Anda di halaman 1dari 11

POLA IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI SANTRI DALAM MENINGKATKAN

PERSAUDARAAN DI PONDOK PESANTREN AN-NUQAYAH

Naila salsabila; Qarina nur fadhilah

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pesantren merupakan suatu bentuk pendidikan tradisional di indonesia yang


mana sejarahnya sudah mengakar secara berabad-abad, jauh sebelum indonesia merdeka.
Ada juga yang mengatakan bahwasanya pesantren juga memiliki arti keislaman.
Pesantren merupakan tempat para santri atau murid di pesantren. Pesantren terdiri dari
sanrti, kiai, dan asrama. Selain itu pesantren merupakan bentuk lingkungan masyarkat
yang unik dan juga memiliki nilai kehidupan yang positif dan memiliki cara tersendiri
dalam mengimplementasikan sikap toleransunya kepada sesama khususnya kepada santri
lainnya dan masyarakat pada umumnya yang mana memiliki ciir khas tersendiri sebagai
lembaga pendidikan islam . santri yang berada di pesantren itu bertempat tinggal di
asarama baik santri putra maupun santri putri yang tempat nya juga dipisah yang
keduanya sama-sama berada di lingkungan pesantren, dan juga terdapat fasilitas
didalamnya salah satunya adalah mushalla dan sebagainya.
Annuqayah diidirikan oleh kiai Muhammad Asy-syarkawi pada tahun 1887. Pondok
pesantren ini terletak didesa guluk-guluk. Nama Annuqayah sendiri baru dicetuskan
belakangan, dinukil dari sebuah kitab karya Jalaluddin As-syuyuthi, Itmam ad-dirayah li
Qurra Annuqayah, sebuah kitab yang mencakup 14 disiplin ilmu. Pada tahun 2015
terdapat 5.236 santri. dari jumlah santri yang cukup banyak tentu dalam
mengimplementasikan sikap toleransi berbeda-beda artinya memiliki cara masing-
masing.
Dengan berkembangnya zaman saat ini persolan yang harus dihadapi masyarakat
semakin kompleks, kemudian pesantren menjadi tolak ukur dalam merespon tantangan
zaman saat ini. sejauh mana lembaga pendidikan islam yang membumi ini mampu
mengikuti arus zaman serta globalisasi. Toleransi antar umat beragama ini merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk selalu kita jaga serta juga dilestarikan karena
dengan bertoleransi antar sesama dalam kehidupan ini akan tenang, damai dan
keharmonisan dalam bersosialisasi tanpa adanya rasa permusuhan. Pemakalah disini
tertarik untuk meneliti konsep toleransi dipesantren ini karena karena pesantren
merupakan acuan untuk dijadikan pegangangan dalam mempertahankan sikap toleransi
kepada sesama. Pada kesempatan kali ini akan meniniliti bagainmana para santri
mengimplementasikan sikap toleransinya untuk mempererat persaudaraannya.
B. Rumusan masalah
1) Bagaimana santri mengimplementasikan sikap toleransi dalam mempererat
persaudaraan dipondok pesantren An nuqayah?
C. Tinjauan pustaka
Metode penilitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu menemukan fakta-
fakta dengan cara wawancara kepada salah satu santri. dan jenis penilitian ini bersifat
lapangan yaitu peniliti terjun langsung dan wawancara kepada yang bersangkutan.
Analisis datanya menggunakan analisis data diskriptif. Dalam penelitian ini peniliti
menggunakan beberapa penelitian dan buku-buku yang berisi tentang toleransi dipondok
pesantren serta peniliti menggunakan beberapa jurnal yang salah satunya berjudul:

1) PEMBENTUKAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA DI PESANTREN


KHALAF DAN SALAF (Pondok Pesantren al-Mujtama‟ al-Islami dan
Pondok Pesantren Arroudhotul Wahida Di Kabupaten Lampung Selatan)
BAB II

