Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT ISLAM MODERN

Syihab Al-Din Al Suhrawardi

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam Modern

Dosen Pengampu:

Dr. Tien Rohmatin, M.A.

Disusun oleh:

Achmad Lutfhi Asshyddiq (11200331000041)

Zikro Aulia Andini (11200331000063)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FALKULTAS USHULUDDIN

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memenuhi ujian akhir semester
mata kuliah Filsafat Islam Modern pada Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak tidak akan bisa menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT karena tanpa ridho, rahmat, serta karunianya. Saya tentu tidak akan bisa
menyelesaikan tugas ini.
2. Kepada Dr. Tien Rohmatin, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Islam Modern
yang telah meluangkan waktu serta membimbing dalam menyelesaikan tugas ini.

Sadar bahwa makalah ini tidak sempurna, seperti kata pepatah “Tak ada gading
yang tak retak” begitu pula dalam penulisan makalah ini, jika terdapat kekeliruan di
dalamnya, saya sangat mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan secara umum
maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….……….…………………………………..……………………...


KATA PENGANTAR ………….…………………………………………………………………
DAFTAR ISI …………………….……………………………………………………………......

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….…………………...

A. Latar Belakang ….…….………………………………………………………………………...

B. Rumusan Masalah ….………………………………………..……………………………….....

C. Tujuan ……….…………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ……………..…..………………………………………………….........

A. Biografi Syihab Al-Din Al Suhrawardi.……………….………………………………………..

B. Karya-karya Suhrawardi.………………………………………………………………………..

C. Filsafat Isyraqiyah (Iluminasi) ……...………………….……………………….........................

BAB III PENUTUP …………………………………………..…………………………………...

A. Kesimpulan ………………………………………………………..….………………………...

B. Saran ……………………………………………………………..….…………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………..…………………………………………..……………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suhrawardi merupakan seorang filsuf yang memiliki pengaruh sangat penting dalam
perkembangan filsafat Islam. Teori iluminasi (isyraqi) yang merupakan buah karya Suhrawardi
telah memberikan pandangan baru dalam khazanah pengembangan filsafat Islam yang sejak
sebelumnya telah di dominasi oleh aliran Paripatetisme. Kelahiran aliran iluminasi (isyraqi)
merupakan sebuah alternatif atas kelemahan-kelemahan yang ada pada filsafat sebelumnya,
khususnya peripatetik Aristotelian.

Menurut Suhrawardi, filsafat peripatetik yang sampai saat itu dianggap paling ung gul
ternyata mengandung bermacam-macam kekurangan. Setelah melihat betapa besar pengaruhnya
filsafat iluminasi dalam wacana pengembangan filsafat Islam, maka melakukan kajian
terhadapnya secara mendalam dan komprehensif menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Oleh karenanya dalam kajian ini akan dibahas tentang; bagaimana teori pengetahuan
iluminasi Suhrawardi? Dan bagaimana kontribusinya dalam pengembangan filsafat Islam?

B. Rumusan Masalah

a. Bagaiamana Biografi syihab al-din al suhrawardi ?

b. Bagaimana Filsafat Islam syihab al-din al suhrawardi?

C. Tujuan

a. Untuk Mengetahui Biografi Syihab Al-Din Al suhrawardi

b. Untuk Mengetahui Filsafat Islam Syihab Al-Din Al Suhrawardi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Syihab al-Din al-Suhrawardi

Suhrawardi, nama lengkapnya Syihab al-Din Yahya ibn Habasy ibn Amira’ Suhrawardi
alMaqtul –istilah al-Maqtul untuk membedakannya dengan dua tokoh Suhrawardi yang lain.
lahir di desa Suhraward, sebuah desa kecil dekat Zinjan di Timur Laut Iran, tahun 545 H/ 1153
M.1Pendidikannya di mulai di Maraghah –sebuah kota yang kemudian menjadi terkenal karena
munculnya Nasir al-Din al-Tusi (1201-1274 M) yang membangun observatorium Islam pertama
di bawah bimbingan Majdud al-Din al-Jilli, dalam bidang fiqh dan teologi. Selanjutnya,
Suhrawardi pergi ke Isfahan untuk lebih mendalami studinya pada Zahir al- Din Qari dan Fakr
al-Din al-Mardini (w. 1198 M), di mana orang yang disebut terakhir ini diduga sebagai guru
Suhrawardi yang paling penting.2

Selain itu, beliau juga belajar logika pada Zahir al-Farsi yang mengajarkan al- Bashâir
alNashîriyah, kitab karya `Umar ibn Sahlan al-Sawi (w. 1183 M), ahli logika terkenal sekaligus
salah satu pemikir illuminasi awal dalam Islam.3Setelah itu, Suhrawardi mengembara ke pelosok
Persia untuk menemui guru-guru sufi dan hidup secara asketik. Menurut Husein Nasr,3
Suhrawardi memasuki putaran kehidupannya melalui jalan sufi dan cukup lama berkhalwat
untuk mempelajari dan memikirkannya. Perjalanannya semakin luas sehingga mencapai Anatoli
dan Syiria.

