1. Al-Suhrawardi al-Maqtul mengemukakan bahwa hikmah isyraqnya didasarkan pada rasa,
sebagaimana katanya: “apa yang ku kemukakakan (dalam hikmah al-Isyraq) ini tidak ku peroleh lewat pemikiran, tapi ku peroleh lewat sumber lain. Dan aku pun segera mencari argumentasinya.Adapun mengenai wujud, al-Suhrawardi telah menyusun sebuah teori, yang dia kemukakan secara simbolis, berdasarkan teori emanasi. Sebab menurutnya, terdapat beberapa alam yang melimpah dari Allah; atau cahaya dari segala cahaya, yang mirip matahari, yang sama sekali tidak kehilangan cahayanya sekalipun ia bersinar terus-menerus. Al-Isyraq berarti bersinar atau memancarkan cahaya dan nampaknya searti dengan al- kasyf. Akan tetapi bila dilihat pada inti ajaran ini, maka al-isyraq lebih tepat diartikan penyinaran atau illuminasi. Pemikiran ini merupkan gabungan dari tasawuf dan filsafat dari berbagai aliran yang ia wariskan melalui karya tulisnya Hikmatul Isyraq.Melalui kalimat-kalimat simbolistis, Suhrawardi mengatakan, bahwa Allah Yang Maha Esa adalah Nur al-Anwar yang merupakan sumber asal segala yang ada dan seluruh kejadian.Hal ini merupakan tipe tasawuf falsafi yang paling orisinil di antara konsep-konsep tasawuf yang sealiran. Karena itu, penulis perlu mengemukakan pengertian Isyraqy baik dari segi bahasa maupun dari segi istilah sebagai berikut. Kata “Isyraqy” berasal dari bahasa Arab yaitu bermakna “penyinaran” sedang masyirik berarti “timur”. Maka kedua kata ini secara etimologi mengandung maksud “terbitnya matahari dengan sinar terang benderang”. Sedangkan dari istilah “penyinaran” dalam term Isyraqy itu, berhubungan dengan simbol dari matahari yang selalu terbit di timur dan memberikan sinarnya keseluruh alam Seperti juga disebutkan dalam pandangan Polotinus tampaklah olehku bahwa sang pencipta (al-Asiya) yang diciptakan (al-Ma’suq) dan cinta (isyq) adalah satu dan manusia merupakan suatu di alam kesatuan” (Al-Taftazani, 1997: 53). Tanah yang terang benderang yang tertimpah oleh sinar matahari itu adalah melambangkan makrifah”(Al-Qusyriyah 2000: 390) yang diterima dari “Nur al-Anwar ” . Di Barat, dimana matahari tenggelam dan selalu gelap adalah alam kebendaan, kejahilan dan penyimpangan. Sebaliknya di Timur, merupakan tempat terbitnya matahari yang dianggap sebagai sumber dari segala ilmu kebenaran yang menerangi akal budi manusia. Ia membebaskan manusia dari kegelapan hingga mencapai tingkat ilmu yang benar dan lebih tinggi dan terang. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-Suhrawardi menggunakan simbol sebagai suatu ungkapan yang bersifat analogis yang mengajak manusia untuk merenung dan berpikir, bahwa eksistensi Tuhan di alam jagad ini, merupakan hal yang mutlak yang bisa dirasakan dengan konsep kesucian jiwa dan kesucian batin. Melalui kalimat simbolis, beliau mengatakan bahwa Allah Yang Maha Esa adalah “Nur al-Anwar” yang merupakan sumber segala yang ada dan seluruh kejadian. Dari “Nur al- Anwar” inilah, Konsep Isyraqy. Apa yang disebutkan di atas merupakan ilmu “al- Anwar” (ilmu cahaya-cahaya) maka cahaya itu dimaksudkan sebagai simbol pencipta atas segala sesuatu, yaitu Allah swt. Berdasarkan analisa di atas maka martabat keberadaan (wujudiyah) seluruh makhluk adalah bergantung pada kedekatannya terhadap cahaya tertingg (Musa, 1988: 36). Dengan ini al-Suhrawardi mengemukakan tiga kualitas yang memancar dari “Nur al-Hakim”; pertama, Barskh al-Aqli atau alam akal budi, kedua, Barzakh al-Nafs atau alam rohania atau alam jiwa, sedangkan yang ketiga, alam Barzakh al-Ajsam yaitu alam ragawi atau bentuk. 2. Untuk pertanyaan nomor dua mengenai pengkritik ajarannya Suhrawardi mengenai Israqiyah, kelompok kami tidak menemukan jejak pustaka yang membahas kritik terhadap israqiyah. Entah kami yang terbatas sumber atau pembahasan mengenai hal tersebut sukar ditemukan. Satu hal yang kami dapat dari beberapa jurnal dan atrikel, bahwa masa hidup Suhrawardi amat singkat sekitar 38 tahunan, yang pada masa kekuasaan Salah al-Din al- Ayubi beliau dihukum atas tuduhan mengajarkan kesesatan dalam filsafat iluminasi, sehingga membuat beliau wafat. Kami tidak menemukan dengan jelas kritik atas ajarannya yang dianggap sesat, dan siapa yang menyesatkan ajaran Suhrawardi tersebut. Dari sumber yang kami baca bahwa sebetulnya ketika itu ajaran Suhrawardi cukup pesat dan diterima, tetapi ada kecemburuan dari para fuqoha lain terhadap kesuksesan Suhrawardi, karena hal tersebutlah Suhrawardi dihukum karena dianggap mengajarkan kesesatan. 