Landasan teori

A. Pengertian toleransi dan pesantren

Secara etimologi (bahasa) kata toleransi berasal dari tolerance dalam bahasa
inggris yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan
terhadap orang lain tanpa memerlukan persetujuan terlebih dahulu. 1 Sedangkan secara
termonologi, menurut Umar Hasyim bahwa sanya toleransi yaitu suatu pemberian
pembebasan terhadap sesama manusia atau sesama warga, masyarakat untuk
menjalankan suatu keyakinan dan mengatur kehidupannya serta menentukan nasibnya
masing- masing. Selama masih tidak bertentangan dengan syaat-syarat yang telah
ditentukan dalam menjalankan serta menentukan sikapnya dalam ketertiban
perdamaian dalam masyarakat.
Menurut W.J.S. poer wardaminto dalam kamus umum bahasa indonesia
bahwasanya toleransi merupakan sikap atau sifat menghargai serta memperbolehkan
suatu pendirian, pendapat, pandangan, serta kepercayaan ataupun lainnya, yang
berbeda dengan pendiriannya sendiri.2 Oleh karena itu seseorang akan dikatakan
bertoleransi apabila seorang tersebut dapat menghargai orang lain serta dapat
menerima perbedaan juga merasa tidak benar sendiri atau melaksanakan
pandangannya beserta keyakinannya terhadap pihak lain. Dengan itu, sikap toleransi
bukan berarti membenarkan pandangan ataupun keyakinan yang tridak sama
(berbeda), melainkan mengakui hal serta kebebasan terhadap orang lain untuk
memiliki dan memperlihatkannya.3
Toleransi tidak mesti diartikan membenarkan pendapat yang berbeda tetapi
mengakui hak asasi orang lain untuk berbeda pendapat, sikap toleransi
mengimplisitkan adanya pengakuan terhadap pluralitas kebhinekaan antara sesama
warga masyarakat tanpa membedakan jenis kelamin, agama, dan kepercayaan.
Toleransi tidak identik dengan pembenaran nilai-nilai yang dianut orang lain.

1
Said agil husain al;munawwar, fiqih hubuangan antar agama, (jakarta:iputat prees,2005), hal 13
2
W.J.S. poewardarminto, kamus umum bahasa insonesia, (jakarta: Balai pustaka,1986),hal.184
3
Dr.H, Hasan baharun, pendidikan karakter di pondok pesantren(mengungkap kearifan lokal), (jakarta. Pustaka
nurja(Anggota IKAPI), 2019) hal.82-83
Perbedaan pandangan tetep ada tetapi perbedaan itu tidak perlu melahirkan
pertentangan apalagi permusuhan satu sama lain.4
Pesantren merupakan salah satu tempat kelompok sosil, atau lembaga
kemasayarakatan. Menurut Roland L. Warren berpendapat bahwa satu kelompok
sosial adalah meliputi sejumlah manusia yang berinteraksi dan memiliki pola interaksi
yang dapat dipahami oleh anggotanya secara keseluruhan atau menurut payor polak
berpendapat bahwa kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berhubungan
dalam sebuah struktur. Fungsi lembaga kemasyarkatan yaitu memberikan pedoman
kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap
didalam menghadapi masalah-maslah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut
kebutuhan pokok.5
Pesantren sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Peran dan kontribusi
kaum kyai dan santri dari era sebelum Indonesia merdeka sampai era seperti sekarang
ini terbukti terus berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Kendati demikian, tidak
sedikit orang yang beranggapan miring karena tidak memahami dengan baik soal
pesantren.
Para tokoh pesantren juga merupakan orang-orang yang konsisten dalam
berjuang untuk kemaslahatan umat dan selalu mejaga keutuhan bangsa. Dari dahulu
hingga sekarang para kyai pesantren selalu terdepan dalam berjuang menegakkan
agama dan negara. Agama dan negara tak bisa dipisahkan, keduanya harus terus tegak
bersama. Pesantren menjadi tempat ideal untuk membentuk generasi muslim yang
pintar, berkarakter, mandiri, dan berakhlakul karimah.
Secara etimologis, “pesantren” berasal dari pe-santri-an yang berarti tempat
santri; asrama tempat santri belajar agama; atau . Dikatakan pula, pesantren berasal
dari kata santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam, dengan demikian pesantren
mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Sementara itu,
secara terminologis pesantren merupakan ilustrasi sosial keagamaan. pesantren dalam
terminologi keagamaan merupakan institusi pendidikan Islam, namun demikian
pesantren mempunyai icon sosial yang memiliki pranata sosial di masyarakat. Hal ini
karena pesantren memiliki modalitas sosial yang khas, yaitu : 1) ketokohan kyai, 2)
santri, 3) interpendent dan mandiri, dan 4) jaringan sosial yang kuat antar alumni
pesantren.