Dari Damaskus, Syiria, ia pergi ke Aleppo untuk berguru pada Syafir Iftikhar al-Din, dan di
kota ini Suhrawardi menjadi terkenal sehingga para faqih yang iri mengecamnya. alhasil, ia

1
Syihab al-Din Yahya ibn Habasy, tokoh yang dikaji dalam bahasan ini adalah yang digelari al-Maqtul atau al-Syahid
karena dihukum mati oleh Malik al-Zahir, penguasa Aleppo, atas perintah Shalah al-Din al-Ayyubi. Annemarie
Schimmel, Mystical Dimension of Islam, (Chapel Hill, The University of North Carolina Press, 1975), 244-5; Abu
alWafa al-Ghanimi, Sufi Dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rafi`, (Bandung, Pustaka, 1985), hlm. 193.
2
Hossein Ziai, Suhrawardi & Filsafat Illuminasi, terj. Afif Muhammad, (Bandung, Zaman, 1998), hlm. 22; 3 Ibid, 23.
Yang menarik, bahwa Sawi ini menulis sebuah komentar atas karya Ibn Sina, Risalat al-Tayr, dalam bahasa Persia,
yang disusun kembali oleh Suhrawardi (diterjemahkan menjadi The Mysrical and Visionary Treatise of
Suhrawardi, oleh Thackston).
3
Husein Nasr, Tiga Pemikir Muslim, hlm. 71.
dipanggil Pangeran Malik al-Zahir, penguasa Aleppo, putra Sultan Shalah al-Din al-Ayyubi,
untuk dipertemukan dengan para fuqaha dan teolog. Namun, dalam perdebatan ini Suhrawardi

berhasil mengemukakan argumentasi-argumentasi yang kuat yang itu justru membuatnya dekat
dengan pangeran Zahir dan pendapat-pendapatnya disambut secara baik.4 Meski perjalanan
hidupnya singkat, Suhrawardi meninggalkan banyak karya tulis.

Menurut Husein Nasr,6 Suhrawardi meninggalkan sekitar 50 judul buku yang ditulisnya
dalam bahasa Arab dan Persia, meliputi berbagai bidang dan ditulis dengan metode yang
berbeda.Kelima puluh judul buku tersebut, secara umum, dapat dibagi dalam 5 bagian:

1. Buku empat besar tentang pengajaran dan doktrin yang ditulis dalam bahasa Arab. Kumpulan
ini membentuk kelompok yang membahas filsafat paripatetik, yang terdiri atas al-Talwîhât,
alMuqâwimât, dan al-Muthârahât yang ketiganya berisi pembenaran filsafat Aristoteles.
Terakhir al-Isyraq (The Theosophy of the Orient of Light) yang berbicara sekitar konsep
illuminasi.

2. Risalah-risalah pendek yang masing-masing ditulis dalam Bahasa Arab dan Persia. Materi
tulisan ini sebenarnya juga telah ada dalam kumpulan buku yang empat tetapi ditulis dalam
bahasa yang lebih sederhana.

3. Kisah-kisah sufisme yang melukiskan perjalanan ruhani dalam semesta yang mencari
keunikan dan illuminasi. Hampir semua kisah ini ditulis dalam bahasa Persia.

4. Nukilan-nukilan, terjemahan dan penjelasan terhadap buku filsafat lama, seperti terjemahan
Risâlah al-Thair karya Ibn Sina (980-1037M) dalam bahasa Persia, penjelasan al-Isyârat serta
Risâlah fi Haqîqah al-Isyqi (On the Reality of Love) yang terpusat pada risâlah fi al-Isyqi karya
Ibn Sina, dan tafsir sejumlah ayat serta hadis Nabi.