3. tokoh-tokoh dan karya-karya monumental yang mereka hasilkan sebagai upaya membentuk, mengembangkan dan menyebarkan filsafat iluminasi. a. Syamsuddin Muhammad al-Syahrazuri Seorang filosof dari aliran pemikiran filsafat iluminasi yang hidup di abad 13 M/ 7 H. Karya besarnya (mushannaf dakhm) adalah Nuzhah al-Arwah wa Raudhah al-Afrah fi Tarikh al-Hukama‟ wa al-Falasifah yang menerjemahkan buah pikiran Suhrawardi b. Sa’ad bin Manshur bin Kammunah Seorang filosof dari filsafat iluminasi yang merupakan seorang tokoh Yahudi. Beliau merupakan murid langsung Suhrawardi, Ia juga tercatat mempunyai syarh atas kitab al- Talwihat al-Lauhiyyat al-Arsyiyyat c. Quthb al-Din al-Syirazi seorang pakar filsafat, tasawuf, matematika dan astronomi. tergolong sebagai filosof dari aliran filsafat iluminasi dengan karyanya Syarh Kabir-nya atas buku Hikmah al- Isyraq karya Suhrawardi. Ia juga menulis buku Durrah al-Taj, dalam bahasa Arab di Persia, untuk melengkapi karya ensiklopedis Suhrawardi. d. Shadr al-Din Dasytaqi Sadr al-Din Dasytaqi dalam catatan George Tarabishi meninggalkan 12 judul buku yang di antaranya adalah kritik atas pemikiran Nasr al-Din al-Thusi mengenai penyucian akidah (Tajrid al-„Aqa‟id). Ia juga terlibat polemik dengan Mulla Sadra yang terangkum dalam kitab al-Asfar al-Arba‟ah e. Ghiyas al-Din Mansur Dasytaki merupakan anak dari Sadr al-Din Dasytaki. Kiprahnya dalam filsafat iluminasi adalah ketika menulis syarh kitab Hayakil al-Nur f. Jalal al-Din Muhammad bin Sa’ad al-Din al-Dawwami Merupakan seorang filosof yang lahir di Dawwam, salah satu karyanya Risalah al-Zura yang merupakan penjelasan atas karya Suhrawardi Hayakil al-Nur g. Mir Muhammad Baqir Damad pendiri madrasah Isfahan, yang mengkaji ilmu kalam dalam aliran Syiah. Mir Muhammad Baqir Damad banyak terpengaruh pemikiran-pemikiran Suhrawardi. Bahkan di madrasah Isfahan tersebut, ia dinyatakan memberi banyak pengajaran mengenai filsafat iluminasi. Dalam analisa Mehdi Amin Ravazi, sesunggunya Mir Muhammad Baqir Damad ini berusaha menggabungkan filsafat Ibnu Sina dan Suhrawardi. h. Shadr al-Din al-Syirazi atau Mulla Sadra Pengaruhnya bersama Suhrawardi sangat besar di dalam pemerintahan Safawi dan Qajar. Karyanya yang paling populer adalah syarah al-Syifa‟ karya Ibnu Sina dan Syarah Hikmah al-Masyriqiyah Suhrawardi i. Mulla Hadi Sabziwari Filosof syi‟ah ini berasal dari Persia. Ia dilahirkan di daerah Sabzawar, Karya-karya yang ditinggalkannya mencapai 30 judul/permasalahan yang di antaranya adalah syarah atau penjelasan dari kitabkitab Suhrawardi, yaitu al-Asfar al-Arba‟ah, Shawahid al- Rububiyah, Kitab alMabda‟ wa al-Ma‟ad, dan Mafatih al-Ghaib. j. Seyyed Hossein Nasr Namanya paling populer di Iran untuk era modern sebagai penulis buku-buku bertemakan filsafat Islam. Seyyed Hossein Nasr berhasil mengumpulkan berbagai macam pemikiran Islam klasik dan juga hadis dalam penelitian-penelitian akademiknya dan kajian-kajian pemikirannya. k. Henry Corbin Selain filosof, Henry Corbin adalah seorang sejarawan. Ia berasal dari Persia. Karya- karyanya yang paling populer adalah Ibnu Sina: Qishshah al-Ru‟yawiyah (2 Jilid – 1954), al-Khayal al-Mubdi‟ fi Muallafat Ibn „Arabi (1958), al-Ardh al-Sama>wiyah wa al-Jism al-Anba‟a>si: Min Fa>ris alMazdakiyyah ila Faris al-Syi‟iyyah (1960), Tarikh al-Falsafah al-Islamiyah (1971), Insan an-Nur fi al-Sufiyyah al-Iraniyah (1971). Karya terbesarnya adalah al-Jawanib al-Ruhiyah wa al-Falasifah fi al-Islam al-Irani (4 Jilid – 1971 -1973) l. Sir Muhammad Iqbal Sir Muhammad Iqbal adalah penulis muslim yang berasal dari India. Ia menulis dengan bahasa Urdu dan Persia. Ia adalah penyair besar yang menyampaikan nilai-nilai filsafat bahasa dan hukum serta politik dan pendidikan. Di antara karyakaryanya yang paling populer adalah Syakwa, Jawab al-Syakwa, wa Asrar al-Ana (1915), Mazamir„Ajamiyah (1915), Asrar al-Laana (1918), Risalah al-Masyriq (1923), Kitab al-Azal (1932).