4
Prof Dr, h.Nasaruddin Umar. MA,(jakarta, PT elex media komputindo,2019) hal. 197
5
Dany haryanto,S,S,dkk. Pengantar sosiologi, (jakarta,PT prestasi pustakarya, 2011) hal.205-213
M. Arifin memberikan definisi pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan
agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama
dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian yang sepenuhnya
berada dibawah kedaulatan seorang atau beberapa kyai yang kharismatik dan
independen dalam segala hal.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan,
mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para santri untuk siap dan
mampu mandiri. Pesantren merupakan suatu tempat dimana para santri belajar pada
seorang kyai untuk memperdalam atau memperoleh ilmu-ilmu agama yang
diharapkan nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi kehidupan di dunia
maupun di akhirat.6

B. Implementasi sikap toleransi santri dalam mempererat persaudaraan di pondok


pesantren
Dewasa ini, pesantren dituntut untuk menerapkan model pendidikan yang
mengkonstekstualisasikan materi-materi khas pesantren dengan isu-isu yang up to date.
Materi Keislaman yang biasanya hanya berkutat pada kajian kitab turats (kitab-kitab
klasik), sekarang ini haruslah nampak diterjemahkan lebih membumi dengan
mengintegrasikan terhadap isu-isu kemanusiaan seperti toleransi, gender, ekologi,
kemajuan teknologi, human traficking, serta dinamika persoalan humanitas lainnya.Hal
tersebut mengarah pada terciptanya bangunan perdamaian, yang terinternalisasi dari
pendidikan perdamaian. demi terwujudnya nilai-nilai, sikap atau perilaku, dan tata cara
hidup yang mendukung terciptanya budaya damai.
Dalam mengembangkan model pendidikan toleransi beragama yang berwawasan
multikulturalisme-pluralisme. Pondok Pesantren Universal mengembangkannya dalam
sebuah rancangan visi dan misinya. Dalam perumusan visi dan misi Pondok Pesantren
Universal, terdapat tujuan yaitu untuk menjawab stigma negatif yang dialamatkan
kepada Pondok Pesantren. Pondok Pesantren memiliki tanggung jawab besar terhadap
maraknya gelombang intoleransi, arogansi radikal yang menjalar dalam kehidupan

