlah atas kehendaknya, tetapi
dikehendaki untuknya. cara ibadah bisa berbeda warnanya, namun isinya hanya
satu.
Paham Wahdah al-Adyan ini muncul sebagai konsekuensi logis dari
pahamnya tentang Nur Muhammad. Yakni pahamnya al-Hallaj tentang
qadimnya Nur Muhammad telah mendorongnya untuk berkesimpulan tentang
kesatuan agama. Mengenai hal ini, ‘Abdullah bin Tahir al-Azdi mengatakan,
sebagaimana dicatatkan oleh al-Taftazani sebagai berikut: “Suatu hari aku
bertengkar dengan orang yahudi di pasar baghdad. Diapun ku maki: hai anjing.
Ketika itu al-Hallaj lewat dan memandangku dengan geram. Dan tegurnya:
jangan kau maki anjingmu. Dan diapun langsung pergi. Setelah pertengkaran
itu, aku mencari al-Hallaj. Namun ketika ku temui, dia memalingkan wajahnya.
Akupun meminta maaf kepadanya. Lalu dia berkata: wahai sahabatku, semua
agama adalah milik Allah. Setiap golongan menganut suatu agama tanpa
adanya pilihan, bahkan dipilihkan bagi mereka. Kerena itu, barangsiapa
menyalahkan apa yang dianut golongan itu sama saja halnya dia telah
menghukumi golongan tersebut menganut agama atas upayanya sendiri.
Ketahuilah ! agama-agama yahudi, islam dan yang lain-lainya adalah sebutan
serta nama yang beraneka ragam dan berbeda. Akan tetapi tujuan tujuan
semuanya tidak berbeda” .
C. Karya – Karya Al-Hallaj
Karya Al-Hallaj yang dicatat oleh Ibn Nadim ada kurang lebih 47 buah
karyanya,diantarnya:
1. Al Ahruful muhaddasah, wal azaliyah, wal asmaul kulliyah
2. Kitab Al Ushul wal Furu’
3. Kitab Sirrul ‘Alam wal mab’uts
4. Kitab Al ‘Adlu wat Tauhid, wat tauhi
5. Kitab ‘Ilmul Baqa wal fana
6. Kitab Madhun Nabi wal Masaul A’laa
7. Kitab “Hua, Hua”
8. Kitab Al - Thawwasin.
Kedelapan kitab ini adalah yang terpenting diantara 47 kitab itu, dan
yang tersebut ini “At Thawwasin” telah dicetak kembali, dan ada salinanya
dalam bahasa Persia. Kitab-kitab itu hanya tinggal catatan, karena ketika
hukuman dilaksanakan, kitab-kitab itu juga ikut dimusnahkan, kecuali sebuah
yang disimpan pendukungnya yaitu Ibnu 'Atha dengan judul Al-Thawasin al-
Azal. Dari kitab-kitab ini dan sumber-sumber muridnya dapat diketahui tentang
ajaran-ajaran al-Hallaj dalam tasawuf.4
D. Respons Para Ulama terhadap al-Hallaj
Al-Hallaj, di kalangan kaum sufi muslim dianggap sebagai sesosok sufi
yang kontroversial. Banyak ucapan eksatik dan bernada menghujat disodorkan
kepadanya. Ia dituduh melakukan bid’ah, murtad, serta menyatakan bahwa
dirinya sebagai titisan Tuhan. Para fuqaha juga menyodorkan asumsi yang
lebih ekstrim lagi sampai-sampai mengatakan bahwa al-Hallaj adalah seorang
kafir.

4
Prof. Dr. H. Ahmadi Isa, MA., Tokoh-Tokoh Sufi Teladan Kehidupan Yang Saleh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), 157.
Ada beberapa tuduhan miring yang disodorkan kepadanya, yakni
sebagai berikut :
1.    Ia mempunyai hubungan dengan gerakan Qaramith, yang
merupakan salah satu sekte syi’ah yang dibentuk oleh Hamdan ibn
Qarmat. Sekte ini mempunyai faham komunis, pernah mengadakan
teror, menyerang Mekkah, merampas Hajar Aswad dan menentang
pemerintahan Bani Abbasiyah.
2.    Keyakinan para pengikutnya bahwa ia mempunyai sifat ketuhanan.
3.    Baginya Ibadah Haji tidak wajib.
Dalam hal-hal tertentu diri al-Hallaj terpecah menjadi dua pribadi, Ibnu
Arabi memandang bahwa pada satu sisi al-Hallaj dipandang sebagai seorang
wali, namun disisi lain ia memiliki sebuah pandangan yang melebihi kebesaran
nabi.
Namun, tak hanya respons negatif yang diterima al-Hallaj, beliau juga
mendapatkan sambutan hangat dari para ulama dan cendekiawan. Mereka
mengatakan al-Hallaj adalah seorang hafidz al-Qur’an yang sarat dengan
pemahamannya, menguasai ilmu fiqh dan hadits, serta tidak diragukan lagi
keahliannya dalam ilmu tasawuf dan masih banyak lagi sifat-sifat keshalihan
yang dimilikinya.5

5
Muhsin Labib, Mengurai Tasawuf Irfan & Kebatinan, Jakarta : Lentera, 2004. Hal 91.

Anda mungkin juga menyukai