Anda di halaman 1dari 8

UTS Mata Kuliah Tasawuf Falsafi

Jurusan Aqidah Filsafat Islam


Kelompok 7 : Ishraqiyah Suhrawardi

Nabila Nur Rahmi (181310012)


Atu Fauziah (181310013)
Irna Vazakia (181310028)

1. Al-Suhrawardi al-Maqtul mengemukakan bahwa hikmah isyraqnya didasarkan pada rasa,


sebagaimana katanya: “apa yang ku kemukakakan (dalam hikmah al-Isyraq) ini tidak ku
peroleh lewat pemikiran, tapi ku peroleh lewat sumber lain. Dan aku pun segera mencari
argumentasinya.Adapun mengenai wujud, al-Suhrawardi telah menyusun sebuah teori,
yang dia kemukakan secara simbolis, berdasarkan teori emanasi. Sebab
menurutnya, terdapat beberapa alam yang melimpah dari Allah; atau cahaya dari segala
cahaya, yang mirip matahari, yang sama sekali tidak kehilangan cahayanya sekalipun ia
bersinar terus-menerus.
Al-Isyraq berarti bersinar atau memancarkan cahaya dan nampaknya searti dengan al-
kasyf. Akan tetapi bila dilihat pada inti ajaran ini, maka al-isyraq lebih tepat
diartikan penyinaran atau illuminasi. Pemikiran ini merupkan gabungan dari tasawuf dan
filsafat dari berbagai aliran yang ia wariskan melalui karya tulisnya Hikmatul
Isyraq.Melalui kalimat-kalimat simbolistis, Suhrawardi mengatakan, bahwa Allah Yang
Maha Esa adalah Nur al-Anwar yang merupakan sumber asal segala yang ada dan
seluruh kejadian.Hal ini merupakan tipe tasawuf falsafi yang paling orisinil di antara
konsep-konsep tasawuf yang sealiran. Karena itu, penulis perlu mengemukakan
pengertian Isyraqy baik dari segi bahasa maupun dari segi istilah sebagai berikut. Kata
“Isyraqy” berasal dari bahasa Arab yaitu bermakna “penyinaran” sedang masyirik berarti
“timur”. Maka kedua kata ini secara etimologi mengandung maksud “terbitnya matahari
dengan sinar terang benderang”. Sedangkan dari istilah “penyinaran” dalam
term Isyraqy itu, berhubungan dengan simbol dari matahari yang selalu terbit di timur dan
memberikan sinarnya keseluruh alam Seperti juga disebutkan dalam pandangan Polotinus
tampaklah olehku bahwa sang pencipta (al-Asiya) yang diciptakan (al-Ma’suq) dan cinta
(isyq) adalah satu dan manusia merupakan suatu di alam kesatuan” (Al-Taftazani, 1997:
53). Tanah yang terang benderang yang tertimpah oleh sinar matahari itu adalah
melambangkan makrifah”(Al-Qusyriyah 2000: 390) yang diterima dari “Nur al-Anwar ” .
Di Barat, dimana matahari tenggelam dan selalu gelap adalah alam kebendaan, kejahilan
dan penyimpangan. Sebaliknya di Timur, merupakan tempat terbitnya matahari yang
dianggap sebagai sumber dari segala ilmu kebenaran yang menerangi akal budi manusia.
Ia membebaskan manusia dari kegelapan hingga mencapai tingkat ilmu yang benar dan
lebih tinggi dan terang. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-Suhrawardi
menggunakan simbol sebagai suatu ungkapan yang bersifat analogis yang mengajak
manusia untuk merenung dan berpikir, bahwa eksistensi Tuhan di alam jagad ini,