6
Ahmad Saifuddi, Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan, Jurnal Pendidikan Agama Islam
Volume 03, Nomor 01, Mei 2015.
kampus. Maka Pondok Pesantren Universal hadir sebagai respon dalam menangkal itu
semua.
Model pendidikan di Pondok pesantren Universal tidak saja mengkaji kitab-kitab
turats dan klasik, namun di sisi lain mengadopsi beberapa hal baru terkait dengan
toleransi, pesantren for peace, maka materi-materi tidak tercermin semata-mata pada
kitab yang dibaca tetapi juga pada kemasan kegiatan, di pesantren Pondok pesantren
Universal sempat memasukkan materi kitab rohmatul ummah fikhtilafil aimmah dan juga
memasukkan muatan-muatan tasawuf. Hal itu dilakukan karena didalamnya terdapat
pembelajaran tentang menata hati, akhlak, bukan fiqih semata-mata. Hal ini merupakan
suatu proses yang membangun sikap toleran dan kelembutan hati, bahkan termasuk
kitab-kitab yang kita baca. Ta’lim bukan kitab syafi’iyyah saja, akan tetapi juga
mengadopsi kitab-kitab yang yang lain. Semakin sebuah pesantren mengkaji kitab
kuning, maka pesantren tersebut semakin toleran.
Pemikiran mengenai toleransi beragama pun diimplementasikan dengan baik
dalam kebijakan Pesantren dalam kegiatan pembelajaran dengan dimasukkan dalam
kurikulum pembelajaran. Bahkan Pondok Pesantren Universal memiliki semboyan utama
Pondok Pesantren yaitu prinsip inklusif, empatik, toleran dengan tetap menyayangi
meskipun dalam perbedaan. Selain itu, Pondok Pesantren Universal juga terlibat aktif
dalam sejumlah kegiatan yang melibatkan umat lintas agama, seperti dalam kegiatan
pesantren for peace, mengikuti sejumlah kegiatan youth camp interfaith, diskusi lintas
iman, dan menerima umat agama lain yang live in di Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren Mahasiswa Universal sudah memiliki upaya dalam membangun pendidikan
yang berwawasan toleransi beragama yang bercorak multikulturalisme-pluralisme, akan
tetapi memang masih terdapat kekurangan yang harus dikembangkan secara menyeluruh
dimana terkait lingkup kehidupan internalnya. Konsep toleransi beragama yang dibangun
di Pondok Pesantren Universal ini merupakan toleransi yang berlandaskan nilai-nilai
ukhuwwah. Toleransi ini didasari sikap tasamuh, ta’awun. Hal ini senada dengan konsep
toleransi dalam Islam yang mengedepankan nilai-nilai ukhuwwah (persaudaraan). Dalam
aplikasinya, ukhuwwah tersebut menuntut adanya sikap-sikap dasar yang akan
mempengaruhi realitas kehidupan sosial. Sikap-sikap tersebut diantaranya: saling
mengenal (ta’aruf), saling menolong (ta’awun), saling mendukung (tadlamum), dan
saling menyayangi (tarahum).
Toleransi merupakan sikap saling menghargai dengan penuh kesadaran dan
ketulusan terhadap realitas kemajemukkan, namun tetap mengedepankan sikap ta’awwun
yaitu dengan saling tolong menolong terhadap sesama. Toleransi berasal dari tiga aspek
yang sering disampaikan dalam kajian-kajian di Pondok Pesantren Universal yaitu
inklusif, empatik, dan toleran yang dikaitkan dengan konsep tasamuh, dan taawun.
Toleran tetap menjunjung kebersamaan dan harus didasari pada sikap empatik. Toleran
saja tanpa didasari oleh empatik yang tulus itu tidak tasamuh. Tasamuh itu dari lubuk
hati yang paling dalam untuk menghormati perbedaan dengan sebuah kesadaran yang
disebut dengan kesadaran etis fungsional universal (kesadaran dalam memposisikan diri).
Konsep tasamuh lebih tinggi dari sikap toleran. Ketika kita bertoleransi, itu berarti
didasari oleh kedalaman hati, maka tidak akan mudah terprovokasi.
Pondok pesantren Universal menggunakan pendekatan kontributif (contribution
approach), pendekatan mata pembelajaran tambahan, pendekatan transformatif
(transformatif approach) dan pendekatan aksi sosial dimana dilakukan dengan
memusatkan perhatian pada pengenalan unsur-unsur keragaman melalui berbagai
muatan-muatan pendidikan ke-Islaman yang mengenalkan corak pemikiran kegamaan
atau madzhab yang berbeda. Selain itu, Model pendidikan yang digunakan adalah
pendidikan orang dewasa (andragogy), melalui kegiatan pendidikan dan pengajaran
dengan menggunakan model pendekatan ‘peran’, model praxis (aksi-refleksi) yang
penerapannya dilakukan in-class yaitu berupa bandungan, sorogan, tausiah, diskusi,
bahtsul masa’il dan out-class (riset aksi, out bond, field).
Hasyim Muzadi mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan model
pendidikan yang berwawasan toleransi, pondok pesantren harus menjaga keseimbangan
antara hukum Islam dengan legal-formal, pendidikan responsif dengan kondisi dan
keadaan psikologis masyarakat, pembinaan akhlak atau tasawuf yang dialektis dengan
norma-norma masyarakat serta penanaman nilai-nilai HAM. Semakin sebuah pesantren
mengkaji kitab kuning, maka pesantren tersebut semakin toleran. karena di kitab klasik
itu selalu disampaikan qoul-qoul (pendapat) yang berbeda. Maka pesantren Universal
mempertahankan mengkaji kitab klasik, seperti safinah, dan taqrib, meskipun itu berasal
dari ulama syafi’iyyah tetapi disyarah dari berbagai pendapat, dan itu disampaikan.7