5. Wirid-wirid dan doa-doa dalam bahasa Arab.

4
Al-Ghanimi, Sufi Dari Zaman ke Zaman, hlm. 194
6
Husein Nasr, Tiga Pemikir Islam, hlm. 72-3.
B. Karya-karya Suhrawardi

Dalam perjalanan hidup yang sangat pendek, ia telah menulis sekitar 50 judul buku dalam
bahasa Arab dan Persia.5 Namun tidak semua karyanya dapat diselamatkan, dan juga tidak semua
yang terselamatkan telah diterbitkan.8 Teks-teks penting dalam filsafat Iluminasi adalah empat
karya filsafat penting Suhrawardi: al-Talwihat, al-Muqawamat, al-Masyari’ wa al-

Mutarahat, dan Hikmah al-Isyraq. Berdasarkan bukti-bukti tekstual, bahwa karya-karya tersebut
merupakan sebuah kumpulan tulisan integral yang melukiskan detail-detail filsafat Iluminasi.
Walaupun mempunyai filosofis, risalah-risalah berbahasa Arab, al-Alwah al-Imadiyah dan
Hayakil al-Nur, dan Partaw-Namah yang berbahasa Persia barangkali dapat ditambahkan6

Karya utama tersebut di atas harus dikaji dalam urutan yang terencana: (1) al-Talwihat,
(2) al-Muqawamat, (3) alMasyari’ wa al-Mutarahat, dan (4) Hikmah al-Isyraq. Dari semua karya
Suhrawardi, “pengantar-pengantar” pada dua karya di antaranya, yaitu al-Masyari’ wa
alMutarahat dan Hikmah al-Isyraq, memuat pernyataan-pernyataan khusus berkenaan dengan
metodologi filsafat Iluminasi. Dalam “pengantar” pada al-Masyari’ wa al-Mutarahat,
menunjukkan bahwa buku itu memuat suatu penjelasan tentang hasil-hasil pengalaman dan
intuisi pribadinya, dan lebih lanjut memaparkan pandangannya tentang bagaimana pengetahuan
itu diperoleh. Penjelasan Suhrawardi mengenai persoalan metodologis yang sama dalam
“pengantar”-nya pada Hikmah al-Isyraq lebih terperinci meskipun pada dasarnya sama dengan
penjelasan yang diberikan dalam al-Masyari’ wa al-Mutarahat.7 Karya Hikmah Ishraqi memuat
tiga subjek yang mendasari bangunan filsafat iluminasinya, yaitu:8 1. Mengenai alasan-alasan
Suhrawardi menyusun Hikmat al-Ishraqi.

2. Metodologi Hikmat Ishraqi, yang terdiri atas empat tahap, yaitu:

5
A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 118. 8
Hossein Zai, Syihab.., hlm. 546.
6
Ibid., hlm. 547.
7
Ibid., hlm. 550.
8
Hussein Ziai, Suhrawardi dan Filsafat Iluminasi, terj. Alif Muhammad dan Munir (Bandung: Zaman, 1998), hlm.
36.
a. Aktifitas-aktifitas diri seperti menasingkan diri, berhenti makan daging, dan mempersiapkan
diri untuk menerima ilham. Dalam hal ini filosof dengan kekuatan intuisinya dapat merasakan
“Cahaya Tuhan” dan “Penyikapan Diri”.

b. Tahap dimana Tuhan memasuki wujud manusia.

c. Tahap pembangunan suatu ilmu yang benar.

d. Tahap penulisan atau menurunkan hal-hal yang mendasari bangunan filsafat iluminasi.

3. Memuat hal-hal yang mendasari bangunan filsafat iluminasi, yaitu pandangan Suhrawardi
tentang sejarah filsafat. Karya Kedua adalah risalah ringkas filsafat, antara lain:

1. Hayakil an-Nur (Rumah Suci Cahaya)

2. Al-Alwah al-Imadiyah (Lembaran Imadiyah)

3. Partaw-Namah (Uraian Tentang Tajalli),

4. Bustan al-Qulub (Taman Kalbu). Selain berbahasa Arab, risalah ini ada juga yang ditulis
dalam bahasa Persia.9

C. Filsafat Isyraqiyah (Iluminasi)

Iluminasi bagi suhrawardi adalah ilmu cahaya yang membahas sifat dan cara
pembiasannya. Cahaya ini menurutnya tidak dapat di definisikan karena ia merupakan realitas
yang paling nyata sekaligus menampakkan sesuatu. Cahaya ini juga merupakan substansi yang
masuk kedalam komposisi semua substansi yang lainmeteril maupun imateril. hubungannya
dengan objek-objek dibawahnya cahaya ini memiliki dua bentuk yaitu, cahaya yang terang pada
dirinya sendiri dan cahaya yang terang sekaligus menerangi lainnya. Cahaya yang terakhir ini
menerangi sagala sesuatu, namun bagaimana statusnya, cahaya tetaplah sesuatu yang terang dan
sebagaimana disebutkan ia merupakan sebab tampaknya sesuatu yang tidak bisa tidak
beremanasi darinya.