merupakan hal yang mutlak yang bisa dirasakan dengan konsep kesucian jiwa dan
kesucian batin.
Melalui kalimat simbolis, beliau mengatakan bahwa Allah Yang Maha Esa adalah “Nur
al-Anwar” yang merupakan sumber segala yang ada dan seluruh kejadian. Dari “Nur al-
Anwar” inilah, Konsep Isyraqy. Apa yang disebutkan di atas merupakan ilmu “al-
Anwar” (ilmu cahaya-cahaya) maka cahaya itu dimaksudkan sebagai simbol pencipta atas
segala sesuatu, yaitu Allah swt. Berdasarkan analisa di atas maka martabat keberadaan
(wujudiyah) seluruh makhluk adalah bergantung pada kedekatannya terhadap cahaya
tertingg (Musa, 1988: 36). Dengan ini al-Suhrawardi mengemukakan tiga kualitas yang
memancar dari “Nur al-Hakim”; pertama, Barskh al-Aqli atau alam akal budi, kedua,
Barzakh al-Nafs atau alam rohania atau alam jiwa, sedangkan yang ketiga, alam Barzakh
al-Ajsam yaitu alam ragawi atau bentuk.
2. Untuk pertanyaan nomor dua mengenai pengkritik ajarannya Suhrawardi mengenai
Israqiyah, kelompok kami tidak menemukan jejak pustaka yang membahas kritik terhadap
israqiyah. Entah kami yang terbatas sumber atau pembahasan mengenai hal tersebut sukar
ditemukan. Satu hal yang kami dapat dari beberapa jurnal dan atrikel, bahwa masa hidup
Suhrawardi amat singkat sekitar 38 tahunan, yang pada masa kekuasaan Salah al-Din al-
Ayubi beliau dihukum atas tuduhan mengajarkan kesesatan dalam filsafat iluminasi,
sehingga membuat beliau wafat. Kami tidak menemukan dengan jelas kritik atas ajarannya
yang dianggap sesat, dan siapa yang menyesatkan ajaran Suhrawardi tersebut. Dari sumber
yang kami baca bahwa sebetulnya ketika itu ajaran Suhrawardi cukup pesat dan diterima,
tetapi ada kecemburuan dari para fuqoha lain terhadap kesuksesan Suhrawardi, karena hal
tersebutlah Suhrawardi dihukum karena dianggap mengajarkan kesesatan.
3. tokoh-tokoh dan karya-karya monumental yang mereka hasilkan sebagai upaya
membentuk, mengembangkan dan menyebarkan filsafat iluminasi.
a. Syamsuddin Muhammad al-Syahrazuri
Seorang filosof dari aliran pemikiran filsafat iluminasi yang hidup di abad 13 M/ 7 H.
Karya besarnya (mushannaf dakhm) adalah Nuzhah al-Arwah wa Raudhah al-Afrah fi
Tarikh al-Hukama‟ wa al-Falasifah yang menerjemahkan buah pikiran Suhrawardi
b. Sa’ad bin Manshur bin Kammunah
Seorang filosof dari filsafat iluminasi yang merupakan seorang tokoh Yahudi. Beliau
merupakan murid langsung Suhrawardi, Ia juga tercatat mempunyai syarh atas kitab al-
Talwihat al-Lauhiyyat al-Arsyiyyat
c. Quthb al-Din al-Syirazi
seorang pakar filsafat, tasawuf, matematika dan astronomi. tergolong sebagai filosof
dari aliran filsafat iluminasi dengan karyanya Syarh Kabir-nya atas buku Hikmah al-
Isyraq karya Suhrawardi. Ia juga menulis buku Durrah al-Taj, dalam bahasa Arab di
Persia, untuk melengkapi karya ensiklopedis Suhrawardi.
d. Shadr al-Din Dasytaqi
Sadr al-Din Dasytaqi dalam catatan George Tarabishi meninggalkan 12 judul buku