7
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
BAB IV
HASIL ANALISA

Pesantren memiliki tanggung jawab besar terhadap maraknya gelombang intoleransi,


arogansi radikal yang menjalar dalam kehidupan, dalam bertoleransi pesantren menjadi
tempat untuk membangun sikap toleransi yang kemudian dapat di praktekkan stelah terjun
kemasyarakat nanti. Dari obserfasi yang kami lakukan dan beberapa kejelasan yang kami
lakukan lewat wawancara kepada salah satu santri dipondok pesantren An-nuqayah
khususnya daerah latee 1 yang memang aktif dalam organisasi dikalangan pondok pesantren
An-nuqayah khususnya daerah latee 1. Ia mengemukakan bahwa dalam
mengemplementasikan sikap toleransi dalam meningkatkan persaudaraan di pondok
pesantren An-nuqayah yaitu dengan berpendapat dan memberikan dorongan Kepada santri
tersebut dan memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya terkait kegiatan,
ataupun permasalahan-permasalahan yang terjadi selama mondok di PP. An-nuqayah ini.
Selain itu, karena proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap maka, memberikan
peluang kepada santri yang lain mengenai suka atau tidak terhadap sesuatu, setuju atau tidak
dalam berpendapat. Bahkan terkadang dari mereka pada akhirnya yang awalnya tidak setuju
menjadi setuju, yang hal hal itu memang dipengaruhi faktor dirinya, teman, dan lingkungan.
Ia juga berpendapat bahwa sebagai seorang santri, siapapun dan dimanapun berada harus
tetap selalu menunjukkan sikap toleransi santri kepada orang lain dan ditempat manapun.
Karena selama di Pesantren kita diajarkan untuk bersikap toleran. Yaitu tuntutan untuk
menjadi pribadi yang baik yang hal itu dilakukan dengan bersikap saling menghargai antar
kelompok yang berbeda secara kesukuan, agama, ras maupun adat termasuk juga perbedaaan
pendapat. Jadi untuk bersikap toleran terhadap orang lain tidak perlu membatasi diri dalam
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik kepada siapapun, dan ditempat
manapun. Seperti halnya di lingkungan sekolah, forum diskusi, ataupun dibeberapa tempat
komplek An-nuqayah. Menurutnya orang yang sangat berperan dalam mengimplementasikan
sikap ini yaitu dirinya sendiri. Karena tidak mungkin terjadi sikap toleransi sebelum tertanam
dalam hati dan diri santri masing-masing sebelum menyampaikan pendapatnya. Selain juga
sikap yang didorong oleh Kiai atau Ibu Nyai untuk selalu bersikap toleran kepada dirinya dan
orang lain. Menurutnya hal yang paling biasa dilakukan dalam mengemplementasikan sikap
toleransi ini yaitu pada saat forum diskusi mahasiswa, seminar, dan acara kegiatan2 ilmiah
yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Annuqayah itu sendiri atau sederhananya bisa
ditemukan di pondok seperti hal nya ketika sakit santri yang lain yang memang berada dalam
kamar tersebt ikut membantu merawat santri yang sakit, dari pergi ke kamar mandi misalnya,
kemdian sampai di bantu makan dan lain sebagainya. Dari hal tersebut pola toleransi
dipondok pesantren sudah terbiasa dilakukan, saling menolong seperti hal nya contoh di atas.