9
Ibid., hlm. 548. Lihat juga dalam Abul Hadi, Filsafat Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Cet. Ke II (Jakarta:
Bakhtiar van Hoeve, 2002), hlm. 547.
Filsafat Iluminasi ini diambil dari kata Isyroq yang berarti Timur. Timur diartikan dengan
dunia cahaya dan dunia malaikat yang bebas dari kegelapan dan materi, sedangkan barat adalah
dunia kegelapan dan materi. Dunia Tengah adalah langit-langit yang menampakkan pembauran
antara cahaya dan sedikit kegelapan. Suhrawardi dalam iluminasinya menyebutkan sumber dan
hasil iluminasi sama-sama dengan menggunakan istilah nur. Istilah cahaya dan kegelapan
digunakan untuk merepresentasikan ruh dan materi dalam filsafat iluminasi ini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uraian tentang Suhrawardi di atas, membuat kita semakin mengetahui bahwa dia adalah
seorang tokoh filsuf muslim. Pemikiran Suhrawardi tentang iluminasi di mana prosesnya terus
berjalan tanpa henti memberikan pemahaman bahwa realitas yang ada sangat luas, terbentang
tanpa batas. Satu-satunya yang membatasi hanyalah kegelapan, suatu ‘wilayah’ yang tidak atau
belum terjangkau oleh cahaya. Ini adalah gagasan yang berani dan memberi tantangan baru bagi
pemikiran manusia.

Cahaya menjadi simbol dalam filsafat iluminasi. Cahaya tidak didefinisikankarena ia


merupakan realitas yang paling nyata. Cahaya ini juga merupakan substansi yang masuk kedalam
komposisi semua substansi yang in-meteril maupun imateril. Ilmu cahaya yang membahas sifat
dan cara pembiasannya. Cahaya ini menurutnya tidak dapat di definisikan karena ia merupakan
realitas yang paling nyata sekaligus menampakkan sesuatu.
B. Saran

Sekian tema yang disuguhkan berjudul Syihab Al-Din Al Suhrawardi kiranya dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Baik bagi peneliti yang akan melakukan penelitian
dengan tema terkait. Keberadaan penelitian yang sederhaa ini mungkin dapat dibuat sebagai
pemicu lahirnya penelitian terhadap filosof syihab al-din al suhrawardi. Dengan demikian syihab
al-din al suhrawardi mendapatkan porsi yang lebih representatif terhadap dirinya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 118.

Al-Ghanimi, Sufi Dari Zaman ke Zaman, hlm. 194

Hossein Zai, Syihab.., hlm. 546

Hossein Ziai, Suhrawardi & Filsafat Illuminasi, terj. Afif Muhammad, (Bandung, Zaman, 1998),
hlm. 22;

Husein Nasr, Tiga Pemikir Islam, hlm. 72-3

Husein Nasr, Tiga Pemikir Muslim, hlm. 71.

Hussein Ziai, Suhrawardi dan Filsafat Iluminasi, terj. Alif Muhammad dan Munir (Bandung:
Zaman, 1998), hlm. 36.

Ibid, 23. Yang menarik, bahwa Sawi ini menulis sebuah komentar atas karya Ibn Sina, Risalat
alTayr, dalam bahasa Persia, yang disusun kembali oleh Suhrawardi (diterjemahkan menjadi The
Mysrical and Visionary Treatise of Suhrawardi, oleh Thackston).

Ibid., hlm. 547


Ibid., hlm. 548. Lihat juga dalam Abul Hadi, Filsafat Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
Cet. Ke II (Jakarta: Bakhtiar van Hoeve, 2002), hlm. 547.

Ibid., hlm. 550.

Syihab al-Din Yahya ibn Habasy, tokoh yang dikaji dalam bahasan ini adalah yang digelari
alMaqtul atau al-Syahid karena dihukum mati oleh Malik al-Zahir, penguasa Aleppo, atas
perintah
Shalah al-Din al-Ayyubi. Annemarie Schimmel, Mystical Dimension of Islam, (Chapel Hill, The
University of North Carolina Press, 1975), 244-5; Abu al-Wafa al-Ghanimi, Sufi Dari Zaman ke
Zaman, terj. Ahmad Rafi`, (Bandung, Pustaka, 1985), hlm. 193.

Anda mungkin juga menyukai