yang di antaranya adalah kritik atas pemikiran Nasr al-Din al-Thusi mengenai
penyucian akidah (Tajrid al-„Aqa‟id). Ia juga terlibat polemik dengan Mulla Sadra
yang terangkum dalam kitab al-Asfar al-Arba‟ah
e. Ghiyas al-Din Mansur Dasytaki
merupakan anak dari Sadr al-Din Dasytaki. Kiprahnya dalam filsafat iluminasi adalah
ketika menulis syarh kitab Hayakil al-Nur
f. Jalal al-Din Muhammad bin Sa’ad al-Din al-Dawwami
Merupakan seorang filosof yang lahir di Dawwam, salah satu karyanya Risalah al-Zura
yang merupakan penjelasan atas karya Suhrawardi Hayakil al-Nur
g. Mir Muhammad Baqir Damad
pendiri madrasah Isfahan, yang mengkaji ilmu kalam dalam aliran Syiah. Mir
Muhammad Baqir Damad banyak terpengaruh pemikiran-pemikiran Suhrawardi.
Bahkan di madrasah Isfahan tersebut, ia dinyatakan memberi banyak pengajaran
mengenai filsafat iluminasi. Dalam analisa Mehdi Amin Ravazi, sesunggunya Mir
Muhammad Baqir Damad ini berusaha menggabungkan filsafat Ibnu Sina dan
Suhrawardi.
h. Shadr al-Din al-Syirazi atau Mulla Sadra
Pengaruhnya bersama Suhrawardi sangat besar di dalam pemerintahan Safawi dan
Qajar. Karyanya yang paling populer adalah syarah al-Syifa‟ karya Ibnu Sina dan
Syarah Hikmah al-Masyriqiyah Suhrawardi
i. Mulla Hadi Sabziwari
Filosof syi‟ah ini berasal dari Persia. Ia dilahirkan di daerah Sabzawar, Karya-karya
yang ditinggalkannya mencapai 30 judul/permasalahan yang di antaranya adalah syarah
atau penjelasan dari kitabkitab Suhrawardi, yaitu al-Asfar al-Arba‟ah, Shawahid al-
Rububiyah, Kitab alMabda‟ wa al-Ma‟ad, dan Mafatih al-Ghaib.
j. Seyyed Hossein Nasr
Namanya paling populer di Iran untuk era modern sebagai penulis buku-buku
bertemakan filsafat Islam. Seyyed Hossein Nasr berhasil mengumpulkan berbagai
macam pemikiran Islam klasik dan juga hadis dalam penelitian-penelitian akademiknya
dan kajian-kajian pemikirannya.
k. Henry Corbin
Selain filosof, Henry Corbin adalah seorang sejarawan. Ia berasal dari Persia. Karya-
karyanya yang paling populer adalah Ibnu Sina: Qishshah al-Ru‟yawiyah (2 Jilid –
1954), al-Khayal al-Mubdi‟ fi Muallafat Ibn „Arabi (1958), al-Ardh al-Sama>wiyah wa
al-Jism al-Anba‟a>si: Min Fa>ris alMazdakiyyah ila Faris al-Syi‟iyyah (1960), Tarikh
al-Falsafah al-Islamiyah (1971), Insan an-Nur fi al-Sufiyyah al-Iraniyah (1971). Karya
terbesarnya adalah al-Jawanib al-Ruhiyah wa al-Falasifah fi al-Islam al-Irani (4 Jilid –
1971 -1973)
l. Sir Muhammad Iqbal
Sir Muhammad Iqbal adalah penulis muslim yang berasal dari India. Ia menulis dengan
bahasa Urdu dan Persia. Ia adalah penyair besar yang menyampaikan nilai-nilai filsafat
bahasa dan hukum serta politik dan pendidikan. Di antara karyakaryanya yang paling
populer adalah Syakwa, Jawab al-Syakwa, wa Asrar al-Ana (1915),
Mazamir„Ajamiyah (1915), Asrar al-Laana (1918), Risalah al-Masyriq (1923), Kitab
al-Azal (1932).

Anda mungkin juga menyukai