Sedangkan di latee II sendiri tak jauh beda yaitu jika toleransi yang dimaksud dlam
lingkup kecil seperti pesantren, maka menyangkut pemikiran dan kebiasaan. Sedangakn
bentuk implementasi toleransi kita di pesantren adalah dengan cara dengan kita bersaha
mengerti dan menghargai pemikiran atau pendapat orang-orang disekitar kita dan berusaha
untuk tidak egois dalam kehidupan bersama di pesantren, dalam mengemplementasikan
toleransi ini tidak terbatas waktu, kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun. Sikap toleransi
penting untuk selalu kita lakukan. Seluruh santri sangat berperan dalam
mengimplementasikan sikap toleransi di pesantren karena jika selurh santri sudah mampu
saling menghargai satu sama lain dan tidak saling memperjuangkan hak dan pendapat sendiri
maka insyaallah kehidupan bermasyarakat kita di pesantren akan aman dan nyaman. Dalam
mempraktekan sikap toleransi dalam lingkup pesantren kita bisa melakukannya dimana saja,
baik itu kamar, mushalla, perpustakaan, kelas, kantin dan lain sebagainya. Pada intinya
dimana ada manusia maka di sana tempat dan waktu untuk bertoleransi.
KESIMPULAN

PENUTUP

Dalam mengemplementasikan sikap toleransi dan meningkatkan persaudaraan di


pondok pesantren An-nuqayah yaitu dengan memberikan dorongan Kepada santri tersebut
dan memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya terkait kegiatan, ataupun
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama mondok di PP. An-nuqayah ini. Selain itu,
karena proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap maka, memberikan peluang
kepada santri yang lain mengenai suka atau tidak terhadap sesuatu, setuju atau tidak dalam
berpendapat. Sikap toleransi penting untuk selalu kita lakukan. Seluruh santri sangat berperan
dalam mengimplementasikan sikap toleransi di pesantren karena jika selurh santri sudah
mampu saling menghargai satu sama lain dan tidak saling memperjuangkan hak dan pendapat
sendiri maka insyaallah kehidupan bermasyarakat kita di pesantren akan aman dan nyaman.
Dalam mempraktekan sikap toleransi dalam lingkup pesantren kita bisa melakukannya
dimana saja, baik itu kamar, mushalla, perpustakaan, kelas, kantin dan lain sebagainya. Pada
intinya dimana ada manusia maka di sana tempat dan waktu untuk bertoleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddi, Ahmad, 2015, Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan, Jurnal
Pendidikan Agama Islam Volume 03, Nomor 01
Haryanto, Dany S,S,dkk. 2015, Pengantar sosiologi, jakarta, PT prestasi pustakarya
Agil husain al;munawwar, Said, 2005 fiqih hubuangan antar agama, jakarta:iputat prees

Poewardarminto, W.J.S, 1986, kamus umum bahasa insonesia, jakarta: Balai pustaka

Dr.H, baharun, Hasan, 2019, pendidikan karakter di pondok pesantren(mengungkap kearifan


lokal), jakarta. Pustaka nurja (Anggota IKAPI)

Prof Dr, h. Umar, Nasaruddin MA, 2019, jakarta, PT elex media komputindo
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 2019 ISSN 2089-8835 Volume 2 Nomor 1 Tahun

Anda mungkin juga menyukai